Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Alat dan Mesin Pertanian

Nama : Dewi Pratiwi Sasmito


NIM : G411 16 506
Program Studi : Teknik Pertanian
Kelompok : 4 (Empat)
Praktikum : Combine Harvester
Asisten : Agung Palaguna

LABORATORIUM ALAT DAN MESIN PERTANIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mekanisasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pengembangan


sistem pertanian industri. Mekanisasi pertanian berperan bukan hanya untuk
meningkatkan luas garapan dan intensitas tanam, tetapi juga meningkatkan
produktivitas dan efesiensi usaha tani, menekan kehilangan hasil dan
meningkatkan mutu dan nilai tambah produk pertanian. Maka dari itu
diperlukannya alat dan mesin pertanian untuk mengolah saat proses prapanen
sampai dengan pascapanen.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian, cara pemungutan
hasil (panen) pertanian berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Padi
merupakan tanaman dengan pola tanam serentak, dan pada saat dipanen
membutuhkan tenaga kerja yang banyak agar panen dapat dilakukan tepat waktu.
Selain itu, masalah utama dalam pasca panen padi adalah tingginya kehilangan
hasil akibat tercecer atau tidak terontok, serta terbuang bersama jerami,
mengakibatkan rusak dan rendahnya mutu gabah dan beras.
Panen merupakan salah satu kegiatan budidaya tanaman yang perlu mendapat
perhatian khusus. Saat panen merupakan waktu kritis, karena untuk tanaman
tertentu, apabila saat panen terlambat maka kualitas maupun kuntitas hasil atau
produksinya akan turun bahkan dapat rusak sama sekali. Pada dasarnya proses
panen padi dapat dilakukan melalui dua macam cara, yaitu melalui cara
tradisional dan menggunakan mesin perontok padi tipe stasioner.
Mengingat adanya beberapa jenis lahan, maka kedua cara tersebut dirasa
belum maksimal, sehingga perlu dilakukan perancangan dan pengembangan
produk mesin pemanen padi (combine harvester). Mesin ini mempunyai
kemampuan kerja merontokkan bulir padi dari batangnya dan sekaligus dapat
menebang batang padi tersebut. Tapi tidak semua petani serta masyarakat
mengetahui cara pengoprasian dari combine harvester.
Berdasarkan uraian paragraf sebelumnya maka dilakukan praktikum combine
harvester yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara mengoperasikan combine
harvester serta menggetahui bagian-bagian dari combine harvester.
1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum combine harvester yaitu agar mahasiswa


dapat mengetahui cara mengoperasikan combine harvester serta menggetahui
bagian-bagian dari combine harvester.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Combine Harvester

Combine harvester adalah mesin panen padi yang serba komplit dan canggih
dalam pengoperasiannya. Combine harvester dapat bekerja cepat pada areal
sawah yang luas. Waktu yang dibutuhkan untuk memanen padi relatif singkat.
Combine harvester dilengkapi dengan alat pemotong, perontok, dan
mengarungkan padi dalam suatu proses kinerja saja (Akatiga, 2016).
Combine harvester adalah mesin yang memanen tanaman serealia. Mesin ini,
seperti namanya, merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu
menuai, merontokkan, dan menampi, dijadikan satu rangkaian operasi. Di antara
serealia yang dipanen (Saputra, 2018).
Pada saat sekarang ini proses panen ini yang biasanya menggunakan alat-alat
panen padi tradisional kini beralih ke penggunaan mesin pemanen padi modern
combine harvester, selain meningkatkan efisiensi panen dengan pengurangan
waktu panen bila dibandingkan tenaga manusia dan penggunaan alat panen
tradisional juga mengurangi tingkat kehilangan hasil, dikarenakan prinsip kerja
alat pemanen padi kombinasi ini selain memotong padi (reaping), juga merontok
(threshing) juga sekaligus mengemas gabah (packing) ke dalam karung. Selain
mengefesienkan waktu dan biaya saat panen, alat panen padi ini juga menjadi
wadah untuk mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian dengan
menyediakan jasa pemanenan dengan meggunakan alat panen combine harvester,
hal ini menjadi peluang tersendiri bagi pengusaha yang bergerak di sektor
pertanian untuk merauk keuntungan dari usaha tersebut (Zainuddin, 2016).
Faktor Faktor yang mempengaruhi kinerja alat diantaranya yaitu kapasitas
kerja serta faktor kehilangan hasil. Penundaan perontokan padi dapat
mempengaruhi kualitas serta kuantitas dari gabah dan beras yang dihasilkan.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme, kinerja dan faktor yang
mempengaruhi tahapan kegiatan pemanenan padi, dilakukan penelaahan
mengenai kegiatan pemanenan padi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan
perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti jenis lahan, varietas padi, sistem
tanam dan alat pendukung lainnya (Sumarlan, dkk., 2017).
2.2. Prinsip Kerja Combine Harvester

