Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI

LOGAM TANAH JARANG


POTENSI SUMBER DAYA DAN INDUSTRI
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Dosen : Yeremia Ronald, ST., M.Sc

Disusun oleh :
ANDREST AGRISTO (DBD 112 183)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2014

1
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Bahan
Galian. Tugas ini merupakan hal yang perlu diselesaikan Mahasiswa Teknik
Pertambangan Universitas Palangka Raya ( UNPAR ) angkatan 2012.
Penyusun menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan kendala yang
dihadapi dalam penyelesaian tugas ini sehingga apa yang penyusun kerjakan
sesungguhnya masih jauh dari sempurna. Penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk peningkatan dan perbaikan ke depannya. Besar harapan penyusun
semoga tugas mata kuliah Rekayasa Bahan Galian ini dapat bermanfaat baik
untuk penyusun sendiri, maupun semua pihak yang membutuhkannya.

Palangka Raya, November 2014

Penyusun

2
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................3
2.1. Sejarah Logam Tanah Jarang ..........................................................3
2.2. Karakteristik Logam Tanah Jarang ..................................................4
2.3. Proses Terjadinya Logam Tanah Jarang ..........................................5
2.4. Sumber Daya Dunia Logam Tanah Jarang ......................................6
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................8
3.1. Persiapan .........................................................................................8
3.2. Pengumpulan Data ...........................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................9
4.1. Keterdapatan logam tanah jarang di Indonesia ................................9
4.2. Lokasi Penelitian ............................................................................10
4.3. Potensi Logam Tanah Jarang Daerah Pujon ..................................10
4.4. Pemisahan Logam Tanah Jarang RE dari U dan Th menggunakan
Reagen NaOH .................................................................................11
4.5 Pengelolaan Logam Tanah Jarang di Indonesia .............................13
4.6 Pemanfaatan Logam Tanah Jarang .................................................14
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................16
5.1. Kesimpulan ....................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C

3
iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Pengolahan Monasite Secara Basah ...................................................13

iv 4
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nama Simbol Unsur Logam Tanah Jarang .............................................4


Tabel 4.1 Hasil Analisa Logam Tanah Jarang .......................................................11
Tabel 4.1 Klasifikasi Unsur Logam Tanah Jarang .................................................11

5
v
ABSTRACT

The occurence of rare earth elements which occur in minerals such as zircon,
monazite and xenotime, in Indonesia are very scarce. Zircon as accessory
mineral can be found in alluvial gold and tin deposits, while monazite and
xenotime occur as accessory minerals in alluvial tin deposit. The existence of
minerals containing that of rare earth elements as accessory minerals, in
mining and processing of gold or tin will be carried away so that these
minerals will be as by product.

Utililization of rare earth metals triggering off the development of technology


of new materials. Many of these material development are applied in industry
to intensity product quality. Position of the rare earth elements in the future
which increasingly strategic needs to be attempted to be able to be developed
continuously remembering that Indonesia has potensial resources to be
endeavored.

vi 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Unsur tanah jarang sesuai namanya merupakan unsur yang sangat langka
atau keterdapatannya sangat sedikit, di alam berupa senyawa kompleks,
umumnya senyawa kompleks fosfat dan karbonat. Seiring dengan
perkembangan teknologi pengolahan material, unsur tanah jarang semakin
dibutuhkan, dan umumnya pada industri teknologi tinggi.
Indonesia diperkirakan memiliki potensi LTJ dalam jumlah cukup besar,
baik sebagai produk itu sendiri maupun sebagai mineral ikutan dari berbagai
tambang mineral di Indonesia. Menurut Peneliti dari Pusat Pengembangan
Geologi Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Erni Rifandriyah
Arief, LTJ dapat ditemukan di Babel, Kalimantan, Sulawesi dan Papua
dengan perkiraan total potensi mencapai 1,5 miliar ton.
Penggunaan logam tanah jarang sangat luas dan erat kaitannya dengan
produk industri teknologi tinggi, seperti industri komputer, telekomunikasi,
nuklir, dan ruang angkasa. Di masa mendatang diperkirakan penggunaan
tanah jarang akan meluas, terutama unsur tanah jarang tunggal,
seperti neodymium, samarium, europium, gadolinium, dan yttrium.
Di Indonesia, pengelolaan LTJ memang masih sedikit. Industri
pengolahan LTJ di Indonesia terhambat banyak kendala. Salah satunya
adalah sumber logam tanah jarang berada bersama logam utama hasil
tambang, sedangkan sumber sekunder terbawa sisa proses (tailing, filtrat)
sehingga lebih sulit diekstraksi. Penguasaan teknologi LTJ di Indonesia
belum mencapai skala komersial.
Sampai saat ini penelitian tentang LTJ belum optimal. Di Indonesia
belum ada penelitian khusus yang menggali potensi dan pemanfaaatan LTJ.
Penelitian masih dilakukan secara parsial. Setiap instansi jalan sendiri-
sendiri. Padahal dalam penelitian LTJ ini diperlukan sinergi.
Pemerintah nampaknya belum melihat potensi LTJ ini. Kegiatan
eksplorasi lanjutan untuk mengetahui berapa sesungguhnya cadangan logam

