Tutorial Jiwa Kel. Hasding
Tutorial Jiwa Kel. Hasding
TUTORIAL KLINIK
Disusun Oleh :
Moh. Hasdinullah 13 18 777 14 315
I Wayan Kristian 13 18 777 14 288
Ayu Fera Fitriani 13 18 777 14 323
Sakinah Sidik Badjeber 13 18 777 14 317
Ade Mayuni 13 18 777 14 313
Claudia S.P Kota Siku 13 17 777 14 219
I. Riwayat Penyakit
a. KeluhanUtama : Mengamuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluhan dan gejala:
Pasien dibawa oleh ayahnya ke RSD Madani dengan keluhan
sering gelisah dan mengamuk menendang-nendang pintu, memecahkan
piring dan merusak alat alat dirumah. Pasien mendengarkan bisikan-
bisikan berupa suara perempuan dan laki-laki, pasien juga mengaku
melihat bayangan berubah kembarannya ayah dan kakanya. Bisikan-
bisikan seperti ini sudah dirasakan sejak pasien berusia 14 tahun.
Menurut pengakuan pasien bisikan - bisikan tersebut memerintahkan
dirinya untuk mengikuti perintah seperti “menghancurkan dunia,
mengikut ke surga dan terkadang berupa ancamam pasien akan dibunuh.
Namun terkadang bayangan itu membisikkan dengan kalimat “kamu
jangan takut, saya akan menemanimu sampai kau sembuh”.
Bisikan seperti ini terjadi setiap malam. Pasien mengatakan
bisikan-bisikan ini membuat pasien sulit tidur dan selalu merasa gelisah.
Pasien sering merasa dirinya dapat berubah menjadi kuat seperti hewan
yaitu kingkong, banteng, dan kuda, pasien juga merasa dirinya menjadi
dewa, Pasien sadar kalau dirinya sedang sakit, ketika ditanya sedang
sakit apa, dia merasa kalau yang sakit adalah hatinya. Pasien juga
berkeinginan untuk sembuh dan berobat ke Madani. Nafsu makan pasien
biasa. Menurut pangakuan pasien ketika berumur 14 tahun pasien sering
mengonsumsi “tembakau” yang diperoleh dari kakenya.
Menurut keluarga pasien, pada saat usia 14 tahun pasien menabrak
orang hingga orang (korban) tersebut mengalami patah kaki dan keluarga
dari korban meyekap pasien dengan mengurung pasien dalam ruangan
gudang dan selalu mengancam pasien akan dibunuh menggunakan
parang. Sejak setelah penyekapan itu pasien gemetar, selalu merasa
ketakutan dan tidak mau bicara. Ketika kembali ke sekolah 3 bulan pasca
penyekapan berdasarkan keterangan guru pasien, pasien mulai berbicara
sendiri, sering menyendiri, dan mulai mengamuk. Ibu pasien membawa
pasien berobat ke dukun hingga ke dokter. Pasien rutin minum obat dari
dokter namun karena kendala biaya yang tidak mampu untuk berobat dan
jaminan kesehatan pada saat itu tidak berlaku lagi sehingga pasien putus
obat selama 1 bulan. Pada saat pasien putus obat pasien mulai
mengamuk. Setiap orang yang datang bertamu dirumahnya, selalu
mendapat amukan dari pasien.
Menurut pasien dan sesuai dari keterangan keluarga, pasien
pertama kali merokok sejak usia 4 tahun awalnya ditawarkan oleh
kakeknya, namun pasien tidak mau merokok lagi. Pasien juga mulai
merokok sejak timbul mengamuk. Pasien mengaku minum obat batuk
tablet kecil berwarna putih yang dicampurkan dengan extrajoss. Obat
yang digunakan 1 kali dikonsumsi. Pasien mengatakan merasa mulai
mabuk pada saat meminumnya.
Hendaya/disfungsi :
• Hendaya Sosial (-)
• Hendaya Pekerjaan (-)
• Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (-)
f. Situasi Sekarang
Saat ini pasien tinggal dengan orang tua dan saudaranya. Pasien tidak bekerja
maupun sekolah, Kondisi ekonomi keluarga kurang. Pasien merupakan anak
ke 2 dari 6 bersaudara, dan saat ini pasien dirawat di ruangan Srikaya RSD
Madani.
b. Keadaan Afektif
Mood : eutimia
Afek : luas
Keserasian : serasi
Empati : tidak dapat dirasakan
d. Gangguan Persepsi
- Halusinasi : Visual, pasien terkadang melihat ayah,
kaka dan kembaranya sendiri. Audiotorik, pasien mangakuu
mendengar bsikan berupa “menghancurkan dunia” “ayo pergi ke
surge” dan “kamu jangan takut, saya akan menemanimu sampai kau
sembuh”
- Ilusi : Tidak ada
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada
e. Proses Berpikir
1. Arus pikiran :
A. Produktivitas : banyak ide
B. Kontinuitas : relevan
C. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
A. Preokupasi : mengambil parang
B. Gangguan isi pikiran : waham paranoid, mengaku dirinya sebagai
kingkong, dewa dan mengaku ada yang mau membunuhnya
f. Pengendalian Impuls
Selama wawancara, impuls pasien dapat di dikendalikan dengan baik.
g. Daya nilai
• Norma sosial : Baik
• Uji daya nilai : Baik
• Penilaian Realitas : Terganggu
h. Tilikan (insight)
• Derajat 4 : Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun
tidak memahami penyebab sakitnya.