Berikut ini merupakan spesifikasi dari mesin combine harvester yang perlu
diketahui yaitu bagian-bagian terpenting dari mesin combine harvester seperti
pisau pemotong, roda crawler, tangki penampung, Lifting chain (rantai lifting),
pembagi, bagian perontokan dan tangki penampung (Murti, 2017).

Gambar 23. Bagian-bagian mesin combine harvester.


(sumber: Murti, 2017)
Combine dan mini combine memilki prinsip mesin yang sama yang
membedakan adalah ukurannya dan beberapa konstruksi. Untuk mesin panen mini
combine sendiri bekerja sampai pengarungan gabah yang sudah lepas dari
malaynya dan gabah sudah bersih dari kotoran dan gabah hampa. Sedangkan pada
mesin combine sendiri gabah yang sudah bersih nantinya akan ditampung pada
tempat penampungan yang disebut tangki gabah yang isinya dapat menampung 3
sampai5 ton gabah bersih. Jadi proses yang dikerjakan pada mesin mini combine
dan combine ini adalah pemotongan, perontokan, pembersihan yang membedakan
untuk mesin combine sendri dilengkapi dengan alat penampungan (Arum, 2017).
Jenis mesin mini combine ini meiliki lebar pemotongan 2 dan 4
jalur sedangkan untuk mesin combine itu sendiri memiliki lebar pemotongan
berkisar 4 sampai 5 meter dengan kapasitas kerja 2 sampai 4 jam per hektar
karena ukurannya yang cukup besar maka untuk mesin combine sendiri
biasanya digunakan pada perusahaan-perusaan besar dengan luas petakan 5
sampai 12 hektar (Arum, 2017).
Combine harvester memotong bulir-bulir tanaman yang berdiri, merontokkan
dan membersihkan gabah sambil berjalan di lahan. Oleh karena itu penggunaan
mesin ini dapat menggantikan dan meniadakan alat-alat pengikat, pemotong dan
perontok pada kegitan pemanenan (Susianti, 2017).
Kinerja dari alat Combine harvester sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan
pada saat pemanenan, yang dimana pada saat panen kondisi lahan yang tergenangi
air sangat berpangruh pada pergerakan alat pada lahan serta kecepatan alat pada
saat panen dikarenakan kondisi tanah yang berlumpur dapat membuat kecepatan
dan pergerakan alat relatif lambat. Untuk meningkatkan efesiensi lapang dan
kapasitas lapang efektif pada penggunaan mesin panen ini, lahan sawah harus
kering saat pemanenan untuk mencegah mesin panen terbenam (Zainuddin, 2016).
Keuntungan penggunaan combine harvester adalah mengurangi biaya
pemanenan dan perontokan, kebutuhan tenaga berkurang, lahan lebih cepat
dibersihkan untuk kegiatan pengolahan tanah kembali, jerami terdistribusi diatas
tanah dan pemanenan dapat dilakukan lebih awal. Untuk combine harvester
kapasitas kerja panen lebih tinggi dari kapasitas kerja panen secara manual,
kehilangan hasil juga lebih rendah yaitu 2,4 sampai 6,1% dibandingkan cara
manual yang rata-rata kehilangan hasil hingga 9,4%. Kerugiannya adalah
membutuhkan investasi yang relatif besar dengan harga mesin berkisar 200 juta
rupiah untuk pembelian satu mesin combine harvester (Murti, 2017).
Menurut Zainuddin (2016), bahwa cara mengoperasikan combine harvester
yaitu sebagai berikut:
a. Sebelum menghidupkan pastikan dan perhatikan transmisi utama,
pengatur kecepatan, gas dalam keadaan netral dan tongkat kopling dalam
keadaan parking. Putar kunci kontak kekiri untuk pemanas busi pijar dan
tunggu hingga lampu padam. Kemudian langsung putar kekanan untuk
On-kan dan start dimulai, jangan mengstarter lebih dari 5 detik karena dapat
mengakibatkan overhot yang langsung merusak bagian-bagian sistem.
b. Memajukan atau menjalankan dan memundurkan combine. Combine dapat
bergerak maju jika mesin penggeraknya hidup, kemudian masukkan gigi
transmisi utama dengan kecepatan low, netral, high dan deep dengan
porseneling maju 1,2 dan 3 dan mundur R.
c. Membelokkan combine. Sistem pembelokan pada combine hampir sama
dengan sistem pembelokan pada traktor.
d. Menghidupkan thresser, pisau pemotong pada combine. Sistem thresser pada
combine sama dengan sistem thresser biasa tapi thresser pada combine
dilengkapi dengan sistem transmisi pengatur kecepatan putaran. Tarik tuas
thresser, kemudian sesuaikan kecepatan putarannya biar kan padi dan jerami
dirontokkan selama 2-3 menit. Dan jika ingin memotong padi, tarik tuas pisau
lalu sesuaikan dengan kecepatan putarannya dan juga jarak pemotongannya.
e. Combine dapat dihentikan dengan cara perlahan-lahan, yakni cukup tarik tuas
kopling keposisi parking atau menginjak handle kopling kemudian off-kan
semua sistem transmisi.

