Disusun oleh :
ANDREST AGRISTO (DBD 112 183)
1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Bahan
Galian. Tugas ini merupakan hal yang perlu diselesaikan Mahasiswa Teknik
Pertambangan Universitas Palangka Raya ( UNPAR ) angkatan 2012.
Penyusun menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan kendala yang
dihadapi dalam penyelesaian tugas ini sehingga apa yang penyusun kerjakan
sesungguhnya masih jauh dari sempurna. Penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk peningkatan dan perbaikan ke depannya. Besar harapan penyusun
semoga tugas mata kuliah Rekayasa Bahan Galian ini dapat bermanfaat baik
untuk penyusun sendiri, maupun semua pihak yang membutuhkannya.
Penyusun
2
ii
DAFTAR ISI
3
iii
DAFTAR GAMBAR
iv 4
DAFTAR TABEL
5
v
ABSTRACT
The occurence of rare earth elements which occur in minerals such as zircon,
monazite and xenotime, in Indonesia are very scarce. Zircon as accessory
mineral can be found in alluvial gold and tin deposits, while monazite and
xenotime occur as accessory minerals in alluvial tin deposit. The existence of
minerals containing that of rare earth elements as accessory minerals, in
mining and processing of gold or tin will be carried away so that these
minerals will be as by product.
vi 6
BAB I
PENDAHULUAN
1 7
tersebut yang Indonesia miliki belum pernah dilakukan. Survei keekonomian
penambangan LTJ ini juga belum pernah dilakukan. Apalagi membahas
teknologi pemurnian LTJ itu pada skala industry.
28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
9
3
2.2 Karakteristik logam tanah jarang
Unsur tanah jarang (UTJ) adalah nama yang diberikan kepada
kelompok lantanida, yang merupakan logam transisi dari Grup 111B pada
Tabel Periodik. Kelompok lantanida terdiri atas 15 unsur, yaitu mulai dari
lantanum (nomor atom 57) hingga lutetium (nomor atom 71), serta
termasuk tiga unsur tambahannya yaitu yttrium, thorium dan. Pemasukan
yttrium, torium dan skandium ke dalam golongan unsur tanah jarang dengan
pertimbangan kesamaan sifat. Unsur tanah jarang mempunyai sifat reaktif
tinggi terhadap air dan oksigen, bentuk senyawa stabil dalam kondisi oksida,
titik leleh relatif tinggi, serta sebagai bahan penghantar panas yang tinggi.
Tabel 2.1
Berdasarkan variasi radius ion dan susunan elektron, unsur tanah jarang
diklasifikasikan ke dalam dua subkelompok, yaitu :
Unsur tanah jarang ringan, atau subkelompok cerium yang meliputi
lanthanum hingga europium
Unsur tanah jarang berat, atau subkelompok yttrium yang meliputi
gadolinium hingga lutetium dan yttrium.
4
10
Logam tanah jarang (LTJ) tidak ditemukan di bumi sebagai unsur
bebas melainkan paduan berbentuk senyawa kompleks. Sehingga untuk
pemanfaatannya, logam tanah jarang harus dipisahkan terlebih dahulu dari
senyawa kompleks tersebut. Selama ini telah diketahui lebih dari 100 jenis
mineral tanah jarang, dan 14 jenis di antaranya diketahui mempunyai
kandungan total % oksida tanah jarang tinggi. Mineral tanah jarang tersebut
dikelompokkan dalam mineral karbonat, fospat, oksida, silikat, dan
fluorida. Mineral logam tanah jarang bastnaesit, monasit, xenotim dan
zirkon paling banyak dijumpai di alam.
115
rombakan dari batuan asalnya serta telah diendapkan kembali sebagai
endapan sungai, danau, delta, pantai, dan lepas pantai.
(http://minerals.usgs.gov).
