Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM NEUROLOGI

STRUK

Disusun Oleh

Kelompok 1:

Aliyah (010116A005)

Linda Ayu Anjhelina (010116A049)

Margaretha Neneng Haryani Bara (010116A053)

Nofi Melisa (010116A058)

Rieska Novianti P (010116A068)

Shinta Kusumawardhani (010116A075)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATTAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke didefinisikan sebagai hilangnya fungsi dari otak secara
mendadak karena blokade atau ruptur dari pembuluh darah otak.
Klasifikasi jenis patologi stroke adalah stroke iskemik dan stroke
pendarahan (Anonim, 2009). Pada stroke hemoragik, pembuluh darah
pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70%
kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi (Anonim, 2009).
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur
darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteri
karotis internal dan arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang
dari lengkung aorta jantung (Anonim, 2009). Berdasarkan data American
Heart Association (AHA), penyakit stroke menjadi penyebab kematian
kedua di dunia pada kelompok usia diatas 60 tahun dan penyebab
kematian kelima pada kelompok usia 15-59 tahun.
Di Amerika Serikat tercatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus
stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke. Stroke merupakan
penyebab kematian ketiga terbesar yang makin berkembang di Amerika
Serikat. Di Amerika Serikat, sekitar 15% daripada insidensi stroke adalah
stroke hemoragik dan 85% merupakan penyakit pembuluh darah utama
(Morris, 2005).
Mortalitas stroke telah dijadikan salah satu parameter dalam
penelitian kejadian stroke. Pada tahun 1998, menurut American Heart
Association (AHA) terdapat 158.448 orang yang meninggal akibat stroke
di Amerika Serikat. Stroke biasanya menyerang golongan geriatrik, yaitu
penderita sudah lanjut usia dan angka kematian makin meningkat dua kali
ganda setiap 10 tahun pada rentang usia 55-85 tahun.

2
Sementara itu, menurut data World Health Organisation (WHO)
tahun 2001 menyebutkan bahwa, jumlah penderita stroke di seluruh dunia
berjumlah 20,5 juta jiwa. WHO memprediksikan bahwa kematian akibat
stroke akan semakin meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit
jantung dan kanker, kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta
pada tahun 2030.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi stroke ?
2. Apa saja klasifikasi stroke ?
3. Apa etiologi stroke ?
4. Apa saja tanda dan gejala stroke ?
5. Bagaimana patofisiologi stroke ?
6. Apa saja komplikasi stroke ?
7. Apa pemeriksaan penunjang stroke ?
8. Bagaimana manajemen stroke ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan stroke ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi stroke
2. Mengetahui klasifikasi stroke
3. Mengetahui etiologi stroke
4. Mengetahui tanda dan gejala stroke
5. Mengetahui patofisiologi stroke
6. Mengetahui komplikasi stroke
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang stroke
8. Mengetahui manajemen stroke
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan stroke

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi
otak yang kehilangan fungsi otak yang diakibatnya oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak. Sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskular
Selama beberapa tahun. Stroke adalah masalah neurologic primer di AS dan
di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada
insiden dalam beberapa tahun terakhir, stroke adalah peringkat ke tiga
penyebab kematian, dengan laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke
untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke selanjutnya . terdapat
kira-kira 2 juta orang bertahn hidup dari stroke yang mempunyai kecacatan,
dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan.
Istilah stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem supai arteri otak. Istilah stroke
biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum.
Istilah yang lebih lama dan masih sering digunakan adalah cerebrovascular
accident (CVA). Namun, istilah ini sulit dipertahankan secara ilmiah karena
patologi yang mendasari biasanya sudah ada sejak lama / atau mudah
diidentifikasi. Karena itu, proses bagaimana berbagai gangguan patologik
(misalnya, hipertensi) menyebabkan stroke merupakan hal yang dapat diduga,
reproducible, dan bahkan dapat dimodifikasi. Dengan demikian, timbulnya
stroke sama sekali bukanlah suatu “kecelakaan”. Istilah lain yang digunakan
dalam usaha penerangan masyarakat adlaah serangan otak (Sylvia dan
Lorraine)
Stroke mengalami peningkatan signifikan pada masyarakat seiring
dengan perubahan pola makan, gaya hidup dan peningkatan stresor yang
cukup tingii. Peningkatan jumlah penderita tidak saja menjadi isu yang
bersifat regional akan tetapi sudah menjadi isu global (Rahmawati, 2009)

4
B. Klasifikasi Stroke
1. Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu sisi atau lebih arteri besar pada
sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus)
yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ
distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin
terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa
melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Terdapat berbagai
penyebab stroke trombotik dan embolik primer, termasuk aterosklerosis,
arteritis, keadaan hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Stroke
iskemik dibagi menjadi 4 :
a. Stroke Lakunar
Terjadi karena penyakit pembuluh halus hipertensif dan
menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul dalam beberapa
jam atau kadang lebih lama. Infark lakunar merupakan infark yang
terjadi setelah oklusi aterotrombotik atau hialipid salah satu dari
cabang-cabang penetrans sirkulus Wilisi, asteri serebri media, atau
arteria vertebralis dan basilaris (Smith, 2001)
b. Stroke Trombotik pembuluh besar
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien
relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala
dan tanda yang terjadi akibat stroke ini bergantung pada lokasi
sumbatan dan tingkat aliran kolateral di jaringan otak.
c. Stroke embolik
Diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat (misalnya,
stroke arteri vertebralis) atau asal embolus. Stroke yang terjadi
akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak
dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan
terjadi saat pasien beraktivitas.