2.3. Jenis Combine Harvester

Menurut Murti (2017), bahwa terdapat 2 tipe combine harvester yaitu tipe
pull atau tractor-drawn yang ditarik oleh traktor dan tipe selfpropelled yang
digerakkan oleh mesin. Combine harvester tipe self-propelled dioperasikan oleh
satu orang. combine harvester tipe self-propelled terdiri dari dua jenis, yakni
head-feed type dan standard type. Jenis standard type merupakan combine
harvester ukuran besar. Pada jenis ini bulir beserta jerami yang dipotong
seluruhnya dimasukkan kebagian perontokan. Combine harvester jenis head-feed
type mekanisme kerjanya adalah hanya malai tanaman yang diteruskan ke bagian
perontok mesin. Gabah yang telah dirontokkan dikemas dalam kantung atau
ditampung dalam tangki gabah. Lebar pemotongannya antara 60-150 cm dengan
kecepatan 0,5-1 m/detik.
Berdasarkan keadaan di lapangan, mesin combine harvester yang banyak
digunakan adalah jenis head-feed type, dimana dibedakan berdasarkan combine
harvester mini dan combine harvester besar (Murti, 2017).

2.4. Pemanenan Dengan Combine Harvester

Dari cara kerja mesin panen padi di bedakan yaitu, mesin panen yang hanya
memotong rumpun padi kemudian melemparkan kesamping mesin (reaper).
Kedua, mesin panen yang memotong dan mengikat kemudian melemparkan
kesamping (binder). Jenis yang ketiga adalah mesin panen yang mampu
memotong rumpun padi, merontokkan dan membersihkan butir gabah dari
kotoran (combine harverster) (Sumarlan, dkk., 2017).
Combine hasvester merupakan suatu teknologi mesin panen padi yang pada
mulanya dikembangkan di Negara Korea Selatan dan Jepang. Combin hasvester
pada dasarnya sebagai mesin pemanen padi yang membantu petani didalam
pemanenan padi. Teknologi ini sangat membantu dari segi tenaga kerja, waktu,
biaya panen serta kecepatan pemanenan (Togatorop, 2017).
Tingkat kehilangan gabah pun sangat kering dibandingkan dengan cara
manual. Namun dalam pemanenan perlu juga dikaji beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam menunjang proses panen diantarnya umur padi dan
pengamatan teoritis (deskripsi varietas dan pengukuran kadar air gabah). Proses
pemanenan padi dengan manggunakan combin hasvester sangat membantu petani
didalam pemanenan padi, yang bisa menghemat dari segi kecepatan waktu 75%
dibanding menggunakan tenaga manusia. Dalam kurun waktu terakhir ini
penggunaan Alsintan dikalangan pertanian sudah semakin berkembang untuk
mengatasi keterbatasan tenaga kerja dipedesaan. Kapasitas kerja dari combin
hasvester sendiri 5,05 jam/ha (Togatorop, 2017).
Potensi hasil panen pada masing-masing lahan pemanenan potensi upah
ataupun pendapatan yang diperoleh dari penggunaan alat panen Combine
harvester yang dilakukan pada lahan persawahan memiliki rataan potensi upah
Rp 2.231.526 per ha, yang dimana potensi upah atau pendapatan terbesar terdapat
pada lahan 2 dengan potensi upah sebesar Rp 2.536.232 /ha, yang didapat dari