B. Kata Kunci
1. Laki-laki 19 tahun
2. Sering gelisah dan mengamuk
3. Mendengar bisikan, bisikan terdengar setiap saat
4. Melihat bayangan dan terlihat 1000 bayangan
5. Bayangan dapat masuk ke dalam tubuh
6. Hal ini membuat pasien mengalami sulit tidur
7. Pasien merasa dirinya dapat berubah-ubah
8. Pasien sadar dirinya sakit
9. Pasien berkeinginan sembuh
10. Riwayat menabrak orang
Riwayat di sekap dan diancam akan dibunuh yang dialami ± 5 jam
Pasca penyekapan, pasien mengalami ketakutan dan tidak mau bicara
13. 3 bulan setelahnya, pasien bicara sendiri, suka menyendiri, suka marah-
marah, dan mulai mengamuk
14. Riwayat berobat ke dukun dan dokter
15. Riwayat minum obat jiwa (+) namun putus obat selama 1 bulan karena
kendala biaya.
16. Riwayat merokok (+) hanya pada saat pasien mengamuk.
17. Jika ada yang memarahi pasien atau membawakan parang, lingkungan
yang ribut, dan jika merasa lapar.
18. Pernah di rawat di RS Sengkang pada tahun 2014 akibat mengamuk
C. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa dan kriteria dikatakan
gangguan jiwa ?
D. Jawaban
1. Gangguan jiwa merupakan terjadinya gejala klinis bermakna berupa perubahan
perilaku dan pola psikolgi yang menimbulkan penderitaan (distress) antara
lain berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu, dan disfungsi
organ tubuh serta menimbulkan terjadinya disability dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri dan
kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll)
2. Diagnosa multiaksial
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesa dan allonamnesadi dapatkan adanya gejala klinis
yang bermakna berupa mengamuk. Keadaan ini akan menimbulkan distress dan
disabilitas dalam pekerjaan dan penggunaan waktu senggang, yaitu pasien
berhenti bekerja dan sekolah sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Gangguan Jiwa.
Aksis II
Aksis III
Tidak terdiagnosa
Aksis IV
Aksis V
4. Prognosis
Faktor pendukung : kepatuhan minum obat, , ada dukungan dari keluarga, tidak
ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa, tidak ada riwayat penyakit
fisik, gejala positif.
3. Efek Hematologis
6. Efek Dermatologis
8. Ikterus
Ikterus obstruktif atau kolestatik adalah suatu efek samping yang relative
jarang terjadi dalam penggunaan antipsikotik tipikal.Biasanya ikterus muncul
pada bulan pertama terapi dan ditandai oleh nyeri abdomen bagian atas, mual,
muntah, gejala mirip flu, demam, ruam, bilirubin pada urin dan peningkatan
bilirubin serum, alkali fosfatase dan transaminase hati.Jika ikterus terjadi, maka
terapi harus diberhentikan dan diganti. Ikterus dilaporkan terjadi pada penggunaan
promazine, thioridazine, dan sangat jarang terjadi pada fluphenazine dan
trifluoperazine.3
9. Overdosis Antipsikotik
Distonia dapat terjadi pada semua umur dan pada kedua jenis kelamin
tetapi paling sering terjadi pada laki-laki muda (<40 tahun), dapat terjadi pada
semua antipsikotik dan paling sering disebabkan oleh antipsikotik potensi tinggi.
Mekanisme kerja diperkirakan merupakan suatu hiperaktivitas dopaminergik di
ganglia basalis yang terjadi jika kadar antipsikotik dalam SSP mulai menurun
diantara pemberian dosis.1,3,5 Profilaksis dengan antikolinergik atau obat yang
berhubungan biasanya mencegah berkembangnya distonia, walaupun risiko terapi
profilaksis melebihi manfaatnya. Terapi dengan antikolinergik IM atau
diphenhydramine IV atau IM (50 mg) hampir selalu menghilangkan
gejala.Diazepam (10 mg IV), amobarbital (Amytal), caffeine sodium benzoate dan
hipnosis dilaporkan juga efektif.1,3
3. Sindrom Neuroleptik Maligna
Gejala motorik dan perilaku adalah rigiditas otot dan distonia, akinesia,
mutisme, obtundasi, dan agitasi.Gejala otonomik adalah hiperpireksia, berkeringat
dan peningkatan kecepatan denyut nadi dan tekanan darah.Temuan laboratorium
adalah peningkatan hitung sel darah putih, kreatinin fosfokinase, enzim hati,
mioglobin plasma, dan mioglobinuria, kadang-kadang disertai dengan gagal
ginjal.1,3
4. Efek Epileptogenik
1. Mesokortikal Pathways
2. Mesolimbik Pathways
3. Tuberoinfundibular Pathways
4. Nigrostriatal Pathways
Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis.Fungsi
jalur nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan
terjadi kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal
reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada
wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.
