Refka Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +gangguan Napas Fikarr
Refka Bayi Aterm (KMK) +BBLR+ Asfiksia +gangguan Napas Fikarr
Bayi berat lahir rendah yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500
gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan
kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi
dismaturitas. Bayi prematur secara umum ialah bayi dengan usia kehamilan
menggunakan skor Ballard dan kurva Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur
sehingga belum siap untuk berfungsi di luar rahim. Masalah yang sering dijumpai
pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah : Asfiksia, gangguan nafas,
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL
merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun.
ditandai dengan takipnea (frekuensi napas >60 kali/ menit), retraksi, napas cuping
hidung, merintih, sianosis, apnea atau henti napas. Dalam 4 jam pertama sesudah
lahir, empat gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping hidung,
merintih). Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap pada
1
beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas atau
gangguan napas berdasarkan klasifikasi gangguan napas yang terjadi, yang terdiri
Berikut ini dilaporkan kasus mengenai bayi preterm dengan berat lahir
2
KASUS
IDENTITAS
Nama : Bayi CR
ANAMNESIS
Bayi baru lahir pukul 02.10 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar
Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix
(-/-), pusat baik. Bayi lahir kurang bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada
ekstremitas, serta meringis. kelainan kongenital tidak ada. Partus lama tidak ada,
pendarahan antepartum abnormal tidak ada, kelainan plasenta dan tali pusat tidak
berdasarkan skor ballard adalah 28-30 minggu. ANC rutin tiap bulan di klinik.
Ada riwayat demam saat hamil, riwayat preeklamsia tidak ada, anemia berat tidak
ada, tidak ada konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu tidak
ibu kurang. Nafsu makan dan gizi ibu selama hamil cukup.
3
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Suhu : 35,2 C
Respirasi : 68 x/m
Panjang Badan : 33 cm
Lingkar kepala : 27 cm
Lingkar dada : 21 cm
Lingkar perut : 19 cm
Lingkar lengan : 6 cm
Sistem neurologi :
Aktivitas : pasif
Kesadaran : kompos mentis
Fontanela : datar
Sutura : memisah
Refleks cahaya : ada
Kejang : tidak ada
Tonus otot : normal
Sistem pernapasan
Sianosis : ada
Merintih : ada (terdengar dengan stetoskop)
Apnea : tidak ada
Retraksi dinding dada : ada
Pergerakan dinding dada : simetris
Cuping hidung : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronchovesicular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
Skor Down
Frekuensi Napas :1
Merintih :1
Sianosis :1
Retraksi :1
4
Udara Masuk :0
Merintih :1
Sistem hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Edema : tidak ada
Sistem Genitalia.
Keluaran : tidak ada
Anus imperforata : tidak ada
Skor Ballard
Skor : 13
5
Interpertasi : Bayi preterm
Menurut kurva diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong kecil masa kehamilan
(KMK)
RESUME :
Bayi baru lahir pukul 02.10 dengan spontan LBK di RSUD Undata Apgar
Score 5-7, ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium, anpal (+/+), mec/mix
(-/-), pusat baik. Bayi lahir kurang bulan, saat lahir bayi tidak langsung menangis,
tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru pada
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Denyut jantung 132 x/menit, suhu 35,20C,
respirasi 68 x/menit, berat badan 700 gram, skor down 5 (ada gawat napas),
6
klasifikasi WHO tergolong gangguan napas sedang, Skor ballard 13 (28-30
Jaga kehangatan
Atur posisi bayi
Isap lendir
Keringkan tubuh bayi sambil berikan rangsangan taktil
Atur posisi kembali
Melakukan penilaian pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit
Memantau kondisi secara berkala
Injeksi Vit. K 1 mg / IV
Gentamicin tetes mata 1 tetes.
Oksigen 4-5 liter/menit
IVFD Dekstrosa 5% 6 tetes/menit (mikrodrips)
Injeksi Cefotaxim 1x50 mg/iv
Injeksi gentamisin 2x2 mg/iv
Injeksi dexametason 2x0,3 mg/iv
Rawat inkubator
Bayi dipuasakan
Anjuran pemeriksaan :
- Darah rutin
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
FOLLOW UP
18 Februari 2015
7
S: Sesak (-), bayi tidur dan kurang aktif
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
19 Februari 2015
8
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x2 cc
20 Februari 2015
9
A: Bayi Preterm (KMK) + BBLASR+ Asfiksia (post) + Gangguan napas (post)
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x2 cc
21 Februari 2015
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x2 cc
10
- Obs. Tanda-tanda vital
22 Februari 2015
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x2 cc
23 Februari 2015
11
Denyut Jantung : 152x/menit Suhu : 36,6ºC
Pernapasan : 40x/menit CRT : < 2 detik
Berat badan : 650 gr
Penurunan berat badan : 7,1 %
Keadaan Umum: Sedang
- Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x2 cc
24 Februari 2015
12
- Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
- Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
- Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
- Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x5 cc
25 Februari 2015
13
- Injeksi cefotaxim 2x 50 mg
- Asi/Pasi 6x5 cc
DISKUSI
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir kurang bulan, skor apgar 5-7,
ketuban jernih dan tidak bercampur meconium. Saat lahir bayi tidak langsung
menangis, tonus otot sedikit fleksi pada ekstremitas, merah pada badan dan biru
pada ekstremitas, serta meringis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami asfiksia.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan lahir bayi adalah 700 gram
sehingga tergolong bayi berat lahir rendah (BBLR) atau lebih spesifiknya adalah
bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) dan pada skor ballard didapatkan
(KMK). Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan ada gawat napas berdasarkan
14
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi ini adalah gula darah
sewaktu dengan hasil pemeriksaan 103 gr/dL. Dari hasil ini dapat disimpulkan
didapatkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah bayi berat lahir rendah
BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Bayi BBLR juga didefinisikan pada bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram dengan mengabaikan penyebabnya dan tanpa
memperhatikan umur kehamilan. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu : prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
sedangkan dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. (1,2,4) Pada kasus ini, bayi termasuk dalam
prematuritas.
