818 3730 1 PB PDF
818 3730 1 PB PDF
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah penyakit Keterampilan sosial adalah
otak neurologis komplek salah satunya keterampilan yang digunakan untuk
gangguan Skizofrenia. Skizofrenia berinteraksi dan berkomunikasi dengan
terjadi karena kelainan pada struktur orang lain (Mujinem, dkk, 2013).
otak yang mempengaruhi pikiran, Latihan keterampilan sosial telah
persepsi, emosi, gerakan dan perilaku terbukti efektif dalam meningkatkan
sosial (18). Skizofrenia merupakan salah kemampuan adaptasi sosial,
satu diagnosa medis dari gangguan komunikasi, interaksi sosial,
jiwa berat. Skizofrenia menyerang mengurangi gejala kejiwaan, sehingga
lebih dari 21 juta orang di seluruh mengurangi tingkat kekambuhan,
dunia (WHO, 2016). Prevalensi selain untuk meningkatkan harga diri
gangguan jiwa berat, seperti (Lestari, 2012). Jadi, keterampilan
skizofrenia yaitu sebanyak 1,7 per sosial merupakan kemampuan dasar
1.000 penduduk atau sekitar 400.000 dalam berinteraksi.
orang menderita skizofrenia. Jumlah Intervensi yang dilakukan
terbanyak adalah di DI Yogyakarta dan untuk meningkatkan kemampuan
Aceh yaitu sebanyak 2,7 per 1.000 keterampilan sosial melalui
penduduk. Setelah Aceh, jumlah pelaksanaan terapi generalis dan
terbanyak kedua di Sumatera adalah di spesialis. Kelliat, dkk (2013), terapi
Kepulauan Riau yaitu sebanyak 2,2 per general individu yang diberikan adalah
1.000 penduduk. Sedangkan di Strategi Pelaksanaan (SP) klien isolasi
Provinsi Jambi sebanyak 0,9 per 1.000 sosial, terapi keluarga SP keluarga,
penduduk yang mengalami skizofrenia, terapi kelompok Terapi Aktivitas
artinya 1 dari 1.000 orang mengalami Kelompok (TAK) Sosialisasi yang
skizofrenia di Jambi (Riskesdas, 2013). bertujuan untuk melatih berkenalan
Isolasi sosial merupakan suatu dengan orang lain. Menurut Yusuf, dkk
keadaan perubahan yang dialami klien (2015), terapi spesialis diberikan pada
skizofrenia. Isolasi sosial adalah suatu klien isolasi sosial melalui terapi
pengalaman menyendiri dari seseorang individu seperti cognitif behavior
dan perasaan segan terhadap orang lain therapi (CBT), Behavior Therapy (BT)
sebagai sesuatu yang negatif atau dan Social Skills Training (SST), terapi
keadaan yang mengancam (19). Klien keluarga yang diberikan seperti
yang mengalami isolasi sosial akan psikoedukasi. Sedangkan menurut
cenderung muncul perilaku Stuart (2013), terapi kelompok yang
menghindar saat berinteraksi dengan diberikan seperti terapi supportif. Oleh
orang lain dan lebih suka menyendiri karena itu untuk mengatasi isolasi
terhadap lingkungan agar pengalaman sosial dilakukan dengan SST dan terapi
yang tidak menyenangkan dalam supportif. Hasil penelitian lain yang
berhubungan dengan orang lain tidak dilakukan Sutejo (2013), Terapi SST
terulang kembali (22). secara nyata memberikan dampak yang
Masalah yang dihadapi sangat berarti pada klien isolasi sosial
penderita isolasi sosial kegagalan yaitu menunjukkan peningkatan
individu dalam melakukan interaksi kemampuan yang signifikan dalam
dengan orang lain sebagai akibat dari berinteraksi dengan orang lain baik
pikiran negatif dan pengalaman yang didalam keluarga maupun di
tidak menyenangkan sebagai ancaman masyarakat.
terhadap individu. Mengalami Berdasarkan studi pendahuluan,
kesulitan melakukan berbagai perasaan masalah isolasi sosial banyak terjadi di
dengan orang lain (22). Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi. Berdasarkan data dari Rumah
66
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70
Tabel 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perbedaan Keterampilan Sosialisasi
Karakteristik klien rata-rata berusia 31 Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
tahun untuk intevensi dan 34 tahun untuk sesudah mendapatkan Terapi SST dan
kontrol, pendidikan SD (65,8%), tidak bekerja Terapi Suportif di RSJD Provinsi Jambi
(63,2%), tidak menikah (57,9%). Bulan Agustus 2017 (n1=38, n2=38)
Tabel 1
Analisis Perbedaan Keterampilan Sosialisasi Kemampuan Kelompok Mean p-value
Kelompok Kontrol dan Kelompok sosialisasi
Intervensi Sesudah mendapatkan Terapi Sosial Intervensi 42.26 0.935
SST dan Terapi Suportif di RSJD Provinsi Kontrol 42.34
Jambi Bulan Agustus 2017 (n1=38, n2=38)
Keterampilan Intervensi 65.68 0.694
Keterampilan Kelompok Median p- value Sosial
sosial (Min-Max) Kontrol 65.26
Perilaku Intervensi 23.00 (19- 0.606
26) Kemampuan sosial pada kelompok
Kontrol 24.00 (15- intervensi dan control sesudah diberikan
27) terapi mengalami penurunan tidak
bermakna dibandingkan dengan
Berdasarkan tabel 1 dengan uji statistik kelompok control dimana p-value 0.935
Mann Whitney menunjukkan bahwa (p>0,05) yang menunjukkan bahwa
Kemampuan perilaku pada kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan
intervensi dan kelompok kontrol sesudah kemampuan sosial kelompok intervensi
mendapatkan terapi diperoleh p-value dan kelompok kontrol sesudah diberikan
0,606 (p>0,05) yang dapat disimpulkan terapi. Keterampilan sosial pada
bahwa tidak ada perbedaan bermakna kelompok intervensi dan kelompok
kemampuan perilaku pada kelompok control sesudah diberikan terapi
intervensi dan kelompok kontrol sesudah mengalami peningkatan akan tetapi tidak
dilakukan terapi. bermakna p- value 0.694 yang
67
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70
70