Anda di halaman 1dari 54

STRUKTUR DAN FUNGSI MEMBRAN

Ditulis oleh Bio duarebu 6/11/2012 Tambah Komentar

Membran Sel

Membran sel atau membran plasma adalah batas yang memisahkan sel dari sel lain
atau dari benda di sekelilingnya. Struktur membran sel terdiri atas lapisan tipis yang
tebalnya sekitar 8 nm.

1 nm = 0,000000001 M

Fungsi membran sel adalah untuk mengontrol lalulintas zat yang masuk dan keluar dari
sel.

Baca Juga

 Pengertian Sel
 3 Proses Pembentukan Urine Beserta Gambar dan Tabel (Singkat)
 Ribosom dan Fungsinya (Lengkap Dengan Gambar)
Seperti membran biologis lainnya, membran plasma juga memiliki sifat selektif
permeabel. Sifat selektif permeabel adalah kemampuan membran
untuk menyeleksi beberapa substansi yang dapat melintasinya dengan mudah dan
substansi lain tidak bisa melintasinya.

Membran sel tidak bisa dilalui (ditembus) oleh larutan yang mempunyai komposisi
berbeda dari larutan sekelilingnya, tetapi masih bisa dilalui oleh nutrisi dan
pembuangan limbah.

Struktur membran sel terdiri atas lapisan fosfolipid, hidrofilik, dan hidrofobik. Adapun
gambar strukturnya bisa Anda lihat pada gambar dibawah:

Struktur membran sel terdiri atas lapisan fosfolipid, hidrofilik, dan hidrofobik
Kemampuan sel untuk membedakan suatu zat kimiawi merupakan kemampuan
mendasar yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan, dan membran plasma adalah
bagian sel yang memiliki kemampuan tersebut.

Fungsi Membran Sel

Membran sel berfungsi sebagai barier/tameng semipermeabel yang memungkinkan


molekul kecil dapat keluar masuk ke dalam sel. Hasil pengamatan mikroskop elektron
terhadap membran sel menunjukkan bahwa membran sel merupakan lipid bilayer.
(disebut sebagai fluid-mosaic model).
Molekul penyusun utamanya adalah fosfolipid, yang terdiri dari bagian kepala yang
polar (hidrofilik) dan dua ekor nonpolar (hidrofobik). Fosfolipid ini tersusun atas bagian
nonpolar membentuk daerah hidrofobik yang diapit oleh daerah kepela yang pada
bagian dalam dan luar membran.

Hidrofilik = Suka air


Hidro fobik = Mengusir air
[sumber]

Struktur Membran Sel

Struktur membran sel disusun dari lemak dan protein di mana setiap komponen diikat
oleh ikatan nonkovalen. Selain lemak dan protein, struktur membran sel juga terdiri dari
karbohidrat.

Rasio antara lemak dan protein bervariasi bergantung tipe membran sel. Misalnya
antara membran plasma dan retikulum endoplasma. Tipe organisme prokariot dan
eukariot juga memiliki rasio struktur yang berbeda. Membran mitokondria memiliki rasio
struktur protein/lemak yang tinggi dibandingkan membran plasma pada sel darah
merah.

Lipid
Lipid pada membran tersusun atas fosfolipid (lemak yang bersenyawa dengan fosfat).
Fosfolipid merupakan lipid yang jumlahnya paling melimpah dalam sebagian besar
membran. Fosfolipid berperan untuk membentuk membran sesuai dengan struktur
molekulernya.

Fosfolipid merupakan suatu molekul amfipatik yang berarti bahwa molekul ini memiliki
daerah hidrofilik maupun daerah hidrofobik.
Sebagian besar membran mengandung fosfat. Molekul fosfat bersifat hidrofilik (dapat
mengikat air) sedangkan molekul lemak bersifat hidrofobik (tidak dapat mengikat air).

Komponen lemak lain adalah kolesterol di mana pada hewan tertentu dapat mencapai
50% dari molekul lemak yang terdapat pada membran plasma. Kolesterol tidak terdapat
pada sebagai besar membran plasma tumbuhan dan bakteri.

Lipid yang terdapat pada selaput dapat diekstrak dengan kloroform, eter dan benzene.
Dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi gas, dapat diketahui
komposisi lipid pada selaput sel. Lipid yang selalu dijumpai adalah fosfolipid, sfingolipid,
glikolipid dan sterol. Kolesterol merupakan lipid terbanyak yang menyusun selaput sel.

Karbohidrat

Karbohidrat pada membran berperan sebagai penyusun sel dan untuk membedakan
tipe-tipe sel di sekitarnya. Karbohidrat juga berperan penting sebagai pemilih sel yang
menjadi penyusun berbagai jaringan dan organ dalam embrio hewan.

Pengenalan sel juga menjadi dasar penolakan sel asing (penolakan organ cangkokan
atau transplantasi) oleh sistem kekebalan tubuh.

Karbohidrat pada membran biasanya merupakan rantai pendek bercabang yang


tersusun kurang dari 15 unit gula, sebagian diantaranya berikatan kovalen dengan lipid,
membentuk molekul yang disebut glikolipid. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat
berikatan kovalen dengan protein, membentuk glikoprotein.

Protein

Membran protein tersusun atas glikoprotein atau protein yang bersenyawa dengan
karbohidrat. Bergantung pada tipe sel dan organel tertentu dalam sel, membran
memiliki 12 sampai lebih dari 50 macam protein yang berbeda. Protein ini tidak disusun
secara acak tetapi setiap lokasi dan orientasinya disusun pada posisi tertentu pada lipid
bilayer.

Protein pada membran tidak simetris pada bagian luar membran dan bagian dalam
membran, alias tersusun dengan posisi berbeda-beda. Posisi seperti ini memungkinkan
membran sebelah luar berinteraksi dengan dengan ligan ektraseluler seperti hormon
dan faktor pertumbuhan, sedangkan bagian dalam dapat berinteraksi dengan molekul
sitoplasma seperti protein G atau protein kinase. Terdapat dua lapisan utama membran
protein.

Protein integral

Protein integral adalah protein yang bercampur kedalam lipid bilayer. Protein ini dapat
menembus membran sehingga memiliki domain pada sisi ekstra seluler dan sitoplasmik
dari membran. Protein integral umumnya merupakan protein transmembran, dengan
daerah hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior membran hidrofobik
tersebut.

Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satu atau lebih rentangan asam amino
nonpolar, yang biasanya bergulung menjadi helix a pada ujung hidrofilik molekul ini
dipaparkan kelarutan aqueous pada kedua sisi membran.

Protein perifer

Protein perifer sama sekali tidak ditemukan dalam lipid bilayer. Seluruhnya terdapat
dibagian luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan sebelah ekstraseluler maupun
sitoplasmik dan berhubungan dengan membran malalui ikatan non kovalen. Protein ini
merupakan anggota yang terikat secara longgar pada permukaan membran, sering juga
pada bagian protein integral yang dibiarkan terpapar. Protein pada membran
menentukan sebagian besar fungsi spesifik membran.
Lipid anchor protein

Struktur sel terdiri atas banyak bagian seperti karbohidrat, glikoprotein, protein, kolesterol dan
lain-lain
Lipid anchor protein terdapat disebelah luar lipid bilayer tetapi berikatan secara kovalen
dengan molekul lemak yang terdapat pada lipid bilayer.

Protein membran plasma memiliki fungsi yang sangat luas antara lain sebagai protein
pembawa (carrier) senyawa melalui membran sel, penerima isyarat (signal) hormonal
dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau sel lainnya. Protein selaput
plasma juga berfungsi sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-
senyawa ekstraseluler.

Protein-protein permukaan luar memberikan ciri individual sel dan macam protein dapat
berubah sesuai dengan diferensiasi sel. Protein-protein pada membran sel banyak juga
yang berfungsi sebagai enzim terutama yang terdapat pada selaput mitokondria,
retikulum endoplasma dan kloroplas. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fosfolipid
membran plasma disintesis oleh enzim-enzim yang terdapat pada membran retikulum
endoplasma.

Protein membran sel memiliki kemampuan bergerak, sehingga dapat berpindah tempat.
Perpindahan berlangsung ke arah lateral dengan jalan difusi. Namun tidak semu protein
mampu berpindah tempat. Beberapa jenis protein integral tertahan dalam selaput oleh
anyaman molekul-molekul protein yang berada tepat di bawah permukaan dalam
selaput plasma. Anyaman ini berhubungan dengan sitoskelet atau rangka sel.

Struktur fisiko-kimia protein selaput sel kurang diketahui, mengingat bahwa bentuknya
sangat bervariasi. Berdasarkan kajian mikroskopis dan teknik freeze fracture diketahui
bahwa protein dalam selaput sel berbentuk globular.

