Proposal Mangga Bapang
Proposal Mangga Bapang
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana
kita masih diberi kesehatan dan berada dalam ridho serta hidayahNya, sehingga
kami dapat menyelesaikan proposal tentang isolasi metabolit sekunder daun manga
bapang (Mangifera indica L. ‘Bapang’).
Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan proposal ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki proposal ini.
Akhir kata kami berharap semoga proposal tentang isolasi metabolit sekunder daun
manga bapang (Mangifera indica L. ‘Bapang’) ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
4.1 Penapisan Fitokimia ................................................................................................ 22
4.2 Pembuatan Ekstrak.................................................................................................. 24
4.3 Pemekatan Ekstrak .................................................................................................. 25
4.4 Pemantauan KLT Ekstrak ....................................................................................... 25
4.4.1. Chamber 1 ........................................................................................................... 25
4.5. Fraksinasi Daun Mangga Bapang ........................................................................... 27
4.5.1 Ekstraksi Cair-Cair.............................................................................................. 27
4.6 Pemisahan Lanjutan ..................................................................................................... 30
4.6.1. Kromatografi Kertas Preparatif (KKt Preparatif)............................................... 30
4.7 Identifikasi .................................................................................................................... 31
4.7.1 KLT 2 Dimensi ...................................................................................................... 31
4.7.2 Spektrofotometri UV Visible ................................................................................. 32
4.7.3 Spektrofotometri Inframerah.................................................................................. 32
BAB V .................................................................................................................................... 33
HASIL PENGAMATAN ........................................................................................................ 33
5.1 Hasil Pembuatan dan Pemisahan (Maserasi) ................................................................ 33
5.2 HASIL PERCOBAAN PEMISAHAN DENGAN ECC ............................................... 34
5.3 Hasil Pemantauan KLT Fraksi ...................................................................................... 34
LAMPIRAN............................................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 55
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Atas dasar senyawa yang dimiliki oleh buah daun manga bapang, akan
dilakukan pembuktian untuk menguji senyawa flavonoid pada daun manga bapang
dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol.
1
I.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ordo : Anacardiales
Genus : Mangifera
3
bertangkai panjang, dan berbau harum seperti bunga lili. Kelopak bunga biasanya
bertaju 5.
Buah Mangga termasuk buah batu yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk
yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat, bulat telur,
hingga lonjong memanjang. Panjang buah kira-kira 2.5 -3.0 cm. Kulit buah agak tebal
berbintik-bintik kelenjar, hijau kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah
jika masak berwarna merah jingga, kuning, berserabut atau tidak, manis sampai
masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih,
gepeng memanjang tertutup endokrap yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini
terdiri dari, ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional
(Rukmana,1997).
2.1.4 Khasiat
Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta
crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Mangga juga kaya vitamin,
antioksidan seperti vitamin C dan E. Satu buah mangga mengandung tujuh gram serat
yang dapat membantu sistem pencernaan. Sebagian besar serat larut dalam air dan
dapat menjaga kolesterol agar tetap normal. Mangga memiliki sifat kimia dan efek
farmakologis tertentu, yaitu bersifat pengelat (astringent), peluruh urine, penyegar,
penambah nafsu makan dan antioksidan. Kandungan asam galat pada mangga sangat
baik untuk saluran pencernaan. Sedangkan kandungan riboflavinnya sangat baik
untuk kesehatan mata, mulut, dan tenggorokan.Buah Mangga juga mengandung
4
senyawa flavonoida. Kandungan flavonoida dalam buah Mangga yang mempunyai
gugus hidroksi bebas dapat menghambat aktivitas sitokrom.
Flavonoid
Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna kuning dan
sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning Flavonoid sering ditemukan dalam
bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah golongan pigmen organik yang
tidak mengandung molekul nitrogen. Kombinasi dari berbagai macam pigmen ini
membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan biji tanaman. Pigmen ini
merupakan antraktan bagi serangga dan merupakan agen polinasi (Bhat et al., 2009).
