Anda di halaman 1dari 6

Indonesian Journal for Health Sciences

Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70


ISSN 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748 (Online) 65

PENGARUH TERAPI SOCIAL SKILLS TRAINING (SST) DAN


TERAPI SUPORTIF TERHADAP KETERAMPILAN
SOSIALISASI PADA KLIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
Isti Harkomah1 Yulastri Arif2, Basmanelly2
1
Program Studi S2 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat
2
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat

Kata kunci: ABSTRAK


Abstract Schizophrenia is a mental disorder characterized by impaired
SST, deep thinking, affecting language, perception, and the sense of self.
Terapi Supportif Clients Social isolation has a small social network, so that the client
Keterampilan sosialisasi needs a support system that would foster a conducive social jarningan.
Skizofrenia The purpose of this study to determine the effect of therapy Social Skills
Training (SST) and Supportive Therapy against Socialization Skills
Client Schizophrenia Mental Hospital in Jambi Province. design Quasi-
experimental researchusing pre-post with control group. The sample in
this study conducted on 76 respondents ie 38 intervention and 38 control
group who met the inclusion criteria. The results showed no significant
improvement after SST therapy and supportive therapy (p> 0.05)
Improved social skills higher in the group treated with SST and
supportive than the group that did not receive the therapy. Suggested soul
specialist nurses and psychiatrists should conduct collaborative
implementation of SST andTherapy Supportive on the client
schizophrenia

Abstrak Skizofrenia merupakan gangguan mental yang ditandai dengan


gangguan pemikiran yang mendalam, mempengaruhi bahasa, persepsi,
dan rasa diri. Klien Isolasi sosial memiliki jaringan social yang kecil,
sehingga klien membutuhkan support system yang mendukung
terbentuknya jarningan social yang kondusif. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh terapi Social Skills Training (SST) dan Terapi
Suportif terhadap Keterampilan Sosialisasi pada Klien Skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Desain penelitian
menggunakan quasi experimental pre-post with control group. Sampel
dalam penelitian ini dilakukan terhadap 76 responden yaitu 38 orang
kelompok intervensi dan 38 orang kelompok kontrol yang memenuhi
kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan tidak
bermakna setelah dilakukan terapi SST dan terapi suportif (p>0.05)
Peningkatan kemampuan sosialisasi lebih tinggi pada kelompok yang
mendapat terapi SST dan suportif dibandingkan kelompok yang tidak
mendapatkan terapi. Disarankan perawat spesialis jiwa dan psikiater
hendaknya melakukan kolaborasi pelaksanaan SST dan Terapi Suportif
pada klien skizofrenia.

Copyright © 2018 Indonesian Journal for Health Sciences,


http://journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS/, All rights reserved.

Penulis korenpondensi: Cara Mengutip:


Isti Harkoma Harkoma Isti, Arif Yulastri, Basmanelly.
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, Padang, Pengaruh Terapi Social Skills Training (Sst)
Sumatera Barat Dan Terapi Suportif Terhadap Keterampilan
Email: dhendra289@gmail.com Sosialisasi Pada Klien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Indones. J.
Heal. Sci., vol. 2, no.1, pp.61-65, 2018
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70

PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah penyakit Keterampilan sosial adalah
otak neurologis komplek salah satunya keterampilan yang digunakan untuk
gangguan Skizofrenia. Skizofrenia berinteraksi dan berkomunikasi dengan
terjadi karena kelainan pada struktur orang lain (Mujinem, dkk, 2013).
otak yang mempengaruhi pikiran, Latihan keterampilan sosial telah
persepsi, emosi, gerakan dan perilaku terbukti efektif dalam meningkatkan
sosial (18). Skizofrenia merupakan salah kemampuan adaptasi sosial,
satu diagnosa medis dari gangguan komunikasi, interaksi sosial,
jiwa berat. Skizofrenia menyerang mengurangi gejala kejiwaan, sehingga
lebih dari 21 juta orang di seluruh mengurangi tingkat kekambuhan,
dunia (WHO, 2016). Prevalensi selain untuk meningkatkan harga diri
gangguan jiwa berat, seperti (Lestari, 2012). Jadi, keterampilan
skizofrenia yaitu sebanyak 1,7 per sosial merupakan kemampuan dasar
1.000 penduduk atau sekitar 400.000 dalam berinteraksi.
orang menderita skizofrenia. Jumlah Intervensi yang dilakukan
terbanyak adalah di DI Yogyakarta dan untuk meningkatkan kemampuan
Aceh yaitu sebanyak 2,7 per 1.000 keterampilan sosial melalui
penduduk. Setelah Aceh, jumlah pelaksanaan terapi generalis dan
terbanyak kedua di Sumatera adalah di spesialis. Kelliat, dkk (2013), terapi
Kepulauan Riau yaitu sebanyak 2,2 per general individu yang diberikan adalah
1.000 penduduk. Sedangkan di Strategi Pelaksanaan (SP) klien isolasi
Provinsi Jambi sebanyak 0,9 per 1.000 sosial, terapi keluarga SP keluarga,
penduduk yang mengalami skizofrenia, terapi kelompok Terapi Aktivitas
artinya 1 dari 1.000 orang mengalami Kelompok (TAK) Sosialisasi yang
skizofrenia di Jambi (Riskesdas, 2013). bertujuan untuk melatih berkenalan
Isolasi sosial merupakan suatu dengan orang lain. Menurut Yusuf, dkk
keadaan perubahan yang dialami klien (2015), terapi spesialis diberikan pada
skizofrenia. Isolasi sosial adalah suatu klien isolasi sosial melalui terapi
pengalaman menyendiri dari seseorang individu seperti cognitif behavior
dan perasaan segan terhadap orang lain therapi (CBT), Behavior Therapy (BT)
sebagai sesuatu yang negatif atau dan Social Skills Training (SST), terapi
keadaan yang mengancam (19). Klien keluarga yang diberikan seperti
yang mengalami isolasi sosial akan psikoedukasi. Sedangkan menurut
cenderung muncul perilaku Stuart (2013), terapi kelompok yang
menghindar saat berinteraksi dengan diberikan seperti terapi supportif. Oleh
orang lain dan lebih suka menyendiri karena itu untuk mengatasi isolasi
terhadap lingkungan agar pengalaman sosial dilakukan dengan SST dan terapi
yang tidak menyenangkan dalam supportif. Hasil penelitian lain yang
berhubungan dengan orang lain tidak dilakukan Sutejo (2013), Terapi SST
terulang kembali (22). secara nyata memberikan dampak yang
Masalah yang dihadapi sangat berarti pada klien isolasi sosial
penderita isolasi sosial kegagalan yaitu menunjukkan peningkatan
individu dalam melakukan interaksi kemampuan yang signifikan dalam
dengan orang lain sebagai akibat dari berinteraksi dengan orang lain baik
pikiran negatif dan pengalaman yang didalam keluarga maupun di
tidak menyenangkan sebagai ancaman masyarakat.
terhadap individu. Mengalami Berdasarkan studi pendahuluan,
kesulitan melakukan berbagai perasaan masalah isolasi sosial banyak terjadi di
dengan orang lain (22). Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi. Berdasarkan data dari Rumah

