Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK


2019-2021

DISPEPSIA

Pengertian 1. Dispepsia didefinisikan sebagai rasa tidak nyaman di perut bagian


atas yang terjadi berulang atau kronik. Rasa tidak nyaman tersebut
dapat berupa rasa penuh di perut, rasa cepat kenyang, dan rasa nyeri
di ulu hati. Dispepsia bukan suatu penyakit tetapi suatu sindrom
atau kumpulan gejala yang harus dicari penyebabnya.
Anamnesis  Onset terjadinya keluhan
 Lokasi nyeri,kualitas nyeri,dan penjalaran nyeri
 Mulut terasa pahit,mual,muntah ,odinofagi dan disfagi,BAB
berdarah
 Rasa sakit muncul sebelum atau setelah makan
 Faktor gaya hidup :pola makan tidak teratur,merokok,konsumsi
obat-obatan NSAID,minuman alkohol
 Riwayat penyakit sebelumnya (tukakpeptik
,gastritis,diare,diabetes mellitus,tiroid,dsb )
 Gejala Alarm
- Usia>50 tahun pada saat onset gejala muncul
- Penurunan berat badan
- Perdarahan saluran cerna (hematemesis melena)
- Disfagia yang progresif
- Odinofagia
- Muntah yang persisten
- Anemia
- Teraba massa atau limfadenopati
- Riwayat keganasan pada keluarga
Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital
2. Pemeriksaan fisik abdomen  nyeri tekan epigastrium
Kriteria diagnosis Kriteria Rome III
 Nyeri epigastrium
 Rasa terbakar di dada
 Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
 Rasa cepat kenyang
Diagnosis Dispepsia
Diagnosis banding 1. Dispepsia non ulkus
2. Gastritis
3. Ulkus peptikum
4. Kolelitiasis
5. Malabsorbsi karbohidrat
6. Pankreatitis kronik
7. Parasit intestinal
8. Mesenterika iskemik kronik
9. Keganasan abdomen
Pemeriksaan  Darah lengkap
penunjang  Faal hati
 Penanda Tumor (CEA, CA 19-9, AFP)
 Endoskopi
 USG
 urea breath test (UBT) atau di tinja melalui pemeriksaan PCR.
 Pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyakit sistemik tertentu
seperti gula darah dan HbA1C pada diabetes mellitus dan
pemeriksaan TSH, T3, dan T4 pada penyakit tiroid.
Terapi 1. Dispepsia organic
 Antasida
 Antikolinergik
 Antagonis reseptor H2
 PPI
 Prokinetik
 Sitoprotektor

2. Dispepsia Fungsional
 Terapi simptomatik (PPI,antidepresan,prokinetik,5HT-agonis)

3. Dispepsia karena infeksi Helicobacter Pylori


 Lini Pertama :
PPI* 2x1
Amoksisilin 1000 mg (2x1)
Klaritromisin 500 mg (2x1)

 Lini Kedua:
PPI* 2x1
Bismut subsalisilat 2 x 2 tablet
Metronidazole 500 mg (3x1)
Tetrasikilin 250 mg (4x1)

 Lini Ketiga:
PPI* 2x1
Amoksisilin 1000 mg (2x1)
Levofloksasin 500 mg (2x1)

*PPI yang digunakan antara lain rabeprazole 20 mg,lansoprazole 30


mg ,omeprazole 20 mg, pantoprazole 40 mg, esomeprazole 40 mg.
Selama 7-14 hari
Edukasi  Pola makan yang baik: makan teratur, mengurangi makanan
pedas, asam, dan lemak tinggi
 Mengurangi atau menghindari penggunaan OAINS,
kortikosteroid, dan antikoagulan
 Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.
 Menghindari kondisi stres, cemas, atau depresi karena kondisi
tersebut telah diketahui dapat menimbulkan gejala dispepsia.

