Abstrak
Tumor hipofise merupakan tumor rongga kepala dengan prevalensi yang bervariasi.
Pada laporan ini, peneliti hendak melaporkan hasil evaluasi kasus tumor hipofise
berupa data sekunder dari rekam medis pasien di rumah sakit di Makassar, Sulawesi
Selatan dari tanggal 1 Januari 2016 hingga 30 Juni 2017 dengan diagnosis adenoma
penderita adalah 45 ± 12, 34 tahun. Gejala klinis yang ditemukan pada pasien
didominasi efek massa dan nyeri kepala. Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan
Indonesia.
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
penelitian yang dilakukan oleh Ezzat et al pada tahun 2000 terhadap 13 penelitian
mengenai tumor hipofise, prevalensi tumor hipofise bervariasi antara > 1% hingga
mendekati 40% pada studi radiologi dan 1% - 35% pada studi post mortem (otopsi).
tumor hipofise merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada tumor
suprasellar (2). Tumor ini paling sering didapatkan pada wanita berusia antara 15 –
44 tahun (3) dan jenis tumor yang paling banyak didapatkan adalah adenoma
hipofise yaitu sebanyak 84.6% (4) Tumor ini biasanya berkembang dengan lambat,
prematur (3) Gejala tumor hipofise didominasi sekresi hormon hipofise yang tidak
normal dan penurunan lapang pandang akibat penekanan struktur chiasma optikum
dan nervous optikum. (5). Evaluasi perjalanan penyakit tumor hipofsisi diperlukan
untuk menentukan terapi serta prognosis kasus-kasus berikutnya. Oleh sebab itu
peneliti hendak melaporkan hasil evaluasi kasus tumor hipofise dengan endoskopi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sella tursika merupakan bagian dari dasar tengkorak yang terletak di bagian tengah.
Sella tursika menjadi patokan untuk lesi tumor, dimana letak lesi tumor dapat
sphenoidalis dan dilapisi oleh duramater. Sella tursica dikelilingi oleh struktur vital
seperti arteri karotis, bagian maksilaris dari nervous trigeminus, nervus kranialis
III, IV dan VI, chiasma optikus, vena lokalis, ventrikel tiga otak dan hipothalamus.
Oleh sebab itu jika terjadi penekanan massa pada regio sellar maka gejala klinis
yang tampak antara lain nyeri kepala, apopleksi, gangguan lapang pandang atau
hidrosefalus (6)
4
Kelenjar hipofise terletak pada sella tursica. Kelenjar hipofise terbagi
thyroid stimulating hormone (TSH) dan gonadothropin (FSH dan LH) serta bagian
Tumor hipofise merupakan tumor yang paling umum ditemukan pada regio
didiagnosis secara tidak sengaja (6). Gejala tumor adenoma hipofisis didominasi
oleh peningkatan sekresi hormon hipofisis dan gejala yang tidak spesifik seperti
nyeri kepala serta penurunan fungsi organ endokrin perifer. Gejala seperti limfositik
7.4 per 100.000 orang, tergantung pada usia dan jenis kelamin. Insiden tertinggi
tumor ini terjadi pada wanita berusia 15 – 44 tahun (3). Pada penelitian yang
dilakukan oleh McDowell et al pada tahun 2010 terhadap 8,276 jenis tumor yang
Berdasarkan penelitian yang dilakuan oleh Lindholm et al, jenis tumor yang
paling banyak ditemukan ada adenoma hipofise adalah adalah prolaktinoma (50%),
adenoma yang tidak aktif secara endokrin (30%), somatrotroph adenoma (15 –
20%) kortikotropin adenoma (5 – 10%) dan tirotroph adenoma ( < 1%) (9) Pada
laki-laki didapatkan rata-rata ukuran tumor hipofise yang didapatkan lebih besar
5
didapatkan pada laki-laki karena diagnosis tumor hipofise lebih lambat dideteksi
pada laki-laki. Tumor hipofise lebih tinggi insidensnya pada ras negroid
dibandingkan kaukasoid dan mongoloid akan tetapi penyebab pasti keadaan ini
masih perlu diteliti lebih lanjut. Pendapat sementara menyatakan karena insiden
stroke yang lebih banyak didapatkan pada ras negroid membuat temuan tumor
hipofise lebih tinggi saat dilakukan pemeriksaan radiologi. Hal ini didukung dengan
temuan meningioma yang lebih tinggi pada ras negroid dan diagnosis yang hanya
Bagian anterior dari hipofise berkembang dari lapisan endotel rongga mulut
yang primitif (stomatodeum) yang berjalan ke arah kranial. Lapsan endotel ini
kemudian bergerak ke arah bawah membentuk lobus posterior dan tangkai hipofise.
