Askep Asma Bronkial
Askep Asma Bronkial
ASMA BRONCHIAL
A. DEFINISI
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (The American
Thoracic Society, 1962). Muttaqin, Arif: 2008
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodic
spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme
bronkus ini menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004
Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien mengalami episode batuk,
mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea (sesak nafas), yang sering memburuk saat
malam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi serangan. Asma dapat
didefinisikan sebagai “Peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai stimulus,
bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang keparahannya berubah
secara spontan maupun berbagai akibat pengobatan”. J.P.T. Ward, Richard M. Leach,
Charles M. Wiener: 2006
B. ETIOLOGI
Asma dapat digolongkan sebagai asma ekstrinsik, yang memiliki penyebab eksternal pasti,
dan asma intrinsic, yang tidak memiliki penyebab eksternal yang dapat didentifikasi. Asma
ekstrinsik sering terjadi sebagai akibat respons alergik, dengan terbentuknya antibody IgE
terhadap antigen spesifik (asma alergik atau atopic) dan cenderung mulai pada masa kanak-
kanak dengan gejala-gejala yang semakin kurang berat seiring pertambahan usia; 80% penderita
asma adalah atopic. Asma intrinsic biasanya terjadi pada orang dewasa dan tidak membaik.
1. Faktor ekstrinsik / alergik / stofik
Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu, binatang).
2. Factor intrinsic / non alergik
Infeksi : Influenza virus, pneumonia, mycoplasma.
Fisik : Cuaca dingin, perubahan temperature.
Iritan : Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).
Emosional : Takut, cemas, tegang.
Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma bronchial
berhubungan dengan factor :
a. Hereditas (50%)
b. Kejiwaan / psikis
c. Stress fisik.
C. PATOFISIOLOGI
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa, episode asma akut,
yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh stress, olahraga berat, infeksi, atau
pemajanan terhadap allergen atau iritan lain seperti debu dan sebagainya. Banyak klien asma
dalam keluarganya mempunyai riwayat alergi. Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi
hiperventilasi, sakit kepala, kebas, dan mual juga dapat terjadi.
Serangan asmatik terjadi akibat beberapa perubahan fisiologi termasuk perubahan dalam
respons imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat, komplians paru yang meningkat,
fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan, dan pertukaran oksigen-karbon dioksida yang
berubah.
Asma imunologis adalah akibat dari reaksi antigen-antibodi yang melepaskan mediator
kimiawi, dimana mediator tersebut menyebabkan 3 reaksi utama; (1) konstriksi otot polos baik
pada jalan nafas yang kecil maupun yang besar, yang mengakibatkan spasme bronkus; (2)
peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan edema mukosa yang lebih jauh lagi
menyempitkan jalan udara; (3) peningkatan sekresi kelenjer mukosa dan meningkatkan
pembentukan lendir. Sebagai akibat, individu dengan serangan asma berjuang untuk bernapas
melalui jalan nafas yang telah menyempit dan dalam keadaan spasme. Asih, Niluh Gede
Yasmin : 2004
G. PROGNOSIS
Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis:
Usia ketika serangan pertama timbul, seringnya serangan asma berat ringannya serangan
asma, terutama pada 2 tahun sejak mendapatkan serangan asma.
Banyaknya factor atopi ditemukan pada diri anak dan keluarganya.
Menderita atau pernah menderita aksema infaintel yang sulit diatasi
Lamanya minum susu ibu
Usaha pengobatan dan penanggulangannya
Apakah ibu / bapak / teman sekamar / perumah perokok – polusi udara yang lain rumah
juga dapat mempengaruhi.
Penghindaran allergen yang dimakan sejak hamil dan pada waktu menyusui
Jenis kelamin, kelainan hormonal dan lain-lain.
H. KOMPLIKASI
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam
jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu.
Pada kasus ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan meningkat,
kebutuhan oksigen juga meningkat. Karena individu yang mengalami serangan asma tidak
dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi
kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi
melawan spasme bronkiolus, pembengkakan bronkiolus, dan mucus yang kental. Situasi ini
dapat menyebabkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi.
Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal nafas, dan kematian.
Corwin, Elizabeth J:2009
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan adanya keluhan
sulit untuk bernafas.
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama dengan keluhan sesak
nafas yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti
wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan darah.
Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali
setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali
3. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi saluran
pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan
asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma atau
penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit
asma ini lebih ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Perawat juga perlu mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,
kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lender lengket, dan posisi istirahat
klien.
b. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,
serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur
bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
interkostalis, sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi pernapasan.
c. Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus normal.
d. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
e. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari
empat detik atau lebih dari tiga kali inspirasi, dengan adanya bunyi napas tambahan
utama wheezing pada akhir ekspirasi.
B. DIAGNOSIS
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkhokonstriksi,
bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkhus, serta sekresi mukus yang kental.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan spasme bronkus.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
4. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian (ketidakmampuan untuk bernapas).
Nanda: 2005-2006
C. INTERVENSI
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jilid I.
Jakarta: Salemba Medika.
Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Cetakan I. Jakarta: EGC.
J.P.T. Ward, J. Ward, R.M. Leach, C.M. Wiener. 2006. The Respiratory System at a Glance. 2nd
ed.