Anda di halaman 1dari 6

Jurnal ABDIMAS Unmer Malang Vol.

2, Nomor 2, Desember 2017

PENGELOLAAN DAMPAK PEMBANGUNAN


RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA DI KOTA BATU

A. Tutut Subadyo
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang
e-mail : tutut.subadyo@unmer.ac.id

ABSTRAK
Rumah Potong Hewan Rumnansia (RPH-R) adalah suatu kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu sebagai
tempat penyembelihan hewan untuk menghasilkan daging yang terdiri atas pemeriksaan ante-mortem, penyembelihan,
penyelesaian penyembelihan dan pemeriksaan post-mortem. Kegiatan tersebut menimbulkan dampak negatif penting
yang harus dikelola.Pengelolaan lingkungan guna menantisipasi terjadinya pencemaran dari RPH-R Kota Batu
ditekankan pada kesehatan masyarakat. Pecemaran yang dominan adalah limbah cair (darah dan air), selain limbah padat
(rumen, pakan ternak dan kotoran ternak) dan cemaran udara (bau dan debu). Pengelolaan limbah cair menggunakan
instalasi pengolah air limbah (IPAL) dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Proses biometanisasi bahan padat (campuran
isi rumen, kotoran sapi, sisa pakan, dan urine) menjadi alternatif pengelolaan yang lain. Pengendalian pembentukan
padatan terapung dan jaminan keselamatan dengan sistem aerobik. Proses anaerobik pretreatment direkomendasikan
untuk mengurangi luaran cemaran udara (bau busuk dari limbah terbuka dan pengomposan). Langkah pengelolaan
dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat antara lain: (a) menata halaman depan sebagai ruang terbuka hijau /
taman; (b) menanam vegetasi di dalam tapak; (c) melakukan penyiraman halaman; (d) membersihkan lantai dan perkakas
setiap hari; (e) memasang exhaust fan pada unit-unit yang membutuhkan pengaturan kestabilan kualitas udara; (f)
mengoperasikan sistem ventilasi silang; dan (g) menjaga penyinaran matahari yang cukup baik.

Kata kunci : dampak,limbah, lingkungan, rumah potong hewan

1. PENDAHULUAN milik masyarakat serta berseberangan dengan


fasilitas Krematorium Panca Budhi.
RPH-R merupakan unit pelayanan masyarakat
dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh,
halal (ASUH) serta berfungsi sebagai sarana untuk
melaksanakan : (1) penyembelihan hewan secara
benar (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan
syariah agama); (2) tempat melaksanakan
pemeriksaan hewan sebelum dipotong (ante-mortem
inspection), pemeriksaan karkas dan jeroan (post-
mortem inspection) untuk mencegah penularan
penyakit zoonosa ke manusia; dan (3) tempat Gambar. 1. Lokasi dan Site Plan RPH-R di Kota Batu
pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan
zoonosis guna pencegahan, pengendalian, dan Luas dan pemanfaatan lahan yang dipergunakan
pemberantasan penyakit hewan menular. untuk tapak RPH-R Kota Batu dipandang cukup
Dalam rangka menciptakan RPH-R yang sehat memadai apabila dikaitkan dengan ketentuan
dan bersih, perlu dilakukan upaya pengelolaan Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
lingkungan. Dengan demikian harapan dari suatu dimana luas tapak 3.900 m2 dengan luas bangunan
kegiatan penyembelihan / penyembelihan hewan 3.764 m2, luas lahan terbuka 2.000 m2. Site plan
diminimalkan dampak negatifnya. Pembangunan bangunan RPH-R Kota Batu terpola terbuka, dimana
RPH-R di Kota Batu menempati lahan seluas ± 3.900 hubungan antar massa bangunan dihubungkan
m2 dengan luas bangunan RPH yang direncanakan ± dengan selasar (gang way) dan dilengkapi dengan
764 m2, ekstensi rencana Pasar Hewan seluas ± 1.000 elemen vegetasi pada sisi luarnya. Lay out plan
m2 , halaman parkir dan areal ruang terbuka hijau ± bangunan RPH-R Kota Batu disusun dengan konsep
2.000 m2 di atas tanah sertifikat hak milik Pemerintah kemudahan pencapaian, kebersihan dan higienis,
Kota Batu. Tapak RPH-R di Kota Batu menempati sirkulasi yang jelas dan kenyamanan pemakai,
lokasi yang sangat strategis, memiliki aksesibilitas antisipasi bahaya kebakaran serta kenyamanan
mudah dijangkau dan berada di jalan raya Mojorejo - thermal dan sirkulasi udara serta manajemen sanitasi
Junrejo, dan bersebelahan dengan kandang ternak lingkungan yang optimal.
15
Jurnal ABDIMAS Unmer Malang Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