a. Janin
- Gangguan kromosom (misalnya trisomi autosom)
- Infeksi janin yang kronis
- Anomali kongenital
- Jejas radiasi
- Kehamilan multiple
b. Plasenta
- Berat plasenta atau selularitas kurang
- Tumor (korioangioma)
- Sindrom transfuse kembar (sindrom parabiotik)
c. Ibu
15
- Toksemia
- Malnutrisi
- Anemia
- Obat-obatan (narkotik, alkohol, rokok, kokain, antimetabolit)
- Riwayat BBLR sebelumnya
- Usia ibu saat hamil <20 tahun atau >35 tahun
Pada kasus ini, faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya BBLR adalah
usia ibu saat hamil yaitu 19 tahun. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor
risiko. Hal ini disebabkan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil,
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi
a. Faktor ibu
- Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
- Partus lama atau partus macet
- Demam sebelum dan selama persalinan
- Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
- Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu kehamilan)
b. Faktor plasenta dan tali pusat
- Infark plasenta
- Hematom plasenta
- Lilitan tali pusat
- Tali pusat pendek
- Simpul tali pusat prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
- Bayi kurang bulan/ prematur (kurang 37 minggu kehamilan)
- Air ketuban bercampur mekonium
- Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi
16
Sedangkan menurut Lee et. al. (2008), faktor risiko asfiksia terbagi atas 3,
yaitu (7):
Asfiksia pada kasus ini disebabkan oleh faktor risiko antepartum dan bayi.
Faktor risiko antepartum berupa demam selama kehamilan. Faktor risiko bayi
berupa BBLR. Asfiksia intrapartum sering terjadi pada bayi berat lahir rendah,
karena bayi ini tidak mendapat dukungan plasenta secara adekuat hingga akhir
masa intrauteri, sehingga tidak ada masukan glukosa dari ibu, persediaan
karbohidrat rendah, dan oksigenasi terbatas. Bayi baru lahir yang tidak mendapat
dukungan plasenta secara adekuat untuk dapat tumbuh secara normal pada
dengan baik saat aliran darah plasenta (dan oksigenasi persalinan) berkurang
cuping hidung, retraksi intercostal dan apnea. Gangguan napas yang paling sering
17
memelihara pertukaran gas agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh dan akan
pernapasan yang ditandai dengan gejala : takipnea, bayi dengan sianosis sentral,
tarikan dinding dada, bayi apneu, dan merintih. Penyebab gangguan napas dapat
gangguan napas:
18
Tetapi Sianosis sentral
TANPA
ATAU > 90 kali/ TANPA Tarikan dinding dada
menit atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis
sentral.
60-90 kali/menit TANPA Tarikan dinding dada Gangguan
atau merintih saat napas
ekspirasi atau sianosis ringan
sentral.
60-90 kali/menit DENGAN Sianosis sentral Kelainan
jantung
kongenital
Pada kasus ini, gangguan napas yang terjadi berkaitan dengan asfiksia, karena
bayi dengan asfiksia yang berhasil diresusitasi akan mengalami gangguan napas.
Gangguan napas yang terjadi tergolong gangguan napas sedang karena frekuensi
19
8. Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
sepsis.
4. Bila suhu aksiler 34-36,50C atau 37,5-390C tangani untuk masalah suhu
ambil sampel darah, dan berikan antibiotik untuk terapi kemungkinan besar
sepsis.
6. Jika suhu normal, terus amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi
menyusu. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tidak
ada alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
20
Prognosis pada kasus ini terutama berkaitan dengan adanya BBLR, dimana
ditentukan oleh ada tidaknya masalah yang muncul berkaitan dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Arvin, AM. (Eds.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1. Jakarta:
EGC, 2000.
6. Tim Poned IDAI. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Palu: Tim Poned UKK
21