Anda di halaman 1dari 9

NAMA : INDAH UMESTIANA

NIM : 142160054
KELAS : EA-A

TUGAS PENGELOLAAN PAJAK


Pertanyaan dan Jawaban
Tax Planning untuk PPh 21

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 21?


Jawab :
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak
dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.

2. Siapa sajakah pemotong pajak PPh Pasal 21?


Jawab :
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah
c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
d. Orang pribadi yang melakukan kegitan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar :
- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk juga tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan
bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya.
- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan
dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri.
- Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
e. Penyelenggara kegiatan
3. Perhitungan PPh Pasal 21 dilakukan dengan 4 alternatif. Sebutkan!
Jawab :
a. Alternatif 1  PPh pasal 21 Ditanggung Pegawai
b. Alternatif 2  PPh pasal 21 Ditanggung Pemberi Kerja
c. Alternatif 3  PPh pasal 21 Diberikan dalam Bentuk Tunjangan Pajak
d. Alternatif 4  PPh pasal 21 di Gross up

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tax Planning!


Jawab :
Tax Planning adalah suatu kapasitas yang dimiliki oleh wajib pajak (WP) untuk
menyusun aktivitas keuangan guna menmdapat pengeluaran (beban) pajak yang minimal.
secara teoritis, tax planning dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib
pajak berusaha mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran
pajak (tax avoidance) secara sistematis sesuai ketentuan UU Perpajakan.

5. Apa yang dimaksud subjek pemotong pajak dan siapa sajakah itu?
Jawab :
Subjek Pajak yang dipotong PPh Pasal 21 atau disebut Subjek Pemotongan adalah
orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jabatan, jasa atau kegiatan.
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 sesuai Per-Dirjen Pajak No. PER-
31/PJ./2012 adalah orang pribadi yang merupakan :
a. Pegawai
b. Penerima uang pesangon pension atau uang manfaat pension, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan jasa.
d. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
e. Mantan pegawai
f. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan.
6. Dilihat dari siapa yang menenggung beban, maka kebijakan atau metode
pemotongan PPh Pasal 21 dapat dipilih oleh Wajib Pajak dibagi menjadi 3.
Jelaskan!
Jawab :
a. PPh Pasal 21 ditanggung oleh karyawan (potong gaji)
Metode ini lazimnya disebut metode gross. Dalam hal ini jumlah PPh Pasal 21 yang
terutang akan ditanggung oleh karyawan itu sendiri, sehingga benar-benar
mengurangi penghasilan. Istilah yang sering digunakan adalah bahwa PPh Pasal 21
dipotong oleh perusahaan.
b. PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan (ditanggung)
Metode ini lazimnya disebut metode net. Dalam hal ini, jumlah PPh Pasal 21 yang
terutang akan ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, gaji
yang diterima oleh karyawan tersebuttidak dikurangi dengan PPh Pasal 21 karena
perusahaanlah yang menanggung biaya/beban PPh Pasal 21. Perhitungan PPh Pasal
21 tersebut dilakukan dengan cara gross up. PPh 21 yang ditanggung perusahaan
tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan, karena tidak
termasuk sebagai faktor penambahan pendapatan dalam SPT PPh Pasal 21.
c. PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan (ditunjangi)
Metode ini lazim disebut metode gross up. Jika PPh Pasal 21 diberikan dalam bentuk
tunjangan, maka jumlah tunjangan tersebut akan menambah beban penghasilan
keryawan dan dikenai PPh Pasal 21. Dalam hal ini perhitungan PPh dilakukan dengan
cara gross up di mana besarnya tunjangan pajak sama dengan jumlah PPh Pasal 21
terutang untuk masing-masing karyawan.

7. Apa sajakah objek PPh Pasal 21?


Jawab :
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur, penghasilan yang diterima atau diperoleh
penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
b. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lein
sejenis.
c. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
d. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
e. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, dan imbalan sejenis dengan nama apa pun.
f. Penerimaan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh :
- Bukan Wajib Pajak
- Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final (deemed tax)
- Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit)

8. Sebutkan tahapan untuk melakukan perencanaan pajak!


Jawab :
a. Menganalisis informasi yang ada
b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak
e. Memutakhirkan rencana pajak

9. Berapakah tarif PTKP selama setahun untuk perhitungan PPh Pasal 21?
Jawab :
a. Rp 54.000.000,- untuk diri Wajib Pajak orang pribadi dan istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami.
b. Rp 4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
c. Rp 4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
10. Apa saja yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 sesuai Per-Dirjen pajak No. PER-31/PJ./2012? Sebutkan!
Jawab :
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,
kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan (benefit in kind), kecuali natura
atau kenikmatan yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, atau diberikan oleh WP
yang dikenakan PPh final atau dikenakan PPh berdasarkan Norma Penghitungan
Khusus (deemed profit).
c. Iuran pension yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, dan iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara
jamsostek yang dibayar yang dibayar oleh pemberi kerja.
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah; atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang
pribadi yang berhak dari lembaga keagamaaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah.
e. Beasiswa.
f. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi pekerja.
NAMA : INDAH UMESTIANA
NIM : 142160054
KELAS : EA-A

TUGAS PENGELOLAAN PAJAK


Pertanyaan dan Jawaban
Tax Planning untuk PPh 22, 23, 26, dan Final

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 22?