2. METODE rumen, yang penempatannya tidak ditimbun begitu


saja sehingga menimbulkan masalah bau dan
Metode kegiatan dalam memprakiraan dampak
mengurangi nilai esteika suatu ruang dan lingkungan
lingkungan pembangunan RPH-R Kota Batu
hidup.
menggunakan metode rapid appraisal berbasis
matriks interaksi Leopod. Metode ini mampu
3. HASIL KEGIATAN
menggambarkan hubungan timbal balik di sekitar
proyek, sebagai akibat kegiatan proyek terhadap Berdasarkan hasil analisis kegiatan dan kondisi
komponen lingkungan. Kegunaan metode ini adalah rona lingkungan awal hasil observasi lapangan dan uji
untuk : laboratorium, dapat diperkiraan dampak kegiatan
RPH-R Kota Batu terhadap komponen lingkungan.
a. Menggambarkan hubungan sebab akibat (dampak
Untuk memprediksi dampaknya, diperhatikan hal-hal
negatif lingkungan) dari kegiatan proyek
spesifik terkait dengan daya dukung dan manajemen
pembangunan RPH-R Kota Batu.
lingkungannya. Selain persyaratan teknis rancangan
b. Mempermudah dalam melihat terjadinya dampak arsitektural bangunannya, kelengkapan dan keeratan
negatif lingkungan terhadap kesehatan hubungan dari fasilitas-fasilitas RPH-R, kaidah dan
masyarakat. standar sanitasi (Standard Sanitation Operatioanl
Procedure), sistem penyembelihan, Sistem Jaminan
c. Melihat adanya dampak dari kegiatan proyek
Halal (SJH) dan sistem keamanan daging yang akan
pembangunan RPH-R Kota Batu serta
dihasilkannya menjadi kriteria design fasilitas RPH-
merencanakan pengelolaan dan pemantauan
R tersebut. Berikut disajikan gambar-gambar hasil
berdasarkan skala prioritasnya.
preliminary design RPH – R Kota Batu.
Forecasting dampak lingkungan dari RPH-R
Kota Batu yang utama adalah limbah yang berasal
dari kegiatan penyembelihan, pemindahan,
pembersihan bulu, penjadian (rendening),
pengaturan, pemrosesan dan pembersihan. Limbah
RPH-R Kota Batu mempunyai sifat-sifat umum
berupa darah, protein, lemak, kelarutan dan campuran
zat organik tinggi, yang berasal dari kegiatan
pengkandangan dan penyembelihan ternak. Dari
pengkandangan ternak limbah cair berasal dari Gambar. 2. Denah dan Isometri Struktur Bangunan RPH-R
Kota Batu
kegiatan pencucian atau sanitasi kandang, urine
ternak dan air yang terkontaminasi limbah padat (sisa
pakan dan kotoran ternak).
Bau yang tidak sedap yang berasal dari
kotoran ternak merupakan media yang baik bagi
perkembangan serangga (lalat dan nyamuk). Dari segi
kesehatan lingkungan, lalat dan nyamuk merupakan
vektor penyebar penyakit ke manusia. Dari kegiatan
penyembelihan / penyembelihan ternak, limbah cair Gambar. 3. Sequence Bagian Belakang RPH-R Kota Batu
yang dihasilkan meliputi : darah dari penyembelihan,
air limbah pencucian ruang penyembelihan, air
limbah pencucian jeroan, dan cairan rumen.
Limbah RPH-R Kota Batu yang sangat
potensial menyebabkan pencemaran adalah limbah
cair. Berdasarkan karakteristiknya, limbah cair RPH-
R Kota Batu mengandung bahan organik, padatan
tersuspensi, lemak, nitrogen dan fosfor. Pada RPH-R Gambar. 4. Sequence Bagian Depan RPH-R Kota Batu
Kota Batu pengolahannya direncanakan
menggunakan sistem biofiler. Sedangkan limbah Kegiatan operasional RPH-R Kota Batu akan
padat seperti rumput sisa pakan, rambut/bulu ternak, berpengaruh terhadap komponen lingkungan
kulit, tanduk, kuku, tulang, kotoran ternak dan isi (biofisik dan kesehatan masyarakat) sehingga perlu

