Anda di halaman 1dari 19

HASIL PENELITI PADA SISTEM PERKEMIHAN

Oleh:
KELOMPOK

1. Febri Warni Hulu


2. Melania Syafitri
3. Mindayani
4. Suci Widari
5. Ahyana Maghfira
6. Samariani Simarmata

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah “HASIL PENELITI PADA

SISTEM PERKEMIHAN” dengan baik.Selesainya penyusunan ini berkat bantuan,


bimbingan, pengarahan, petunjuk, dorongan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:


1. Parlindungan Purba,SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga SP.M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Rinco Siregar,S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns.Agnes Marbun , M.Kep,, selaku Dosen Pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi
maupun susunannya, untuk itu saya membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya
dibidang keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih.

Medan,11 Mei 2019


Penulis

Kelompok 6
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................. 3
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan…………………………… 3

2.2 Gangguan Sistem Perkemihan ................................................................. 5


2.3 Hasil-hasil Penelitian ............................................................................... 5
2.4 Tren dan Issue Terkait Gangguan Sistem Perkemihan ............................ 7
2.5PenerapanEvidenceBasedNursingPractice…………………………………. 7

A. Penerapan Teori Konservasi Levine Pada Asuhan Keperawatan Pasien


Dengan Gangguan Sistem Perkemihan

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang
tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh
karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi unrine
(buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra. Ginjal,
Uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih. Fungsi utama
dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan mengeluarkannnya
sebagai urin.
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit pada
organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya menganggu
biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga kehidupan.

1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui prinsip umum pengkajian, riwayat keperawatan,
tehnik dan persiapan pengkajian serta pendokumentasian data pengkajian,
sehingga diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan kritis dan analisis data
agar mampu menegakkan diagnose keperawatan
2. Mahasiswa mengerti langkah-langkah sistematis untuk menentukan dan
merencanakan penyelesaisan masalah klien; lalu mengimplementasikan dan
mengevaluasi apakah rencana yang dibuat cukup efektif dalam mengatasi
masalah yang terjadi.
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan suatu masalah keperawatan melalui pendekatan
ilmiah, sistematis dan logis sehingga menghasilkan suatu pelayanan prima dan
berkualitas kepada klien terutama klien dengan gangguan system perkemihan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria
(kandung kemih), dan uretra.

1. Ginjal
Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme
terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air. mempertahankan
keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darah.
Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah
kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena
adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah dua, secara
longitudinal (memanjang), dapat terlihat. bagian luar yang bercak-bercak disebut
korteks, serta bagian dalam yang bergarisgaris disebut medula. Medula terdiri dari
bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut renah piramid. Puncak kerucut
tadi menghadap ke ;=.aliks yang terdiri dari iubang-lubang kecil (papila renalis). tiara
pyramid dipisahkan sate dengan lainnya oleh kolumna renalis. Garis yang terlihat
pada piramid disebut tubulus.
Pada pemeriksaan secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti
corong dengan batang yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut
dinamakan kapsula Bowman yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng. Ruangan
kapsula Bowman dan glomerolus disebut karpusguli renalis (korpuskulam malfigi).
Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas
aferen ke dalam glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang
mer,yerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, ansa Henle,
tubulus kontortus distal. tubulus koligentes. Pada Bagian-Bagian batang ini terjadi
proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi.
Proses filtrasi terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih began
daripada permukaan eferen. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyaringan
darah. Pada proses ini yang tersaring adalah Bagian cair dari darah kecuali protein.
Selanjutnya, cairan tersebut, yaitu air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan
bikarbonat. Ditampung oleh simpai Bowman yang selanjutnya diteruskan ke
tubulus-tubulus ginjal.
Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi
penyerapan kembali dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat,
bikarbonat dan beberapa ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas, terjadi
proses pasif (reabsorpsi obligatori). Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi
proses aktif (fakultatif reabsorpsi) yang menyerap kembali natrium dan ion
bikarbonat bila diperlukan. Sisa hasil reabsorpsi akan dialirkan ke papilla
renalis.
Pelvis renalis (piala ginjal) merupakan bagian dari ginjal dengan duktus
papillaris Bellini bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area
kribiformis pada papilla ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol ke dalam satu
kaliks minor, bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis
renalis ini berlanjut menjadi ureter.
2. Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung
kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih.
,Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra
sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya
berjalan di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal
dari mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera
terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, danjaringan fibrosa.
3. Vesika urinaria
Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila
terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.
Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks,
fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan
dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus
merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus
berada di antara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh
spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula
seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis
mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian
yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkan semen.
Pada laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian
melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki,
uretra terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars
kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan, uretra
terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya
kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah atas vagina,
antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretori.