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar jumlahnya.
Tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat digunakan untuk pengobatan
sitotoksik, gangguan fungsi hati, menghambat pendarahan, antioksidan, antihipertensi
dan antiinflamasi (Robinson, 1995: 191- 196)
5
Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau
amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin,
flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon
(Harborne, 1987).
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoid dapat
digambarkan sebagai berikut :
6
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
R = R’ = H, R’ = OH R = H, R’ = R” = OH R = R’ = R” = OH (juga, R = R’ = R” =
H) (Sastrohamidjojo, 1996)
1. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan
aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat
7
di alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu
cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan
3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta
reaksi warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit
daripada jenis glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai
adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali
dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat
juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya
luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur
kelompok senyawa flavonoid.
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan
sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan
sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan
karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa
isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang
dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak
8
sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi
coklat.
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun
dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman
genus prenus dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah
neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali
jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini
diabaikan karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
6. Katekin
9
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental
Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30%
senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai antioksidan.
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tanpa warna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru
dalam daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua
antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau
pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
10
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar
UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari
glikosidanya, karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat
bergerak pada kromatografi kertas dalam pengembang air. (Harbor ne, 1996)
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna
kuning kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson,
1995)
11
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
menghasilkan antosianidin
(warna dapat diekstraksi
terutama tan warna, dalam dengan amil alkohol ) bila
Proantosianidin
daun tumbuhan berkayu. jaringan dipanaskan dalam
HCl 2M selama setengah
jam
Setelah dihidrolisis,
berupa bercak coklat
redup pada kromatogram
Flavon Seperti flavonol
forestall, maksimal
spektrum pada 330-350
nm
12
seperti flavon biasa
13
melalui ikatan C-C. Struktur mangiferin 2-C-β-D-glukopyranosyl-1,3,6,7-
tetrahydroxyxanthon, ditemukan oleh Iseda pada tahun 1957 (Talamond et Al .,
2008).
Struktur mangiferin memenuhi persyaratan aturan Lipinski sebagai kandidat
obat yaitu memiliki berat molekul kurang dari 500, nilai log p = 2,73 , ikatan donor
hidrogennya kurang dari 5 dan ikatan hydrogen aseton kurang dari 10. Selain itu
mangiferin juga memiliki bioavaibilitas yang tinggi pada pemberian obat secara
peroral (Mirza et. Al ., 2013).
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses
pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran.
2. Waktu Ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4. Suhu pelarut
5. Tipe pelarut. (Harborne, 1996)
14
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisisa. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan masa komponen zat
padat dalam pelarut dimana perpindahan mulkai terjadi pada lapisan antarmuka,
kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut. Secara umum, terdapat empat situasi
dalam menentukan tujuan ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentumisalnya
alkaloid, flavonoid, saponin, meskipun senyawa kimia yang sebenarnya belum
diketahui.
3. Organisme dalam pengobatan tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya secara apapun.
(Sudjadi, 1996)
Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel
yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi ( difusi) bahan
kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk ke
dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau
proses perendaman dilakukan pengocokan berulang –ulang. Upaya ini menjamin
keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di dalam cairan.
Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya perpindahan
bahan aktif. (Voigh 1994)
15
Keuntungan utama metode ekstaksi maserasi yaitu, prosedur dan peralatan
sederhana, metode ekstraksi tidak di panaskan sehingga bahan alam tidak terjasid
terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun
beberapa senywa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstaksi pada suhu
kamar. (Heinrich,2014) Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyarian
kurang sempurna. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelahdilakuan penyaringan maserat, dan
seterusnya (Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995)
16
(awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan
(dideteksi).
Pelarut yang digunakan pada KLT umumnya terdapat ruang gerak yang lebih
leluasa dalam perbandingannya sebagai pengembang. Pengembangan KLT dilakukan
dengan cara pengembangan naik di dalam suatu bejana yang dindingnya dilapisi
kertas saring sehingga suasana dalam bejana jenuh dengan fasa pelarut. Sedangkan
untuk deteksi senyawa pada plat KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan
menggunakan pereaksi penampak berca (Harbone , 1987).