5
d. Stroke kriptogenik
Disebut stroke kriptogenik karena sumbernya “tersembunyi”,
bahkan setelah dilakukan pemeriksaan diagnostik dan evaluasi klinis
yang ekstensif.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi
vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA)
adalah aneurisma sakular (Berry) dan malformasi arteriovena (MAV).
Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau
amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan
perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid. Stroke hemoragic dibagi
menjadi 2 :
a. Perdarahan Intraserebrum (Parenkimatosa) Hipertensif
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringa otak (parenkim)
paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh
hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus jauh ke dalam jaringan otak.
b. Perdarahan Subarakhnoid
PSA memiliki dua penyebab utama : ruptur suatu aneurisma
vaskular dan trauma kepala. Karena perdarahan dapat masif dan
ekstravasasi darah ke dalam ruang subarakhnoid lapisan meningen
dapat berlangsung cepat, maka angka kematian sangat tinggi skitar
50% pada bulan pertama setelah perdarahan.

C. Etiologi
1. Perdarahan intraserebral (hemoragi serebral)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi memgakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

6
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan
karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen, thalamus, pons, dan
serebelum.
2. Perdarahan Subarakhnoid
Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering adalah
kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan Malvormasi arteri –
vena kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya mendadak, peningkatan
intracranial (TIK), perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala (mungkin
hebat), vertigo, kacau mental, stupor sampai koma, gangguan ocular,
hemiparesis atau hemiplegic, mual muntah, iritasi meningeal (kekakuan
nukhal, kernig’s, Brudzinski’s positif, Fotofobia, penglihatan ganda, peka
rangsang, kegelisahan, peningkatan suhu tubuh)
3. Perdarahan Serebral
Faktor risiko stroke :
1. Hipertensi, merupakan faktor risiko utama
2. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.
3. Kolesterol darah tinggi.
4. Obesitas atau kegemukan.
5. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.
6. Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.
7. Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan kadar estrogen
tinggi)
8. Merokok
9. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
10. Konsumsi alkohol (Muttaqin, 2008)

D. Tanda dan Gejala


1. Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau
tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh

7
2. Gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat
pada satu atau kedua mata
3. Bingung mendadak
4. Pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi
5. Nyeri kepala mendadak tanpa penyebab jelas
6. Afasia (kesulitan berbicara)
7. Disatria (bicara cadel atau pelo)
8. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

E. Patofisiologi
Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang
otak terjadi karena kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat
jatah darah lagi. Jatah darah tidak disampaikan ke daerah tersebut. Lesia yang
terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri tersumbat dan infark hemoragik
jika arteri pecah.
1. Stroke iskemik / Non Hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga
arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia,
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh
embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan
otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh
emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan

8
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah
tersebutmenimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga
terjadi nekrosis jaringan otak

9
10
F. Komplikasi
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke
yaitu :
1. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuhan
dapat menghasilkan luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan tumit. Luka
dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
2. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki
yang lumpuh dan penumpukan cairan.
3. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan
kekuan pada otot atau sendi.penekanan saraf proneus dapat
menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf ulnar
dan kompresi saraf femoral.
4. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya
densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
5. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau
karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut
dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke dan keadaan ini
lebih sering pada hemiparasis kiri.
6. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah
imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta pemberian
obat.
7. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegic dan
nyeri bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu
(shoulder hand syndrome) terjadi pada 27% pasien stroke.\
Menurut ESO Excecutive Communitte and ESO Writing Communitte
(2008) dan Stroke National Clinical Guideline For Diagnosis and Initial
Management of Acute Stroke and Transite Ischemic Attack (2014), daerah-
daerah neurologis yang mengalami gangguan akibat stroke dapat
dikelompokkan yaitu :

11
1. Motor, meliputi : muka, lengan, dan kaki maupun dalam bentuk
gabungan atau seluruh tubuh.
2. Sensori, meliputi : deficit sensori berkisar antara kehilangan sensasi
primer, mungkin menyatakannya sebagai perasaan semutan, rasa baal,
atau gangguan sensitivitas.
3. Penglihatan, menyebabkan hilangnya visus secara monokuler,
hemianoposa hormonim, atau kebutaan kortikal.
4. Bicara dan bahasa : mungkin tampak sebagai gangguan komprehensi,
lupa akan nama-nama, adanya repetisi, dan gangguan membaca dan
menulis.
5. Kognitif : kelainan ini berupa adanya gangguan memori, atensi,
orientasi, dan hilangnya kemampuan menghitung.
Afek : gangguan afeksi berupa depresi adalah yang paling sering menyertai
stroke.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke infark dan
stroke hemoragik. Pemeriksaan CT Scan kepala merupakan gold standar
untuk menegakan diagnosis stroke. (Rahmawati, 2009).
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih
sensitive dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan mampu
melihat adanya iskemik pada jaringan otak dalam waktu 2-3 jam setelah
onset stroke non hemoragik. MRI juga digunakan pada kelainan medulla
spinalis. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli
paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya
adalah tidak bisa memeriksa pasien yang menggunakan protese logam
dalam tubuhnya, preosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama,
serta harga pemeriksaan yang lebih mahal (Notosiswoyo, 2007).
3. Pemeriksaan Laboratorium