1 7
tersebut yang Indonesia miliki belum pernah dilakukan. Survei keekonomian
penambangan LTJ ini juga belum pernah dilakukan. Apalagi membahas
teknologi pemurnian LTJ itu pada skala industry.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana keberadaan logam tanah jarang di dunia ?
2. Berapa potensi logam tanah jarang di wilayah Kalimantan Tengah ?
3. Bagaimana industri pengolahan logam tanah jarang di Kalimantan
Tengah?
4. Bagaimana pemanfaatan logam tanah jarang bagi kehidupan ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui keberadaan logam tanah jarang di dunia.
2. Untuk mengetahui potensi sumber daya logam tanah jarang di Kalimantan
Tengah.
3. Untuk mengetahui proses pengolahan logam tanah jarang di Kalimantan
Tengah.
4. Untuk mengetahui pemanfaatan dari logam tanah jarang .

28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sejarah logam tanah jarang


Kelompok logam ini pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh
seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius. Ia
mengumpulkan mineral hitam ytterbit dari penambangan feldspar dan quartz
[5]
kuarsa di dekat Desa Ytterby, Swedia. Kemudian, mineral ini berhasil
dipisahkan oleh J. Gadoli pada tahun 1794, dengan memperoleh mineral
Ytterbit. Selanjutnya, nama mineral tersebut diganti menjadi gadolinit pada
tahun 1800. Penemuan unsur baru ini, tentunya memicu penelitian yang
membuahkan penemuan unsur-unsur logam tanah jarang lain.

 Tahun 1804 Klaproth dan rekan-rekannya menemukan seria yang


merupakan bentuk oksida dari Serium.
 Tahun 1828, Belzerius memperoleh mineral thoria dari mineral thorit
 Tahun 1842 Mosander memisahkan senyawa bernama yttria menjadi tiga
macam unsur melalui pengendapan fraksional menggunakan asam oksalat
dan hidroksida. Unsur tersebut adalah Yttria, Terbia dan Erbia. Sehingga,
pada tahun 1842, ada 6 logam tanah jarang yang telah ditemukan, yaitu
yttrium, cerium, lanthanum, didymium, erbium dan terbium.
 Tahun 1879, berkat petunjuk Marc Delafontaine, Paul Émile Lecoq de
Boisbaudran mampu memperoleh samarium dari mineral samarskit.
 Tahun 1885, Welsbach memisahkan praseodimium dan neodimium yang
terdapat pada samarium
 Tahun 1886, Boisbaudran memperoleh gadolinium dari mineral Ytterbia
yang diperoleh J.C.G de Marignac tahun 1880
 Pada 1907 dari Ytterbia yang diperoleh Jean Charles Galissard de
Marignac, de Boisbaudran mampu memisahkan senyawa tersebut menjadi
Neoytterium dan Lutesium. P.T. Cleve mampu memisahkan tiga unsur
dari erbia dan terbia yang dimiliki Marignac. Ia memperoleh Erbium,
Holminium dan Thulium. L. De Boisbaudran, mampu memperoleh unsur
lain bernama Disporsium.

9
3
2.2 Karakteristik logam tanah jarang
Unsur tanah jarang (UTJ) adalah nama yang diberikan kepada
kelompok lantanida, yang merupakan logam transisi dari Grup 111B pada
Tabel Periodik. Kelompok lantanida terdiri atas 15 unsur, yaitu mulai dari
lantanum (nomor atom 57) hingga lutetium (nomor atom 71), serta
termasuk tiga unsur tambahannya yaitu yttrium, thorium dan. Pemasukan
yttrium, torium dan skandium ke dalam golongan unsur tanah jarang dengan
pertimbangan kesamaan sifat. Unsur tanah jarang mempunyai sifat reaktif
tinggi terhadap air dan oksigen, bentuk senyawa stabil dalam kondisi oksida,
titik leleh relatif tinggi, serta sebagai bahan penghantar panas yang tinggi.

Tabel 2.1

Berdasarkan variasi radius ion dan susunan elektron, unsur tanah jarang
diklasifikasikan ke dalam dua subkelompok, yaitu :
Unsur tanah jarang ringan, atau subkelompok cerium yang meliputi
lanthanum hingga europium
Unsur tanah jarang berat, atau subkelompok yttrium yang meliputi
gadolinium hingga lutetium dan yttrium.