Kelenjar komposit ini terpisah dari stomatodeum primitif pada minggu ketuju
gestasi dan lebih jauh lagi berkembang di bawah pengaruh hipotalamus. Tumor
pada hipofise sebagian besar adalah neoplasma epitel jinak yang berkembang dari
dan renin. Selain itu terdapat juga sel yang tidak berfungsi atau “null’ pada
hormon atau memproduksi hormon dalam bentuk imatur yang tidak memiliki
6
abnormalitas gen pengatur perkembangan dan pertumbuhan sel 2) abnormalitas
gene supresor tumor dan 3) gangguan pada gen yang mengendalikan kematian sel
(6)
regulator siklus sel bekerja bersama pada peristiwa epigenetik pembentukan tumor
hipofise. Akan tetapi mutasi pada sindrom genetik ini tidak umum didapatkan pada
tumor yang sporadik. Bukti-bukti terkini tidak menunjukkan mutasi pada gen
predisposisi sebagai basis molekuler tumorigenesis. Bahkan, mutasi pada gen tumor
suprsesor dan onkogen tidak memiliki peran yang besar pada sebagian besar
Akan tetapi, metilasi atau peredaman gen tumor supresor telah dilaporkan
oleh banyak peneliti. Banyak gen seperti. Pituitary tumor transforming gene
7
PPTG berhubungan erat dengan sifat invasif dan agresif dari tumor hipofise.
Abnormalitas sinyal pembelahan sel telah diidentfikasi pada tumor hipofise, namun
Gejala dan tanda tumor hipofise dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok
besar (6):
nervus optikus dan chiasma optikus, tapi terkadang juga mengenai nervus
serebrospinalis.
Temuan yang tidak disengaja dimana tumor ‘tanpa sengaja’ ditemukan saat
Gangguan visual yang uncul berupa gangguan lapang pandang bitemporal akibat
8
dimulai secara unilateral ketika nervus optikus intrakranial tertekan pada bagian
yang dekat chiasma optikum. Apabila penglihatan bagian pusat yang terkena maka
pasien akan mengeluh pandangan mata yang mengabur atau skotomatus pada
lapang pandang pusat. Keadaan ini umum terjadi pada pasien dengan variasi
anatomis dimana chiasma optikus terletak lebih posterior dan menyebabkan lebih
banyak nervus optikus yang lebih terpapar penekanan adenoma. Jika penekanan
terjadi dalam waktu yang lama, funduskopi dapat menunjukkan atrofi nervus
henti napas saat tidur. Pasien dengan akromegali juga lebih rentan terkena penyakit
neoplasma seperti polip kolon, kanker kolorektal dan kanker payudara. Adenoma
9
Pemeriksaan tumor hipofise dilakukan dengan pemeriksana-pemeriksaan
sebagai berikut :
penyakit Cushing karena 50% dari tumor ini tidak dideteksi pada MRI (10).
10
Gambar 2. Gambaran makroadenoma pada pemeriksaan CT Scan
11
pertumbuhan. Apabila tidak didapatkan respons pada terapi medikamentosa
c. Terapi pembedahan.
secara total agar tidak terjadi relaps, akan tetapi terapi pengeluaran tumor
basis kranium (11). Teknik ini tidak memerlukan insisi oral / nassal, tidak
epistaksis post operasi dan lebih terarah ke daerah sella tursica (12). Dengan
merupakan pilihan tindakan utama bagi kasus tumor hipofise. (13) tindakan
12
transphenoid dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemeriksaaan
atau sublabial untuk membuka sinus sphenoid. Setelah bagian anterior sella
tursica terbuka maka fossa hipofise dapat dimasuki oleh instrumen bedah.
13
Gambar 4. (a) diagram prosedur endoskopi transphenoid dan (b) foto polos
intraoperatif pada endoskopi transphenoid
Angka keberhasilan endoskopi transphenoidal bervariasi antara 60% hingga
80%. Pembedahan terbuka pada tumor hipofise diperlukan dijka ada perluasan
khusus terhadap keseimbangan cairan, kadar gula darah dan status hormonal. Visus
mengalami perbaikan pada kurang lebih tiga perempat pasien. Perbaikan visus
bergantung pada berat dan lamanya kehilangan visus sebelum operasi. Fungsi
endokrin dipertahankan pada 80% pasien tanpa keluhan endokrin sebelum operasi,
akan tetapi jika terjadi kehilangan fungsi hormon dan panhipopituarisme maka
bulan pascoperasi. Radioterapi dihindari pada pasien dengan usia lebih muda
karena beresiko menyebabkan kegagalan kelenjar hipofisis dalam 12-15 tahun (6).
14
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yao et al pada tahun 2014, terapi
endoskopi menunjukkan lama operasi dan lama perawatan di rumah sakit yang
lapang pandang saat operasi dan mengeksisi tumor yang tidak dapat diakses
15
BAB III
berupa data sekunder dari rekam medis pasien di rumah sakit Unhas, Siloam, dan
diagnosis, jenis kelamin, keluhan utama, hasil CT Scan kepala, hasil MRI, tindakan,
pandang, hidrosefalus dan apopleksi), nyeri kepala dan tumor yang ditemukan
secara tidak sengaja saat mendiagnosis penyakit lain. Hasil pemeriksaan MRI
dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan coding pada INA CBG yaitu
III). Hasil follow up dibagi dalam tiga kategori yaitu perbaikan, perburukan dan
tidak dapat ditentukan (pasien tidak datang lagi untuk kontrol tanpa informasi).