12
Pada pasien yang diduga mengalami stroke perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Parameter yang diperiksa meliputi kadar
glukosa darah, elektrolit, analisa gas darah, hematologi lengkap, kadar
ureum, kreatinin, enzim jantung, prothrombin time (PT) dan activated
partial thromboplastin time (aPTT).
Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemi
maupun hiperglikemi, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai
gejala neurologis.
Pemeriksaan elektrolit ditujukan untuk mendeteksi adanya
gangguan elektrolit baik untuk natrium, kalium, kalsium, fosfat maupun
magnesium (Rahajuningsih, 2009).
Pemeriksaan analisa gas darah juga perlu dilakukan untuk
mendeteksi asidosis metabolik. Hipoksia dan hiperkapnia juga
menyebabkan gangguan neurologis. Prothrombin time (PT) dan activated
partial thromboplastin time (aPTT) digunakan untuk menilai aktivasi
koagulasi serta monitoring terapi.
Dari pemeriksaan hematologi lengkap dapat diperoleh data tentang
kadar hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah eritrosit, leukosit, dan
trombosit serta morfologi sel darah. Polisitemia vara, anemia sel sabit, dan
trombositemia esensial adalah kelainan sel darah yang dapat menyebabkan
stroke (Rahajuningsih, 2009).

H. Manajemen Stroke
1. Penanganan Stroke Prahospital
a. Deteksi
Pengenalan cepat dan reaksi terhadap tanda-tanda stroke dan
TIA. Keluhan pertama kebanyakan pasien (95%) mulai sejak di luar
rumah sakit. Hal ini penting bagi masyarakat luas (termasuk pasien
dan orang terdekat dengan pasien) dan petugas kesehatan profesional
(dokter umum dan resepsionisnya , perawat penerima telpon, atau

13
petugas gawat darurat) untuk mengenal stroke dan perawatan
kedaruratan.
Tenaga medis atau dokter terlibat di unit gawat darurat atau
pada fasilitas prahospital harus mengerti tentang gejala stroke akut
dan penanganan pertama yang cepat dan benar. Pendidikan
berkesinambungan perlu dilakukan terhadap masyarakat tentang
pengenalan atau deteksi dini stroke.
FAST merupakan suatu metode deteksi dini pasien stroke yang
bisa dilakukan secara cepat. FAST terdiri dari Facial Movement, Arm
movement dan Speech. Facial movement merupakan penilaian pada
otot wajah, pemeriksaan ini dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
 Minta pasien untuk tersenyum atau menunjukkan giginya.
 Amati simetrisitas dari bibir pasien, tandai pilihan “YES” bila
terlihat ada deviasi dari sudut mulut saat diam atau saat
tersenyum.
 Kemudian identifikasi sisi sebelah mana yang tertinggal atau
tampak tertarik, lalu tandai apakah di sebelah kiri “L” atau
sebelah kanan “R”.
Arm movement merupakan penilaian pergerakan lengan untuk
menentukan apakah terdapat kelemahan pada ekstremitas,
pemeriksaannya dilakukan dengan tahapan berikut:
 Angkat kedua lengan atas pasien bersamaan dengan sudut 90o bila
pasien duduk dan 45o bila pasien terlentang. Minta pasien untuk
menahannya selama 5 detik.
 Amati apakah ada lengan yang lebih dulu terjatuh dibandingkan
lengan lainnya
 Jika ada tandai lengan yang terjatuh tersebut sebelah kiri atau
kanan.
Speech merupakan penilaian bicara yang meliputi cara dan kualitas
bicara.

14
Pemeriksaannya dilakukan dengan tahapan berikut :
 Perhatikan jika pasien berusaha untuk mengucapkan sesuatu
 Nilai apakah ada Gangguan dalam berbicara
 Dengarkan apakah ada suara pelo
 Dengarkan apakah ada kesulitan untuk mengungkapkan atau
menemukan katakata.
Hal ini bisa dikonfirmasi dengan meminta pasien untuk menyebutkan
benda-benda yang terdapat di sekitar, seperti pulpen, gelas, piring dan
lain-lain.
 Apabila terdapat gangguang penglihatan, letakkan barang tersebut
di tangan pasien dan minta pasien menyebutkan nama benda
tersebut.
b. Pengiriman Pasien
Bila seseorang dicurigai terkena serangan stroke, maka segera
panggil ambulansgawat darurat. Ambulans gawat darurat sangat
berperan penting dalam pengirimanpasien ke fasilitas yang tepat untuk
penanganan stroke. Semua tindakan dalamambulansi pasien
hendaknya berpedoman kepada protokol. Staff ambulans
berperandalam menilai apakah pasien dicurigai menglami stroke akut
dengan mengevaluasi melalui metode FAST dan jika pemeriksaannya
positif, segera menghubungi personel di pusat control ambulans di
rumah sakit. Personel tersebut yang kemudian menghubungi petugas
unit gawat darurat untuk menyediakan tempat dalam penanganan lebih
lanjut.
c. Transportasi/ambulans
Petugas ambulans gawat darurat harus mempunyai kompetensi
dalam penilaian pasien stroke pra rumah sakit. Fasilitas ideal yang
harus ada dalam ambulans yaitu personil yang terlatih, mesin EKG,
peralatan dan obat-obatan resusitasi dan gawat darurat, obat-obat
neuroprotektan, telemedisin, ambulans yang dilengkapidengan
peralatan gawat darurat, antara lain, pemeriksaan glukosa