Kompartemen

Membran plasma membagi protoplasma menjadi beberapa kompartemen (ruangan).


Membran sel membungkus seluruh protoplasma. Membran inti memisahkan
nukleoplasma dari sitoplasma.

Selain itu selaput plasma membagi sitoplasma menjadi beberapa kompartemen yang
disebut dengan organel. Adanya selaput ini pembatas ini sangat penting karena
memungkinkan kegiatan setiap kompartemen dapat berlangsung tanpa gangguan dari
kompartemen lain namun tetap dapat bekerja sama.

Barier selektif permeabel


Membran sel mencegah pertukaran materi secara bebas dari satu sisi ke sisi lain pada
saat bersamaan. Membran plasma harus menjamin pertukaran molekul antara bagian
luar dan dalam pada saat yang tepat.

Transpor molekul

Membran plasma mengandung mesin transpor molekul dari satu sisi ke sisi lain yang
mencegah molekul dengan konsentrasi rendah masuk ke dalam sel daerah yang
memeiliki konsentrasi tinggi. Mesin ini memungkinkan sel mengakumulasi molekul
tertentu dalam konsentari yang lebih tinggi di bandingkan di sebelah luar.
Penghantaran signal

Membran plasma memainkan peran penting dalam respon sel terhadap signal. Proses
itu disebut dengan penghantaran signal. Membran sel memiliki resptor yang
berkombinasi dengan molekul tertentu (ligan). Setiap sel berbeda memiliki reseptor
berbeda, yang mampu mengenali dan berespon terhadap ligan pada lingkungan
berbeda.
Interaksi interseluler

Membran sel memperantarai interaksi antar sel pada organisme multiseluler. Membran
sel memungkinlkan sel mengenal satu sama lain, berikatan dan saling bertukar materi
dan informasi
Mekanisme Pengangkutan Melalui Membran Sel

Molekul dan ion kecil bergerak melintasi membran plasma dalam dua arah seperti gula,
asama amino dan nutrient lain memasuki sel, dan produk limbah metabolism
meninggalkan sel. Sel menyerap oksigen untuk respirasi seluler dan mengeluarkan
karbon dioksidal. Sel juga mengatur konsentrasi ion anorganiknya seperti Na+, K+,
Ca2+ dan Ca- dengan cara mebolak-balik arahnya dari satu arah ke arah lainnya
melintasi membran plasma.

Meskipun lalu lintas melalui membran ini padat membran sel itu bersifat selektif
permeable (membran hanya dapat dilewati oleh ion dan molekul polar tertentu),
semipermeable (mudah dilewati oleh molekul air) dan subtansi-subtansi tidak dapat
melintasi rintangan tersebut secara sembarangan. Sel tersebut dapat mengambil
berbagai macam molekul dan ion kecil dan menolak yang lainnya disamping itu
substansi-suubstansi bergerak melintasi membran pada laju yang berbeda.

Membran sel memiliki fungsi dalam pergerakkan ion atau molekul dari dalam ataupun
dari luar sel. Menurut Campbell bagian tengah membran yang bersifat hidrofibik
merintangi pengangkutan ion dan molekul polat yang keduanya bersifat hidrofilik.
Stuktur lipid bilayer merupakan penyebab adanya sifat selektif permeabel pada
membran. Gerakan molekul atau ion yang terjadi pada membran sel dan organel-
organel lainnya adalah :

Difusi

Difusi Sederhana

Ulustrasi proses difusi pada larutan


Difusi adalah suatu proses spontan di mana molekul-molekul bergerak dari daerah
dengan konsentrasi tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasi rendah. Membran
bersifat selektif permeabel sehingga berpengaruh terhadap laju difusi beberapa jenis
molekul. Satu jenis molekul yang berdifusi bebas menembus banyak jenis membran
adalah air.
Difusi bergantung pada pergerakan secara acak dari suatu zat terlarut. Molekul-molekul
dapat melewati selaput plasma dengan jalan difusi sederhana sangat terbatas
jumlahnya dan untuk inipun selaput plasma masih memiliki penghalang.

Mikromolekul terutama jenis hidrofobik dapat melewati membran plasma dengan


mudah. Kemampuan sel untuk dapat memilah senhyaya hidrofilik dengan berat molekul
(BM) kecil dari senyawa yang memiliki BM bsar sering kali disebabkan oleh adanya
porus pada selaput plasma. Terdapat dua jenis porus.

Jenis pertama yang dapat menembus protein integral atau di antara kelompok molekul
protein transmembran. Porus jenis kedua disebut porus statistik yang terbentuk secara
acak pada selaput plasma dan menembus lipid bilayer.

Difusi Terfasilitasi

Difusi dari suatu senyawa atau molekul melewati membran selalu terjadi dari daerah
dengan konsentasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah, akan tetapi difusi tidak
selalu terjadi melalui lipid bilayer atau suatu saluran terbuka.
Sejumlah substansi diketahui berdifusi dengan terlebih dahulu berikatan dengan suatu
protein mebran yang disebut dengan fasilitatif transporter yang memfasilitasi proses
difusi. Pengikatan molekul atau senyawa pada fasilitastif transporter pada satu sisi akan
memicu perubahan komformasi pada protein dan menyebabkan zat terlarut dapat
berdifusi ke daerah yang berkonsentrasi rendah.

Senyawa yang melewati membran plasma dengan jalan difusi dipermudah juga tidak
memerlukan keterlibatan ATP, seperti halnya difusi sederhana. Namun gerakan
senyawa dari luar ke dalam atau sebaliknya lebih cepat dari pada difusi sederhana.

Hal ini disebabkan oleh adanya protein pembawa yang mempercepat pengangkutan.
Molekul protein pembawa setelah mengikat senyawa atau molekul yang akan di bawa,
segera memindahkan senyawa/molekul dari luar ke dalam atau sebaliknya.

Osmosis

Osmosis adalah peristiwa perpindahan molekul air (pelarut) melalui membran


semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi
tinggi. Peristiwa osmosis ini terjadi pada sel.

Peristiwa tersebut bergantung pada perbandingan konsentrasi larutan didalam dan


diluar sel. Jika konsentrasi larutan diluar sel lebih rendah daripada larutan di dalam sel,
berarti sel berada dalam larutan hipotenik. Konsentrasi larutan diluar sel lebih tinggi dari
pada larutan didalam sel, berarti sel berada dalam larutan hipertonik.

Transpor Aktif

Transpor aktif adalah transpor yang menggunakan energi untuk mengeluarkan dan
memasukkan ion-ion dan molekul melalui membran sel yang bersifat selektif
permeabel. Transpor aktif dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam sel dan di luar sel.
Muatan listrik ini ditentukan oleh ion natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion klor (C1-).
Keluar masuknya ion Na+ dan K+ diatur oleh pompa natrium-kalium. Pompa natrium-
kalium bertanggung jawab terhadap transpor aktif ganda Na+ dan K+ dari dalam keluar
sel. ATP menyediakan energi untuk transpor. Pompa mengeluarkan tiga ion Na+ dari
dalam sel untuk setiap dua ion K+ yang dimasukkan ke dalam sel. Pada protein
pengangkut, terdapat untuk Na+ dan K+ yang dinamakan binding sites.

Berikut adalah gambar dan keterangan 6 tahap transpor aktif pada membran sel:

Tahapan transpor aktif yang terjadi pada membran sel


1. Tiga ion natrium (Na+) diambil dalam sel dan menempati binding sites (tempat
terjadinya ikatan ion atau molekul pada membran).

2. Energi diperlukan untuk mengubah bentuk protein integral pada membran agar
membuka ke bagian luar sel.

3. Protein integral pada membran membuka ke arah luar sel, kemudian


melepaskan ion natrium keluar dari sel.

4. Dua ion kalium (K+) dari luar sel menempati binding sites pada protein integral.
5. Protein integral pada membran kembali pada bentuk semula, yakni membuka ke
arah dalam sel.

6. Ion kalium dilepaskan ke dalam sel.

Pengangkutan Makromolekul Melewati Selaput Plasma

Makromolekul seperti protein atau atau polisakarida tidak dapat lewat melalui protein
transmembran yang berperan sebagai pembawa. Namun sel tetap dapat memasukkan
dan mengeluarkan makromolekul-makromolekul tersebut.

Pengangkutan makromolekul sangat berbeda dengan pengangkutan mikromolekul.


Mekanisme pengangkutan makromolekul dari lingkungan eksternal ke dalam suatu
vesikula dilakukan melalui suatu lipatan atau invaginasi membran plasma. Pengambilan
makromolekul dari matriks ekstraseluer dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
fagositosis yaitu pengambilan maromolekul padat dan pinositosis pengambilan materi
berupa zat cair.

Fagositosis

Fagosistosis (cell eating) adalah pengambilan bahan padat yang umum dilakukan oleh
beberapa jenis sel tertentu untuk selanjutnya dibawa menuju lisosom.