2.2 Gangguan Sistem Perkemihan

1. Glomerulonefritis adalah proses inflamasi pada glumeruli dengan etiologi,


patogenesis, perubahan-perubahan histologi pada ginjal berlainan tetapi dengan
presentasi klinis seragam.
2. Sindrom Nefrotik adalah kelainan pada sistem perkemihan/urinary yang ditandai
dengan adanya peningkatan protein dalam urine (proteinuria), penurunan albumin
dalam darah, dan adanya edema
3. Gagal Ginjal Kronik adalah suatu kedaan klinis yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal
4. Ca Kandung Kemih adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli (kandung kemih)
yang akan terjadi gros hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar kencing warna merah
terus.
5. BPH (Benign Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran kelenjar prostat yang
disebabkan adanya keseimbangan hormonal dalam tubuh sehingga terjadi
hiperplasi (penambahan jumlah sel) pada kelenjar prostat
6. ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah suatu keadaan klinis yang mana terdapat
mikroorganisme pada saluran kemih
7. Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapatnya batu di dalam saluran kemih, baik
dalam ginjal, ureter, maupun buli-buli / kandung kemih.
8. Anuria, merupakan gangguan kemampuan ginjal dalam membentuk urin akibat
kegagalan fungsi ginjal
9. Albuminuria, suatu gangguan yang ditandai oleh adanya senyawa protein pada
urin. Ini bias disebabkan oleh adanya kerusakan pada glomerulus
10. Batu ginjal, yaitu gangguan yang berupa endapan kristal kalsium fosfat yang
kemudian menggumpal layaknya batu. Sehingga disebut sebagai batu ginjal.
Keberadaan batu ginjal dalam saluran urinaria ini bisa menyebabkan terjadinya
stagnasi urin

2.3 Hasil-hasil Penelitian

Penelitian menggunakan PICO

Judul jurnal :PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA GAGAL


GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI
HEMODIALISA MELALUI PSYCHOLOGICAL INTERVENTION
DI UNIT HEMODIALISA RS ROYAL PRIMA MEDAN TAHUN
2016
1. PROBLEM:
12 pasien yang menderitagagalginjalkronis yang ditarikdenganteknik
purposive sampling di Rumah Sakit Royal Prima Medan

2. INTERVENTION:
Peningkatan kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa melalui psychological intervention
3. COMPARSION:
-

4. OUTCOME :
Ada peningkatankualitashiduppasiengagalginjalkronik yang
menjalaniterapihemodialisaterhadappsychological intervention

5. HASIL ANALISA
kualitas hidup pada penderita gagal ginjal kronik setelah dilakukan
psychological intervention dengan terapi relaksasi spiritual dzikir dari 12 orang
responden ada yang mengalami peningkatan kualitas hidup, itu dapat dilihat dari
kualitas hidup baik 58% (7 orang), kualitas hidup cukup 33% (4 orang) dan
kualitas hidup kurang 9% (1 orang)

6. ABSTRAK
Gagalginjalkronisadalahmasalah yang penting,
prevalensidanbuktiberdasarkanuntukmeningkatkan.Pasienmengalamipeningkatang
agalginjalkronisdarikualitaspasiendenganmenjalanihemodialisis.Tujuandaripeneliti
aniniadalahuntukmenentukanpeningkatankualitashiduppasiendengangagalginjalkro
nis yang menjalaniterapihemodialisismelaluiintervensipsikologis di Unit
Hemodialisis