15
(glukometer), kadar saturasi O2 (pulse oximeter). Personil pada
ambulans gawat darurat yang terlatih mampu mengerjakan:
 Memeriksa dan menilai tanda-tanda vital
 Tindakan stabilitas dan resusitasi (Airway Breathing Circulation /
ABC).
Intubasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan koma yang dalam,
hipoventilasi, dan aspirasi.
 Bila kardiopulmuner stabil, pasien diposisikan setengah duduk
 Memeriksa dan menilai gejala dan tanda stroke.
 Pemasangan kateter intravena, memantau tanda-tanda vital dan
keadaan jantung
 Berikan oksigen untuk menjamin saturasi > 95%
 Memeriksa kadar gula darah
 Menghubungi unit gawat darurat secepatnya (stroke is
emergency)
 Transportasi secepatnya (time is brain)
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petugas pelayan ambulans:
 Jangan terlambat membawa ke rumah sakit yang tepat.
 Jangan memberikan cairan berlebihan kecuali pada pasien syok
dan hipotensi
 Hindari pemberian cairan glukosa / dekstrose kecuali pada pasien
hipoglikemia
 Jangan menurunkan tekanan darah kecuali pada kondisi khusus.
 Hindari hipotensi, hipoventilasi, atau anoksia.
 Catat waktu onset serangan.

2. Penanganan di Ruang Gawat Darurat


a. Evaluasi Cepat dan Diagnosis
 Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan,
aktivitas penderita saat serangan, gejala seperti nyeri kepala,

16
mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup), gangguan
visual, penurunan kesadaran, serta faktor resiko.
 Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi,
oksimetri, suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya
cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dll).
Pemeriksaan torax (jantung dan paru), abdomen, kulit dan
ekstremitas.
 Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis
terutama pemeriksaan saraf kranial, rangsang selaput otak, sistem
motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi, sensorik dan
fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah
NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale).
b. Terapi Umum
 Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
- Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis,
nadi, TD, suhu, saturasi oksigen.
- Pemberian terapi oksigen pada hipoksia
- Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring
pada pasien tidak sadar
 Stabilisasi hemodinamik
- Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena
- Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter),
tujuannya memantau kecukupan cairan
- Pemantauan jantung selama 24 jam pertama setelah serangan
stroke
- Optimalisasi tekanan darah
 Pemeriksaan awal fisik umum
- TD
- Pemeriksaan jantung
- Pemeriksaan neurologi umum awal (derajat kesadaran,
pemeriksaan pupil dan okulomotor)

17
- Keparahan hemiparesis
 Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
- Pemantauan ketat penderita dengan resiko edema serebral
dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan
tanda neurologis pada hari-hari pertama setelah serangan
stroke
- Monitor TIK dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan
penderita yang mengalami penurunan kesadaran karena
kenaikan TIK
- Sasaran terapi adalah TIK <20 mmHg dan CPP >70 mmHg
 Penanganan Transformasi Hemoragik
Tidak ada anjuran khusus tentang terapi transformasi
perdarahan asimptomatik. Terapi ini sama dengan terapi stroke
perdarahan, antara lain dengan memperbaiki perfusi serebral
dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati.
 Pengendalian Kejang
- Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20
mg dan diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus
kecepatan maksimun 50 mg/menit
- Bila kejang teratasi, maka perlu dirawat di ICU
- Pemberian antikonvulsan profilaksis pada penderita stroke
iskemik tanpa kejang tidak di anjurkan
- Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan
profilaksis dapat diberikan selama 1 bulan, kemudian
diturunkan dan dihentikan bila tidak ada kejang selama 1
bulan
 Pengendalian suhu tubuh
- Penderita stroke disertai demam harus diobati dengan
antipiretika dan diatasi penyebabnya
- Beri asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5°C

18
- Pada pasien febris / resiko infeksi, harus dilakukan kultur dan
hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik.
-
3. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat
a. Cairan
 Beri cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemi
 Pada umumnya kebutuhan cairan 30 ml/kg BB/hari
(parenteral/enteral)
 Balance cairan diperhitungkan dengan mengukur produkasi urin
sehari ditambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan
 Elektrolit harus diperiksa dan diganti bila terjadi kekurangan
sampai tercapai nilai normal
 Asidosis dan alkalosis dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas
darah
b. Nutrisi
 Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam,
nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah fungsi menelan baik
 Bila terdapat gangguan menelan/kesadaran menurun, makanan
dan nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik
 Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan
komposisi :
- Karbohidrat 30-40% dari total kalori
- Lemak 20-35% (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-
55%)
- Protein 20-30% (pada keadaan stres kebutuhan protein 1,4-
2,0 g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal <0,8
g/kgBB/hari)
 Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik >6 minggu,
pertimbangkan untuk gastrostomi
c. Pencegahan dan penanganan komplikasi