66
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi METODE PENELITIAN


jumlah klien skizofrenia (F.20) pada Penelitian ini adalah Quasy
tahun 2014 berjumlah 3197 (laki-laki Experimental dengan metode
2292, perempuan 905), tahun 2015 kuantitatif menggunakan Quasy
berjumlah 1536 (laki-laki 149, Experimental Pre Test and Post Test
perempuan 387), tahun 2016 berjumlah kontrol Group Design, dengan
1740 (laki-laki 1233, perempuan 507), intervensi terapi SST dan Suportif.
Sedangkan pada tahun 2017 dalam Penelitian ini dilakukan untuk
empat bulan terakhir dengan masalah menganalisa peningkatan
halusinasi 1903, waham 38, defisit keterampilan social dan
perawatan diri 146, perilaku kekerasan membandingkan kelompok intervens
95, harga diri rendah 19, isolasi sosial dan kelompok control. Sampel
sebanyak 115 dan resiko bunuh diri berjumlah 76 orang (38 orang
sebanyak 25, dari data tersebut dapat kelompok intervensi dan 38 orang
disimpulkan bahwa isolasi sosial kelompok control). Kelompok
urutan ketiga terbanyak setelah intervensi diberikan terapi SST dan
halusinasi dan defisit perawatan diri . Suportif. Analisis statistik yang
Berdasarkan masalah diatas, dipergunakan univariat dan bivariat
maka peneliti tertarik melakukan dengan analisis depemdent t-test,
penelitian dengan judul “Pengaruh independent t-test, chi square, uji
Terapi Social Skills Training (SST) dan wilcoxon dan uji man whitney dengan
terapi Supportif terhadap keterampilan tampilan dalam bentuk tabel dan
sosialisasi pada klien skizofrenia di distribusi frekuensi.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi”.

Tabel 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perbedaan Keterampilan Sosialisasi
Karakteristik klien rata-rata berusia 31 Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
tahun untuk intevensi dan 34 tahun untuk sesudah mendapatkan Terapi SST dan
kontrol, pendidikan SD (65,8%), tidak bekerja Terapi Suportif di RSJD Provinsi Jambi
(63,2%), tidak menikah (57,9%). Bulan Agustus 2017 (n1=38, n2=38)
Tabel 1
Analisis Perbedaan Keterampilan Sosialisasi Kemampuan Kelompok Mean p-value
Kelompok Kontrol dan Kelompok sosialisasi
Intervensi Sesudah mendapatkan Terapi Sosial Intervensi 42.26 0.935
SST dan Terapi Suportif di RSJD Provinsi Kontrol 42.34
Jambi Bulan Agustus 2017 (n1=38, n2=38)
Keterampilan Intervensi 65.68 0.694
Keterampilan Kelompok Median p- value Sosial
sosial (Min-Max) Kontrol 65.26
Perilaku Intervensi 23.00 (19- 0.606
26) Kemampuan sosial pada kelompok
Kontrol 24.00 (15- intervensi dan control sesudah diberikan
27) terapi mengalami penurunan tidak
bermakna dibandingkan dengan
Berdasarkan tabel 1 dengan uji statistik kelompok control dimana p-value 0.935
Mann Whitney menunjukkan bahwa (p>0,05) yang menunjukkan bahwa
Kemampuan perilaku pada kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan
intervensi dan kelompok kontrol sesudah kemampuan sosial kelompok intervensi
mendapatkan terapi diperoleh p-value dan kelompok kontrol sesudah diberikan
0,606 (p>0,05) yang dapat disimpulkan terapi. Keterampilan sosial pada
bahwa tidak ada perbedaan bermakna kelompok intervensi dan kelompok
kemampuan perilaku pada kelompok control sesudah diberikan terapi
intervensi dan kelompok kontrol sesudah mengalami peningkatan akan tetapi tidak
dilakukan terapi. bermakna p- value 0.694 yang