Kesimpulandaripenelitianinimenyatakanbahwaadapeningkatankualitaspasienden
gangagalginjalkronis yang
menjalanihemodialisishinggaintervensipsikologismelaluidevosidanrelaksasi
spiritual dapatdigunakansebagaiterapi spiritual
alternatifuntukmeningkatkankualitashiduppasiendengangagalginjalkronis.menjalan
ihemodialisis.
7. PENDAHULUAN
Penderita gagal ginjal kronik harus melakukan terapi hemodialisa untuk
memperpanjang usia harapan hidup. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus
sepanjang hidupnya (Smeltzer & Bare, 2002). Oleh karena itu, kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik,
namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif (Dhina, 2015).

2.4 Tren dan Issue Terkait Gangguan Sistem Perkemihan

A. METODE PENGOBATAN DENGAN ESWL

Saat ini di Indonesia masih


banyak yang belum
mengenal Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai
salah satu terapi penyembuhan
penyakit batu ginjal. ESWL
sebenarnya sudah bukan merupakan
barang asing dalam dunia kedokteran
khususnya bagi para urologis. Sejak
diperkenalkan penggunaannya di awal tahun 1980-an, ESWL semakin populer dan
menjadi pilihan pertama dalam kasus umum penanganan penyakit batu ginjal.
Beberapa keuntungan dari ESWL diantaranya adalah dapat menghindari
operasi terbuka, lebih aman, efektif, dan biaya lebih murah, terutama untuk prosedur
ESWL yang sederhana sehingga tidak memerlukan perlakuan berkali-kali. ESWL
merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau
memasukkan alat kedalam tubuh pasien.
Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti di luar tubuh,
sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL memiliki
arti penghancuran batu (ginjal) dengan menggunakan gelombang kejut (shock
wave) yang ditransmisi dari luar tubuh.
Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal
sampai hancur dengan ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan
secara alamiah dengan urinasi.
Treatment ESWL yaitu pasien dibaringkan di atas tempat tidur khusus
dimana generator shock wave telah terpasang di bagian bawahnya. Sebelum proses
penembakan dimulai, dilakukan pendeteksian lokasi batu ginjal
menggunakan imaging probe (dengan ultrasound atau fluoroscopy), agarshock
wave yang ditembakan tepat mengenai sasaran.
Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-shot
device yang memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu,
sehingga alat ini memiliki tingkat keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada
saat bersamaan dapat meminimalkan terjadinya luka pada ginjal akibat salah
tembak.

2.5 PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE

B. DEFENISI

Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based


Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di
pelayanan kesehatan”.
EvidenceBased Practice (EBP)keperawatanadalah proses untukmenentukan,
menilai, danmengaplikasikanbuktiilmiahterbaikdari literature
keperawatanmaupunmedisuntukmeningkatkankualitaspelayananpasien. Dengan kata
lain,EBPmerupakansalah satu
langkahempirisuntukmengetahuilebihlanjutapakahsuatu
penelitiandapatdiimplementasikanpadalahanpraktek yang
berfokuspadametodedengancritical thinkingdanmenggunakan data danpenelitian
yang tersediasecaramaksimal.
C. Tingkatan Evidence
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy
evidenceyangdigunakanuntukmengukurkekuatansuatuevidencedarirentangbuktiterbai
ksampaidenganbukti yang paling rendah. Tingkatan
evidenceinidigunakansebagaibahanpertimbangandalam
EBP.Hirarkiuntuktingkatanevidence yang
ditetapkanolehBadanKesehatanPenelitiandanKualitas(AHRQ),
seringdigunakandalamkeperawatan (Titler, 2010).Adapunlevel of
evidencetersebutadalah sebagaiberikut :
a. Level 1 : Evidence berasal dari systematic review atau meta-analysis dari RCT yang
sesuai.
b. Level 2 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT dengan randomisasi.
c. Level 3 : Evidence berasal dari suatu penelitian RCT tanpa randomisasi.
d. Level 4 : Evidence berasal dari suatu penelitian dengan desain case control dan
kohort.
e. Level 5 : Evidence berasal dari systematic reviews dari penelitian descriptive dan
qualitative.
f. Level 6 : Evidence berasal dari suatu penelitian descriptive atau qualitative.
g. Level 7 :Evidenceberasal darisuatuopini dan ataulaporan dari para ahli.