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan
angka Rf atau hRf angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat
ditentukan dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan
nilai berjangka 0 sampai 100, jika dipilih 10 cm sebagai jarak pengembangan, maka
jarak rambat suatu senyawa (titik awal – pusat bercak dalam cm) x 10 menghasilkan
angka hRf. Tetapi, karena angka Rf merupakan fungsi sejumlah faktor, angka ini
harus dianggap sebagai petunjuk saja (Stahl, 1985).
Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam lempeng sangat lazim menggunakan
harga Rf (retardation factor):
(Sudjadi,
1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan dalam kromatografi lapis tipis yang
juga mempengaruhi harga Rf:
1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan
2. Sifat dari fase diam
17
3. Tebal dan kelarutan dari fase diam
4. Pelarut fase gerak
5. Kejenuhan dari uap dalam bejana pengimbangan
6. Jumlah cuplikan yang digunakan
7. Suhu (Sastrohamidjojo, 1991).
18
2.6.2 Spektrofotometri Infra Red
Spektrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi
getaran (vibrasi) yang berlainan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan kovalen
mengalami getaran, dengan cara serupa dengan dua bola yang terikat oleh suatu
pegas. Beberapa pengolahan sampel, tergantung dari jenis sampelnya (padat, cair, dan
gas). Spektrum infra merah biasanya menunjukkan pengaruh dari perbedaan
pengolahan sampel dalam bentuk pergeseran frekuensi atau pita serapan. Dengan
demikian spektrofotometri infra merah dapat digunakan untuk mengidentifikasia
danya gugus fungsi dalam suatu molekul (Supratman, 2010).
19
BAB III
A. Alat
1) Tabung reaksi
2) Gelas ukur
3) Pipet
4) Penjepit kayu
5) Beaker glass
6) Spirtus
7) Cawan penguap
8) Kertas saring
9) Maserator
20
B. Bahan
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
22
a. Bagian 1, ditambahkan pereaksi Mayer. Diamati terjadinya endapan
putih atau kekeruhan. Adanya endapan putih atau kekeruhan
menunjukkan kemungkinan adanya alkaloid.
b. Bagian 2, ditambahkan pereaksi Dragendroff. Terjadinya endapan
jingga kuning hingga merah bata menunjukkan kemungkinan adanya
alkaloid.
c. Bagian 3, digunakan sebagai blanko.
B. Polifenolat
1. Ditambahkan aquadest, serbuk simplisia yang berada didalam tabung
reaksi,dan dipanaskan di tangas air, kemudian disaring.
2. Ditambahkan filtrat larutan pereaksi besi (III) klorida. Adanya senyawa
fenolat ditandai dengan terjadinya warna hijau-biru hitam hingga hitam.
C. Tanin
1. Ditambahkan aquadest, serbuk simplisia yang berada didalam tabung
reaksi,dan dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring.
2. Filtrate dibagi menjadi dua bagian :
a. Bagian 1, diteteskan larutan gelatin 1%. Adanya senyawa tannin
ditandai dengan terjadinya endapan berwarna putih.
b. Bagian 2, diteteskan larutan Steasny. Adanya senyawa tannin ditandai
dengan adanya endapan berwarna merah muda.
D. Flavonoid
1. Ditambahkan aquadest, serbuk simplisia yang berada didalam tabung
reaksi, dicampur dengan serbuk Magnesium dan asam klorida 2N.
2. Dipanaskan campuran yang berada di tangas air lalu disaring.
3. Ditambahkan amil alkohol filtrat yang berada di dalam tabung reaksi, lalu
dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna
kuning hingga merah pada lapisan amil alcohol.
E. Kuinon
1. Ditambahkan aquadest, serbuk simplisia yang berada didalam tabung
reaksi, dipanaskan di tangas air, kemudian disaring.
