Anda di halaman 1dari 6

EKSPLORASI PANASBUMI: LEBIH BAIK BIAYA EKSPLORASI LEBIH

MAHAL DARIPADA GAGAL NGEBOR

Panas bumi saat ini termasuk Energi Baru Terbarukan (Bauran Energi,
2016). Selain sebagai sumber energi terbarukan, panas bumi merupakan sumber
energi yang berkelanjutan. Panas bumi memanfaatkan energi panas yang
terkandung di dalam bumi, hal ini menjadikan bahwa tidak sembarang tempat dapat
menjadi lokasi pemanfaatan energi panas bumi, dimana hanya lokasi yang memiliki
komponen system panas bumi saja yang potensial untuk dikembangkan. Berbicara
mengenai lapangan Panasbumi berarti membicarakan eksplorasi Panasbumi hingga
eksploitasi, yang mana untuk mewujudkan tahapan eksplorasi hingga eksploitasi
sisi keteknisan memiliki peran vital.
Kegiatan pengembangan prospek panas bumi membutuhkan dana yang
tidak sedikit, realita di lapangan menunjukkan tidak semua tahapan eksplorasi
dapat berlanjut hingga ke tahap produksi. Terdapat faktor – faktor kegiatan
pengembangan panas bumi yang menjadi penyebab gagalnya produksi, salah
satunya adalah hasil pengeboran yang gagal yang disebabkan adanya minimnya
metode eksplorasi yang dilakukan, selain itu yaitu studi kelayakan permeabilitas
batuan yang dianggap kurang penting. Topik yang membahas mengenai pentingnya
suatu kegiatan eksplorasi dibandingkan dengan kegagalan suatu pemboran pada
prospek panas bumi merupakan topik yang harus berujung ke arah solusi.
Eksplorasi merupakan kegiatan pendahuluan yang membutuhkan
pembiayaan yang tidak sedikit, terutama pada tahapan drilling eksplorasi. Kegiatan
eksplorasi melibatkan beberapa komponen multidisiplin dalam pelaksanaannya
seperti Geologi, Geofisika dan Geokimia. Geologi berperan dalam kegiataan
lapangan berupa pemetaan geologi, Geofisika lebih berperan pada survei geofisika.
Geokimia berperean dalam penelitian fluida hidrotermal. Ketiga studi yaitu
Geologi, Geofisika dan Geokimia akan menghasilkan hasil geosains yang
kemudian dipadukan untuk menghasilkan data yang komprehensif.
Perbandingan Biaya Eksplorasi dan Pemboran
Data yang digunakan memiliki acuan dari Geothermal exploration and
costs in Iceland oleh (Richter et al, 2014) yang membahas biaya eksplorasi pada
lapangan panas bumi di Islandia. Data ini berisi biaya eksplorasi lapangan panas
bumi, mencakup eksplorasi geologi, geokimia dan geofisika. Biaya yang
dikeluarkan pada eksplorasi panas bumi bergantung pada kondisi geologi prospek
panas bumi yang mana dapat diketahui dari table 1 dan table 2 berikut.
Laporan hasil eksplorasi harus menyajikan rekomendasi, desain sumur awal
dan penempatan paling tidak 2-3 sumur eksplorasi (500-2000 m) serta strategi
pengembangan awal untuk wilayah tersebut. Sumur gradien geothermal (sedalam
50-150 m) kira-kira 200 USD / m (harga Islandia) atau 10.000 sampai 30.000 USD,
tergantung pada biaya mobilisasi, jumlah sumur, kedalaman sumur dan ukuran rig
pengeboran. Dalam eksplorasi panas bumi, dibutuhkan titik – titik pemboran yang
mana, umum bahwasanya sumur yang dibuat membutuhkan 5 – 15 sumur, ini dapat
dikalikan dan diketahui biaya yang dikeluarkan.