D. PENERAPAN TEORI KONSERVASI LEVINE PADA ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN

Gambaran Kasus Kelolaan Utama

1. IdentitasPasien
Pasien Tn. HG, 24 tahun, nomer RM 01262740, status belum menikah, suku
Medan, Agama Kristen, pendidikan akademi, pekerjaan mahasiswa, jaminan tunai.
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 10.20 WIB melalui
IGD ke ruang lantai 4 utara. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28
Oktober2013preoperasi,operasidilakukanpadatanggal30oktober2013pukul13.00
WIB dan kemudian pasien masuk ICU pukul 15.00 WIB. Kembali keruangHCU
lantai 4 utara pada tanggal 3 November 2013.
2. Keluhan utama dan riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengalami keluhan nyeri pinggang terutama sebelah kiri, dan paha kiri,
ketika dipalpasi pasien mengeluh sangat nyeri, nyeri menyebar pada
seluruhlapisanperut ,tampak edema, warnakemerahan., padasaatmasuk RS di IGD
pingsan (+), mual (+), muntah (+).
Pasiensebelumnyamengalamikecelakaanlalulintasketikanaik motor,
kemudianditabrakoleh motor
danpasientidaksadarkandiridantidakingatkejadiantersebut. Terjadi trauma tumpul
abdomen,.

3. RiwayatKesehatanDahulu

Pasienmemilikiriwayatneforlitiasisdansudahdilakukanoperasipengangkatanbatugin
jalkananpadatahun 2012 danmunculkembali ± 2
bulandariprosedurtersebut.Pasienmemilikikebiasanjarangminum air putih,
pasiensenangminum air tehdan kopi.

4. RiwayatKesehatanKeluarga
Dikeluargapasien, ayah memilikiriwayathipertensiterkontrol dan ibu memiliki riwayat
diabetes melitus. Dikeluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakitterkait ginjal

Penerapan Teori Konservasi Levine Pada Kasus Kelolaan Utama

1) Pengkajian TeoriKonservasi

a. Perubahan lingkungan internal:

Kondisi Pre Operasi : Pasien dengan kondisi trauma tumpul di ginjal sinistra
dengan kesadaran composmetis, daerah tempat trauma mengalami nyeri, berwarna
kemerahan ,edema dan teraba hangat dengan suhu 38,7ºC. Kondisi ini
memungkinkan terjadinya infeksi yang dapat meningkatkan konsumsi energi atau
kebutuhan energi metabolisme.

Kondisi Post operasi : Adanya Luka post operasi juga mengindikasikan


peningkatan konsumsi energi.

b. Perubahan lingkunganeksternal

Pre Operasi : Sebelum dilakukan operasi pasien dirawat diruang biasa dan
dilakukan hemodialisa 1 x dengan nilai pre HD Ureum: 116 mg/dl, kreatinin :1,5
mg/dl . Post HD nilai ureum dan kreatinin tetap sama. Sebelumnya pasien
dipuasakan karena produksi NGT kecoklatan,

terpasang folley chateter dengan produksi urin : 500


ccberwarnakemerahan (hematuria).