16
Jurnal ABDIMAS Unmer Malang Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

dilakukan upaya pengelolaan dan pengendalian menggunakan sistem keran pengatur, sehingga aliran
dampak terhadap komponen lingkungan dan air dapat dikendalikan.
masyarakat sekitar. Pada tahap prakonstruksi Beban padatan dan padatan tersuspensi pada
pengelolaan lingkungan ditekankan melalui limbah cair RPH-R Kota Batu bentukan partikel padat
pendekatan teknis dan intitusi maupun sosial, agar isi rumen dan isi intestinal mempunyai kemampuan
tidak terjadi gejolak sosial akibat dari rencana degradasi rendah. Beban pencemaran terbesar RPH-
kegiatan pembangunan, dengan melalui beberapa R Kota Batu berupa ceceran darah mulai dari ruang
tahap: (a) sosialisasi rencana status dari RPH-R Kota penyembelihan sampai ruang penggantungan. Darah
Batu dengan meminta persetujuan masyarakat sekitar mengakibatkan tingginya nilai BOD dan padatan
; dan (b) pengajuan ijin untuk mendirikan RPH-R tersuspensi. Pemanfaatan kembali darah hewan
Kota Batu ke istansi yang berwenang. (untuk campuran pakan ternak, karena mengandung
protein yang cukup tinggi) dengan cara
Pada tahap prakonstruksi yang dikelola adalah
menampungnya merupakan aspek penting yang
lingkungan sosialnya, bila ada masyarakat sekitar
disarankan pengendalian pencemarannya, sehingga
yang kurang bisa menerima rencana pembangunan
nilai BOD air limbahnya menurun.
RPH-R Kota Batu. Melalui pendekatan teknis dan
institusi guna masyarakat yang merasa kurang
berkenan dengan rencana pembangunan tersebut
diyakinkan. Pada tahap konstruksi kegiatan
pengelolaan lingkungan ditekankan
padakontrol/pemantauan kualitas fisika,kimia,dan
biologi, mulai dari pematangan lahan sampai dengan
kegiatan konstruksi. Gambar 6. Ilustrasi bangunan utama dan tempat penyembelihan
ternak di RPH-R