Studi mengenai pembiayaan proses eksplorasi yang dibahas penulis
merupakan prospek panas bumi di Islandia yang notabennya memiliki kondisi
geologi yang tidak sekompleks di Indonesia. Tingkat kompleksitas Geologi seperti
variasi litologi, kondisi struktur geologi, kondisi morfologi hingga factor iklim
yang berperan sebagai agen eksogenik sangat menentukan tingkat keberhasilan
dalam eksplorasi Panas Bumi.
Biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pengembangan prospek Panasbaumi
bervariasi, bergantung Sistem Panasbumi. Menggunakan data (Richter et al, 2014)
maka biaya eksplorasi geothermal membutuhkan biaya 450.000 USD – 1.425.000
USD Apabila pemboran dilakukan dengan rata – rata 1000 m misalkan dengan
sumur yang dibor sejumlah 10 sumur (diambil pertengahan dari kisaran jumlah
sumur normal, dengan biaya 200 USD/m menggunakan skala Islandia maka dapat
dihitung 200 x 1000 x 10 = 2.000.000 USD
Studi Permeabilitas
Tingkat produktivitas suatu lapangan panas bumi sangat berkaitan dengan
permeabilitas batuan yang mengontrol fluida bawah permukaan. Permeabilitas
berupa patahan dan rekahan. Studi permeabilitas akan menghasilkan data yang
sangat berguna untuk memutuskan suatu prospek panas bumi dinyatakan layak
sebagai lapangan panas bumi.
Studi permeabilitas memberikan informasi mengenai Struktur geologi bawah
permukaan yang dapat berupa patahan, ketidakmenerusan, orientasi kekar dan
lokasi mata air panas. Sarana memperkuat data struktur geologi di permukaan dapat
diterapkan mengenai penyebaran dan geometri Struktur yang berkembang. Apabila
Struktur geologi yang berkembang terlalu dominan akan berdampak ke kualitas
prospek panas bumi yang mana aliran fluida tidak dapat terkonsentrasi sehingga
pemusatan energy panas bumi tidak terkonsentrasi. Hal berlaku sebaliknya apabila
Struktur Geologi ternyata kurang berkembang menjadikan energy panas bumi tidak
dapat muncul ke permukaan.
Studi permeabilitas memiliki metode yang beragam dari kenampakan
makroskopis melalui sampel cutting maupun core hingga dengan geokimia.
Permeabilitas dapat diidentifikasi dengan Struktur Geologi, Hidrogeologi dan data
bor. Struktur Geologi dilakukan pada saat pemetaan geologi, mengidentifikasi di
lapangan, dimensi, geometri, kemenerusan dan densitas Struktur Geologi.
Pendekatan hidrogeologi menggunakan metode tracer dilution dengan injeksi
secara langsung pada daerah discharge. Data bor dapat diidentifikasi mengenai
bentuk, struktur dan tekstur yang menunjukkan ada atau tidaknya indikasi
permeabilitas secara kualitatif.
Metode Geokimia dapat bekerja pada penyelidikan permeabilitas batuan.
Sampel fluida yang didapatkan pada manifestasi geothermal diteliti tingkat
keasamaan pH, suhu, konduktivitas elektrik dan kandungan bikarbonat. Data
didapatkan, kemudian dilakukan pengklasifikasian jenis mata air panas yang
mencerminkan kondisi bawah permukaan. Model bawah permukaan yang
permeable maupun impermeable dapat diidentifikasi.
Metode lain dengan menggunakan model thermal-hidraulic yang dapat
memodelkan distribusi permeabilitas. Model ini menjeaskan mengenai simulasi
pergerakan fluida yang digunakan untuk mengkomparasi keadaan suhu dan
tekanan. Hasil yang didapatkan menjelaskan penyebab dari kondisi tekanan
maupun suhu yang bernilai tertentu.
Evaluasi
Pemboran merupakan kegiatan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Pada kenyataan di lapangan, pemboran yang dilakukan tidak jarang menghasilkan
core maupun cutting yang tidak sesuai dengan interpretasi bawah permukaan yang
telah dilakukan sebelumnya. Selain itu, target yang yang dicanangkan sebelum
pelaksanaan pemboran terkadang meleset, dapat berupa salah sasaran, kedalaman
yang kurang.