Batuan Granit pembawa oksida unsur tanah jarang, Sn, W, Be, Nb, Ta,
dan Th terdiri dari Granit tipe S atau seri ilmenit. Iklim tropis yang panas
dan lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit. Pelapukan
ini menyebabkan alterasi mineral tertentu, seperti feldspar, yang berubah
menjadi mineral lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit,
montmorillonit dan illit, merupakan tempat kedudukan unsur tanah jarang
tipe adsorpsi ion (Purawiardi, 2001). Cebakan tanah jarang tipe
adsorpsi ion lateritik hasil dari lapukan batuan granitik dan sienitik di
wilayah beriklim tropis bagian selatan China merupakan penyumbang
cadangan tanah jarang terbesar kedua di China (Haxel dkk, 2005).
12
6
produsen utama logam tanah jarang di dunia. Tahun 2005, mereka mampu
memproduksi 43,000,000 ton. Kapasitas produksi ini merupakan 50% dari
produksi logam tanah jarang dunia. Perkembangan logam Tanah jarang di
China dimulai sejak tahun 1985. Saat itu, China sudah berhasil mengolah dua
deposit logam tanah jarangnya. Depositnya di bayan Obo yang megandung
iron-niobium-LTJ. Sehingga setelah mereka melakukan pemisahan besi dan
niobium, maka didapatkan logam tanah jarang. Mereka mengolah Logam
Tanah Jarang tersebut sehingga dapat dimanfaatkan. Selanjutnya, dengan
produksi logam tanah jarang yang besar tersebut, China mampu mendorong
pertumbuhan teknologi industrinya. Kemudian dia mulai mendirikan industri
elektronik nasional yang dapat bersaing dengan industri elektronik luar
dengan kemampuannya menggunakan material Logam Tanah Jarang. Saat
ini, China tidak hanya menguasai pasar barang elektronik seperti komponen
komputer, televisi, monitor dan handycam. Tapi hampir semua lini industri
dengan harga yang sangat kompetitif. Seperti industri baja, otomotif dan
manufaktur lainnya.
13
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Persiapan
Persiapan merupakan serangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan dan pengolahan data.Dalam tahap persiapan disusun hal-hal
yang harus dilakukan dengan tujuan efektifitas waktu dan pekerjaan penulisan
karya tulis. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan antara lain :
1) Studi pustaka terhadap materi.
2) Menentukan kebutuhan data.
14
7
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
9 15
Industri logam tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang
akan berpotensi terus berkembang di masa depan.
Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut akan sangat
menguntungkan jika Indonesia turut serta untuk mengembangkannya.
Terlebih lagi, pasir monasite sebagai sumber logam tanah jarang, hanya
dijadikan sebagai sampah pembuangan timah. Sehingga sangat luar biasa
keuntungan yang didapat, ketika sampah dijadikan material yang jika
dilakukan pemprosesan lanjut memiliki nilai jual yang melebihi emas.
1016
kosentrasi unsur tanah jarang di daerah Kota Baru lebih tinggi
dibandingkan den- gan daerah Pujon.
Berdasarkan klasifikasi unsur tanah jarang Tabel 6 berdasarkan
Geochemistry in Mineral Explo- ration oleh Arthur W.Rose Herbert
E. Hawkes (1979) maka mineral tanah jarang yang ada di daerah
penyelidikan pada umumnya mempunyai nilai yang signifikan
sehingga untuk mengetahui nilai tambah keekonomian potensi bahan
galian tersebut maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
11
17
RECl3. Pada proses ekstraksi jenis pelarut yang banyak di gunakan dalam
industry pengolahan Uranium, Thorium maupun RE anatara lain Amine,
TBP, D2EHPA. Pelarut tersebut sangat sulit membentuk kompleks dengan
ion klorida, maka untuk mengekstraksi RE dari RECl3 harus dilakukan
methasis terlebih dahulu untuk menjadi RE(NO3)3 atau RE2(SO4)3. Sehingga
prosesnya panjang dan tidak efektif.
18
12
Gambar 4.1 Pengolahan monasite secara basa
19
13
Untuk mengembangkan LTJ diperlukan kemitraan dan sinergi antara
peneliti, pemegang kebijakan maupun para pemangku kepentingan lainnya.