67
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bagaimana individu berinteraksi dengan


signifikan kelompok intervensl dan orang lain untuk membantu memenuhi
kelompok kontrol sesudah diberikan kebutuhannya, mendiskusikan dan
terapi mengarahkan caranya, mengarahkan
Hasil penelitian menunjukkan pada perubahan perilaku, pikiran dan
bahwa setelah dilakukan terapi suportif spiritual. Hasilnya akan efektif jika
dan SST terjadi peningkatan perilaku tersebut dilakukan berulang-
keterampilan sosial dengan nilai rata- ulang.
rata dari 65.26 sebelum diberikan terapi Keterampilan sosial yang
menjadi 65.68 setelah diberikan terapi. dilakukan dalam penelitian ini adalah
Hasil uji statistik menunjukkan p-value kemampuan perilaku dan sosial. Aspek
0.694 yang menunjukkan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh
walaupun terjadi peningkatan responden setelah mendapat terapi SST
keterampilan sosial sesudah diberikan dan suportif klien sudah sering berbicara
terapi suportif dan SST akan tetapi dengan orang lain, sudah mau
perbedaan tidak bermakna pada mengerjakan tugas dan suka
kelompok kontrol dan kelompok menceritakan masalahnya dengan
intervensi setelah diberikan terapi keluarga. Peningkatan kemampuan
suportif dan SST. Hal ini tidak sesuai perilaku dalam penelitian ini hanya
dengan penelitian Jumaini (2012) yang terlihat dari kelompok intervensi karena
menunjukkan bahwa pemberian terapi kelompok intervensi saja yang
Cognitive Behavioral Social Skill mendapatkan terapi SST dan Terapi
Training memberikan hasil yang Suportif sedangkan kelompok kontrol
signifikan pada peningkatan kemampuan tidak, akan tetapi kedua kelompok sama-
kognitif dan kemampuan psikomotor sama sudah mendapatkan terapi
pada pasien isolasi sosial yang diberikan generalis dan TAKS. Hal ini
dengan pendekatan kelompok. menunjukkan bahwa terapi yang
Terapi Social Skill Training diberikan kepada klien saling
merupakan latihan keterampilan sosial melengkapi untuk terjadinya
yang bertujuan untuk mengajarkan peningkatan kemampuan bersosialisasi.
kemampuan berinteraksi seseorang Penelitian ini menunjukan aspek
dengan orang lain (Ramadhani, 2012). sosial setelah dilakukan terapi,
Hasil penelitian Nurazizah (2016) responden masih merasakan tidak aman
menunjukkan bahwa kemampuan berdekatan dengan orang lain, masih
sosialisasi pasien isolasi sosial merasa kesepian, sudah mulai
meningkat setelah diberikan terapi SST. mengucapkan terima kasih saat dibantu
Pada terapi SST yang dilakukan, latihan dan masih sulit membina hubungan
berkenalan sebanyak 94 % tuntas dengan orang lain. Hasil penelitian ini
dilakukan, 89% latihan menjalin didukung dengan belum tuntasnya terapi
persahaban, 95% latihan bekerjasama SST yang diberikan seperti latihan
dalam kelompok dan 100% evaluasi berkenalan sebanyak 6%, latihan
kemampuan sosial. Dalam penelitian ini menjalin persahabatan 11%, latihan
terapi SST yang dilakukan hanya 1x per menghadapi situasi sulit 13%. Hal ini
sesi, sehingga walaupun meningkat sesuai dengan ungkapan Halgin &
sebesar 0.42 tetapi tidak ada perbedaan Whitbourne (2011) bahwa SST adalah
secara signifikan. Hal ini disebabkan intervensi perilaku yang meliputi
karena peneliti hanya melakukan 1 kali pemberian penguatan terhadap perilaku
per sesi, selain itu terapi SST tidak yang sesuai khususnya dalam hubungan
tuntas karena masih ada responden yang interpersonal Terapi SST yang dilakukan
harus dirangsang maupun lupa pada saat belum tuntas karena masih adanya
dilanjutkan sesi selanjutnya. Balinger responden yang harus dirangsang
dan Yalom (2010) menjelaskan bahwa ataupun lupa ketika akan dilanjutkan sesi
peran terapeutik kelompok bersifat here selanjutnya. Hal ini tidak sesuai dengan
and now. Kelompok mengajarkan penelitian pinilih (2013) yang
68
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70