Organisme bersel tunggal seperti Amoeba dan Ciliata mengambil makanan dengan
menangkap partikel makanan atau organisme kecil dengan melingkupinya dengan
merman plasma. Lipatan kemudian berfusi membentuk sutau vakuola (fagosom) yang
akan terpisah dengan membran plasma. Fagosom selanjutnya akan bergabung dengan
lisosom untuk mencerna makanan secara intraseluler.

Pada beberapa hewan tingkat tinggi, fagositosis lebih merupakan suatu mekanisme
protektif dibandingkan cara pengambilan makanan. Mamalia memiliki berbagai macam
sel fagosit seperti makrofag dan neutrofil yang terdapat di dalam darah dan jaringan lain
yang akan “memakan” organisme, sel-sel yang telah rusak, sel darah merah yang telah
tua atau debris.

Endositosis

Pada endositosis, sel memasukan makro molekul dan materi yang sangat kecil dengan
cara membentuk vesikula baru dari membran plasma. Langkah-langkahnya pada
dasarnya merupakan kebalikan dari eksositosis.

Sebagian kecil luas membran plasma terbenam terdalam membentuk kantong. Begitu
kantong ini semakin dalam, kantong ini terjepit, membentuk vesikula yang berisi materi
yang telah terdapat di luar selnya. Terdapat tiga jenis endositosis, yaitu fagositosis
(pemakan seluler) pinositosi (peminuman seluler) dan endositosis yang diperantai
reseptor.

Endositosis secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu: bulk-phase
endocytosis dan receptor-mediated endocytosis. Bulk-phase endocytosis mengambil cairan
ektraseluler tanpa adanya proses pengenalan oleh permukaan membran plasma. bulk-
phase endocytosis dapat diamati dengan memberikan bahan tertentu pada medium
kultur seperti enzim horseradish peroxidase yang akan di ambil oleh sel-sel pada
umumnya. Receptor-mediated endocytosis merupakan pengambilan makromolekul
tertentu (ligand) yang akan berikatan dengan reseptor pada permukaan luar membran.

Eksositosis

Sel mensekresi makro molekul dengan cara menggabungkan vesikula dengan


membran plasma disebut dengan eksositosis. Vesicula transpor yang lepas dari
aparatus golgi dipindahkan oleh sitoskeleton ke membran plasma. Ketika membran
vesikula dan membran plasma bertemu, molekul lipid keduan bilayer menyusun ulang
dirinya sendiri sehingga kedua membran bergabung. Kandungan vesikulanya kemudian
tumpah dari sel.

I. STRUKTUR MEMBRAN SEL (MEMBRAN PLASMA)

Membran sel sangatlah vital karena membran sel memisahkan sel dari dunia luar. Membran sel
juga memisahkan kompartemen di dalam sel dan melindungi proses-proses penting. Membran
sel mempunyai fungsi berbeda pada daerah dan organela yang berbeda. Akan tetapi membran
sel secara umum mempunyai struktur umum yang sama.
Pada sel hewan, membrane plasma merupakan struktur terluar yang membatasi sel. Dalam
gambatr-gambar yang mengilustrasikan sel hewan, garis gelap terluar dari sel hewan kemudian
ditunjukkan sebagai membrane plasma. Pada kenyataannya, dengan menggunakan mikroskop
cahaya kita tidak akan mampu melihat membrane plasma karena ukuran ketebalannya hanya
sekitar 75-95 angstrom unit. Jadi yang terlihat sebagai garis gelap yang membatasi sel di bagian
luar sejatinya bukanlah membrane plasma, namun bagian dari sitoplasma yang berwarna akibat
perembesan zat warna yang digunakan untuk memudahkan pengamatan.
Gambar 1. Mikrograf Membran Plasma (Sheeler dan Bianchi, 1987)
Dengan menggunakan mikroskop electron membrane plasma akan nampak lebih jelas dan
ternyata terdiri dari 3 lapisan yang secara fungsional merupakan satu kesatuan yang oleh
Robertson disebut “unit membrane”. Sebelum membrane plasma diisolasi, sebagian teori
tentang membrane plasma ini hanya didasarkan atas hasil penelitian/data yang diperoleh
secara tidak langsung.
Ada beberapa pendapat ahli tentang struktur membrane plasma, di antaranya sebagai berikut.

a. Model Danielli-Davson

Danielli dan Davson mempelajari lapisan ganda lemak trigiliserida dalam air. Danielli dan
Davson mendasarkan struktur membrane plasma berdasarkan penelitian-penelitian
fisiko-kimia, yaitu dengan membandingkan tegangan permukaan yang terjadi antara
tetes minyak pada ekstrak membrane plasma dan air. Tegangan permukaan yang terjdi
antara tetes minyak dengan ekstrak membrane plasma lebih rendah dibandingkan
tegangan permukaan antara tetes minyak dengan air. Hal ini menunjukkan adanya zat
tertentu pada ekstrak sel yang mampu menurunkan tegangan permukaan pada batas
kedua fasa. Pengamatan ini kemudian menghasilkan model membrane plasma Danielli-
Davson. Diketahui bahwa lemak bagiam polar menghadapkeluar dan membentuk
tetesan (minyak dalam air) dimana teganganpermukaan lebih besar daripada dalam sel.
Jika ditambahkan protein,tegangan permukaan berukuran dan membran menjadi
datar [6].

Gambar 2. Model Membran Plasma Menurut Danielli-Davson (Sheeler dan Bianchi, 1987)

b. Model Robertson (1950an)

Pengamatan menggunakan mikroskop electron terhadap membrane sel, menunjukkan


gambaran dua garis sejajar seperti sel kereta api.
Robertson melihat bahwa tidak terdapat daerah pori pada membran dan menduga
bahwa celah yang terlihat pada mikrograf elektron adalah merupakan ikatan antara
osmium tetroxide dengan protein dan daerah polar dari lemak.
Dari kenampakan gambar tersebut, Robertson mengusulkan suatu konsep struktur baru, yaitu
selaput kesatuan. Dalam konsep tersebut digambarkan lapisan lipida sebagai dua lembaran
lipida, disebut dwilembar lipida (bimolecular leaflet) yang bagian hidrofiliknya bersinggungan
dengan lapisan molekul protein berkonfigurasi memanjang [6].
Gambar 3. Model Membran Plasma Menurut Robertson (Sheeler dan Bianchi, 1987)
Dengan model ini dapat diduga bahwa lapisan membentuk ketebalan 3,5 nm dan
lapisan molekul protein setebal 2,0 nm. Dengan demikian, model ini dapat menjelaskan
ketebalan membrane plasma pada umumnya 7,5 nm.

c. Model Singer dan Nicolson (1960an-1970an)

Dengan ditemukannya teknik pengelupasan beku (freeze fracture) pada mengamatan


mikroskopi electron, teknik-teknik pelacakan seperti dikroisme sirkuler dan teknik
penandaan protein, timbul gagasan baru tentang struktur membrane plasma,
yaitu bahwa lapisan molekul protein pada membrane plasma bukan merupkan lapisan
yang berkesinambungan melainkan sebagai sebaran molekul-molekul protein yang
terpisah-pisah.
Orientasi protein dalam interaksinya dengan lapisan lipida dapat berbeda-beda, di
antaranya protein yang terbenam dalam lapisan lipida (protein integral), dan protein
yang menempel pada permukaan lapisan lipida (protein perifer) [6].
Terdapat dua kelompok protein intergral:
 Protein transmembran  terentang dari permukaan dalam ke permukaan luar
 Protein yang sebagian terbenam pada lapisan lipid dan sebagiannya tersembul keluar
lapisan dwilembar lipid.

Berdasarkan model ini, membrane plasma diperkirakan ketebalannya sekitar 8,5 nm. Ketebalan
ini sesuai dengan adanya molekul protein globuler pada membrane plasma. Model ini
selanjutnya disebut dengan FLUID MOSAIC MODEL (Singer dan Nicholson, 1972), sekarang
diterima sebagai hipoteis struktur membran.