Prognosis Dispepsia yang ditegakkan setelah pemeriksaan yang akurat serta


mendapat tatalaksana yang tepat umumnya memiliki prognosis
baik.
Kepustakaan 1. Djojoningrat D. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal. In:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B,
Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi
VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014. p. 1729–36.
2. PGI.Konsensus Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter pylori. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia ;2014
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK
2019-2021

FIBROADENOMA MAMMAE

Pengertian 1. Fibroadenoma mammae adalah neoplasma jinak dimana terdapat


pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan payudara dan
pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi saluran air
susu di payudara.
Anamnesis  Identitas pasien
 Onset keluar benjolan
 Letak benjolan
 Kecepatan tumbuh benjolan
 Ada tidaknya nyeri
 riwayat keluarga yang terkena kanker payudara dan atau
kanker ovarium, riwayat obstetri dan ginekologi, terapi
hormonal (termasuk kontrasepsi hormonal), riwayat
operasi/aspirasi benjolan di payudara sebelumnya
Pemeriksaan fisik 1. Vital sign
2. Inspeksi payudara
3. Palpasi pada payudara pada FAM ditemukan massa soliter,
batas tegas, konsistensi padat,kenyal dan mudah digerakkan
Kriteria diagnosis  Wanita muda dibawah 30 tahun
 Tumbuh pelan dalam waktu tahunan
 Batas tegas, bentuk bulat atau oval, permukaan halus,
konsistensi padat elastis, sangat mobile dalam corpus mammae
 Tumor dapat single atau multiple.
 Nodus axila tidak teraba membesar dan tidak ada tanda
metastase
Diagnosis Fibroadenoma mammae
Diagnosis banding 1. Tumor Filodes
2. Papiloma intraduktal
3. Kista payudara
4. Lipoma
Pemeriksaan penunjang 1. USG
2. Mammografi
3. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Terapi 1.Terapi konservatif
2.Biopsi eksisi
3.Cryoablasi
4.Radiofrequency-ablation (RFA)

Edukasi  Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat


memicu berkembangnya sel-sel tumor fibroadenoma, seperti
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bahan atau
zat-zat hormonal, menghindari pemakaian pil kontrasepsi
dengan komponen utama estrogen.
 Konsumsi buah dan sayuran.
 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
 Menjelaskan komplikasi FAM meliputi aspek psikologi,
gangguan dalam aktivitas sehari-hari, tumor jinak menjadi
ganas, dan adanya metastase ke jaringan organ lain.
 Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun
sosial, terhadap penderita pasca operasi.
Prognosis Pemeriksan berkala payudara meningkatkan kemungkinan
prognosis yang lebih baik
Kepustakaan 1. Sjamsuhidajat, R., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
Jakarta
2. Hudyono J,dkk; 2014. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Fibroadenoma Payudara. Kedokteran Meditek Vol. 20 No. 53
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK
2019-2021

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pengertian 2. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada kehamilan dini
hingga usia kehamilan 16 minggu.
Anamnesis  Tanda kehamilan muda
 Frekuensi mual dan muntah
 Faktor yang memperberat mual dan muntah
 Mengganggu aktivitas atau tidak
 Faktor sosial dan lingkungan sekitar
 Riwayat penyakit sebelumnya
Pemeriksaan fisik 1. Tanda vital
2. Tanda dehidrasi
3. Usia kehamilan
4. Pemeriksaan abdomen
Kriteria diagnosis  Muntah-muntah yang sering sekali
 Rasa tenggorokan kering dan halus
 Kulit dapat menjadi kering ( tanda dehidrasi)
 Berat badan turun dengan cepat
 Pada keadaan yang berat timbul ikterus dan gangguan saraf.
Diagnosis Hiperemesis gravidarum
Diagnosis banding 1. Ulkus peptikum
2. Kolestasis obstetric
3. Apendisitis akut
4. Hepatitis dalam kehamilan
Pemeriksaan 1. Darah lengkap
penunjang 2. Urinalisis
3. Beta HCG
4. Elektrolit
5. Analisa gas darah
6. USG