Post Operasi : pasien dirawat diruang ICU dan HCU . Pada saat di HCU pasien
terpasang monitor tanda-tanda vital, terpasang central vena chateter (cvc) pada
vena subclavia dextra, terpasang drain pada luka laparatomidisebelah lateral
abdomen kiri, terpasangnefrostomi di ginjal sisnitra danfolley chateter .

c. Konservasi Energi Kondisi Preoperasi


1. Nyeri/kenyamanan : Pasien mengeluh nyeri dengan skala 7 ketika dipalpasi
didaerah pinggang kiri dan menjalar hingga kepahakiri
2. aktivitas/istirahat : pasien sulit bergerak karena ketikabergeser
pasienmerasakan sakit sekali.. Posisi tidur supine, kesadaran composmetis.
Tanda – tanda vital TD : 120/70 mmHg, N : 89 x/m, RR : 18 x/m.
3. Integritas kulit : Daerah nyeri berwarna kemerahan, edema, teraba hangat, Suhu
: 38,7ºC. Nilai Laboratorium, Leukosit : 16,5 ribu/ul, Neutrofil78%
4. Cairan : Turogr kulit elastis, mukosa mulut kering, pasien dipuasakan untuk
mengeluarkan cairan lambung yang berwarna kecoklatan. Balancae cairan : -
355 cc, Hemoglobin : 9,5 g/dl, Ureum darah : 116 mg/dl, kreatinin : 1,5mg/dl.
5. Hasil USG Abdomen : nefrolithiasisbilateral.

Kondisi Post operasi :

1) Aktivitas: kebutuhan pasien dibantu sepenuhya oleh perawat dan keluarga. Pasien
sudah dapat melakukan oral hygine secara mandiri ditempat tidur. Mobilisasi
miring kiri dan kanan dapat dilakukan semampupasien.
2) Integritas kulit : Terdapat luka post operasi laparatomi dan nefrostomi harike-
5.Pasiendemamdengansuhutubuh39ºC.Hasilkulturpusyang diambil sampelnya
pada saat operasi menerangkan grampositifkokus. Nilai lab leukosit terjadi
penurunan : 21.700 /ul, 20.100 /ul, 17.200 /ul, 14.200 /ul, 12.800 /ul.
3) Cairan : turgor kulit kurang elastis, mukosa mulut kering, konjungtiva anemis,
lubang disaluran nefrostomi merembes darah ± 20 cc. Balancae cairan : -1008 cc,
Produksi drain 400 cc berwarna
kemerahan,produksinefrostomi15ccberwarnakuningkeruh.Nila Hbfluktuatif : 8,7
g/dl, 9 g/dl, 11,1 g/dl, 8,8 g/dl, 10 g/dl, 10,2 g/dl. Ureum : 122 mg/dl dan kreatinin
: 1,8 mg/dl
4) Nutrisi : Pasien mengeluh mual, tidak nafsu makan, pada saat pagi hari pasien baru
bisa menghabiskan 3 potong biskuit yang dibasahi air.Lila
: 25 cm, Status BeratBadan :25 x 100% = 85,3% (underwight).

29,3

nilai albumin yang rendah 2 g/dl, 2,50 g/dl, 2,40 g/dl, 2,7 g/dl, 2,80 g/dl

d. Konservasi Integritas Struktur : Kondisi Pre


operasi :Daerah trauma tumpul , pinggang
kiri dan paha kiri berwarna kemerahan,
edema, teraba hangat, saat palpasi nyeri
sekali.
Kondisi Post operasi :Terdapat luka post operasi laparatomi dan nefrostomi hari ke-5
dengan kondisi laparotomi didaerah medial abdomen dengan panjang ± 30 cm,
terdapar jahitan dan bagian bawah luka keluar pus. Terdapat luka membentuk fistula
dibagian abdomen kiri bawah dengan diameter ± 5 cm merembes pus campur darah.
Nilai ureum darah cenderung fluktuatif dan akhirnya menurun.