Gambar 4. Model Fluid-Mozaic Model Membran Plasma (Alberts, dkk., 2009)


Cermati dan pelajari video mengenai struktur membran
mozaik-cair membran plasma pada link berikut.
Komponen Penyusun Membran Plasma
Struktur dasar membrane sel sangat mendukung fungsinya sebagai pembatas lingkungan luar
dari lingkungan dalam sel, dan lingkungan luar organel dari lingkungan dalamnya. Komposisi
lipid, protein, dan karbohidrast (pada glikoprotein dan glikolipid) bervariasi sesuai dengan
macam selaputnya dan dapat berubah sesuai tingkat perkembangan sel, umur, dan lingkungan.
Tabel 1 komposisi membrane plasma pada berbagai organel
Membran Protein Lipid Karbohidrat
Myelin 18 79 3
Membran plasma pada:
Eritrosit manusia 49 43 6
Sel hati mencit 44 52 4
Amoeba 54 42 4
Halobacterium 75 25 0
Mitokondria: membrane dalam 76 24 0
Kloroplas bayam: Lamela 70 30 0
Selanjutnya, komposisi masing-masing fraksi plasma sangat menentukan kecairan
selaput. Pengertian kecairan menyengkut ciri-cirikekenyalan, kekentalan, dan kemudahana
melakukan perubahan sifat fisikokemis, untuk dapat mempertahankan keutuhan fungsi selaput
plasma. Perubahan fisikokemis tersebut dapat terjadi dari keadaan seperti agar-agar (gel)
menjadi lebih encer (sol).

Membran sel dalam Fosfolipid Bilayer


Struktur dan fungsi sel sangat bergantung pada membran plasma. Secara umum, struktur
penyusun membran sel berada dalam bentuk fosfolipid bilayer.
Fosfolipid bilayer (dua lapis pospolipid), terdiri dari:

 Kepala hidrofilik (penyuka air) yang berada pada bagian luar (di luar sel dan pada
sitoplasma)
 Ekor hidrofobik (tidak suka air) yang terbenam di dalam lapisan.
Gambar 5. Struktur fosfolipif bilayer (Alberts, dkk., 2009)
Secara structural, ekor pospolipid terdiri dari ikatan C tidak jenuh (mengandung ikatan
rangkap), terlihat sebagai berikut.
Gambar 6. Struktur Fosfolipid (Alberts, dkk., 2009)
Pada membran plasma, kepala hindrofilik dari pospolipid terpapar ke lingkungan kaya air (luar
sel dan sitoplasma), sementara ekor hifrofobik terkurung di bagian dalam lapisan, sebagai
berikut.
Gambar 7. Posisi Fosfolipif Bilayer terhadap Air (Alberts, dkk., 2007)
Dengan adanya membran pospolipid bilayer secara langsung membentuk stabilitas pada
membran plasma, dengan adanya kepala pospat terpapar ke air di lingkungan luar dan dalam
dan ekor hidrofobik terbenam di dalam membran.
Lipid membangun sekitar 50% dari massa membran, namun porsi ini bervariasi seusai dengan
tipe memran. Sebagai contoh, membran sel dibangun oleh 50% lipid dan 50% protein
sementara membran dalam mitokondria mengandung sekitar 75% protein yang sebagian besar
tersebar sebagai kompleks transport elektron dan posporilasi oksidatif [4].

Cermati dan pelajari video mengenai struktur fosfolipif


membran plasma pada link berikut.

1. Struktur dan Fungsi Protein Membran Plasma

Protein pada membrane plasma terdiri dari:

a. protein intergral, terletak di dalam fosfolipid bilayer, ada yang menembus seluruh
lapisan dan ada yang tidak. Protein amfifatik dengan bagian polarnya menghadap air.
Protein amfifatik, mempunyai daerah hidrofobik dan hidrofilik yang berorientasi pada
daerah yang sama pada lapisan ganda lipid.
b. Protein perifer, bukan merupakan protein amfifatik, sebagian besar terdapat pada
permukaan sitoplasma dari membrane plasma dan melekat pada bagian polt
integral [1].
Protein integral bisa bergerak, seperti perahu yang mengapung di atas air (phospholipid
diibaratkan sebagai air), tetapi jika berikatan dengan protein perifer akan lebih sulit untuk
bergerak.
Protein pada membrane plasma mempunya fungsi yang luas;

a. fungsi sebagai pembawa (carrier) senyawa yang melewati plasma,


b. menerima isyarat (signal)hormonal dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel itu
sendiri atau ke sel lainnya,
c. sebagai pengikat komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ektrasel,
d. molekul protein permukaan dapat berperan sebagai penciri sel, dikarenakan jenis
protein permukaan dapat berubah sesuai diferensiasi sel,
e. protein membrane plasma juga dapat berperan sebagai enzim (biokatalisator)
teruatama pada selaput mitokondria, kloroplas, dan reticulum endoplasma, sebagai
contoh; senyawa-senyawa pospolipid membrane plasma disintesis oleh enzim-enzim
membrane reticulum endoplasma [2].

Beberapa jenis protein membran adalah sebagai berikut.


Gambar 7. Jenis Protein Integral pada Membran Plasma (Alberts, dkk., 2007)

2. Struktur dan Fungsi Lipid Membran Plasma

Membran plasma terutama disusun dari molekul-molekul lipid dan protein. Kedua jenis molekul
ini dapat mengalami glikosilasi menjadiglikolipid. Glikolipid sangat bervariasi dalam hal panjang
rantai dan pola ikatan glikosil yang akan menentukan sifat dan fungsi selaput plasma. Senyawa
lemak berperan dalam menentukan keenceran membrane plasma [3].

3. Struktur dan Fungsi Karbohidrat Membran Sel

Semua sel eukariotik memiliki molekul karbohidrat pada permukaan luarnya dengan berat total
2-10% dari total berat membran. Senyawa tersebut berupa oligosakarida ataupun polisakarida
yang terikat kovalen dengan protein atau lipid membrane, sehingga
membentuk glikoprotein atau glikolipid.
Glikolipid termasuk dalam komponen membran. Glikolipid kemungkinan mengalami
mikroagregasi. Komponen ini berperan sebagai pelindung, insulator, dan tempat ikatan
reseptor. Racun sel termasuk kolera dan tetanus berikatan melalui glikosfingolipid.
Selubung sel/ glikokaliks pada sel eukariotik merupakan daerah permukaan luar membrane
sel yang banyak mengandung karbohidrat. Karbohidrat diduga berperan penting dalam proses
pengenalan sel dengan sel.

4. Fungsi Kolesterol Membran Sel


Kolesterol juga termasuk komponen membran yang jumlahnya bervariasi tergantung dan tipe
membran. Membran plasma mempunyai satu kolesterol tiap satu molekul phospholipid.
Membran lain yang menyeliputi bakteri tidak mempunyai kolesterol. Molekul kolesterol
menyisip dalam membran seperti phospholipid. Kolesterol dalam membran mempunyai
beberapa fungsi antara lain:

 Memobilisasi beberapa kelompok hidrokarbon pertama dari phospholipid. Hal ini


membuat lapisan ganda lemak mudah berubah bentuk dan menurunkan permeabilitas
molekul larut air. Tanpa kolesterol suatu sel membutuhkan dinding sel.
 Kolesterol mencegah terjadinya kristalisasi hidrokarbon dan pergeseran fase membran.
 Keberadaan kolesterol pada membran plasma menyebabkan membran menjadi kurang
cair [3].

Gambar 8. Struktur Kolesterol


Gambar 9. Kolesterol di dalam Membran Plasma (Alberts, dkk., 2009)

II. FUNGSI MEMBRAN PLASMA

1. Membentuk suatu batas yang fleksibel untuk melindungi isi sel dan memisahkan sel dari
lingkungannya
2. Membuat kontak dengan sel lain atau zat di luar sel
3. Menyediakan reseptor hormone, enzim, nutrisi, antigen, atau antibody
4. Menyeleksi zat yang akan masuk atau keluar sel [5].

III. KARAKTERISTIK MEMBRAN PLASMA

1. Makromolekul tidak dapat melewati membrane plasma sehingga sitoplasma yang


sebagian besar adalah protein tetap berada di dalam sel
2. Membrane plasma dapat menjaga keseimbangan elektrolit
3. Membrane plasma mempunyai kemampuan memfasilitasi transpor aktif
4. Membrane plasma mempunyai kemampuan memfasilitasi transportasi air
5. Zat-zat yang larut dalam lemak dapat melewati membrane plasma
6. Membrane plasma mampu mengadakan invaginasi. Hal ini memungkinkan terjadinya
mekanisme pinositosis dan fagositosis, serta memungkinkan dimasukkannya membrane
plasma dari kelompok organel sel [4].

IV. MEKANISME TRANSPORT MEMBRAN

Mengingat pentingnya transport membran sel rnenggunakan beberapa cara mekanisme. Secara
sederhana mekanisme transport membran terbagi atas difusi, difusi dipermudah (facilitated
diffusion) dan trasport aktif.