19
 Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut
(aspirasi, malnutrisi, pneumonia, thrombosis vena dalam, emboli
paru, dekubitus, komplikasi ortopedi dan kontraktur) perlu
dilakukan
 Berikan antibiotika atas indikasi dan usahakan sesuai dengan tes
kultur dan sensitivitas kuman atau minimal terapi empiris sesuai
dengan pola kuman
 Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau
memakai kasur antidekubitus
d. Penatalaksanaan medis lain
 Pemantauan kadar glukosa darah. Hiperglikemia (>180 mg/dl)
pada stroke akut harus diobati dengan titrasi insulin.
Hipoglikemia berat (<50 mg/dl) harus diobati dengan dekstrosa
40% intravena atau infuse glukosa 10-20%
 Jika gelisah lakukan terapi psikologis
 Analgesik dan antimuntah sesuai indikasi
 Hati-hati dalam menggerakkan, penyedotan lendir, atau
memandikan pasien karena dapat mempengaruhi TIK
 Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan
kateterisasi intermiten
 Pemeriksaan penunjang lanjutan seperti pemeriksaan
laboratorium, MRI, Dupleks Carotid Sonography, Transcranial
Doppler, TTE, TEE, dll sesuai indikasi
 Rehabilitasi
 Edukasi
 Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar rumah
sakit)

4. Kedaruratan Medik Stroke Akut


a. Penatalaksanaan Hipertensi

20
 Pada stroke iskemik akut, TD diturunkan sekitar 15% dalam 24
jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah sistolik (TDS)
>220 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) > 120 mmHg.
 Pada stroke perdarahan intraserebral akut, apabila TDS > 200
mmHg atau Mean Arterial Preassure (MAP) >150 mmHg,
diturunkan dengan obat antihipertensi intrabena dengan
pemantauan TD setiap 5 menit
 Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai gejala
dan tanda peningkatan tekanan intracranial, dilakukan
pemantauan tekanan intracranial.
 Pada stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-22- mmHg,
penurunan TD dengan cepat hingga 140 mmHg cukup aman
 Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan TD
pada penderita stroke perdarahan intraserebral
 Pada perdarahan subarakhnois (PSA) aneurismal, TD harus
dipantau dan dikendalikan bersama pemantauan tekanan perfusi
serebral untuk mencegah resiko stroke iskemik sesudah PSA serta
perdarahan ulang
b. Penatalaksanaan hipotensi pada stroke akut
Hipotensi arterial pada stroke akut berhubungan dengan
buruknya keluaran neurologis, terutama bila TDS <100 mmHg atau
TDD < 70 mmHg. Penggunaan obat vasopresor dapat diberikan dalam
bentuk infuse dan disesuaikan dengan efek samping yang akan
ditimbulkan seperti takikardia. Obat vasopresor yang dapat digunakan
antara lain, fenilephrin, dopamine, norepinefrin. Pemberian obat
tersebut diawali dengan dosis kecil dan dipertahakan pada tekanan
darah optimal, yaitu TDS berkisar 140 mmHg pada kondisi stroke
akut.
c. Penatalaksanaan Gula Darah pada Stroke Akut
 Indikasi dan syarat pemberian insulin

21
- Stroke hemoragik dan non hemoragik dengan IDDM atau
NIDDM
- Bukan stroke lakunar dengan diabetes melilitus
 Kontrol gula darah selama fase akut stroke
- Insulin reguler subkutan menurut skala luncur
Gula darah (mg/dl) Dosis insulin subkutan (unit)
150-200 2
201-250 4
251-300 6
301-350 8
>351 10
- Protokol pemberian insulin intravena
Guideline umum : sasaran kadar glukosa =80-180 mg/dl (90-
110 untuk ICU), standart drip insulin 100 U/100 ml 0,9%
NaCl via infus. Infus insulin harus dihentikan bila penderita
makan dan menerima dosis pertama dari insulin subkutan.
d. Penatalaksanaan Komplikasi Medik Stroke Akut
 Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Pencegahan ISK
- Hindari pemasangan kateter urin, bila tidak ada indikasi kuat.
Bila dipasang kateter, perlu diperhatikan tindakan aseptik.
- Dianjurkan mendapat nutrisi yang cukup, penting dalam
meningkatkan daya tahan tubuh
- Antibiotik profilaksis dapat menurunkan resiko infeksi pada
pasien stroke
Penatalaksanaan ISK
- Pemberian antibiotika apektrum luas atau sesuai hasil
laboratorium yang didapat
- Pilihan antibiotika meliputi :
ISK bagian bawah : Cefixime, cotrimoxazole atau ofloxacin

22
ISK bagian atas : Ciprofloxacin, Pivmecillinam,
Nitrofurantoin tidak efektif
 Ulkus dekubitus
Pencegahan
- Memposisikan tubuh untuk menghindari tekanan langsung
pada tonjolan tulang dan permukaan tubuh
- Penilaian resiko dengan protokol yang valid pada awal masuk
RS dan diulangi setiap hari termasuk penilaian gizi
- Kasur busa dapat mengurangi terjadinya ulkus dekubitus
Penatalaksanaan
- Manajemen optimal yang komprehensif dan akurat dalam
menentukan riwayat luka, penyebab lokasi, derajat, ukuran,
dasar, eksudat dan kondisi kulit sekitar ulkus
- Membuat jadwal reposisi dan menghindari pasien dari posisi
ulkus
- Pasien dengan ulkus derajar 1-2 (eritema dan kehilangan kulit
parsial) diposisikan pad amatras atau bantalan dengan
menurunkan tekanan
- Pasien ulkus derajat 3-4 (full-thicknes skin dan extensive
destruction) diposisikan keadaan tekanan rendah yang
konstan.
 Disfagia
Penatalaksanaan
- Terapi menelan
Indirect swallow therapy : latihan memperkuat otot yang
lemah.
Direct swallow therapy : latian menelan secara langsung
- Modifikasi diit
- Skrinning awal gangguan menelan
 Retensi urin
- Penggunaan kateter