Tabel 3.1 Daftar nilai laboratorium Ureum kreatinin Tn. HG

FungsiGinjal 27/10/13 31/10/13 1/11/13 4/11/13 6/11/13 16/11/13


Ureum 116 mg/dl 122 mg/dl 146 mg/dl 45 mg/dl 86 mg/dl 21
mg/dl
Kreatinin 1,5 mg/dl 1,8 mg/dl 1,5 mg/dl 1,0 mg/dl 1,6 1,0
mg/dl mg/dl
Hasil Renogram menerangkan kedua fungsi ginjal sudah menurun,denganfungsi ginjal kiri
nilai GFR 13,70 ml/menit dan ginjal kanan 33,49ml/menit. Total GFR 47,22 ml/menit.

e. Konservasi IntegritasPersonal
Menurut keluarga, pasien adalah seorang anak bungsu dari 5 bersaudara. Pasien
lulusan akademi dan belum bekerja, pasien melanjutkan studi S1nya. Pasienadalah
orang yang pendiam, iaselalumenurut kata-kata orang tua dan kakaknya.
f. Konservasi Integritas Sosial
pasien merupakan anak yang dibesarkan pada lingkungan yang rajin beribadah.
Keluarga rajin membimbing pasien beribadah ditempat tidur dengan
membacakan/menyanyikan lagu puji-pujian. Pasien memilikikultur suku medan yang
kental. Di Jakarta pasien tinggal dengan kakaknya, orang tua tinggal di medan. Dan
pada saat dirawat kedua orang tua dan kakak-kakaknya bergantian menjaga pasien.
Keluarga pasien sangat memperhatikan kondisi pasien. Selama perawatan
pasiensangatkooperatif dengan perawat
g. Pemeriksaan penunjang Hasil lab darah :Terlampir
1) Radiologi : Terdapat kardiomegali, pulmo dalam batasnormal

2) Abdomen 3 posisi : multiple nefrolithiasi bilateral, dilatasi disertai penebalan fokal,


sebgaian colon region hemiabdomen kiri atas disertai multiple air fluid level pd/
sentinelloops
3) USG Fastabdomen

Tidak tampak cairan bebas pada fosca hepatorenal, splenorenal, perihepatika,


perisplenika, paracolica kanan-kiri maupun penvesica. Neforlithiasis bilateral

4) Renogram: Skintigrafi

Aktivitasintrarenalkananmeningkat dan menetap sampai


akhirpemeriksaan.Aktivitasintrarenalkirirendahdanmenetapsampaiakhirpemeriksaan
Aktivitas di bulimulaitampakpadamenitke 22
dankemudianmeningkatsampaiakhirpemeriksaan

Kurvarenogram
Kurva renogram kanan meningkat dan mendatarsampai
akhirpemeriksaan.Kurvarenogramkirilebihrendahdibandingkankanan,
mendatarsampaiakhirpemeriksaan
Nilai GFR
Ginjalkiri : 13,70 ml/mnt
Ginjal kanan : 33,49 ml/menit

Total GFR : 47,2 ml/menit (nilai GFR normal untuk pasien ini 88 ml/menit)

Kesimpulan

Gangguan berat fungsi parenkim dan ekskresi ginjal kiri dengan GFR 13,70 ml/menit.

Fungsi parenkim dan ekskresi ginjal kanan menurun dengan GFR 33,49 ml/menit.

h. ManagemenTerapi

1) Terapi oral :
a. CPZ 1 x 1tab
b. Kotrimoksazol 2 x 480mg
c. Dumin supp extra 1 xsupp
2) IntraVena:

a) Fosmycin 2 x 1gr

b) Ketorolac 3 x 30 mg

c) Farmadol 3 x 1gr

d) Ranitidn 2 x 50mg

e) Vitk K 3 x1mp

f) Transamin 3 x 1amp

g) Meropenen 3 x 1gr

3) Cairanparenteral:
a. Dextrose 5% 500 ml/ 8jam
b. RL 500 ml/8jam
c. Aminofluid 500 ml/ 8jam
d. Transfusi Albumin 100cc
Diet : diet tktp 1700 Kkalori/24 jam
2. Trophicognosis atau diagnosekeperawatan

Diagnosakeperawatan yang teridentifikasidalamkasusiniadalahsebagaiberikut:


b. Perfusi jaringan renal tidak efektif berhubungan dengan trauma,infeksi

c. Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakanjaringan

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


mampuan mencernamakanan

Anda mungkin juga menyukai