A. Transport Pasif

1. Difusi

Proses difusi mengandung arti bahwa molekul-molekul kecil dapat bergerak melewati membran
secara langsung. Difusi selalu mengikuti gradien konsentrasi yang membatasi konsentrasi
maksimum dalam sel (atau luar sel jika yang lewat adalah produk samping). Efektifitas proses
difusi juga dibatasi oleh kecepatan difusi molekul sehingga selain difusi (yang umumnya
digunakan oleh air) sel harus menggunakan proses transport yang lain sesuai butuhannya [1].
Gambar 10. Difusi (Alberts, dkk., 2009)
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh:

 Ukuran molekul
 Gradient konsentrasi
 Kelarutan lemak

2. Osmosis

Osmosis terjadi pada molekul air (H2O), yang bergerak dari daerah dengan tekanan air tinggi ke
daerah dengan tekanan air rendah.
Gambar 11. Osmosis (Alberts, dkk., 2009)

3. Difusi Dipermudah (Facilitated Diffusion)

Difusi dipermudah menggunakan protein chanel dan protein carrier pada membran yang
rnemungkinkan molekul bermuatan untuk berdifusi. Chanel ini sebagian besar digunakan oleh
ion-ion seperti K+, Na+, dan CI-. Kecepatan proses ini dibatasi oleh ketersediaan chanel protein
yang terbatas. Molekul yang ditransport melalui mekanisme ini adalah ion, asam amino, dan
gula.

Gambar 12. Difusi terfasilitasi (Alberts, dkk., 2009)


Gambar 13. Grafik yang menunjukkan hubungan kecepatan proses transport dan konsentrasi
(Alberts, dkk., 2009)
B. Transport Aktif
Transport aktif memerlukan energi untuk mentrasport molekul melalui membran. Proses
transport aktif merupakan satu-satunya proses yang dapat mentrasport molekul dari gradient
konsentrasi rendah ke tinggi (up concentration gradient). Seperti juga difusi dipermudah,
trasport aktif juga dibatasi oleh ketersediaan protein transporter. Terdapat dua kategori urnum
proses transport aktif, primer dan sekunder. Transport aktif primer membutuhkan energi
(biasanya hidrolisis ATP) yang mengakibatkan perubahan konformasi dan tnemfasilitasi
transport molekul lewat membran.

Gambar 14. Transport Aktif (Alberts, dkk., 2009)

C. Endositosis dan Eksositosis


Endositosis dan eksositosis terjadi melalui pembentukan vesikel. Disebut endositosis jika
partikel bergerak menuju ke dalam sel. Endositosis bisa berupa pinositosis, jika partikel yang
masuk berupa cairan, dan fagositosis jika partikel yang masuk berupa molekul besar.
Gambar 15. Endositosis (Alberts, dkk., 2009)
Eksositosis adalah jika partikel bergerak ke luar sel. Biasanya vesikel yang mengeluarkan
partikel ini adalah vesikel sekretori.

Gambar 16. Eksositosis (Alberts, dkk., 2009)

REFERENSI

1. Alberts, Bruce, Hopkin Johnson, Lewis Raff, Roberts Walter, 2009, Essential Cell Biology:
3rd Edition. Retrieved on July 20 2015 fromhttp://www.garlandscience.com
2. Bolsover, Stephen, Jeremy S. Hyam, Elizabeth A. Stephard, Hugh A, White, Claudia G.
Wiedemann, 2003, Cell Biology; A Short Course, Retrieved on July 20 2015
from http://www.garlandscience.com
3. Coscun, Unal, kai Simons, 2011, Cell Membranes: The Lipid Perspective, Retrieved on
September 7 2017 from https://publications.mpi-cbg.de/Coskun_2011_4586.pdf
4. Karp, Gerald, 2010, Cell and Molecular Biology: Concept and Experiment, Retrieved on
August 4th 2017 fromhttp://dosequis.colorado.edu/Courses/MCDB3145/Docs/Karp-
120-171.pdf
5. Kimbal, J. W. 1990. Biologi. Terjemahan dari Biology oleh Hj. Siti Sutarmi dan N. Sugiri.
IPB. Bogor. Bumi Aksara. Jakarta
6. Sheeler, P. and D. E. Bianchi. 1987. Cell and Molecular Biology. Third Edition. John
Wesley and Sons, Inc. New York.
Struktur Fungsi Membran sel
Sridianti24/03/2019

Membran sel adalah meliputi luar dari sel yang melindungi organel internal.
Atau dikenal sebagai membran plasma, melaksanakan berbagai fungsi vital.
Ini adalah fakta umum bahwa sel adalah blok bangunan dasar kehidupan.
Sebuah sel membentuk unit struktural dan fungsional dasar dari setiap
makhluk hidup. Sementara beberapa organisme, seperti bakteri bersel tunggal,
sebagian besar makhluk hidup lainnya yang multiseluler.

Dalam kasus organisme multiseluler, ada berbagai jenis sel, yang ditugaskan
dengan tugas yang berbeda. Ketika fungsi dari berbagai jenis sel bervariasi,
bagian-bagian individu dari sel juga memiliki tugas mereka sendiri. Ilustrasi
berikut menunjukkan membran plasma (membran sel) serta organel internal
sel.

Pada dasarnya ada dua jenis sel – eukariotik serta prokariotik. Sedangkan
tanaman, hewan, jamur, protozoa, dll memiliki sel eukariotik, sel prokariotik
ditemukan pada bakteri saja. Struktur dasar sel eukariotik yang bersangkutan
termasuk bagian seperti Ribosom, DNA, vesikel, retikulum endoplasma (RE)
aparatus Golgi, sitoskeleton, mitokondria, vakuola, sentriol, lisosom, sitoplasma,
membran plasma dan dinding sel.

Sementara sel-sel tumbuhan memiliki vakuola besar dan dinding sel tertentu,
sel-sel hewan tidak memiliki dinding sel tetapi beberapa mungkin memiliki
vakuola yang sangat kecil. Jadi dalam kasus sel hewan, membran sel adalah
penutup terluar.

Struktur Membran sel


Atau dikenal sebagai membran plasma atau plasmalemma, membran sel
adalah salah satu bagian penting dari sebuah sel yang membungkus organel
internal. Membran ini memisahkan interior sel dari lingkungan luar. Lebih
tepatnya, membran ini secara fisik memisahkan isi sel dari lingkungan luar,
tetapi pada tanaman, jamur, dan beberapa bakteri, ada dinding sel yang
mengelilingi membran ini. Namun, dinding sel bertindak sebagai dukungan
mekanis yang pejal. Fungsi sebenarnya dari membran sel adalah sama dalam
kedua kasus dan tidak banyak diubah oleh kehadiran semata dari dinding sel.
Bagian-bagian Sel

Fosfolipid:
Membran sel terbuat dari dua lapis fosfolipid dan setiap molekul fosfolipid
memiliki kepala dan sepasang ekor. Kepala daerah hidrofilik (ketertarikan
terhadap molekul air) dan ujung ekor hidrofobik (tinggal jauh dari molekul
air). Kedua lapisan fosfolipid yang diatur sedemikian rupa sehingga daerah
kepala membentuk permukaan luar dan dalam membran ini dan ekor berakhir
mendekati ke tengah membran sel. Selain fosfolipid, membran sel
menampung jenis molekul protein, yang tertanam di lapisan fosfolipid.
Sebagian besar dari molekul protein ini serta fosfolipid ini mampu pergerakan
lateral.

Struktur Membran sel (klik untuk


memperbesar)
Protein Membran:
Protein ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga subdivisi utama – integral,
protein perifer dan lipid-anchored. Bagian integral menjangkau seluruh lebar
membran sel, sedangkan yang perifer ditemukan pada permukaan bagian
dalam atau luarnya. Mereka yang berada di kategori ketiga ditemukan
berlabuh ke membran dengan bantuan molekul lipid. Sementara beberapa
molekul protein memberikan dukungan struktural pada membran, beberapa
lainnya yang melekat pada sitoskeleton yang tersuspensi dalam sitoplasma.
Ada protein tertentu yang bertanggung jawab untuk transportasi ion dan
molekul melintasi membran sel. Beberapa protein memiliki fungsi lain, seperti
sel untuk komunikasi sel, identifikasi, aktivitas enzimatik dan sinyal.

Beberapa protein membran plasma yang terletak di lapisan ganda lipid dan
disebut protein integral. Protein lain, yang disebut protein perifer, berada di
luar dari lapisan ganda lipid. Protein perifer dapat ditemukan di kedua sisi
lapisan ganda lipid: dalam sel atau di luar sel. Membran protein dapat
berfungsi sebagai enzim untuk mempercepat reaksi kimia, bertindak sebagai
reseptor untuk molekul tertentu, atau bahan transportasi melintasi membran
sel.

Komponen lain: Komponen utama dari membran sel fosfolipid dan protein.
Namun, ia memiliki molekul kolesterol yang membuat membran kaku dan
fleksibel. Mereka juga membuat sulit untuk zat larut air untuk melewati
membran. Pada permukaan luar membran sel, glikolipid dan glikoprotein
ditemukan. Mereka adalah apa-apa selain lipid dan molekul protein melekat
pada karbohidrat rantai pendek. Semua komponen ini bekerja bersama-sama
untuk melaksanakan fungsi membran sel.