23
2. Ditambahkan larutan KOH 5% pada filtrat. Terbentuknya perubahan
warna kuning menunjukkan adanya senyawa kuinon.
F. Saponin
1. Ditambahkan aquadest, serbuk simplisia didalam tabung reaksi, dan
dipanaskan di tangas air, kemudian disaring.
2. Dikocok filtrat yang berada didalam tabung reaksi, terbentuknya busa
kemudian didiamkan selama 5 menit, ditambahkan HCl encer, jika busa
tetap maka menunjukkan adanya senyawa saponin.
G. Monoterpenoid dan seskuiterpenoid
1. Digerus serbuk simplisia dengan eter, lalu disaring.
2. Ditempatkan filtrat pada cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap
hingga kering.
3. Ditambahkan larutan vanillin 10% dalam asam sulfat pekat pada residu di
cawan penguap.
4. Terjadinya warna-warna menunjukkan adanya senyawa monoterpenoid-
seskuiterpenoid.
H. Steroid dan triterpenoid
1. Digerus serbuk simplisia dengan eter, lalu disaring.
2. Ditempatkan filtrat pada cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap
hingga kering.
3. Ditambahkan pereaksi Liebermann-Bourchard pada residu di cawan
penguap.
4. Terbentuknya warna ungu menunjukkan adanya senyawa triterpenoid,
sedangkan warna hijau-biru menunjukkan adanya senyawa steroid.
24
3. Ditambahkan metanol sampai terendam kira – kira 2L dan diaduk selama 5
menit
4. Ditutup dengan alumunium foil dan plastic
5. Didiamkan selama 24 jam dan disaring
6. Filtrat (ekstrak cair) yang di dapatkan di tampung dalam wadah
7. Residu (simplisia serbuk) yang tertinggal di dalam maserator diberi perlakuan
seperti prosedur nomer 3-6 , residu tersebut dapat diremaserasi sebanyak 3
kali pengulangan.
4.4.1. Chamber 1
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen kloroform : metanol (9:1).
3. Dimasukan 6ml eluen kedalam chamber .
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
5. Setelah jenuh, ditotolkan ekstrak daun mangga ke dalam plat silica yang
sudah disiapkan.
6. Dimasukan plat silica kedalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silica terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silica dari chamber.
25
9. Diamati dibawah lampu UV254 dan UV365 kemudian di beri penambak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali di bawah lampu UV365.
4.4.2. Chamber 2
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen kloroform : metanol : air (7 : 1 : 1).
3. Dimasukan 6ml eluen kedalam chamber .
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
5. Setelah jenuh, ditotolkan ekstrak daun mangga ke dalam plat silica yang sudah
disiapkan.
6. Dimasukan plat silica kedalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silica terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silica dari chamber.
9. Diamati dibawah lampu UV254 dan UV365 kemudian di beri penambak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali di bawah lampu UV365.
4.4.3. Chamber 3
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen etil asetat : asam format (4 : 0,5).
3. Dimasukan 6ml eluen kedalam chamber .
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
5. Setelah jenuh, ditotolkan ekstrak daun mangga ke dalam plat silica yang sudah
disiapkan.
6. Dimasukan plat silica kedalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silica terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silica dari chamber.
9. Diamati dibawah lampu UV254 dan UV365 kemudian di beri penambak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali di bawah lampu UV365.
4.4.4. Chamber 4
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen metanol : asam format (2 : 0,5) .
3. Dimasukan 6ml eluen kedalam chamber .
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
26
5. Setelah jenuh, ditotolkan ekstrak daun mangga ke dalam plat silica yang sudah
disiapkan.
6. Dimasukan plat silica kedalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silica terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silica dari chamber.
9. Diamati dibawah lampu UV254 dan UV365 kemudian di beri penambak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali di bawah lampu UV365.
4.4.5. Chamber 5
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukan 6ml eluen lapisan butanol kedalam chamber .
3. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
4. Setelah jenuh, ditotolkan ekstrak daun mangga ke dalam plat silica yang
sudah disiapkan.
5. Dimasukan plat silica kedalam chamber yang berisi eluen jenuh.
6. Ditutup dan dibiarkan plat silica terelusi sampai tanda batas.
7. Dikeluarkan plat silica dari chamber.
8. Diamati dibawah lampu UV254 dan UV365 kemudian di beri penambak
bercak uap amonia.
9. Diamati kembali di bawah lampu UV365.
27
4. Dimasukkan Fraksi air kembali ke dalam corong pisah dan ditambahkan
100 mL etil asetat, dikocok selama 15 menit dan dibiarkan memisah.
5. Dipisahkan Fraksi air dari fraksi etil asetat dan ditampung di cawan
penguap kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator
yang dialiri gas nitrogen.
b. Chamber 2
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen CHCl3 : asam format : air (7:1:0,5) .
3. Dimasukkan 6 ml eluen kedalam chamber.
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
28
5. Setelah jenuh, ditotolkan fraksi etil asetat daun mangga Bapang ke
dalam plat silica yang sudah disiapkan.
6. Dimasukkan plat silika ke dalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silika terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silika dari chamber.
9. Diamati di bawah UV264 dan UV365 kemudian di beri penampak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali dibawah lampu UV365.
c. Chamber 3
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen etil asetat : asam asetat glasial : asam format : air
(10:1,1:1,1:2,6) .
3. Dimasukkan 6 ml eluen kedalam chamber.
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
5. Setelah jenuh, ditotolkan fraksi etil asetat daun mangga Bapang ke
dalam plat silica yang sudah disiapkan.
6. Dimasukkan plat silika ke dalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silika terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silika dari chamber.
9. Diamati di bawah UV264 dan UV365 kemudian di beri penampak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali dibawah lampu UV365.
d. Chamber 4
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen etil asetat :meOH : air (7:1:1) .
3. Dimasukkan 6 ml eluen kedalam chamber.
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
5. Setelah jenuh, ditotolkan fraksi etil asetat daun mangga Bapang ke
dalam plat silica yang sudah disiapkan.
6. Dimasukkan plat silika ke dalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silika terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silika dari chamber.
9. Diamati di bawah UV264 dan UV365 kemudian di beri penampak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali dibawah lampu UV365.
29
Chamber 1
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat eluen butanol:asam asetat glasial:air (4:5:1) .
3. Dimasukkan 6 ml eluen kedalam chamber.
4. Dikocok secara perlahan dan dijenuhkan selama 30 menit.
5. Setelah jenuh, ditotolkan fraksi air daun mangga Bapang ke dalam plat
silica yang sudah disiapkan.
6. Dimasukkan plat silika ke dalam chamber yang berisi eluen jenuh.
7. Ditutup dan dibiarkan plat silika terelusi sampai tanda batas.
8. Dikeluarkan plat silika dari chamber.
9. Diamati di bawah UV264 dan UV365 kemudian di beri penampak bercak
uap amonia.
10. Diamati kembali dibawah lampu UV365.
30
14. Diuapkan filtrate dan dianalisis.
1. Kertas Whattman yang sudah terdapat pita saat diamati pada sinar UV
364nm ditandai dengan pensil, sehingga terdapat beberapa pita.
2. Digunting pita yang sesuai warnanya dan sudah ditandai dengan
pensil.
3. Dipotong kecil-kecil kertas Whattman, kemudian dilarutkan dengan
methanol hingga potongan terendam.
4. Didiamkan hingga 30 menit, kemudian dikocok-kocok terlebih dahulu
agar senyawa yang terdapat pada kertas terlarut dalam methanol.
5. Disaring rendaman methanol dengan menggunakan pipet tetes yang
sudah diberi kapas pada ujung pipet tetes.