perhitungan potensi upah panen perhektar dikalikan dengan harga gabah kering
panen sebesar Rp 3500, potensi hasil panen terbesar juga terdapat pada lahan
2 dengan potensi hasil panen sebesar 6.521 kg/ha, besarnya potensi upah
pendapatan Combine harvester pada masing-masing lahan juga tergantung
dari potensi hasil panen dikarenakan pendapatan atau upah dari pengerjaan
dengan Combine harvester diperoleh dari besarnya hasil panen pada lahan
persawahan dengan perbandingan 1 banding 9, dimana setiap 9 kg hasil panen
dari lahan, upah Combine harvester sebesar 1 kg, atau dengan kata lain setiap 9
karung hasil panen Combine harvester pada suatu lahan diperoleh upah 1 karung
dari hasil panen tersebut (Zainuddin, 2016).
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum combine harvester dilaksanakan pada hari Minggu, 7 November


2018 pukul 10.10 WITA, di Desa Tompobulu, Kecamatan Tompobulu,
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum combine harvester adalah combine


harvester dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum combine harvester adalah bahan
bakar solar dan lahan.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum combine harvester adalah:


a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menghidupkan combine harvester, sebelum menghidupkan pastikan dan
perhatikan transmisi utama, pengatur kecepatan, gas dalam keadaan netral
dan tongkat kopling dalam keadaan parking.
c. Memajukan atau menjalankan combine, dengan cara masukkan gigi
transmisi utama dengan kecepatan low, netral, high dan deep dengan
perseneling maju 1, 2 dan 3 dan mundur R.
d. Menghidupkan thresser atau tuas perontok, pisau pemotong pada combine.
e. Mengemudikan combine sesuai dengan arahan yang telah ditentukan.
f. Menghentikan combine, dengan cara perlahan-lahan, yakni cukup tarik tuas
kopling keposisi parking atau menginjak handle kopling kemudian off-kan
semua sistem transmisi.
g. Mendokumentasikan kegiatan praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

8
2

3
4

5 6

4
Gambar 24. Combine harvester tampak depan.
(Sumber: Data primer 2018).
Tabel 17. Bagian-bagian Combine harvester tampak depan dan fungsinya.
No. Nama bagian Fungsi
1. Shun shade Untuk melindugi operator dari terik matahari.
2. Lampu kerja Untuk memberikan penerangan.
3. Reel Fungsinya, menarik atau mengait batang
tanaman padi dari posisi tegak kearah pisau
pemotong.

4. Auger Fungsinya, mengumpulkan batang padi yang


sudah terpotong kearah tengah dimana terdapat
konveyor kanvas.

5. Divider atau pemisah Memisakan tanaman.

6. Pisau pemotong Sebagai pemotong rumpun padi yang masih


utuh.
7. Konveyor kanvas Membawa padi ini ke bagian perontokan.

8. Tuas perseneling Untuk mengatur laju serta membeloknya


combine harvester.
(Sumber: Data primer 2018).
1
2
3
4

Gambar 25. Combine harvester tampak samping.