Kolesterol
Ketika Anda mendengar kata kolesterol, hal pertama yang Anda mungkin
pikirkan adalah bahwa itu buruk. Namun, kolesterol sebenarnya merupakan
komponen yang sangat penting dari membran sel. Molekul kolesterol terdiri
dari empat cincin hidrogen dan atom karbon. Mereka adalah hidrofobik dan
ditemukan di antara ekor hidrofobik dalam lipid bilayer.

Molekul kolesterol sangat penting untuk menjaga konsistensi dari membran


sel. Mereka memperkuat membran dengan mencegah beberapa molekul kecil
dari persimpangan itu. Molekul kolesterol juga menjaga ekor fosfolipid sampai
bersentuhan dan pemadatan. Hal ini memastikan bahwa membran sel tetap
cairan dan fleksibel.

Karbohidrat
Karbohidrat, atau gula, kadang-kadang ditemukan menempel pada protein
atau lipid pada bagian luar membran sel. Artinya, mereka hanya ditemukan di
sisi ekstraseluler membran sel. Bersama karbohidrat ini membentuk
glikokaliks.

Glikokaliks sel memiliki banyak fungsi. Hal ini dapat memberikan bantalan dan
perlindungan bagi membran plasma, dan juga penting dalam pengenalan sel.
Berdasarkan struktur dan jenis karbohidrat dalam glikokaliks, tubuh Anda
dapat mengenali sel dan menentukan apakah mereka harus berada di sana
atau tidak. Mereka Glikokaliks juga dapat bertindak sebagai perekat untuk
menempelkan sel bersama-sama.

Membran sel sendiri mempunyai mirip seperti ‘rangka’ yang akan memberikan
dukungan bentuk pada sel yang dinamakan dengan jangkar Sitoskeleton, dan
membran sel juga berperan dalam tranportasi atau keluar masuknya zat
dalam sel. Membran sel juga berfungsi untuk: Interaksi dengan sel lain;
Komunikasi dengan sel lain; Melakukan Aktivitas Metabolik. Uraian topik ini
akan dibahas pada judul lain yaitu transportasi membran sel pada artikel
berikutnya.

Fungsi membran
Membran plasma sel memiliki dua peran utama:

Ini adalah penghalang fisik.


Ini mengatur pertukaran materi dengan lingkungannya.

Fungsi membran sebagai Penghalang fisik


Membran sel penting karena memisahkan dan melindungi sel dari
lingkungannya. Hal ini memungkinkan kondisi intraseluler sel menjadi sangat
berbeda dengan kondisi ekstraseluler. Sebagai contoh, sel-sel saraf dalam
tubuh Anda akan mempertahankan konsentrasi tinggi kalium dibagian dalam.
Di luar, dalam cairan ekstraselular, ada sangat sedikit kalium dan banyak
sodium. Perbedaan konsentrasi ini mutlak diperlukan untuk fungsi sel-sel
saraf, yang mengirim sinyal atau impuls saraf.

Fungsi membran sebagai Selektif permeabel


Suatu struktur membran sel dan sifat, seperti memiliki daerah luar hidrofilik
dan daerah bagian hidrofobik, mencegah banyak zat memasuki atau
meninggalkan sel. Ini bagus karena itu berarti bahwa bahan-bahan yang tidak
diinginkan tidak sengaja masuk ke dalam sel. Namun, banyak bahan, seperti
glukosa nutrisi, perlu untuk menyeberangi membran sel. Selain itu, zat-zat
limbah harus keluar dari sel. Jika mereka tidak, limbah akan menumpuk dan
menjadi racun bagi sel.

Membran sel mampu mengatur apa yang masuk dan apa yang keluar dari sel.
Ini disebut permeabilitas selektif. Hanya molekul yang sangat kecil, seperti
air, oksigen atau karbon dioksida, dapat dengan mudah melewati lipid bilayer
dari membran sel. Setiap zat lain yang harus melintasi membran sel harus
melewati protein transport. Protein ini sangat spesifik tentang apa yang
mereka transportasikan. Misalnya, membran sel Anda memiliki transporter
yang hanya akan memungkinkan pergerakan molekul glukosa. Ada yang lain
dengan struktur yang berbeda yang hanya mengangkut sodium.

Ringkasan
Membran sel, atau membran plasma, mengelilingi dan melindungi lingkungan
internal sel, namun, ini tidak semata fungsinya. Sebuah membran sel juga
dapat menentukan apa bahan memasuki atau meninggalkan sel. Hal ini
memastikan bahwa sel-sel akan dapat menyingkirkan limbah dan mengambil
nutrisi penting dan gas.

Membran plasma adalah mosaik fluida. Ini berarti bahwa itu adalah fleksibel
dan terdiri dari berbagai jenis molekul. Fosfolipid membentuk struktur dasar
dari membran sel, yang disebut lapisan ganda lipid. Tersebar di lapisan ganda
lipid adalah molekul kolesterol yang membantu untuk menjaga cairan
membran. Membran protein penting untuk mengangkut zat melintasi
membran sel. Mereka juga dapat berfungsi sebagai enzim atau reseptor. Di
sisi cairan ekstraselular dari membran sel, Anda menemukan karbohidrat.
Mereka membantu sel untuk diakui sebagai jenis tertentu dari sel dan penting
untuk memegang sel bersama-sama.
Mekanisme trasnpor melalui membran - Sebagai substansi yang hidup, sel
melakukan suatu kerja yang memerlukan zat-zat dari luar sebagai bahan baku dan
mengeluarkan zat-zat sisa sebgai hasil metabolisme internal. Sel harus melakukan
pembatasan terhadap “mileu” internalnya yang memiliki komposisi yang berbeda
dengan lingkungan sekitarnya, agar kerja internalnya dapat berjalan maksimal karena
didukung kondisi lingkungan yang sesuai.

Untuk menjalankan kegiatan keluar masuk zat ke dalam sel, substansi hidup ini di
lengkapi dengan selaput berupa membran yang berketebalan 8 nm. Membran tipis
inilah yang menjadi pintu gerbang dalam keluar masuknya zat dari dan ke sel. Satu sifat
penting yang harus ada dalam membrane ini untuk menunjang fungsinya yaitu
permeabilitas selektif. Permeabilitas selektif di ketahui sebagai suatu sifat yang
mengizinkan suatu jenis zat untuk lewat lebih cepat dari zat lainnya atau bahkan tidak
mengizinkan sama sekali suatu jenis zat untuk melewatinya.

Dalam mengkaji suatu materi biologis, struktur dan fungsi sangat bertalian erat.
Membran plasma dalam menunjang fungsinya sebagai pintu gerbang aliran zat tentu
memiliki struktur khusus. Menurut Gorter dan Grendel (dalam Campbell, 2002:142),
membran sel sebenarnya harus berupa bilayer fosfolipid, yang tebalnya dua
molekul. Bilayer seperti ini dapat menjadi suatu batas stabil antara dua ruangan
aqueous karena susunan molekulernya melindungi ekor hidrofobik fosfolipid dari air dan
membiarkan kepala kepala hidrofilik masuk ke air (GAMBAR 1).

Gambar 1. Model sederhana bilayer

Teori tersebut mengalami penyempurnaan dengan menambahkan protein integral


dan perifer sebagai bagian dari struktur membran, sehingga dibuatlah suatu model baru
membran yang disebut mosaik fluida. Protein ini menyebar di seluruh permukaan
membran sebagai protein intergral yang membujur di lapisan membran dan sebagai
protein perifer yang menempel di permukaan membran. (GAMBAR 2).

Gambar 2. Model mosaik fluida

Model mosaik yang dijelaskan sebelumnya adalah model paling mutakhir yang
menjelaskan adanya protein sebagai bagian dari arsitektur membran sel. Pengaturan
keluar masuknya zat melalui membran sangat terbantu dengan adanya model ini. Zat-
zat yang keluar masuk melintasi membran mengalami dua jenis transpor. Yaitu transpor
pasif dan transpor aktif.