Jawab :
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lain,berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 23?


Jawab :
PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari
modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 26?


Jawab :
PPh Pasal 26 adalah pajak yang dikenakan atau dipotong atas penghasilan yang
bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri
selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan PPh Final!
Jawab :
PPh final adalah pajak yang dikenakan pada orang pribadi/badan dengan omset maksimal
Rp 4,8 miliar. Tidak seperti jenis pajak lainnya, PPh final langsung dibayar utuh saat penghasilan
diterima. Dibayar utuh pada saat diperoleh alasannya adalah untuk menyederhanakan mekanisme
perpajakan dan mengurangi beban administrasi wajib pajak terutama mereka yang masih
berkembang dan belum mampu menyelenggarakan pembukuan.

5. Sebutkan konsekuensi yang akan muncul dari penggunaan PPh Final!


Jawab :
Karena PPh final memiliki tata caranya sendiri, terdapat sejumlah konsekuensi
dari wajib pajak yang dikenakan PPh Final yakni:
a. Tidak berlaku tarif progresif pada PPh final.
b. Pemotongan PPh final tidak berlaku sebagai kredit pajak pada SPT Tahunan.
c. Tidak diperhitungkan sebagai pajak terutang.
d. Wajib dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

6. Apa yang dimaksud dengan SKB dan apa kegunaannya?


Jawab :
SKB berfungsi sebagai surat keterangan yang memiliki kekuatan hukum bahwa
WP yang memegang surat tersebut terbebas dari kewajiban perpajakan. Tentu tidak
semua pajak sertamerta bebas semua. Hanya jenis pajak yang tercantum dalam SKB saja
yang terbebaskan.
Jenis SKB ini beragam, antara lain SKB PPN, SKB PPh 21, SKB PPh 22 Impor,
SKB PPh 23, SKB PPh 4 (2) atau Pemotongan/pemungutan pajak (KEP-192/PJ./2002).
Untuk memperoleh SKB ini WP harus mengajukan surat permohonan dengan bahasa
indonesia (sebutkan jenis pajak yang ingin dibebaskan), serta lampiran pendukung ke
KPP Pratama dimana WP terdaftar.
7. Siapa saja wajib pajak yang berhak mengajukan SKB?
Jawab :
Sebagaimana diatur dalam PER-1/PJ/2011, Tata Cara Pengajuan SKB berlaku
untuk PPh Ps 21, Pasal 22 Impor, Pasal 22 selain Impor, dan Pasal 23.
a. WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak
Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal, dalam hal:
- WP yang baru berdiri dalam tahun pajak berjalan dan masih dalam tahap
investasi.
- WP belum sampai pada tahap produksi komersial.
- WP mengalami suatu peristiwa yang berada di luar kemampuan (force majeur).
b. WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang Pajak
Penghasilan karena berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal, dimana besarnya
kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang
masih dapat dikompensasikan yang tercantum dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan atau surat ketetapan pajak.
c. Wajib Pajak yang dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar
lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang.
d. Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final.

8. Sebutkan syarat-syarat yang diperlukan jika ingin mengajukan SKB!


Jawab :
a. Permohonan diajukan secara tertulis kepada KPP setempat WP terdaftar
menggunakan formulir yang telah ditetapkan.
b. Satu permohonan diajukan untuk setiap jenis pemotongan dan/atau pemungutan PPh
Ps 21, Ps 22 Impor, Ps 22 selain Impor, dan Ps 23.
c. Setiap permohonan dilampiri dengan penghitungan Pajak Penghasilan yang
diperkirakan akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan, kecuali bagi
Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenakan pajak bersifat final.
Penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan akan terutang paling sedikit harus
memuat.
- Peredaran usaha dan luar usaha tahun berjalan serta perkiraan peredaran usaha dan
luar usaha dalam 1 tahun pajak.
- Biaya fiskal tahun berjalan dan perkiraan biaya fiskal dalam satu tahun pajak,
kecuali bagi WP yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.
- Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan terutang dalam satu tahun pajak.
- Pajak Penghasilan yang telah dipotong/dipungut dan/atau dibayar sendiri dalam
tahun berjalan.
- Perkiraan Pajak Penghasilan yang akan dipotong/dipungut dan/atau dibayar
sendiri dalam tahun berjalan.
d. Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
terakhir sebelum tahun diajukan permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak yang baru
berdiri.

9. Apa yang dimaksud dengan Tax Treaty?


Jawab :
Tax Treaty adalah Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah
perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari
pemajakan ganda agar tidak menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip
saling menguntungkan antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua
negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

10. Apa saja tujuan dilakukannya Tax Treaty atau P3B? Sebutkan!
Jawab :
a. Mencegah terjadinya penarikan pajak berganda yang dapat memberatkan iklim dunia
usaha kedua Negara.
b. Meningkatkan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri.
c. Meningkatkan sumber daya manusia.
d. Mengadakan pertukaran informasi guna mencegah Tax Evasion dan Tax Avoidance.
e. Menciptakan kedudukan yang setara dalam hal penarikan pajak antar dua negara.

Anda mungkin juga menyukai