(Sumber: Data primer 2018)
Tabel 18. Bagian-bagian Combine harvester tampak samping dan fungsinya.
No. Nama bagian Fungsi
1. Penampungan gabah Sebagai tempat menampung gabah.
atau grain tank
2. Kursi operator Tempat duduk operator untuk mengemudikan.
3. Control cab Tempat panel instrumen danr kontol.
4. Tempat pengeluran Sebagai tempat keluarnnya gabah.
atau grain outlet
5. Station pengemasan Tempat pengemasan yang berfungsi untuk
menempatkan padi yang dilakukan
penggarungan.
6. Roda crawler Sebagai alat menjalankan atau menggerakan
suatu kendaraan.
(Sumber: Data primer 2018).

Gambar 26. Tuas-tuas combine harvester.


(Sumber: Data primer 2018).
Tabel 19. Bagian-bagian tuas combine harvester dan fungsinya.
No. Nama bagian Fungsi
1. Tuas thresser Untuk menggerakkan reel saat proses
pemanenan padi.
2. Tuas transmisi Memindahkan daya yang terdapat pada mesin
yang kemudian disalurkan kepenggerak lainnya
yang membutuhkan energi gerak berputar yang
kemudian diubah menjadi energi gerak lainnya
sesuai dengan kebutuhan.

(Sumber: Data primer 2018).

4.2. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi pada bagian-bagian combine


harvester dan mengoperasikan combine harvester tersebut. Combine harvester
sendiri adalah alat pemanen padi yang dimana dilengkapi alat pemotong, perontok
dan pengarungan. Hal ini sesuai pendapat Akatiga (2016), bahwa combine
harvester dilengkapi dengan alat pemotong, perontok, dan mengarungkan padi
dalam suatu proses kinerja saja.
Combine harvester memiliki bagian-bagian seperti reel, roda crawler,
auger, tuas perseneling, tuas transmisi, pisau pemotong dan lain sebagainya.
Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi tersendiri seperti tuas transmisi untuk
memindahkan daya yang terdapat pada mesin yang kemudian disalurkan
kepenggerak lainnya yang membutuhkan energi gerak berputar yang kemudian
diubah menjadi energi gerak lainnya sesuai dengan kebutuhan. Hal ini sesuai
pendapat Murti (2017), bahwa bagian-bagian terpenting dari mesin combine
harvester seperti pisau pemotong, roda crawler, tangki penampung, Lifting chain
(rantai lifting), pembagi, bagian perontokan dan tangki penampung.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum mower yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan


bahwa:
a. Combine harvester sendiri adalah alat pemanen padi yang dimana dilengkapi
alat pemotong, perontok dan pengarungan
b. Combine harvester memiliki bagian-bagian seperti reel, roda crawler,
auger, tuas perseneling, tuas transmisi, pisau pemotong dan lain sebagainya.
Bagian-bagian tersebut memiliki fungsi tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Akatiga, Y. 2016. Combine Harvester Teknologi Tidak Tepat Guna. Institut


Pertanian Bogor: Bogor.
Arum, NK. dan Chusnan M. 2017. Mengenal Alat dan Mesin pemanen Padi.
Universitas Muhammadiyah Gresik: Gresik.
Murti, H. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Unit Usaha Mesin Pemanen Padi
(Combine Harvester) di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten
Lampung Tengah. Universitas Lampung: Lampung.
Saputra, MTA. 2018. Unjuk Kerja Mesin Pemotong Padi Tipe GLX 328-RH pada
beberapa RPM di Lahan Kering. Universitas Lampung: Lampung.
Sumarlan, SH., Ary MA. dan Fudin H. 2017. Analisis Keberlanjutan Pemanfaatan
Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kabupaten Lamongan
Jawa Timur. Universitas Brawijaya: Malang.
Susianti, N. 2017. Analisis Investasi Combine Harvester Kubota Tipe DC 35 pada
Lahan Pasang Surut. Universitas Sriwijaya: Bali.
Togatorop, B. 2017. Hubungan Teknologi Alsintan terhadap Produktivitas Padi
Sawah di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Universitas Jambi: Jambi.
Zainuddin, Mursalim dan Abdul W. 2016. Analisis Ekonomi Penggunaan
Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star. Universitas
Hasanuddin: Makassar.
LAMPIRAN

Lampiran 9. Dokumentasi saat Praktikum

Gambar 27. Dokumentasi pengoprasian combine harvester.

Anda mungkin juga menyukai