6. Didapatkan cairan pada setiap pita yang dihasilkan, kemudian
disiapkan plat KLT 6cm x 1,5cm
7. Disiapkan eluent butanol:asm asetat glasial:air dan dijenuhkan.
8. Ditotolkan pada plat KLT kemudian hasilya diamati pada sinar UV
364nm.
9. Setelah diamati, diuapkan pada ammonia dan diamati kembali dengan
sinar UV 364nm.
4.7 Identifikasi
atau 10 x 10.
31
5. Putar lempeng 90˚ kemudian masukkan kembali ke dalam chamber yang
32
BAB V
HASIL PENGAMATAN
33
5.2 HASIL PERCOBAAN PEMISAHAN DENGAN ECC
2 Fraksi Kental :
Fraksi air
𝑔 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙
Rendemen : 𝑔 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
X 100%
5,7973 𝑔
Rendemen Fraksi n-heksan = X 100% = 2,8987 %
200 𝑔
2,94 𝑔
Rendemen Fraksi etil asetat = 200 𝑔
X 100% =1,47 %
34
Eluen = etilasetat : as. Asetat
glacial : as. Format : air
(10:1,1:1,1:2,6)
P. bercak = sitro borat
Fraksi Air
35
5.4 HASIL KKt PREPARATIF
36
SAMPEL FRAKSI AIR ELUEN SAMPEL FRAKSI AIR ELUEN
BUTANOL:ASAM ASETAT BUTANOL:ASAM ASETAT
GLASIAL:AIR (5:4:1) (3) GLASIAL:AIR (5:4:1) (4)
37
LAMPIRAN
DIAGRAM ALIR
a. Penapisan Fitokimia
Alkaloid
Simplisia
Kloroform Amonia
- Ditambahkan HCl 2 N
- Dikocok campuran kuat- kuat hingga
terdapat dua lapisan
- Dipipet lapisan asam
38
Polifenolat, tanin, flavonoid, kuinon, saponin
3 g simplisia
- Ditambahkan aquadest
- Dipanaskan di atas penangas air
- disaring
Filtrat Residu
39
o Monoterpenoid, seskuiterpenoid, steroid dan triterpenoid
1 g simplisia
Filtrat Residu
Warna- warna
Steroid : hijau biru Triterpenoid: ungu
40
b. Ekstraksi
Residu Filtrat
+ metanol sampai serbuk simplisia - Ditampung dalam
terendam kira – kira 2L wadah
- diaduk selama 5 menit
- ditutup dengan alumunium foil Ekstrak cair 1
dan plastik
- didiamkan selama 24 jam
- disaring
Residu Filtrat
+ metanol sampai serbuk simplisia - Ditampung dalam
terendam kira – kira 2L wadah
- diaduk selama 5 menit
- ditutup dengan alumunium foil Ekstrak cair 2
dan plastik
- didiamkan selama 24 jam
- disaring
41
Residu
c. Pemekatan
Ekstrak kental
42
d. Pemantauan KLT Ekstra
1. Chamber 1 2. Chamber 2
2.Eluen kloroform : Eluen kloroform :
metanol (9 : 1) metanol : air (7 : 1 :
1)
- Dimasukan di dalam - Dimasukan di dalam
chamber. chamber.
- Dikocok dan dijenuhkan - Dikocok dan dijenuhkan
selama 30 menit. selama 30 menit.
- Di totolkan ekstrak ke dalam - Di totolkan ekstrak ke dalam
plat silica . plat silica .
- Dimasukan kedalam chamber - Dimasukan kedalam chamber
yang berisi eluen jenuh. yang berisi eluen jenuh.
- Ditunggu sampai plat silica - Ditunggu sampai plat silica
terelusi sampai tanda batas. terelusi sampai tanda batas.
- Diambil plat silica dan - Diambil plat silica dan
dikeringkan. dikeringkan.
- Diamati dibawah lampu sinar - Diamati dibawah lampu sinar
UV254 dan UV365. UV254 dan UV365.