Pengelolaan limbah cair di RPH-R Kota Batu


direncanakan menggunakan IPAL dengan sistem
biofilter anaerob-aerob. Proses pengolahannya
dialirkan melalui saluran pembuang dan dilewatkan
melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah yang berukuran besar. Setelah melalui screen
air limbah dialirkan ke bak pemisah lemak atau
minyak. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk
memisahkan lemak atau minyak yang berasal dari
Gambar.5. Perspektif bangunan RPH-R Kota Batu kegiatan penyembelihan hewan, serta untuk
mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa
Pada tahap konstruksi, komponen lingkungan padatan yang tak dapat terurai secara biologis.
yang terkena dampak adalah kualitas lingkungan Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak
fisika, kimia, dan biologi. Untuk mengantisipasi dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai
terjadinya pencemaran kualitas udara, bau, bising dan bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air
air dilakukan pengukuran dan pengamatan limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa
dilapangan. Sedangkan untuk mengantisipasi ke unit IPAL.
terjadinya limpasan air hujan dibuat saluran drainase
dan untuk lahan galian dimanfaatkan untuk
pengurukan pada tapak yang dipandang kurang tinggi
dari titik nol dari permukaan jalan.
3.1. Pengelolaan Air Limbah Gambar. 7. Proses Pengolahan Air Limbah RPH-R Kota Batu
Secara umum dapat diprediksi bahwa limbah cair dengan proses biofilter anaerob-aerob.
yang dihasilkan dari RPH-R Kota Batu terdiri dari air
Di dalam unit IPAL tersebut, air limbah dialirkan
pembersih ruang penyembelihan, air pembersih
masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan
intenstinal, dan pembersihan kandang ternak. Untuk
partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
memantau jumlah limbah cair spesifik dan beban
tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
pencemarannya maka pemakaian air pembersih
berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik
17
Jurnal ABDIMAS Unmer Malang Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai Air limpasan dari bak anaerob dialirkan ke bak
lumpur) dan penampung lumpur. Air limpasan dari aerob. Di dalam bak aerob, sambil diaerasi atau
bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak dihembus dengan udara sehingga mikro-organisme
anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah, dan yang akan menguraikan zat organik yang ada dalam
dari bawah ke atas. air limbah serta tumbuh dan menempel pada
permukaan media. Dengan demikian air limbah akan
kontak dengan mikro-organisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan
media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penguraian zat organik, deterjen, serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses
ini sering dinamakan aerasi kontak (contact
aeration).
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap
akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan
dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi
dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di
dalam bak khlor ini air limbah dikontakkan dengan
Gambar. 8. Ilustrasi kandang dan rak penyimpanan pakan pada senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme
komplek RPH-R, yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. patogen. Air olahan yang keluar setelah proses
Di dalam bak anaerob tersebut diisi dengan media khlorinasi dapat langsung dibuang ke badan air
dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak (sungai) atau saluran umum.
kontraktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. 3.2. Pengelolaan Limbah Padat
Penguraian zat-zat organik yang ada di dalam air
limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau Rumen hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing
facultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada dan domba) mengandung bahan-bahan yang tidak
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film dapat dicerna. Cara pemisahan dan pembuangan isi
mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan rumen akan mempengaruhi beban limbah dari RPH-
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai R Kota Batu. Isi rumen hendaknya dibuka ditempat
pada bak pengendap. khusus kemudian ditembakkan ke penampungan isi
rumen dengan ‘blow-gun, sehingga ceceran isi rumen
bisa diminimalisasikan, sedangkan isi intestine dan
intestinal mucus dapat disalurkan ke saluran air
limbah. Pengeluaran isi rumen akan menaikkan
buangan padat yang dihasilkan. Oleh karenanya
rumen yang tidak terolah dikategorikan sebagai
bahan yang mengandung epidemiologis.
Sementara bau tidak sedap yang berasal dari
kotoran hewan (dari kandang maupun dari ruang
penyembelihan serta pasar hewan) jika tidak dikelola
akan menjadi media perkembangan lalat dan nyamuk.
Dari segi kesehatan lingkungan, nyamuk dan lalat
merupakan vector perantara penyebaran penyakit ke
manusia. Oleh karena itu bau tidak sedap ini
merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan di
RPH-R Kota Batu karena dapat menyebabkan
terganggunya kualitas udara di sekitar tapak.
Gambar 9. Contoh konstruksi media biofilter, IPAL sistem
biofilter, dan bak pemisah lemak.