16
BAB IV
pasien. Usia pasien yang didiagnosis dengan adenoma hipofisis jinak didapatkan
usia termuda 38 tahun dan usia tertua 72 tahun. Rata-rata usia 45 tahun dengan
Lama keluhan tersingkat 2 tahun dan lama keluhan terlama 4 tahun. Rata-
17
LAMA KELUHAN DALAM TAHUN
Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 Pasien 4 Pasien 5
4
3
3
2
Gambar 6. Grafik lama keluhan pasien sebelum tindakan
Dari 5 orang pasien dengan diagnosis adenoma hipofise jinak pada gejala
klinis didapatkan 3 (60%) orang berjenis kelamin laki-laki dan 2 (40%) orang
Perempuan
40%
Laki-laki
60%
Laki-laki Perempuan
Pada temuan gejala klinis 1 orang pasien perempuan (20%) dengan gejala
gangguan endokrin (akromegali), 2 orang pasien yang terdiri dari 1 orang pasien
18
laki-laki dan 1 orang pasien perempuan (40%) orang pasien dengan gejala efek
masa dan 2 orang pasien laki-laki (40%) dengan gejala nyeri kepala.
Gangguan
endokrin
20%
Nyeri kepala
40%
Efek massa
40%
19
Ukuran Tumor Dalam mm Pada Pemeriksaan MRI
34.5
34
33.5
33
32.5
32
31.5
31
30.5
30
29.5
30
ukuran terbesar 34,1 mm, ukuran terkecil 29,00 mm dan rata-rata 31,16 mm (SD
= 1,97).
31
30 29.4
29
28
27
20
Tata laksana yang diberikan didapatkan prosedur kelenjar hipofise ringan
pada 4 pasien (80%) dan prosedur kelenjar hipofise berat pada 1 pasien (20%) dan
tidak ada pasien yang menrima terapi medikamentosa atau radioterapi. Tidak
Terapi Pasien
20%
80%
40%
60%
21
Pada temuan gejala klinis keseluruhan pasien didominasi gejala efek massa
dan nyeri kepala. Hanya ada satu kasus dengan gejala klinis berupa akromegali,
salah satu gejala klinis adenoma sel GH (4). Walaupun temuan pada pemeriksaan
fisik dan komorbiditasnya signifikan, diagnosis gejala klinis pada akromegali dapat
memakan waktu lama karena prosesnya yang perlahan dan tidak disadari oleh
pasien atau orang-orang di sekitar pasien (14). Pada pasien dengan gejala
Temuan pada penelitian ini berawanan dengan teori yang menyebutkan gejala
syaraf kranial, epilepsi lobus temporal, hidrosefalus dan rhinorrhea lebih jarang
terjadi (5)
isointens pada pemeriksaan MRI dengan ukuran lebih dari 10 mm serta tidak
(10). Seluruh pasien menjalani terapi berupa tindakan operasi dengan pendekatan
invasifnya minimal dan memungkinkan operator untuk mengakses lesi pada bagian
basis kranium (11). Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya laporan komplikasi
pascaoperasi. Komplikasi yang paling umum terjadi pada operasi tumor hipofise
22
pada awal operasi untuk mengantisipasi kebocoran cairan serebrospinal, khususnya
pada tumor yang telah menginvasi selaput duramater atau araknoid. Jika tidak
didapatkan kebocoran cairan serebrospinal maka flap yang dibuat hanya akan
membuat cedera tambahan bagi pasien (15). Studi cross-sectional ini menunjukkan
23
BAB V
KESIMPULAN
Makssar pada 1 Januari 2016 – 30 Juni 2017 didapatkan 5 kasus adenoma hipofise
jinak dengan gejala klinis terbanyak berupa gangguan penglihatan dan gangguan
24
Daftar Pustaka
1. Ezzat S, Asa SL, Couldwell WT, Barr CE, Dodge WE, Vance ML, et al. The
prevalence of pituitary adenomas - a systematic review. American cancer
society. 2008 Juni; 101(3).
3. Drange MR, Fram NR, Bonert VH, Melmed S. Pituitary tumor registry : a
novel clinical resource. The journal of endocrinology & metabolism. 2000;
85(1).
6. Stacey RJ, Powell MP. Sellar and parasellar tumors. In Moore AJ, Newell
DW. Neurosurgery. London: Springer; 2005. p. 187-204.
8. McDowell BD, Wallace RB, Carnahan RM, Chrischilles EA, Lynch CF,
Schlechte JA. Demographic differences in incidence for pituitary adenoma.
Springer Science. 2010 September; 14.
25
neurosurgery and multidisciplinary neurotraumatology. Tokyo: Springer;
2006. p. 195-201.
14. Syro LV, Rotondo F, Ramirez A, Di Leva A, Sav MA, Restrepo LM, et al.
Progress in the diagnsis and classification of pituitary adenomas. Frontiers in
endocrinology. 2015 Juni; 6(97).
26