4
10
Logam tanah jarang (LTJ) tidak ditemukan di bumi sebagai unsur
bebas melainkan paduan berbentuk senyawa kompleks. Sehingga untuk
pemanfaatannya, logam tanah jarang harus dipisahkan terlebih dahulu dari
senyawa kompleks tersebut. Selama ini telah diketahui lebih dari 100 jenis
mineral tanah jarang, dan 14 jenis di antaranya diketahui mempunyai
kandungan total % oksida tanah jarang tinggi. Mineral tanah jarang tersebut
dikelompokkan dalam mineral karbonat, fospat, oksida, silikat, dan
fluorida. Mineral logam tanah jarang bastnaesit, monasit, xenotim dan
zirkon paling banyak dijumpai di alam.

2.3 Proses terjadinya logam tanah jarang


Unsur tanah jarang tersebar luas dalam konsentrasi rendah (10 – 300
ppm) pada banyak formasi batuan. Kandungan unsur tanah jarang yang
tinggi lebih banyak dijumpai pada batuan granitik dibandingkan dengan pada
batuan basa. Konsentrasi unsur tanah jarang tinggi dijumpai pada batuan beku
alkalin dan karbonatit.

Berdasarkan mulajadi, cebakan mineral tanah jarang dibagi dalam


dua tipe, yaitu cebakan primer sebagai hasil proses magmatik dan
hidrotermal, serta cebakan sekunder tipe letakan sebagai hasil proses
rombakan dan sedimentasi dan cebakan tipe lateritik. Pembentukan mineral
tanah jarang primer dalam batuan karbonatit menghasilkan mineral
bastnaesit dan monasit (http://minerals.usgs.gov). Karbonatit sangat kaya
kandungan unsur tanah jarang, dan merupakan batuan yang mengandung
UTJ paling banyak dibanding batuan beku lainnya (Verdiansyah, 2006).
Dalam berbagai batuan, mineral tanah jarang pada umumnya
merupakan mineral ikutan (accessory minerals), bukan sebagai mineral
utama pembentuk batuan. Pada zonasi pegmatit, unsur tanah jarang terdapat
pada zona inti, yang terdiri dari kuarsa dan mineral tanah jarang.
Cebakan primer terutama berupa mineral bastnaesit, produksi
terbesar dunia dari China yang merupakan produk sampingan dari tambang
bijih besi. Cebakan yang lebih umum dikenal dan diusahakan adalah
cebakan sekunder, sebagian besar berupa mineral monasit yang merupakan

115
rombakan dari batuan asalnya serta telah diendapkan kembali sebagai
endapan sungai, danau, delta, pantai, dan lepas pantai.
(http://minerals.usgs.gov).

Batuan Granit pembawa oksida unsur tanah jarang, Sn, W, Be, Nb, Ta,
dan Th terdiri dari Granit tipe S atau seri ilmenit. Iklim tropis yang panas
dan lembab menghasilkan pelapukan kimia yang kuat pada granit. Pelapukan
ini menyebabkan alterasi mineral tertentu, seperti feldspar, yang berubah
menjadi mineral lempung. Mineral-mineral lempung seperti kaolinit,
montmorillonit dan illit, merupakan tempat kedudukan unsur tanah jarang
tipe adsorpsi ion (Purawiardi, 2001). Cebakan tanah jarang tipe
adsorpsi ion lateritik hasil dari lapukan batuan granitik dan sienitik di
wilayah beriklim tropis bagian selatan China merupakan penyumbang
cadangan tanah jarang terbesar kedua di China (Haxel dkk, 2005).

2.4 Sumber daya dunia logam tanah jarang


Walaupun kita jarang mendengar nama logam tanah jarang,
pemanfaatannya sudah sangat banyak di dunia industri. Berbagai macam
pemanfaatan dari logam tanah jarang, menyatakan bahwa material ini
merupakan material masa depan. Karena material ini menjadi pemicu
lahirnya teknologi baru yang masih akan terus berkembang seperti LCD,
magnet dan baterai hybrid. Hal ini mengakibatkan permintaan logam tanah
jarang yang akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian pasar oleh BBC
report untuk Lynas Co. menyatakan bahwa permintaan logam tanah jarang
akan terus meningkat hingga menjadi 10% pada tahun 2010 . Sehingga
industri logam tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang
akan terus berkembang di masa depan. Logam Tanah Jarang juga bersifat
tidak tergantikan. Hal ini disebabkan sifat Logam Tanah Jarang yang unik.
Sehingga sampai saat ini, tidak ada material lain yang mampu
menggantikannya. Jika ada, kemampuan yang dihasilkan tidak sebaik
material logam tanah jarang. Sifat logam tanah jarang yang digunakan
sebagai material berteknologi tinggi dan belum ada penggantinya, membuat
logam tanah jarang manjadi material yang vital Negara Tiongkok merupakan