18
Jurnal ABDIMAS Unmer Malang Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

(a) menata ruang halaman depan sebagai ruang


terbuka hijau yang dikelola sebagai taman; (b)
menanam pohon-pohon dan perdu, serta
menempatkan pot-pot ukuran besar di halaman RPH-
R; (c) melakukan penyiraman pada halaman depan ;
(d) membersihkan debu lantai dan perkakas setiap
hari; (e) memasang exhaust fan pada unit-unit yang
Gambar.10. Ilustrasi tempat pengumpulan , penyaringan kotoran membutuhkan pengaturan kestabilan kualitas udara;
hewan dari RPH-R dan pemanfaatannya sebagai biogas. (f) mengoperasikan sistem ventilasi silang yang baik;
Pemindahan limbah padat dari proses dan (g) menjaga penyinaran matahari yang cukup
penyembelihan / penyembelihan dan kandang ternak baik.
merupakan hal yang harus dikelola. Dalam Sementara itu, untuk mengatasi kebisingan
pengelolaan limbah padat pada RPH-R Kota Batu diletakkan barier kebisingan berupa tanaman pada
direkomendasikan untuk diproses dengan dehidrasi. area perawatan atau ruang yang membutuhkan
Salah satu konsekuensi dari regulasi pengadaan ketenangan, dengan : (a) melarang kendaraan yang
daging yang berkategori ASUH adalah tidak diijinkan parkir di sekitar tapak RPH-R Kota Batu
untuk membuang limbah sejenis ini di dekat lokasi di membunyikan klakson atau bel; dan (b) melapisi
RPH-R Kota Batu. dinding beberapa ruang perawatan dengan bahan
Proses biometanisasi bahan padat (campuran isi yang dapat mereduksi suara (kedap suara).
rumen, kotoran sapi, sisa pakan, dan urine) di RPH-R Dalam rangka pencegahan terjadinya kontaminasi
Kota Batu menjadi alternatif pengelolaan yang lain. silang di RPH-R Kota Batu dilakukan upaya-upaya
Pengendalian pembentukan padatan terapung dan sebagai berikut: (a) evaluasi berkala kegiatan
jaminan keselamatan pengolahan bahan berkaitan surveilans terhadap penyakit infeksi dan menyusun
dengan adanya material-material asing yang terikut kebijakan program pengendalian terjadinya
dalam isi rumen. kontaminasi silang dan infeksi serta membuat laporan
Keuntungan yang didapat dari pengolahan limbah bulanan; (b) adanya komite kontrol dan pengelola
padat dengan sistem aerobik adalah pengurangan program pengendalian kontaminasi silang dan infeksi
massa dan volume yang telah berubah menjadi energi yang dilaksanakan secara konsisten; (c) pengawasan
biogas. Selain itu proses anaerobik pretreatment berkala baik secara aktif maupun pasif sehingga
yang direkomendasikan pada RPH-R Kota Batu dapat kejadian kontaminasi silang dan infeksi dapat
mengurangi keluaran pada penangkapan dan ditemukan sedini mungkin; dan (d) petugas RPH-R
pengolahan cemaran udara untuk menghilangkan bau Kota Batu selalu mencuci tangan sebelum dan
busuk dari penanganan limbah terbuka dan sesudah masuk ruangan dengan sabun antiseptik,
pengomposan. Guna mendapatkan dekontaminasi melakukan hygine perorangan dan melakukan teknik
yang sempurna selama pengomposan, aseptik sesuai prosedur tetap yang telah
direkomendasikan untuk menggunakan mesin ditetapkan.
pembalik intensif dan dilakukan paling tidak dua kali
seminggu. Proses pengomposan memiliki peran besar 4. KESIMPULAN
dalam pengolahan dan pemrosesan limbah padat pada
 Design bangunan RPH-R Kota Batu yang taat
RPH-R Kota Batu. Jumlah dan struktur serat yang
azas dan mengacu pada kaidah arsitektur yang
diberikan dalam campuran, pengomposan dapat
sustainibel menjadi kunci awal pengelolaan
menjadi metoda untuk mengolah isi rumen, sisa
dampak lingkungan terhadap masyarakat di
pakan, kotoran sapi/kerbau, lemak dan bahan-bahan
sekitar tapak.
tersaring lainnya.
 Dampak dari kegitan pembangunan dan
3.3. Pengelolaan Limbah Udara dan Kontaminasi operasionalisasi RPH-R Kota Batu dapat
Silang diminimalisir dengan penerapan Standart
Letak tapak RPH-R Kota Batu di jalan raya Sanitation Operation Procedure (SSOP), Good
Mojorejo - Junrejo dan berhadapan dengan Slaughtening Practice (GSP), dan Sistem
Krematorium Kota Batu, mempunyai potensi Jaminan Halal (SJH).
cemaran debu masuk ke dalam tapak dan bangunan
RPH. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa
langkah pengelolaan yang bisa dilakukan antara lain:
19
Jurnal ABDIMAS Unmer Malang Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017

5. REFERENSI Darmono. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran


Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa
Apriyantono, A. et al. 2007. Pedoman Produksi
Logam. UI Press. Jakarta.
Pangan Halal. Khairul Bayan Press. Jakarta.
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1999. Standart
Pedoman Teknis Penataan Rumah Potong Hewan
Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01.6159-1999
(RPH). Direktorat Kesmavet. Dirjen Peternakan.
tentang Rumah Potong Hewan (RPH). Jakarta.
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Standart
LPPOM MUI. 2011. Pedoman Pengelolaan Rumah
Nasional Indonesia (SNI) Nomor. 3932:2008.
Potong Hewan Halal (RPH-H). MUI. Jakarta.
Tentang Mutu Karkas dan Daging Sapi. Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian 2010 tentang
Badan Karantina Pertanian Republik Indonesia.
Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia
2010. Pedoman Pengawasan Kehalalan Karkas,
(RPH – R) dan Unit Penanganan Daging (Meat
Daging dan Jeroan dari Luar Negeri. Jakarta.
Cutting Plant). Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. Jakarta.
Neufert Architect Data. 2010.

20

Anda mungkin juga menyukai