Transpor pasif adalah mekanisme transpor zat baik itu keluar ataupun masuk yang
terjadi secara spontan berdasarkan suatu kecenderungan materi untuk bergerak dari
tempat yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke tempat yang memiliki konsentrasi lebih
rendah. Singkatnya zat-zat bergerak menuruni gradien konsentrasi. Sebagai contoh
adalah molekul-molekul oksigen yang bergerak melintasi membran semi permeabel
dengan menuruni gradien konsentrasinya (GAMBAR 3). Artinya molekul gula berpindah
dari konsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi lebih rendah. Sel tidak memerlukan
energi untuk gerakan spontan ini, karena perbedaan gradien konsentrasi itulah yang
merupakan energi potensial bagi perpindahan zat.
Gambar 3. Difusi molekul oksigen melintasi membran

Tidak hanya partikel selaku zat padat yang memiliki pergerakan melintasi membran,
namun air juga memiliki jenis pergerakan sendiri. Pergerakan air sangat bergantung
pada konsentrasi zat terlarut di dalamnya. Transpor pasif air atau osmosis adalah
pergerakan air melalui membran semi permeabel dari larutan yang memiliki konsentrasi
zat terlarut lebih rendah (hipotonik) ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi (hiperosmotik). Pergerakan ini memiliki makna apabila terdapat dua jenis
larutan yang berbeda konsentrasinya. Sehingga dapat diketahui ke mana arah
pergerakan air berdasarkan konsentrasi zat terlarut pada masing-masing larutan yang
tentu saja dibatasi oleh membran semi permeabel. Pergerakan air ini akan berhenti
atau mencapai titik kesetimbangan saat perbedaan nilai konsentrasi zat terlarut pada
kedua larutan mencapai titik yang sama (GAMBAR 4).

Gambar 4. Proses osmosis

Protein pada pemukaan membran yang telah disinggung di penjelasan mengenai


model membran memiliki fungsi khusus sebgai bagian dari struktur membran dan
dalam kaitannya dengan transpor zat melalui membran. Difusi yang dipermudah atau
terfasilitasi adalah difusi pertikel melalui membran sel yang mengunakan protein
spesifik yang ada di permukaan membran untuk membantu proses difusi. Protein-
protein spesifik tertentu dapat mengubah konformasinya dan menangkap molekul zat
tertentu yang spesifik terhadap protein tersebut, untuk kemudian di salurkan ke sisi lain
membran. Pada jenis difusi ini, hanya zat-zat tertentu yang bisa melakukan interaksi
dengan protein spesifik membran.

Jenis pergerakan kedua untuk zat melintasi membran adalah transpor aktif yang
membutuhkan energi sebagai penggerak prosesnya. Energi dibutuhkan karena pada
transpor aktif pergerakan zat yang terjadi adalah melawan gradien konsentrasinya.
Sehingga dapat diibaratkan pergerakan yang melawan arus, dan tentu saja
membutuhkan energi dari luar untuk menjalankan prosesnya. Energi yang digunakan
dalam proses trasnpor aktif adalah dalam bentuk ATP atau adenosin tripospat, yang
merupakan molekul energi umum pada hampir seluruh proses biologis. Secara singkat
proses transpor aktif membutuhkan pelepasan satu buah ikatan pospat berenergi tinggi
dari molekul ATP untuk berikatan dengan protein spesifik yang tertanam di membran
sel. Perlekatan ini akan mengubah konformasi protein sedemikian rupa sehingga cocok
dengan molekul zat akan di transpor (GAMBAR 6). ATP yang kehilangan satu ikatan
pospatnya akan menjadi molekul ADP atau adenosin di pospat. ADP akan mengalami
metabolisme untuk penambahan satu ikatan pospat berenergi tinggi untuk menjadi
molekul ATP yang siap pakai untuk menjalankan proses biologis lainnya.

Gambar 6. Proses transpor aktif


Untuk molekul-molekul dengan ukuran yang besar, tidak dimungkinkan untuk
melewati membran dengan berdifusi atau melalui transpor aktif. Sebagai gantinya
terdapat mekanisme eksositosis dan endositosis yang memungkinkan makromolekul
untuk melewati membran. Eksositosis adalah mekanisme untuk mentranspor materi
keluar dari sel. Organel sel yang memiliki peran dalam proses ini adalah aparatus golgi
yang melakukan pengemasan mejadi vesikula-vesikula untuk disekresikan. Vesikula
yang terbentuk dari aparatus golgi akan dipindahkan menuju membran sel. Vesikula
tersebut nantinya akan mengalami penyatuan dengan membran dan melepaskan
materinya ke lingkungan di luar sel (Gambar 7).

Gambar.7 Eksositosis

Sementara itu endositosis adalah mekanisme untuk memasukkan makromolekul ke


dalam sel melalui membran sel. Terdapat tiga jenis proses endositosis, yang pertama
adalah fagositosis. Pada dasarnya fagositosis adalah kebalikan dari eksositosis,
dimana materi ekstraselular melekat di membran dan terjadi pelekukan ke dalam
atau cleavage. Zat yang dimasukkan ke dalam sel dengan fagositosis adalah materi
yang berukuran besar. Sebagai contoh suatu amuba yang ”memakan” bakteri dengan
menggunakan kaki semu (pseudopodia). Kedua pseudopodia nantinya akan menyatu di
baian ujung dan menyelubungi seluruh bakteri. Pelekukan yang semakin dalam ini
nantinya akan memisahkan diri dari membran sel dan menjadi vakuola-
vakuola. (GAMBAR 8).

Gambar 8. Fagositosis

Kedua, pinositosis. Proses ini hampir sama dengan fagositosis namun untuk
molekul yang memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa droplet atau tetesan cairan
yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan (GAMBAR 9).
Gambar 9. Pinositosis
Ketiga, endositosis yang di perantarai reseptor. Kita sudah mengetahui dari
pembahasan sebelumnya bahwa terdapat protein-protein spesifik yang tertanam di
lapisan membran sel. Fungsi protein ini selain menunjang proses difusi terfasilitasi juga
mendukung terjadinya proses endositosis yang diperantarai reseptor. Dalam proses
pinositosis, materi ekstraselular yang dimasukkan tidaklah seragam dan masih
memungkinkan materi lain yang tidak diperlukan tercampur dalam droplet. Namun, hal
ini bisa dihindari dengan menggunakan protein-protein sebagai reseptor spesifik bagi
suatu molekul. Protein yang merupakan reseptor spesifik suatu molekul berkumpul di
suatu tempat pada permukaan luar membran plasma. Molekul-molekul tertentu yang
memiliki konformasi yang sesuai akan melekat pada reseptor tersebut. Hasil pelekatan
tersebut akan mengubah konformasi komplek molekul-reseptor dan membran sel
tempat reseptor tertanam, untuk kemudian membentuk pelekukan ke dalam (Gambar
10). Pelekukan ini semakin dipermudah dengan adanya protein pelapis di wilayah
tampat banyak reseptor spesifik tertanam. Protein pelapis ini yang berperan dalam
mengubah bentuk membran sel agar terbentuk suatu lekukan ke dalam. Pelekukan
yang semakin dalam akan didapatkan jika molekul yang menempel pada reseptor
semakin banyak. Endositosis yang diperantarai reseptor memungkinkan sel
mendapatkan suatu jenis molekul dalam jumlah yang besar ketika kandungan molekul
tersebut kecil di lingkungan ekstraselular.
Gambar 10. Endositosis yang diperantarai reseptor

Struktur dan fungsi organel selular


Semua organisme tersusun dari sel, yang merupakan unit struktural dan fungsional
terkecil yang bisa dikatakan hidup. Seperti dalam semua kajian dalam bidang biologi
bahwa struktur berkaitan erat dengan fungsinya, sama halnya dengan sel. Semua sel
berasal dan memiliki tingkat keterkaitan dengan sel-sel pendahulunya.

Struktur internal sel merupakan suatu unit struktural dan fungsional terkecil yang
dapat dikatakan ”hidup”. Sehingga terdapat kerumitan yang cukup mengesankan dari
organisasi bagian-bagiannya. Kondisi internal sel berdasarkan fungsinya dibagi menjadi
organel-organel. Organel-organel tersebut dimiliki oleh semua sel, baik itu sel hewan
maupun sel tumbuhan. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara sel tumbuhan
dan sel hewan. Diantaranya adalah terdapatnya dinding sel dan vakuola pusat yang
besar hanya pada sel tumbuhan, terdapatnya flagela dan sentriol hanya pada sel
hewan, dan terdapatnya lisosom hanya di sel hewan. Masing-masing organel memiliki
fungsinya masing-masing sesuai dengan struktur yang dimilikinya.

Terdapat beberapa organel yang sama-sama dimiliki baik itu oleh sel hewan atau
pun sel tumbuhan. Pertama, inti sel. Inti sel merupakan pusat pengendali semua
aktivitas seluler, di mana semua sinyal-sinyal kimiawi untuk menjalankan kegiatan sel
berawal. Pada sel eukariotik, di dalam inti sel terdapat materi genetik yang berisi
informasi-informasi genetis suatu sel. Materi-materi genetis dalam inti sel terdiri atas
benang-benang kromatin. Benang-beng kromatin ini terdiri dari DNA dan protein. Di
dalam inti sel terdapat anak inti (nukleolus) yang berfungsi dalam pembuatan ribosom
(GAMBAR 12).
Inti sel memiliki pori-pori yang berkelompok membentuk kompleks, yang berfungsi
sebagai tempat keluar masuknya zat dari dan menuju inti sel. Inti dipisahkan dari
lingkungan sitoplasma oleh selubung inti yang merupakan membran ganda. Lapisan
dalam selubung inti sel dilapisi oleh lamina nukleus yang berfungsi memperkuat
selubung inti.