23
- Terapi farmakologi berupa hyosiamin sebagai antispasmodik
 Konstipasi dan inkontinensia alvi
- Mengkonsumsi makanan berserat tinggi dan asupan cairan
yang cukup
- Terapi farmakologi

5. Penatalaksanaan Khusus Stroke Akut


 Stroke Iskemik
- Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak
direkomendasikan pada stroke iskemik
- Pemberian terapi trombolis pada stroke akut
- Pemberian antikoagulan
- Pemberian antiplatelet
- Hemodilusi dengan atau tanpa venaseksi dan ekspansi volume
tidak dianjurkan dalam stroke iskemik akut
- Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak di anjurkan pada
stroke iskemik akut
 Perdarahan intraserebral
- Pasien dengan defisiensi berat faktor koagulasi atau
trombositopenia berat sebaiknya mendapat terapi penggantian
faktor koagulasi atau trombosit
- Pasien dengan perdarahan intracranial dan peningkatan INR
terkait obat antikoagulan oral sebaiknya tidak diberikan walfarin,
tetapi mendapat terapi untuk mengganti vitamin K-dependent
faktor dan mengkorksi INR, serta mendapat vitamin K intravena
- Untuk mencegah tromboemboli vena pada pasien dengan
perdarahan intracranial, sebaiknya mendapat pneumatic
intermitten compression selain dengan stoking elastis
 Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
- PSA derajat I atau II
 Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedini mungkin

24
 Tirah baring total dengan posisi kepala ditinggikan
 Hati hati dalam pemakaian sedatif
 Pasang infus di ruang gawat darurat, usahakan euvolemia
dan monitor ketat sistem kardiopulmoner dan kelainan
neurologi yang timbul
- PSA derajat III, IV atau V
 Lakukan penatalaksanaan ABC
 Perawatan sebaiknya dilakukan diruang intensif atau semi
intensif
 Untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalan nafas
adekuat perlu dipertimbangkan intubasi endotrakheal
dengan hati-hati

6. Restorasi dan Rehabilitasi Stroke


Tujuan dari perawatan rehabilitas stroke adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi stroke dan memaksimalkan fungsional. Proses
rehabilitasi dilakukan dengan melibatkan pasien dan anggota keluarga dan
atau pengasuh dalam pengambilan keputusan.
 Rekomendasi Mengenai Elemen dari Rehabilitasi
- Fisioterapi dan terapi okupasi direkomendasikan
- Direkomendasikan untuk memantau adanya depresi pada
penderita selama perawatan di RS dan setelah rawat jalan
- Terapi farmakologi dapat digunakan untuk memperbaiki status
emosional pasca stroke
- Toksin boyulinum direkomendasikan untuk tatalaksana spastisitas
pasca stroke
 Rekomendasi Umum Rehabilitasi Stroke
- Setelah keluar dari unit stroke, direkomendasikan untuk
melanjutkan rehabilitasi dengan berobat jalan selama tahun
pertama setelah stroke

25
- Direkomendasikan untuk meningkatkan durasi dan intensitas
rehabilitasi
 Rekomendasi Mengenai Intensitas dan Lamanya Terapi
- Terapi rehabilitasi direkomendasikan secara kuat untuk dimulai
sesegera mungkin saat stabilitas media tercapai
- Mengajari keluarga penderita untuk melakukan perawatan
- Menggunakan alat bantu terapi, robot, atau teknologi pendukung
yang dapat meningkatkan waktu terapi
 Rekomendasi untuk Keluarga Penderita dan Perawat
- Keluarga/perawat pasien dilibatkan dalam membuat keputusan
dan rencana terapi sesegera mungkin
- Perawat waspada terhadap stres pada keluarga/pengasuh
 Rekomendasi Persiapan Penderita Kembali ke Lingkungannya Setelah
Stroke
- Pasien, keluarga dan pengasuh dijelaskan secara penuh mengenai
persiapan dan seluruh aspek pelayanan kesehatan serta keamanan
yang dibutuhkan
- Keluarga dan pengasuh mendapatkan segala perlengkapan yang
dibutuhkan untuk keamanan pasien dalan rumah
- Pasien mendapatkan pendidikan dan kesempatan mendapat
penghasilan
- Aktivitas di waktu luang diketahui oleh perawat/keluarga dan
dikembangkan, kemudian pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas ini

I. Asuhan Keperawatan Stroke


Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu

26
Data yang didapatkan adalah beberapa faktor penyulit atau yang
membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya. Komplikasi dari
penyakit dahulu dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan stroke
5. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengidentifikasi berbagai penyakit genetik, keturunan, serta
lingkungan alami yang berdampak terhadap masalah kesehatan pasien
saat ini.
6. Pemeriksaan fisik : keadaan umum
Meliputi : sistem neurologi, perkemihan, pernafasan, kardiovaskuler,
pencernaan, integumen
7. Pengkajian pola fungsional