12
6
produsen utama logam tanah jarang di dunia. Tahun 2005, mereka mampu
memproduksi 43,000,000 ton. Kapasitas produksi ini merupakan 50% dari
produksi logam tanah jarang dunia. Perkembangan logam Tanah jarang di
China dimulai sejak tahun 1985. Saat itu, China sudah berhasil mengolah dua
deposit logam tanah jarangnya. Depositnya di bayan Obo yang megandung
iron-niobium-LTJ. Sehingga setelah mereka melakukan pemisahan besi dan
niobium, maka didapatkan logam tanah jarang. Mereka mengolah Logam
Tanah Jarang tersebut sehingga dapat dimanfaatkan. Selanjutnya, dengan
produksi logam tanah jarang yang besar tersebut, China mampu mendorong
pertumbuhan teknologi industrinya. Kemudian dia mulai mendirikan industri
elektronik nasional yang dapat bersaing dengan industri elektronik luar
dengan kemampuannya menggunakan material Logam Tanah Jarang. Saat
ini, China tidak hanya menguasai pasar barang elektronik seperti komponen
komputer, televisi, monitor dan handycam. Tapi hampir semua lini industri
dengan harga yang sangat kompetitif. Seperti industri baja, otomotif dan
manufaktur lainnya.

keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009,


permintaan pasar LTJ dunia mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas
produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai
180.000 ton.

13
7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan
Persiapan merupakan serangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan dan pengolahan data.Dalam tahap persiapan disusun hal-hal
yang harus dilakukan dengan tujuan efektifitas waktu dan pekerjaan penulisan
karya tulis. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan antara lain :
1) Studi pustaka terhadap materi.
2) Menentukan kebutuhan data.

3.2 Pengumpulan data


Dalam proses perencanaan diperlukan analisis yang teliti, semakin
rumit permasalahan yang dihadapi maka semakin kompleks pula analisis ng
akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis data/informasi yang lengkap
dan terkait dengan jembatan tersebut.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1) Metode Deduktif
Adapun jenis-jenis data yang digunakan adalah :
a. Keterdapatan logam tanah jarang di alam.
b. Potensi logam tanah jarang di wilayah Kalimantan Tengah.
c. Industri pengolahan logam tanah jarang dengan metode kimia.
1) Data Primer
Merupakan data yang sangat berkaitan dengan penelitian, meliputi :
a. Potensi sumber daya
b. Lokasi keterdapatan logam tanah jarang
c. Proses pengolahan logam tanah jarang
2) Data Sekunder
Merupakan data yang menunjang penelitian, meliputi :
a. Peta lokasi penelitian
b. Peta daerah keterdapatan logam tanah jarang

14
7
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keterdapatan logam tanah jarang di Indonesia


Di Indonesia kita punya 2 jenis mineral yang mengandung LTJ ini.
Nama mineralnya monasit dan senotim, Monasit dan senotim ini di Indonesia
adanya di sepanjang pantai kepulauan Bangka, Belitung, Singkep, sama di
Rirang Kalbar. Selain dalam bentuk pasir, mineral ini di Bangka sana terdapat
sebagai sisa penambangan timah
Indonesia yang pada saat ini merupakan eksportir timah terbesar dunia,
mempunyai potensi mineral tanah jarang yang besar juga. Mineral tanah
jarang sebagai produk sampingan dari penambangan dan pengolahan timah
mempunyai peluang untuk dikembangkan. Potensi mineral tanah jarang tidak
hanya dijumpai di sepanjang jalur timah, akan tetapi juga melimpah sebagai
mineral ikutan terdapat pada endapan emas aluvial terutama di Kalimantan.
Selain itu mineral tanah jarang juga dijumpai dalam jumlah signifikan
berasosiasi dengan cebakan uranium di Kalimantan.

Kemungkinan keterdapatan mineral tanah jarang sebagai mineral


ikutan pada cebakan bijih besi primer yang banyak dijumpai di sepanjang
jalur timah seperti di Belitung, Bangka, Singkep, dan Lingga perlu
diungkap, agar bijih besi yang selama ini diekspor telah memperhitungkan
kandungan mineral ikutannya. Demikian juga prospek unsur tanah jarang
tipe adsorpsi ion lateritik pada komplek granitoid di sepanjang jalur timah,
hanya sebatas indikasi sebagaimana yang ditemukan di daerah Tanjung
Pandan, Belitung hasil penyelidikan Direktorat Sumberdaya Mineral (1996),
sehingga data potensi cebakan UTJ tipe tersebut masih sangat minim.
Pemanfaatan tanah jarang sudah sangat beragam di dunia industri.
Dari berbagai macam pemanfaatan logam tanah jarang, dapat
disimpulkan bahwa material ini merupakan material masa depan. Mengingat
bahwa material tersebut menjadi pemicu lahirnya teknologi baru yang masih
akan terus berkembang seperti LCD, magnet, dan baterai hybrid. Hal ini
mengakibatkan permintaan logam tanah jarang yang akan terus meningkat.