Untuk itu perlu disiapkan semacam road map penelitian dan pengolahan LTJ
sehingga mampu mendorong pengembangan hilirisasi industri nasional yang
memiliki nilai tambah tinggi.
Kita sudah memulai dengan perbaikan undang-undang sektor minerba,
UU No.4/2009, yang menargetkan peningkatan nilai tambah atas SDA
mineral dan batubara melalui kewajiban pengolahan dan pemurnian dalam
negeri. Implementasinya seharusnya sejak 2014 ini, meskipun tampaknya
pasti terlambat karena berbagai kepentingan, termasuk tekanan dari Freeport
dan Newmont. Namun keterlambatan ini mestinya tidak mengurangi
komitmen kita sebagai bangsa untuk memperoleh nilai tambah optimal dari
SDA mineral yang kita miliki, termasuk nilai tambah dari LTJ.
Kita berharap pemimpin pemerintahan di Indonesia memiliki visi jauh
ke depan, sebagaimana halnya pemimpin China. Di masa depan, Indonesia
harus menjadi negara maju dengan industri yang kuat serta memegang
peranan penting dalam penambangan, pengolahan, pemurnian dan
penguasaan LTJ, logam yang bernilai sangat strategis pada abad ke-21. Mari
kita galang kekuatan bangsa untuk mewujudkan visi dan program ini.
14
20
Pemanfaatan logam tanah jarang ini mampu membuka Indonesia
terhadap penguasaan dan pengembangan teknologi. Terutama teknologi
elektronik yang selama berpuluh-puluh tahun ini masuk dan berkembangnya
industri-industri elektronik asing selama di Indonesia, namun tidak
menghasilkan transformasi teknologi elektronik yang signifikan. Kemudian
adanya ini mampu meningkatkan kualitas industri metalurgi di Indonesia
dengan dihasilkannya spesifikasi baja dan logam paduan baru tentunya
dengan kualitas yang lebih baik. Kemudian masih banyak lagi manfaat besar
yang dapat diperoleh Indonesia dari pengolahan logam ini yang mampu
meningkatkan perkembangan teknologi di Indonesia.
Logam tanah jarang telah banyak digunakan pada berbagai macam
produk. Penggunaan logam tanah jarang ini memicu berkembangnya material
baru. Material baru dengan menggunakan Logam Tanah Jarang memberikan
perkembangan teknologi yang cukup signifikan dalam ilmu material.
Perkembangan material ini banyak diaplikasikan di dalam industri untuk
meningkatkan kualitas produk mereka. Contoh perkembangan yang terjadi
pada magnet. Logam Tanah Jarang mampu menghasilkan neomagnet, yaitu
magnet yang memiliki medan magnet yang lebih baik dari pada magnet biasa.
Sehingga memungkinkan munculnya perkembangan teknologi berupa
penurunan berat dan volume speaker yang ada. Memungkinkan munculnya
dinamo yang lebih kuat sehingga mampu mengerakkan mobil. Sehingga
dengan adanya logam tanah jarang, memungkinkan munculnya mobil
bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh. Oleh karenanya
mobil hybrid mulai marak dikembangkan.
21
15
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Potensi logam tanah jarang pada daerah pujon terbilang cukup potensial.
Sehingga bagaimana caranya agar perusahaa-perusahaan pertambangan dapat
mengolah logam tersebut dan mengekstraknya dalam bentuk unsur murni.
Dan meningkatakan nilai ke-ekonomisan dari logam tanah jarang tersebut.
Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut akan sangat
menguntungkan jika Indonesia turut serta untuk mengembangkannya.
Terlebih lagi, pasir monasite sebagai sumber logam tanah jarang, hanya
dijadikan sebagai sampah pembuangan timah. Sehingga sangat luar biasa
keuntungan yang didapat, ketika sampah dijadikan material yang jika
dilakukan pemprosesan lanjut memiliki nilai jual yang melebihi emas.