membuktikan bahwa keterampilan


sosialisasi setelah dilakukan terapi SST KESIMPULAN
pada kelompok intervensi terjadi Karakteristik klien rata-rata
peningkatan lebih tinggi secara berusia 31 tahun untuk intevensi dan 34
bermakna bila dibandingkan dengan tahun untuk kontrol, pendidikan SD
kelompok control (p-value < 0,005). (65,8%), tidak bekerja (63,2%), tidak
menikah (57,9%).
Evaluasi Pelaksanaan Terapi Social Skill Tidak adanya perbedaan keterampilan
Training (SST) dan Terapi Suportif sosial pada kelompok intervensi dan
Evaluasi dari pelaksanaan terapi kelompok kontrol sesudah diberikan
Suportif terdapat 100% mengidentifikasi terapi mengalami p- value 0.694
masalah dan menggunakan sumber Pelaksanaan Terapi Social Skill Terapi
pendukung dalam kelompok. Evaluasi sebanyak 13 % tidak tuntas dilakukan
dari pelaksanaan Terapi Suportif dan 87 % tuntas. Dari 4 sesi Terapi
terdapat 100% klien menggunakan suportif yang dilakukan hanya 3 sesi
sumber pendukung dalam yang dilakukan dan 100% tuntas.
kelompok.Social skills training
merupakan hal penting untuk
meningkatkan kemampuan seseorang DAFTAR PUSTAKA
berinteraksi dalam suatu lingkungan. 1. Arikunto, S . (2014). Prosedur
Adanya kemampuan berinteraksi Penelitian Suatu Pendekatan
menjadi kunci untuk memperkaya Praktik. Edisi 9. Jakarta : Rineka
pengalaman hidup, memiliki Cipta.
pertemanan, berpartisipasi dalam suatu 2. Azwar, S.(2013). Sikap Manusia.
kegiatan dan bekerjasama dalam suatu Yogyakarta: Pustaka Pelajar
kelompok (IPKJI, 2015). Pendapat lain 3. Berhimpong, E., Rompas, S.,
mengatakan bahwa social skills training Karundeng, M., (2016). Pengaruh
adalah proses belajar dimana seseorang Latihan Keterampilan Sosialisasi
belajar cara fungsional dalam Terhadap Kemampuan Berinteraksi
berinteraksi (Carson, 2000). Social skills Klien Isolasi Sosial di RSJ Prof. Dr.
training didasarkan pada keyakinan V. L. Ratumbuysang manado. E-
bahwa keterampilan dapat dipelajari Journal Keperawatan (EKP) Volome
oleh karena itu dapat dipelajari bagi 4 Nomor 1-7, Februari 2016.
seseorang yang tidak memilikinya Tanggal akses 25 Maret 2017.
(Stuart & Laraia, 2005). Bellack (1983) 4. Budiarto (2016) Perbedaan
menyatakan social skills training Keterampilan Sosial Siswa Aktif
merupakan salah satu pendekatan Dan Pasif Organisasi Kesiswaan Di
psikoeduaksional untuk memperbaiki SMP Negeri 2 Binangun. E-Journal
kekurangan pada beberapa kemampuan Bimbingan Dan Konseling Edisi 11
interpersonal dalam berinteraksi dengan Tahun ke 5 2016. Tanggal akses 8
orang lain. Dari berbagai definisi yang April 2017.
telah dikemukakan dapat disimpulkan 5. Carson, V.B. (2000). Mental Health
social skills training adalah proses Nursing: The nurse-patient journey.
belajar dalam meningkatkan kemampuan (2th ed.). Philadelphia: W.B.
seseorang untuk meningkatkan Sauders Company.
kemampuan berinteraksi dengan orang 6. Chien, W.T., Chan, S.W.C., dan
lain dalam konteks sosial yang dapat Thompson, D.R. 2006. Effects of a
diterima dan dihargai secara sosial. Hal mutual support group for families of
ini melibatkan kemampuan untuk chinese people with schizophrenia:
memulai dan menjaga interaksi positif 18-Months follow-up.
dan saling menguntungkan. Untuk http://bjp.rcpsych.org, diperoleh
mendukung pelaksanaan SST peneliti tanggal 11 Agustus 2017.
mengkombinasi dengan pelaksanaan 7. Dahlan., S. (2010). Statistik untuk
Terapi suportif. Kedokteran dan Kesehatan.
69
Indonesian Journal for Health Sciences Vol.02, No.01, Maret 2018, Hal 65-70

Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Training Analisa Data Kesehatan.


Dilengkapi Aplikasi dengan Jakarta. FKM: UI
Menggunakan SPSS. Salemba
Medika. 18. Herdman, T., H (ed.) 2015.
8. Dahlan., S. (2011). Besar Sampel NANDA International Nursing
Dan Cara Prngambilan Sampel Diagnoses: Definitions &
Dalam Penelitian Kedokteran Dan Classification, 2015 – 2017: Oxford:
Kesehatan. Salemba Medika. Wiley-Blackwell.
9. Dharma, K. K. (2011) Metodologi 19. Herman, (2011). Buku Asuhan
Penelitian Keperawatan: Panduan Keperawatn Jiwa. (Nuhamedika,
Melaksanakan dan Menerapkan Ed): Jogyakarta. Erlinapsiah.
hasil penelitian. (Ed. 11,13). Jakarta: 20. Hidayat, AAA. (2014). Metode
Buku Kesehatan. Penelitian Keperawatan dan Teknik
10. Direja, H.A,. (2011). Asuhan Analisis Data. Jakarta: Salemba
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medika
Nuha. Medika. 21. Hidayati, E & Widodo, S. (2014).
11. Erik G dkk (2005) A Randomized, Pengaruh Terapi Kelompok
Controlled Trial of Cognitive Supportif Terhadap Kemampuan
Behavioral Social Skills Training Mengatasi Stress Pada Klien TBC
for Middle-Aged and Older Wilayah Kota Semarang ( The
Outpatients With Chronic Effect Of Supportive Group
Schizophrenia. The American Therapy To Overcome Stress
Journal Of Psychiatry, 162 (3), 520- Ability For Tbc Clients In The
529. Semarang City ), 130–142.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.162. 22. Holmes., J., 1995. Supportive
3.520. Tanggal akses 31 Oktober psychotherapy the search for
2017. positive meanings,
12. Fontaine, K. L. (2009). Mental http://www.bjp.rcpsych.org/cgi/10.1
Health Nursing (6 th Editi). 177.1039856214546674. Diperoleh
13. Fortinash, K.M., & Holoday- tanggal 11 Agustus 2017
Worret, P.A. (2004). Psychiatric
Ursing Care Plans. 3rd. Ed. St.
Louis, Missouri: Mosby. Inc
14. Goodman & Gilman's (2013). Buku
Saku Keperawatan Jiwa.
ECG.Jakarta
15. Hadisepoetro, (2013) Pelatihan
Keterampilan Sosial Berpengaruh
Terhadap Peningkatan Keterampilan
Sosial pada Klien Isolasi Sosial di
Desa Paringan Kecamatan Jenangan
kabupaten Ponorogo.http://
old.fk.ub.ac.idartikel/id/filed
ownload/keperawatan (Diunduh
tanggal: 25 Maret 2017)
16. Hapsari, dkk, (2010) Efektivitas
Pelatihan Keterampilan Sosial Pada
Remaja Dengan Gangguan
Kecemasan. www.
.Jurnal.ump.ac.id/indek.phc/psikolo
gi/acticel/view.Maret 14,2012
17. Hastono, S.P. (2007). Basic Data
Analysis for Health Research

70

Anda mungkin juga menyukai