9 15
Industri logam tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang
akan berpotensi terus berkembang di masa depan.
Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut akan sangat
menguntungkan jika Indonesia turut serta untuk mengembangkannya.
Terlebih lagi, pasir monasite sebagai sumber logam tanah jarang, hanya
dijadikan sebagai sampah pembuangan timah. Sehingga sangat luar biasa
keuntungan yang didapat, ketika sampah dijadikan material yang jika
dilakukan pemprosesan lanjut memiliki nilai jual yang melebihi emas.

4.2 Lokasi penelitian


Lokasi penelitian merupakan wilayah bekas tambang emas
aluvial, secara administratif termasuk ke dalam wilayah Pujon,
Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, terletak antara
114° 14’ 46,3272” - 114° 27’ 21,2544” BT dan 1° 30’ 32,8644” - 1° 14’
41,748” LS

4.3 Potensi logam tanah jarang daerah Pujon


Mineral-mineral yang mendominasi dalam seny- awa logam
tanah jarang di daerah penyelidikan adalah Yetrium Lanthanum,
Cerium, Neody- mium. Berdasarkan hasil analisis terhadap 5
con- toh konsentrat dulang dengan menggunakan metode
Inductively Coupled Plasma (ICP) dapat diketahui kandungan
konsentrasi unsur cerium (Ce), Ytrium (Y), Lantanium (La) dan
Niobium (Nb). Pengambilan conto konsentrat dulang dilakukan di
2 lokasi yaitu di Kota Baru dan Pujon Contoh dari daerah Kota Baru.
Hasil analisis mineral jarang yang di dapat dari konsentrat
dulang di daerah pujon mempunyai kandungan Cerium (Ce) antara
496 ppm , Ytrium (Y) 30 ppm (La) 288 ppm dan Niobium (Nb) 174
ppm.dengan kode conto PJN 35 A dan daerah Kota Baru
mempunyai kandungan Cerium (Ce) antara 763 ppm , Ytrium (Y) 45
ppm (La) 445 ppm dan Niobium (Nb) 285 ppm dengan kode conto
PJN48 A. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas bahwa

1016
kosentrasi unsur tanah jarang di daerah Kota Baru lebih tinggi
dibandingkan den- gan daerah Pujon.
Berdasarkan klasifikasi unsur tanah jarang Tabel 6 berdasarkan
Geochemistry in Mineral Explo- ration oleh Arthur W.Rose Herbert
E. Hawkes (1979) maka mineral tanah jarang yang ada di daerah
penyelidikan pada umumnya mempunyai nilai yang signifikan
sehingga untuk mengetahui nilai tambah keekonomian potensi bahan
galian tersebut maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Tabel 4.1 Hasil Analisa Logam Tanah Jarang


Ca La Nd Y
No Kode Conto
Ppm
1 PJN 35 490 288 174 30
2 PJN 41 0 2 0 9
3 PJN 42 0 0 0 0
4 PJN 43 0 0 0 0
5 PJN 48 763 445 286 45

Tabel 4.2 Klasifikasi Unsur Tanah Jarang

Jenis Hasil Analisa Mineral Jarang


Umaf : ∑RE, 32; Y,5; La4; Ce, 9; Umaf : ∑RE182;Y,25;
Ignous rocks(av) La,
Ls : ∑RE, 24; Y,4; La4; Ce, 8; ss : ∑RE 52; Y,10; La, 7;
17; Ce, 66 Gran : ∑RE 226; Y,41; La, 55; Ce, 57 (2.
Sedimentary rocks Ce,
(av)
Soil (med) 15 ShLa,33
Y,27 : ∑RE(3)228; Y,35; La, 39; Ce, 76 (2).(RE includes
Plannt ash (med) Y,<5,
y, La, La,38;Ce,
Ce, Pr, Nd,0.06
Pm,ppb
Sm,(3)Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm,
Plannt water (av) Y, 0,07 ppm,
Yb,and Lu. La,0.2 ppb (2)

4.4 Pemisahan logam tanah jarang (RE) dari U dan TH menggunakan


reagen NaOH
Pemurnian atau pemisahan logam tanah jarang (RE) dari U dan TH
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu ekstraksi, resin penukar ion dan
pengendapan. Umpan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah reagen

11
17
RECl3. Pada proses ekstraksi jenis pelarut yang banyak di gunakan dalam
industry pengolahan Uranium, Thorium maupun RE anatara lain Amine,
TBP, D2EHPA. Pelarut tersebut sangat sulit membentuk kompleks dengan
ion klorida, maka untuk mengekstraksi RE dari RECl3 harus dilakukan
methasis terlebih dahulu untuk menjadi RE(NO3)3 atau RE2(SO4)3. Sehingga
prosesnya panjang dan tidak efektif.