Diagnosa keperawatan
NO. NANDA NOC NIC
1. Hambatan Pergerakan (0208) Perawatan tirah baring
mobilitas Fisik Definisi : kemampuan (0740)
b.d gangguan untuk bisa bergerak Definisi : mendukung
neuromuskular ditempat dengan atau keamanan dan
Batasan tanpa alat bantu kenyaman serta
Karakteristik : Setelah dilakukan pencegahan terjadinya
- Penurunan tindakan keperawatan komplikasi pada pasien
kemampuan selama ...x24 jam yang tidak dapat bangun
melakukan diharapkan mobilitas fisik dari tempat tidur.
ketrampilan pasien baik dengan KH : Aktivitas –aktivitasnya :
motorik 1. Keseimbangan - Menjelaskan
halus ditingkatkan dari alasan
- Penurunan skala 1 ke sakalai diperlukan tirah
kemampuan 4 baring
melakukan 2. Cara berjalan - Tempatkan
ketrampilan ditingkatkan dari matras atau kasur
motorik skala 2 ke skala 4 terapuetik

27
kasar 3. Gerakan otot dengan cara yang
- Gerakan ditingkatkan dari tepat
spastik skala 2 ke skala 5 - Posisikan sesuai
4. Gerakan sendi body aligment
ditingkatkan ke yang tepat
skala 3 ke skala 5 - Hidari
5. Kinerja menggunakan
pengaturan tubuh kain linen yang
dipertahankan kasar
darai skala 3 tetap - Gunakan alat
skala 3 tempat tidur
6. Bergerak dengan yang melindungi
mudah pasien
ditigkatkan dari aplikasikan alat
skala 2 ke skala 5 untuk menjcegah
terjadinya
footdrop
- Letakan alat
untuk
memposisikan
tempat tidur
dalam jangkauan
mudah
- Balikan pasien
yang tidak dapat
mobilisasi paling
tidak setiap 2
jam sesuai
dengan jadwal
yang spesifik

28
- Ajarkan latihan
ditempat tidur
dengan cara yang
tepat
- Fasilitasi
penggiliran kecil
dari berat badan
- Aplikasikan
aktivitas sehari-
hari
- Monitor
komplikasi dari
tirah baring(
misalnya,
kehilangan tonus
otot, nyeri
punggung,
konstipasi,
peningkatan
stres, depresi,
perubahan siklus
tidur)
2. Resiko Perfusi jaringan :serebral Monitor neurologi
ketidakefektifan (0406) (2620)
perfusi jaringan Defiinisi : kecukupan Definisi :pengumpulan
otak aliran darah melalui dan analisis data pasien
Batasan pembuluh darah otak untuk mencegah atau
Karakteristik : untuk mempertahankan meminimalkan
- Embolisme fungsi otak. komplikasi neurologis.
- Agens Setelah dilakukan Ativitas-aktivitas:

29
farmaseutikal tindakan keperawatan - Pantau ukuran
- Hipertensi selama ...x24 jam pupil, bentuk,
- Koagulasi diharapkan perfusi kesimetrisan dan
intravaskular jaringan otak pasien reaktivitas
diseminata membaik dengann KH : - Monitor tingkat
1. Tekanan kesadaran
intrakaranial - Monitor
pertahankan dari kecenderungan
skala 2 ke skala 3 skala koma
ke skala 3 glasgow
2. Tekanan darah - Monitor ingatan
sistolik saat ini, rentang
ditingkatkan dari perhatian,
skala 1 ke skala 3 imgatan dimasa
3. Tekanan darah lalu suasana
diastolik perasaan, efek
ditingkatakan dari dan perilaku
skala 1 ke skala 4 - Monitor tanda-
4. Nilai rata-rata tanda vital ;
tekanan darah suhu, tekanan
dipertahan kari darah, denyut
skala 4 ke4 nadi, dan
5. Sakit kepala respirasi
ditingkatkan dari 1 - Monitor status
ke sekala 5 pernafasan
6. Bruit karotis dari - Monitor reflek
skala 1 ke skala 3 kornea
7. Kegelisah dari - Monitor brntuk
skala 2 ke skala 4 otot, gerakan
8. Kecemasan yang motorik, gaya
tidak dijelaskaan

30
ditingkatkan dari berjalan
skala 2 ke 5 propioception
9. Penurunan tingkat - Monitor
kesadaran dari kekuatan
skala 1 ke 5 peganagan
10. Reflek saraf - Catat keluhan
terganggu sakit kepala
ditingkatkan dari - Monitor
skala 2 ke 5 karsatristik
berbicara
:kelancara,
adanya aphasia,
atau ksulitan
menemukan kata
- Monitor respon
terhadap stimuli :
verbal taktil dan
respon bahaya
- Tingkatakan
frekuensi
pemantuan
neurologis yang
sesuai hidari
kegiatan yang
bisa
meningkatan
tekanan
intrakranial
- Beritahu dokter
mengenai