Terapi 1.Non Medikamentosa


 Terapi nutrisi
 Isolasi
 Terapi psikologik
 Cairan parenteral
 Infus dekstrosa hipertonik 40 mL/jam atau 1 L/hari
 Jika infus mengandung 25% atau lebih dari dekstrosa: infus
harus dimulai 30-45 mL /jam dan ditingkatkan secara
bertahap dari 20 mL/jam/hari

2.Terapi medikamentosa
 Bila tidak terjadi dehidrasi:
 Metoklorpramid 5-10mg per oral atau IM tiap 8 jam (bila
tidak terjadi dehidrasi)
 Bila terjadi dehidrasi:
 Cairan kristaloid diberikan untuk koreksi dehidrasi,
ketonemia, defisit elektrolit, dan ketidakseimbangan asam
basa
 dimenhidrinat 50 mg dalam 50 mlNaCl 0,9% IV selama 20
menit, setiap 4-6 jam sekali
 Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
Edukasi  Memberikan informasi kepada pasien,suami,dan keluarga
mengenai kehamilan dan persalinan adalah suatu proses
fisiologis
 Mual dan muntah adalah gejala kehamilan fisiologis yang akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan
 Hindari kelelahan pada ibu
 Memperhatikan kecukupan nutrisi ibu,dan sedapat mungkin
mendapatkan suplemen asam folat di awal kehamilan
 Hindari makanan berlemak dan pedas

Prognosis Prognosis baik jika mendapatkan penanganan yang baik


Kepustakaan 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan, edisi 1. Jakarta; 2013.
2. Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 23. New York:
McGraw-Hill; 2010.
3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum.
Dalam: Ilmu Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002; hal. 275-280
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
RUMAH SAKIT SEMEN GRESIK
2019-2021

ABORTUS IMMINENS

Pengertian 3. Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilansebelum


20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,dan tanpa
adanya dilatasi serviks
Anamnesis  Riwayat terlambat haid
 Usia kehamilan
 Tanda perdarahan dari jalan lahir
 Nyeri perut bawah
Pemeriksaan fisik 1.Tanda vital
2.Tanda-tanda syok
3.Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
4.Mencari ada tidaknya massa abdomen
5.Tanda-tanda akut abdomen dan defans muskular
6. Pemeriksaan ginekologi
 Ostium uteri masih menutup
 Perdarahan warna kecoklatan disertai lender
 Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
 Detak jantung janin masih ditemukan
Kriteria diagnosis 1. Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu .
2. Pendarahan per vaginam.
3. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.

Diagnosis Abortus imminens


Diagnosis banding 1.Kehamilan ektopik
2.Mola hidatidosa
3.Missed abortion
Pemeriksaan 1.Darah lengkap
penunjang 2.Pemeriksaan Beta HCG
3.USG
Terapi Nilai keadaan umum ibu (vital sign)
• Evaluasi tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg)
 Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
 Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat.
• Pertahankan kehamilan.
• Tidak perlu pengobatan khusus.
• Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual.
• Jika perdarahan berhenti: pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal (kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu). Nilai ulang bila perdarahan terjadi lagi.
• Jika perdarahan tidak berhenti: nilai kondisi janin dengan USG.
Nilai kemungkinan adanya penyebab lain
Edukasi  Memberikan informasi,kepada pasien,suami,dan keluarga agar
pasien melakukan tirah baring dan tidak boleh melakukan aktivitas
berlebih
 Jika perdarahan berhenti,pantau kondisi pasien untuk melakukan
pemeriksaan Hb dan USG setiap satu bulan sekali

Prognosis • Prognosa baik.Prognosa kurang baik jika perdarahan


lama,disertai mulas dan pendataran serta pembukaan serviks.
Kepustakaan 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. 1 st ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2013.
2. Cunningham FG, Lenevo KJ, Bloom SL, et al. Williams
Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2010.

Anda mungkin juga menyukai