Dengan resin penukar ion, pemisahan RECl3 dari U dan Th dapat


menggunakan jenis resin Dowex 2 dan Amberlite IRA-400 hasil penelitian
berdasarkan pustaka, dengan menggunakan RECl3 dari monasite dan resin
IRA-400 diperoleh rekoveri RE 0% ThO2 1% dan U >99% dari hasil
tersebut terlihat hasil uranium terabsorbsi cukup tinggi sedangkan RE dan Th
rendah sekali, resin tersebut hanya cocok untuk mengadsorbsi dan masih
diperlukan jenis resin lain untuk mengadsorbsi Th.

Pemisahan RE, U dan Th dengan umpan larutan RECl3 yang berasal


dari bijih Rirang pernah diteliti. Melalui system pengendapan, hasil
penelitiannya menyatakan bahwa pada kondisi pengendapan ph 10 didapat
rekoveri RE mendekati 100%, rekoveri U<3% dan thorium tidak terdeteksi.
Dari kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa system pengen dapan untuk
memisahkan RE dari U dan Th diperoleh hasil yang lebih baik, disamping
cara kerjanya lebih mudah dan sederhana di bandingkan sistem lain. Dengan
demikian pada penelitian ini dipilih sistem pengendapan, tetapi tidak
menutup kemungkinan digunakan sistem lain bilamana hasilnya tidak
memuaskan.

18
12
Gambar 4.1 Pengolahan monasite secara basa

4.5 Pengelolaan Logam Tanah Jarang di Indonesia


Di Indonesia, pengelolaan LTJ memang masih sedikit. Industri
pengolahan LTJ di Indonesia terhambat banyak kendala. Salah satunya adalah
sumber logam tanah jarang berada bersama logam utama hasil tambang,
sedangkan sumber sekunder terbawa sisa proses (tailing, filtrat) sehingga
lebih sulit diekstraksi. Penguasaan teknologi LTJ di Indonesia belum
mencapai skala komersial.
Sampai saat ini penelitian tentang LTJ belum optimal. Di Indonesia
belum ada penelitian khusus yang menggali potensi dan pemanfaaatan LTJ.
Penelitian masih dilakukan secara parsial. Setiap instansi jalan sendiri-sendiri.
Padahal dalam penelitian LTJ ini diperlukan sinergi.
Pemerintah nampaknya belum melihat potensi LTJ ini. Kegiatan
eksplorasi lanjutan untuk mengetahui berapa sesungguhnya cadangan logam
tersebut yang Indonesia miliki belum pernah dilakukan. Survei keekonomian
penambangan LTJ ini juga belum pernah dilakukan. Apalagi membahas
teknologi pemurnian LTJ itu pada skala industri.

19
13
Untuk mengembangkan LTJ diperlukan kemitraan dan sinergi antara
peneliti, pemegang kebijakan maupun para pemangku kepentingan lainnya.
Untuk itu perlu disiapkan semacam road map penelitian dan pengolahan LTJ
sehingga mampu mendorong pengembangan hilirisasi industri nasional yang
memiliki nilai tambah tinggi.
Kita sudah memulai dengan perbaikan undang-undang sektor minerba,
UU No.4/2009, yang menargetkan peningkatan nilai tambah atas SDA
mineral dan batubara melalui kewajiban pengolahan dan pemurnian dalam
negeri. Implementasinya seharusnya sejak 2014 ini, meskipun tampaknya
pasti terlambat karena berbagai kepentingan, termasuk tekanan dari Freeport
dan Newmont. Namun keterlambatan ini mestinya tidak mengurangi
komitmen kita sebagai bangsa untuk memperoleh nilai tambah optimal dari
SDA mineral yang kita miliki, termasuk nilai tambah dari LTJ.
Kita berharap pemimpin pemerintahan di Indonesia memiliki visi jauh
ke depan, sebagaimana halnya pemimpin China. Di masa depan, Indonesia
harus menjadi negara maju dengan industri yang kuat serta memegang
peranan penting dalam penambangan, pengolahan, pemurnian dan
penguasaan LTJ, logam yang bernilai sangat strategis pada abad ke-21. Mari
kita galang kekuatan bangsa untuk mewujudkan visi dan program ini.