LTJ, seperti samarium dan neodymium, juga menjadi bahan potensial
untuk membuat magnet energi tinggi. Kekuatan magnet dengan campuran
samarium atau neodymium bisa 10-20 kali lebih besar dibandingkan magnet
biasa, taruhlah seperti yang biasa kita temui pada pengeras suara. Artinya,
untuk memperoleh kekuatan magnet yang sama, magnet energi tinggi ini bisa
berukuran dan berbobot 10-20 kali lebih kecil.
22
16
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemisahan logam tanah
jarang yaitu RECl3 melalui reaksi pengendapan menggunakan senyawa
RE(OH)3 diperoleh kondisi pengendapan terbaik RE(OH)3 ph 9.8 NaOH 1 N
dengan waktu 3 jam. Pada kondisi tersebut didapatkan rekoveri RE2O3
99,79%, Th 4,25%, U dan PO4 tidak diambil dan komposisi produk RE(OH)3
98,868%, Th(OH)4 0,009%, dan lain-lain 1,123%.
23
17
DAFTAR PUSTAKA
………….., 2008. Neraca Sumber Daya Mineral Tahun 2007. Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung
Ahmad, T., Edi, S., Afan, T., 1996. Laporan Eksplorasi Logam Langka
di Daerah Tikus dan Badaw, Kabupaten Belitung, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
Aryanto, N.C.J., Widodo, Raharjo, P., 2008. Keterkaitan Unsur Tanah Jarang
Thd Mineral Berat Ilmenit dan
Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka. Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung
Djunaedi, E.K., dan Putra, C., 2006. Inventarisasi Potensi Bahan Galian pada
Wilayah PETI, di Daerah Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung
Haxel, G.B., Hedrick, J.B., and., Orris G.J, 2005. Rare Earth Elements—
Critical Resources for High
Technology, US Geological Survey
Herman, D.Z., Suhandi, Fujiyono, H., dan Putra, C., 2005. Pemantauan
dan Evaluasi Konservasi di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi
Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung
24
18
Hutamadi, R., Suherman, W., Pertamana, Y., 2007. Inventarisasi Potensi
Bahan Galian Pada Wilayah
Bekas Tambang, Daerah Karimun, Kepulauan Riau. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Gunradi, R., dan Djunaedi, E.K., 2003. Evaluasi Potensi Bahan Galian pada
Bekas Tambang dan Wilayah PETI di Daerah Monterado, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung
Purawiardi, R., 2001. Endapan Unsur-unsur Tanah Jarang dan Batuan Granit.
Majalah Metalurgi Volume 16
Nomor 1, Juni 2001, LIPI, Serpong
Rohmana dan Gunradi, R., 2006. Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah
PETI, Daerah Kotarawaringin
Barat, Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung
Rohmana dan Tain, Z., 2006. Inventarisasi Bahan Galian pada Wilayah PETI
Daerah Kampar, Provinsi Riau,
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung
Setiady D., Sianipar, A., Rahardiawan, R., Adam, Y., dan Sunartono., 2008.
Kandungan Unsur Tanah
Jarang Sedimen Permukaan Dasar Laut, Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung
25
19
Jarang Sebagai Asosiasinya di Sektor Rirang Hulu, Kalimantan Barat, PPGN-
BATAN, Jakarta
Widhiyatna, D., Pohan, M.P., Putra, C., 2006. Inventarisasi Bahan Galian Pada
Wilayah Bekas Tambang,di Daerah Belitung, Bangka-Belitung. Pusat
Sumber Daya
http://www.marlonalamo.com/2013/01/logam-tanah-jarang-ltj.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_tanah_jarang
http://blognuklir.wordpress.com/2010/10/23/china-incar-logam-tanah-jarang-di-
babel/
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/10/mineral-tanah-jarang.html
http://internasional.kompas.com/read/2012/03/16/12112326/Logam.Tanah.Jaran
g.Bisa.Ditemukan.di.Manamana
26
20
LAMPIRAN A
27
LAMPIRAN B
28
LAMPIRAN C
29