Gambar 12. Struktur inti sel

Kedua, ribosom. Organel ini berfungsi sebagai pabrik yang memproduksi protein.
Jumlah ribosom terkait erat dengan aktivitas pembentukan protein. Semakin tinggi
aktivitasnya akan semakin banyak pula ribosom yang terdapat dalam sel tersebut.
Ribosom terbuat dari RNA ribosomal dan protein. Dalam pembuatan protein, ribosom
dapat menempati lokasi di sitoplasma yaitu berupa ribosom bebas dan ribosom terikat
di sistem endomembran (GAMBAR 13).
Gambar 13. Ribosom

Seperti di sebutkan sebelumnya bahwa terdapat ribosom yang terikat di sistem


endomembran. Sistem endomembran itu sendiri adalah komponen yang mengatur lalu
lintas protein dan menjalankan fungsi metabolik di dalam sel. Terdapat beberapa
komponen dalam sistem endomembran, yaitu selubung inti, retikulum endoplasma,
aparatus golgi, lisosom, vakuola, dan membran plasma. Retikulum endoplasma yang
kemudian akan disebut RE, sebagai organel yang menyediakan tempat bagi produksi
protein menempati setengah dari jumlah membran yang ada di kebanyakan sel
eukariotik. RE terdiri dari RE kasar dan RE halus yang bersambungan langsung
dengan selubung inti di bagian hulunya (GAMBAR 14).

Gambar 14. Retikulum endoplasma

RE halus, dinamakan demikan karena penampakannya yang halus jika dilihat


menggunakan mikroskop elektron. Fungsi utama dari RE halus adalah sebagai tempat
pembentukan lipid, termasuk fosfolipid dan steroid. RE halus juga berperan dalam
detosifikasi berbagai jenis racun.

Jenis RE yang kedua adalah RE kasar. Disebut demikian karena jika dilihat
menggunakan mikroskop elektron akan tampak permukaannya yang kasar. Hal ini
terkait dengan ribosom yang menempel padanya, sebagai bagian dari sistem
endomembran. Fungsi utama dari RE adalah membentuk protein sekretoris, yaitu
protein yang akan dikemas untuk keperluan ekstraselular. Protein yang disintesis pada
ribosom teikat dijaga oleh jalinan RE kasar agar tidak tercampur dengan protein hasil
sintesis oleh ribosom bebas. Nantinya produk tersebut akan dibungkus oleh vesikula
untuk dilanjutkan ke organel sel lainnya untuk persiapan sekresi.

Terkait dengan produk sekretoris, terdapat aparatus Golgi yang merupakan bagian
dari sistem endomembran. Aparatus Golgi banyak terkandung dalam sel-sel yang
mensekresikan produk, karena fungsinya untuk melakukan penyortiran, penyimpanan,
dan pengiriman produk ke luar sel. Organel ini terdiri dari banyak tumpukan membran
pipih, yang disebut sisterne, yang memisahkan ruang antar membran dengan sitosol.
Terdapat dua bagian dalam tumpukan sisterne, yaitu bagaian muka cis dan bagian
mukatrans. Muka cis berhadapan dengan ujung RE yang menerima vesikula dan
melakukan proses lebih lanjut terhadap isi dari vesikula tersebut. Sedangkan
muka trans berhadapan dengan membran sel untuk mengeluarkan produk yang telah
diolah oleh sisterne untuk kemudian di sekresikan ke ruang ekstraselular (Gambar 15).

Tidak semua produk yang diolah oleh aparatus Golgi adalah berasal dari RE.
Organel ini juga memproduksi beberapa jenis zat sendiri. Sebagai contoh adalah asam
hialuronat, cairan yang berfungsi membantu merekatkan sel-sel hewan agar menjadi
sesuatu yang padu.

Gambar 16. Aparatus Golgi

Organel-organel lainnya yang dimiliki bersama oleh sel hewan maupun tumbuhan
adalah mitokondria dan peroksisom. Mitokondria dapat disebut sebagai ”baterai” bagi
sel karena menghasilkan energi dalam bentuk ATP sebagai hasil dari respirasi selular
yang terjadi di dalamnya. Mitikondria memiliki membran ganda yang merupakan
fosfolipin bilayer dengan komposisi protein tertanam membran yang unik. Membran
dalam mitokondria, yang disebut krista, menjadi tempat bagi proses transpor elektron
sebagai langkah terakhir dalam respirasi selular yang menghasilkan energi berwujud
ATP dalam jumlah besar. Sementara bagian yang berisi substansi cair di antara krista
adalah matriks mitokondria (GAMBAR 17). Jumlah mitikondria sebagai penghasil energi
terkait erat dengan tingkat aktivitas suatu sel. Dengan demikian semakin tinggi aktivitas
selulernya maka akan semakin banyak mitokondria yang dapt ditemukan dalam suatu
sel.

Gambar 17. Mitokondria

Gambar 17. Mitokondria


Kemudian peroksisom yang merupakan organel metabolik khusus yang memiliki satu buah membran. Fungsi
utama dari organel ini adalah untuk mengoksidasi zat-zat karena mengandung enzim pengoksidasi. Hasil dari
metabolisme tersebut adalah zat beracun yang disebut hidrogen peroksida yang akan diolah menjadi air. Pada
tumbuhan, peroksisom memiliki nama lain yaitu glioksisom, yang terdapat pada daerah penyimpan zat lemak di biji.
Fungsi glioksisom adalah spesifik yaitu melakukan metabolisme yang memulai suatu proses pengubahan asam
lemak menjadi gula, sebagai zat makanan untuk tumbuh bagi biji (GAMBAR 18).
Gambar 18. Glioksisom pada sel tumbuhan

Salah satu kegiatan sel lainnya adalah melakukan pemasukan zat-zat dari lingkungan ekstraselular ke
lingkungan intarselular. Caranya adalah dengan menggunakan mekanisme endositosis yang telah dibahas
sebelumnya. Setelah zat-zat asing masuk sel akan melakukan pengolahan dan ”pencernaan” terhadap zat asing
tersebut. Organel yang berperan dalam proses ini adalah lisosom dan hanya dimiliki oleh sel hewan. Nama organel
ini diambil dari kata ”lisis” yang berarti pecah, sesuai dengan fungsinya untuk mencerna, merombak, dan memecah
materi komplek menjadi lebih sederhana. Pencernaan yang dilakukan di dengan lisosom di dalam sel dinamakan
pencernaan intraselular. Lisosom sendiri merupakan suatu kantung yang mengandung enzim hidrolitik yang dapat
merombak makromolekul besar menjadi molekul-molekul sederhana penyusunnya. Nantinya molekul penyusun
sederhana ini akan dikeluarkan ke sitosol sebagai bahan baku kegiatan intraselular. Enzim hidrolitik bekerja aktif
dalam keadaan asam yang disebabkan oleh pemompaan ion hidrogen ke dalam lisosom. Setelah suatu vakuola
makanan terbentuk, yang biasanya melalui proses fagositosis, dan bergerak di dalam sitosol, lisosom akan
bergabung dengan vakuola makanan dan mengeluarkan semua enzim hidrolitiknya untuk mencerna zat di dalam
vakuola tersebut (GAMBAR 19a).
Gambar 19a. Pencernaan molekul hasil fagositosis

Suatu sel dapat mencerna organel-organelnya sendiri yang sudah tidak berfungsi, yang disebut autofagi. Proses
ini berjalan dengan melingkupi organel-organel non-fungsional dengan vesikula dan kemudian lisosom akan
menggabungkan diri ke dalam vesikula tersebut. Enzim hidrolitik dari lisosom akan mencerna dan memecah organel
menjadi molekul sederhana dan mengeluarkannya ke sitosol (GAMBAR 19b)
Gambar 19b. Autofagi

Terakhir, ada satu organel yang hanya dimiliki oleh sel tumbuhan. Terkait tumbuhan yang merupakan organisme
autotrof atau yang dapat menghsilkan makanan sendiri, terdapat organel yang disebut kloroplas. Organel kloroplas
banyak mengandung pigmen hijau atau klorofil. Selain itu organel ini memunyai membran ganda. Struktur internal
kloroplas terdiri dari banyak tumpukkan membran pipih yang mengandung pigmen klorofil, disebut tilakoid. Kemudian
tilakoid ditumpuk menjadi komplek grana. Cairan di luar tilakoid disebut stroma (GAMBAR 20). Fungsi utama organel
ini adalah sebagai tempat fotosintesis untuk pembentukan amilum atau pati sebagai zat makanan.

Anda mungkin juga menyukai