4.6 Pemanfaatan Logam Tanah Jarang


Walaupun kita jarang mendengar nama logam tanah jarang,
pemanfaatannya sudah sangat banyak di dunia industri. Berbagai macam
pemanfaatan dari logam tanah jarang, menyatakan bahwa material ini
merupakan material masa depan. Karena material ini menjadi pemicu lahirnya
teknologi baru yang masih akan terus berkembang seperti LCD, magnet dan
baterai hybrid. Hal ini mengakibatkan permintaan logam tanah jarang yang
akan terus meningkat. Berdasarkan penelitian pasar oleh BBC report untuk
Lynas Co. menyatakan bahwa permintaan logam tanah jarang akan terus
meningkat hingga menjadi 10% pada tahun 2010 . Sehingga industri logam
tanah jarang menjadi sebuah industri yang menjanjikan yang akan terus
berkembang di masa depan.

14
20
Pemanfaatan logam tanah jarang ini mampu membuka Indonesia
terhadap penguasaan dan pengembangan teknologi. Terutama teknologi
elektronik yang selama berpuluh-puluh tahun ini masuk dan berkembangnya
industri-industri elektronik asing selama di Indonesia, namun tidak
menghasilkan transformasi teknologi elektronik yang signifikan. Kemudian
adanya ini mampu meningkatkan kualitas industri metalurgi di Indonesia
dengan dihasilkannya spesifikasi baja dan logam paduan baru tentunya
dengan kualitas yang lebih baik. Kemudian masih banyak lagi manfaat besar
yang dapat diperoleh Indonesia dari pengolahan logam ini yang mampu
meningkatkan perkembangan teknologi di Indonesia.
Logam tanah jarang telah banyak digunakan pada berbagai macam
produk. Penggunaan logam tanah jarang ini memicu berkembangnya material
baru. Material baru dengan menggunakan Logam Tanah Jarang memberikan
perkembangan teknologi yang cukup signifikan dalam ilmu material.
Perkembangan material ini banyak diaplikasikan di dalam industri untuk
meningkatkan kualitas produk mereka. Contoh perkembangan yang terjadi
pada magnet. Logam Tanah Jarang mampu menghasilkan neomagnet, yaitu
magnet yang memiliki medan magnet yang lebih baik dari pada magnet biasa.
Sehingga memungkinkan munculnya perkembangan teknologi berupa
penurunan berat dan volume speaker yang ada. Memungkinkan munculnya
dinamo yang lebih kuat sehingga mampu mengerakkan mobil. Sehingga
dengan adanya logam tanah jarang, memungkinkan munculnya mobil
bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh. Oleh karenanya
mobil hybrid mulai marak dikembangkan.

21
15
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Tanah jarang sebagai komoditas yang berkaitan dengan teknologi


tinggi mempunyai prospek di masa depan yang baik untuk dikembangkan.
Mineral-mineral tanah jarang di Indonesia telah dihasilkan sebagai produk
sampingan dari penambangan dan pengolahan emas aluvial dan timah
aluvial. Produk sampingan sebagai komoditas yang dihasilkan dari
pengusahaan komoditas utamanya, meskipun belum mempunyai nilai
ekonomi yang signifikan pada saat ini, namun prospek di masa depan yang
akan menunjang pengembangan tekonologi tinggi dan teknologi alternatif
perlu untuk ditangani dengan baik. Apabila belum dijual perlu disimpan dan
ditangani agar ketika nantinya dimanfaatkan dapat diambil kembali dengan
mudah dan tidak menjadi turun nilai ekonomi, serta kualitas dan kuantitasnya.

Potensi logam tanah jarang pada daerah pujon terbilang cukup potensial.
Sehingga bagaimana caranya agar perusahaa-perusahaan pertambangan dapat
mengolah logam tersebut dan mengekstraknya dalam bentuk unsur murni.
Dan meningkatakan nilai ke-ekonomisan dari logam tanah jarang tersebut.
Potensi besar dari logam tanah jarang tersebut akan sangat
menguntungkan jika Indonesia turut serta untuk mengembangkannya.
Terlebih lagi, pasir monasite sebagai sumber logam tanah jarang, hanya
dijadikan sebagai sampah pembuangan timah. Sehingga sangat luar biasa
keuntungan yang didapat, ketika sampah dijadikan material yang jika
dilakukan pemprosesan lanjut memiliki nilai jual yang melebihi emas.
LTJ, seperti samarium dan neodymium, juga menjadi bahan potensial
untuk membuat magnet energi tinggi. Kekuatan magnet dengan campuran
samarium atau neodymium bisa 10-20 kali lebih besar dibandingkan magnet
biasa, taruhlah seperti yang biasa kita temui pada pengeras suara. Artinya,
untuk memperoleh kekuatan magnet yang sama, magnet energi tinggi ini bisa
berukuran dan berbobot 10-20 kali lebih kecil.