- Ditambah penampak bercak - Ditambah penampak bercak
uapamonia dan diamati uapamonia dan diamati
dibawah lampu UV365. dibawah lampu UV365.
hasil hasil
43
3. Chamber 3 4. Chamber 4
4.Eluen etil asetat : Eluen metanol : asam
asam format (4 : 0,5) format (2 : 0,5)
hasil hasil
Butanol : asama
asetat glasial :air (4 :
5 : 1)
- Dimasukan40 ml butanol, 50
ml asam asetat glasial, 10ml
air, kedalam corong pisah.
- Dikocok selama 30 menit dan
sesekali dibuka.
- Diamkan selama 24 jam.
- Diambil lapisan butanol
(lapisan atas).
hasil
44
5. Chamber 5
Eluen kloroform :
metanol (9 : 1)
- Dimasukan di dalam
chamber.
- Dikocok dan dijenuhkan
selama 30 menit.
- Di totolkan ekstrak ke dalam
plat silica .
- Dimasukan kedalam chamber
yang berisi eluen jenuh.
- Ditunggu sampai plat silica
terelusi sampai tanda batas.
- Diambil plat silica dan
dikeringkan.
- Diamati dibawah lampu sinar
UV254 dan UV365.
- Ditambah penampak bercak
uapamonia dan diamati
dibawah lampu UV365.
hasil
45
e. Fraksinasi
o Ekstrraksi Cair-cair
Ekstrak Kental
Filtrat Residu
- Dimasukkan ekstak kental ke dalam corong pisah
+ 100 mL n-heksan
- Dikocok 15 menit dan dibiarkan memisah
46
o Pemekatan
Ekstrak Cair
Ekstrak Kental
o Pemantauan KLT
o Fraksi Etil Asetat
Chamber 1
Hasil
47
Chamber 2
Chamber 3
o : asam asetat
eluen etil asetat
o format : air
glasial : asam
Hasil
48
Chamber 4
eluen
o etil asetat
:meOH : air (7:1:1)
o
-Dimasukkan 6 ml eluen kedalam chamber.
Hasil
o Fraksi Air
Chamber 1
o
eluen butanol:asam
o glasial:air (4:5:1)
asetat
Hasil
49
f. Pemisahan Lanjutan
o KKt Preparatif
Chamber kosong
Kertas Whatman
Hasil
50
o Pemantauan KLT Hasil KKt Preparatif
Hasil
51
g. Metode Identifikasi
o KLT 2 Dimensi
Isolat
Hasil
52
o Spektrofotometri UV Visible
Sampel
- Ditambahkan
- Ditambahkan - Ditambahkan
sampel dengan
sampel dengan 3 sampel dengan 6
serbuk NaOAc
tetes NaOH 2M tetes pereaksi
kira-kira 250 mg
- Dikocok hingga AlCl3 5% dalam
- Dikocok hingga
homogen metanol
homogeny
- Diamati hasilnya - Dicampur hingga
- Diamati
homogen
Hasil spektrumnya
- Diamati hasilnya
- Ditambahkan
Hasil serbuk H3BO3
kira-kira 150 mg
- Dikocok hingga
homogen dan
diamati spekrum
Hasil
53
o Spektofotometri Inframerah
Sampel
- Diambil sampel berbentuk cair
- Diletakkan diantara 2 lempeng NaCl yang berbentuk padat dengan
konsentrasi 1-5%
- Diletakkan dalam kisi KBr pellet ataupun Nujol Mull, sampel
dicampurkan dengan KBr dengan konsentrasi sampel 0,1-2% berat
campuran
- Digerus dalam mortir dan dipress sehingga tidak ada udara yang terjebak
pada caampuran
Hasil
54
DAFTAR PUSTAKA
55
13. Sastrohamidjojo, H, 1991, Kromatografi, Edisi II, Liberty, Yogyakarta.
14. Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro ITB, Bandung.
15. Sudjadi. 1988.Metode pemisahan.Yogyakarta : Konsius.
16. Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Widya Pajajaran:
Bandung.
17. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V . Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada Pres.
56