Metode analisis pada sampel eksplorasi perlu ditingkatkan kualitasnya. Sudah
cukup kasus kegagalan pemboran akibat kurang matangnya eksplorasi. Eksplorasi
merupakan kegiatan untuk memukan sumber daya yang nantinya dapat digunakan
apabila berhasil. Oleh karena itu, eksplorasi harus dilakukan sampai ke akar –
akarnya. Eksplorasi harus didalamnya mengadakan analisis hingga skala mikro.
Pada sampel core yang merupakan data yang sangat berharga karena menyimpan
informasi geologi dan didapatkan dari proses pengeboran yang mahal. Core sangat
penulis rekomendasikan dilakukan analisis FMI (Formation Microimage) untuk
mengetahui keadaan sampel core, terutama kemampuan untuk mengalirkan fluida.
Dengan FMI, butir batuan yang berukuran mikro dapat diidentifikasi dan dapat
mengetahui adanya indikasi permeabilitas ataupun tidak. Menggunakan FMI yang
merupakan metode yang canggih yang tentu akan menambah biaya eksplorasi.
Namun dibandingkan dengan kegagalan pengeboran jauh lebih diremondasikan.
Dalam suatu lapangan panas bumi dengan kapasitas 20 MW, tahapan
produksi dan pemasangan power plant merupakan bagian yang paling
membutuhkan biaya (Henneberger, 2013) (Gambar 1). Eksplorasi hanya memiliki
bagian 2% saja, angka yang sangat sedikit dibandingkan dengan permasalahan yang
ditimbulkan pada saat pengembangan lapangan panas bumi akibat menghiraukan
tingkat permeabilitas skala mikro.
Gambar 1. Rincian Biaya Pada Lapangan Geotermal dengan Kapasitas 20 MW
Downhole resistivity methods merupakan metode Geofisika yang digunakan
untuk survey resistivitas bawah permukaan. Metode ini dapat berupa ingle-well dan
cross-well, banyak nama yang memiliki pengertian sama yang diberikan oleh
banyak Perusahaan yang berbeda seperti Formation Micro-Imager (FMI) Logs,
Electric-micro Imager (EMI) Logs, Micro Resistivity, Resistivity Log, Resistivity
Tomography, Fullbore Formation MircroImaging, and Formation Micro-
Conductivity Imaging.
Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa.
- Biaya yang dihabiskan pada pengembangan Panas Bumi untuk
mengembangkan suatu prospek panas bumi dengan studi kasus Lapangan Panas
Bumi di Islandia yaitu 450.000 – 1.450.000 USD
- Perbandingan untuk biaya eksplorasi dan biaya pengeboran pada lapangan
panas bumi yaitu 2 : 3 hingga 1 : 4
- Studi permeabilitas detail diperlukan dalam eksplorasi Panas Bumi untuk
mengetahui kemampuan reservoir dan batuan disekitarnya untuk mengalirkan
fluida
- Evaluasi yang didapatkan dari data kegiatan pengembangan lapangan panas
bumi yaitu dalam eksplorasi diperlukan analisis dari skala besar hingga makro,
FMI diperlukan untuk mengetahui tingkat permeabilitas
REFERENSI :
Henneberger, R. 2013. Costs and Financial Risks_of_Geothermal_Projects.
Geothermex, A Schlumberger Company: Istanbul (not published)
Richter et al. 2014. GEOTHERMAL EXPLORATION AND
ASSOCIATED COST IN ICELAND. Reykjavik. “Short Course VI on Utilization
of Low- and Medium-Enthalpy Geothermal Resources and Financial Aspects of
Utilization”, organized by UNU-GTP and LaGeo, in Santa Tecla, El Salvador,
March 23-29, 2014.

Anda mungkin juga menyukai