22
16
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemisahan logam tanah
jarang yaitu RECl3 melalui reaksi pengendapan menggunakan senyawa
RE(OH)3 diperoleh kondisi pengendapan terbaik RE(OH)3 ph 9.8 NaOH 1 N
dengan waktu 3 jam. Pada kondisi tersebut didapatkan rekoveri RE2O3
99,79%, Th 4,25%, U dan PO4 tidak diambil dan komposisi produk RE(OH)3
98,868%, Th(OH)4 0,009%, dan lain-lain 1,123%.

23
17
DAFTAR PUSTAKA

………….., 2008. Neraca Sumber Daya Mineral Tahun 2007. Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung

Ahmad, T., Edi, S., Afan, T., 1996. Laporan Eksplorasi Logam Langka
di Daerah Tikus dan Badaw, Kabupaten Belitung, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.

Aryanto, N.C.J., Widodo, Raharjo, P., 2008. Keterkaitan Unsur Tanah Jarang
Thd Mineral Berat Ilmenit dan
Rutil Perairan Pantai Gundi, Bangka. Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung

Djunaedi, E.K., dan Putra, C., 2006. Inventarisasi Potensi Bahan Galian pada
Wilayah PETI, di Daerah Kamipang, Kabupaten Katingan, Provinsi
Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Erni, R.A., Susilaningtyas, Hafni, L.N., Sumarni, Widowati, dan Rusydi,


2004. Penentuan Kondisi
Dekomposisi Optimal Bijih Uranium Rirang Kalan, Pusat
Pengembangan Geologi Nuklir-BATAN

Haxel, G.B., Hedrick, J.B., and., Orris G.J, 2005. Rare Earth Elements—
Critical Resources for High
Technology, US Geological Survey

Herman, D.Z., Suhandi, Fujiyono, H., dan Putra, C., 2005. Pemantauan
dan Evaluasi Konservasi di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi
Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung

24
18
Hutamadi, R., Suherman, W., Pertamana, Y., 2007. Inventarisasi Potensi
Bahan Galian Pada Wilayah
Bekas Tambang, Daerah Karimun, Kepulauan Riau. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.

Gunradi, R., dan Djunaedi, E.K., 2003. Evaluasi Potensi Bahan Galian pada
Bekas Tambang dan Wilayah PETI di Daerah Monterado, Kabupaten
Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung

Purawiardi, R., 2001. Endapan Unsur-unsur Tanah Jarang dan Batuan Granit.
Majalah Metalurgi Volume 16
Nomor 1, Juni 2001, LIPI, Serpong

Rezende, M.M., dan Cardoso, V.R.S., 2008. Rare Earth. Brasil.


http:/www.dnpm.gov.br.

Rohmana dan Gunradi, R., 2006. Inventarisasi Bahan Galian Pada Wilayah
PETI, Daerah Kotarawaringin
Barat, Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Rohmana dan Tain, Z., 2006. Inventarisasi Bahan Galian pada Wilayah PETI
Daerah Kampar, Provinsi Riau,
Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

Setiady D., Sianipar, A., Rahardiawan, R., Adam, Y., dan Sunartono., 2008.
Kandungan Unsur Tanah
Jarang Sedimen Permukaan Dasar Laut, Puslitbang Geologi Kelautan,
Bandung

Suharji, Ngadenin, Wagiyanto, dan Surnama, 2006. Peningkatan Kwalitas Estimasi


Cadangan Uranium dan Unsur Tanah

25
19
Jarang Sebagai Asosiasinya di Sektor Rirang Hulu, Kalimantan Barat, PPGN-
BATAN, Jakarta

Suprapto, S.J., 2008. Geokimia Regional Sumatera: Conto Endapan Sungai


Aktif Fraksi -80 Mesh. Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.

Verdiansyah, O., 2006. Karbonatit: Petrologi dan Geologi Ekonomi. UGM.


Jogjakarta

Widhiyatna, D., Pohan, M.P., Putra, C., 2006. Inventarisasi Bahan Galian Pada
Wilayah Bekas Tambang,di Daerah Belitung, Bangka-Belitung. Pusat
Sumber Daya

http://www.marlonalamo.com/2013/01/logam-tanah-jarang-ltj.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_tanah_jarang

http://blognuklir.wordpress.com/2010/10/23/china-incar-logam-tanah-jarang-di-
babel/

http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/10/mineral-tanah-jarang.html

http://internasional.kompas.com/read/2012/03/16/12112326/Logam.Tanah.Jaran
g.Bisa.Ditemukan.di.Manamana

26
20
LAMPIRAN A

Peta lokasi daerah penelitian

27
LAMPIRAN B

Peta geologi regional daerah penelitian

28
LAMPIRAN C

Sebaran bekas tambang

29

Anda mungkin juga menyukai