1. APG II menyebabkan EPS jauh lebih kecil dibandingkan APG I, umunya pada
dosis terapi sangat jarang terjadi EPS.
2. APG II dapat mengurangi gejala negatif dari skzofrenia dan tidak memperburuk
gejala negatif seperti
3. APG II menurunkan gejalan afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk
pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.
Keuntungan yang didapatkan dari pemakaian APG II selain efek samping yang
minimal juga dapat memperbaiki gejala negatif, kognitif dan mood sehingga
mengurangi ketidaknyamanan dan ketidakpatuhan pasien akibat pemakian obat
antipsikotik. Pemakaian APG II dapat meningkatkan angka remisi dan
menigkatkan kualitas hidup penderita skizofrenia karena dapat mengembalikan
fungsinya dalam masyarakat.3
RISPERIDONE
Risperidone merupakan obat APG II yang kedua diterima oleh FDA (Food
and Drug Administration) sebagai antipsikotik setelah clozapine.Absorpsi
risperidone di usus tidak di pengaruhi oleh makanan dan efek terapeutik nya
terjadi dalam dosis rendah, pada dosis tinggi dapat terjadi EPS. Pemakaian
risperidone yang teratur dapat mencegah terjadinya kekambuhan dan menurunkan
jumlah dan lama perawatan sehingga baik digunakan dalam dosis pemeliharaan.1
Dosis :
- Umunya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari pengobatan awal, jika
belum terlihat respon perlu penilaian ulang.
- Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.1,3
- EPS
- Sedasi
- Pusing
- Konstipasi
- Takikardi
CLOZAPINE
Dosis :1,3
- Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, bingung, gelisah, agitasi, delirium.
Kontra indikasi :
- Ada riwayat toksik/hipersensitif.
- Koma.
- Depresi SSP.
- Gangguan liver.
OLANZAPINE
Dosis :1,3
Efek samping:
- Somnolen
QUETIAPINE
Dosis anjuran 50-400mg/hari dan sediaannya 25-100mg dan 200mg dan 300mg
tablet XR (50mg, 300mg dan 400mg). Efek samping obat ini yang sering adalah
somnolen, hipotensi postural, pusing, peningkatan berat badan, takikardi, dan
hipertensi.1,3
ARIPIPRAZOLE
Merupakan antipsikotik generasi baru, yang bersifat partial agonis pada reseptor
D2 dan reseptor serptonin 5HT1A serta antagonis pada reseptor serotonin 5HT2A.
Aripiprazole bekerja sebagai dopamin sistem stabilizer artinya menghasilkan
signal transmisi dopamin yang sama pada keadaan hiper atau hipo-dopaminergik
karena pada keadaan hiperdopaminergik aripiprazole afinitasnya lebih kuat dari
dopamin akan mengeser secara kompetitif neurotransmiter dopamin dan berikatan
dengan reseptor dopamin. Pada keadaan hipodopaminergik maka aripiprazole
dapat menggantikan peran neurotransmiter dopamin dan akan berikatan dengan
reseptro dopamin. 3,4,5
Aripiprazole di metabolisme di hati melaui isoenzim P450 pada CYP 2D6 dan
CYP 3A4, menjadi dehydro-aripiprazole.Afinitas dari hasil metabolisme ini mirip
dengan aripiprazole pada reseptor D2 dan berada di plasma sebesar 40% dari
keseluruhan aripiprazole.Waktu paruh berkisar antara 75-94 jam sehingga
pemberian cukup 1 kali sehari.Absorpsi aripiprazole mencapai konsentrasi plasma
ouncak dalam waktu 3-5 jam setelah pemberian oral. Aripiprazole sebaiknya
diberikan sesudah makan, terutama pada pasien yang mempunyai keluhan
dispepsia, mual dan muntah.3,4
Indikasi : Skizofrenia.
Dosis : dosis anjuran 10-15mg/hari dan sedian tablet (5mg, 10mg dan 15mg).
Pemberuannya dapat 10
atau 15 mg 1 x sehari.
Efek samping :
- Sakit kepala.
- Mual, muntah.
- Konstipasi.
- Akhatisia.