31
perubahan
kondisi pasien

3. Hambatan Status neurologi: sensori Peningkatan komunikasi


komunikasi Kranial/ Fungsi Motorik : kurang biaca (4976 )
verbal (00051) (0913) Definisi : penggunaan
Definisi : Setelah dilakukan strategi peningkatan
penurunan, tindakan keperawatan kemampuan komunikasi
pelambatan, atau selama ...x24 jam bagi orang yang
ketidak diharapkan pasien baik memiliki gangguan
kemampuan dengan KH : bicara
untuk menerima , Definisi : kemampuan Aktivitas-aktivitas :
memproses , saraf kranial untuk 1. Monitor
mengirim, dan menyampaikan implus kecepatan bicara
/atau sensorik dan motorik. , tertekan ,
menggunakan 1. Perasa kecepatan ,
sistem simbol ditingkatkan dari komunikas,
Batasan skala 1 ke skala 3 volume, dan
karakteristik 2. Pendengaran dari diksi
-defisit visual skala 1 ke skala 4 2. Monitor proses
parsial 3. Berbicara dari kognitif ,
-disorentiasi skala 1 ke skala 5 anatomis dan
visual parsial 4. Gerakan otot fisiologis terkait
-disorientasi wajah dengan
orang dipertahankan dari kemampuan
-disorientasi skala 3 tetap ke 3 biacara(misalnya
ruang 5. Kekuatan otot memori,
-Disorientasi bilateral pendengran , dan
waktu ditingkatkan dari bahasa )
-kesulitan skala 2 ke skala 4 3. Intruksikan
memahami pasien atau

32
komunikasi keluarga untuk
-kesulitan mengelurkan
mempertahankan oroses kognitif ,
komunikasi anatomis dan
- kesulitan visiologis yang
menggunakan terlibat dalam
eksperesi tubuh kemampuan
-kesulitan bicara
menggunakan 4. Kenali emosi dan
ekspresi wajah perilaku fisik
-kesulitan 5. Sediakan metode
menyusun alternatif untuk
kalimat berkomunikasi
- kesulitan dan berbicara
menyusun kata- 6. Sesuaikan gaya
kata komunikasi
-ketidak untuk memenuhi
mampuan bicara kebutuhan klien
dalam bahasa 7. Jaga lingkungan
pemberi asuhan yang terstuktur
-menolak wajah dan pertahankan
-sulit bicara rutinitas klien
-sulit 8. Ulangi apa yang
mengungkapkan di sampaikan
kata-kata pasien untuk
-tidak bicara menjamin
-tidak dapat akurasi
bicara 9. Instruksikan
pasien untuk
biacra pelan
10. Ungkapan

33
pertanyaan
dimana pasien
dapat menjawab
dendan
menggunakan
Komunikasi :penerimaan jawaba
(0904) sederhana ya
Definisi : penerimaan dan atau tidak ,
penafsiaran terhadap waspada dengan
pesan verbal dan atau/ pasien kondisi
non verval exprensive
Setelah diberikan aphashia yang
tindakan keperawatan mungkin
selama 3x24 jam memberikan
diharapkan kriteria hasil: respon otomatis
1. Interprestasi bahasa yang tidak tepat
tulis dari skala 2 11. Sediakan
menjadi skala 4 penguatan positif
2. Interprestasi bahasa dengan cara yang
lisan dari skala 2 tepat
menjadi skala 4 Menghadirkan diri (
3. Inerprestasi foto 5340)
dan gambar dari 2 Definisi : berada
menjadi skala 5 bersama seseorang baik
4. Interprestasi bahasa secara fisik maupun
isyaarat dari skala psikologi pada saat
2 menjadi skala 4 seseorang membutuhkan
5. Intrerprestasi (kehadiran orang lain )
bahasa non verbal Aktivitas-aktivitasnya :
dari skala 2 - Tujukan perilaku
menjadi skala 4 menerima

34
6. Menenali pesan - Secar verbal
yang di terima tujukan perilaku
dari skala 2 mengkomunikasi
menjadi skala 4 kan empati atau
pemahaman
mengenai
pengalaman
pasien
- Bina rasa
percaya dan
menghargai
positif
- Sentuh pasien
dengan rangka
mengekspresikan
kepedulian
dengan cara
yanag tepat
- Tetap
menghadirkan
diri secara fisik
tanpa
mengharapkan
respon interaksi
- Beri jarak pasien
dengan
keluuarga sesuai
kebutuhan
mereka
- Bantu pasien

35
untuk menyadari
bahwa anda siap
membantu, tapi
tidak mendorong
ketergantungan
- Temani pasien
denga tujuan
untuk
mendukung
keamanan dan
menurunkan rasa
takut.

36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat
tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak. Stroke merupakan satu
masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah
penderita stroke terus meningkat setiap tahunnya, bukan hanya menyerang
mereka yang berusia tua, tetapi juga orang-orang muda pada usia produktif.
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum
memuaskan walaupun telah banyak yang dicapai, hasil akhir pengobatan
kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Agaknya
pengobatan awal/dini seperti pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus
disertai dengan pengenalan dan pemahaman stroke pada semua lapisan dan
komjunitas dalam masyarakat.
B. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat
lumrah di kalangan kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke,
maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan
yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak
akan mudah terserang penyakit.

37
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, Corwin.2006.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta : EGC


PERDOSSI.2011.Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta : Pokdi Stroke
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
Rahmawati, E.2009.Prevalensi stroke iskemik pada pasien rawat inap di RSUD
Fatmawati. Jakarta Selatan
Sylvia dan Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth, 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Ed.8,
Jakarta:EGC

38

Anda mungkin juga menyukai