Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FIQIH

ZIS DAN EKONOMI PEMBERDAYAAN UMAT

Disusun oleh :

Noor Khaafidl Razzaaq (11180540000004)

Ricky Ramadhan (11180540000036)

Putri Lestari (11180540000057)

Dosen Pembimbing:

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

2019
PENDAHULUAN

Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakikatnya hanya dititipkan kepada kita
sebagai manusia ciptaannya. Konsekuensi manusia terhadap segala bentuk titipan yang
dibebankan kepadanya mempunyai aturan-aturan Tuhan baik dalam pengembangan maupun
dalam penggunaan. Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk
mengeluarkan zakat untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah maliah sunnah yakni
sedekah dan infaq. Karena pada hakikatnya segala hatya yang dimiliki manusia adalah titipan
Allah SWT, maka setiap manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai
hartanya.

Dalam makalah ini akan di jelaskan lebih jelas tentang zakat, infaq dan sodaqoh yang
semoga dengan makalah ini para pembaca dapat memahami apa itu zakat, infaq dan sodaqoh.
Dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ke imanan serta membuat
para pembaca dapat melaksanakan apa yang diperintah oleh Allah, bukan hanya yang
diwajibkan tetapi juga yang disunnahkannya.
A. Pengertian Zakat

Zakat menurut bahasa berarti bertambah dan berkembang. Karena itu, setiap yang
bertambah jumlahnya dan berkembang ukurannya, ia bisa disebut zakat. Ada ungkapan zakka
az-zar’u, yang berarti tanaman itu berkembang dan menjadi baik. Sedangkan menurut istilah
ialah beribadah karena Allah dengan cara mengeluarkan sebagian kewajiban berupa harta
tertentu secara syar’i untuk disalurkan kepada suatu golongan atau institusi tertentu.
Selain itu zakat dapat diartikan mensucikan, sebagaimana dalam firman Allah SWT:

‫ق َ دْ أ َفْ ل َ َح َم ْن زَ كَّ ا هَا‬


“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.” (Q.S Asy-Syams (91): 9)

Zakat disebut demikian karena harta kekayaan yang dizakati akan semakin berkembang
berkat dikeluarkan zakatnya dan doa orang yang menerimanya. Zakat juga membersihkan
orang yang menunaikannya dari dosa dan memujinya, bahkan menjadi saksi atau bukti atas
kesungguhan iman orang yang menunaikannya.1

B. Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan, dan dinyatakan dalam
Al-qur’an secara bersamaan dengan sholat sebanyak 82 ayat. Pada masa permulaan Islam di
Mekah, kewajiban zakat ini masih bersifat global dan belum ada ketentuan mengenai jenis dan
kadar (ukuran) harta yang wajib dizakati. Hal itu untuk menumbuhkan kepedulian dan
kedermawanan umat Islam. Zakat baru benar-benar diwajibkan pada tahun 2 H, namun ada
perbedaan pendapat mengenai bulannya. Pendapat yang masyhur menurut ahli hadist adalah
pada bulan Syawal tahun tersebut.

C. Dalil Pensyariatan Zakat

Kewajiban zakat ditetapkan berdasarkan dalil Al-Quran, sunnah, dan ijma’.

Dalil yang berasal dari Al-Quran antara lain firman Allah:

‫خذ من امولهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka. (QS. At-Taubah (9) : 103)

Dan firman Allah di surah lain,

1
Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm.343
‫واقيموا الصلوة وءاتواالزكوة‬

Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat. (QS. Al-Baqarah (2); 43)

Sedangkan dalil dari sunnah antara lain sabda Nabi,

‫بني االسالم علي خمس شهادة ان الالة االاللة وان محمدا رسول اللة واقام الصالة وايتاءالزكاة والحج وصوم رمضان‬

Islam dibangun di atas lima pilar : Kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa
Ramadhan.

Hukum zakat dalam Alquran masih bersifat mujmal, tanpa penjelasan detail mengenai
ketentuan orang yang wajib mengeluarkan zakat, berapa yang wajib di zakati, dan apa saja
yang wajib dizakati. Lalu datanglah sunnah yang bertugas menjelaskan hal tersebut secara
rinci.

Sementara itu, ijma’ mengenai kewajiban zakat sudah ada sejak zaman diutusnya
Rasulullah hingga sekarang tanpa ada yang mengingkarinya.2

D. Rukun dan Syarat Zakat

Yang dimaksud dengan rukun disini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam zakat,
yaitu orang yang berzakat, harta yang dizakatkan dan orang yang menerima zakat. Tentang
syarat-syarat yang melekat dalam setiap rukun tersebut adalah ketentuan yang mesti terpenuhi
dalam setiap unsur tersebut untuk diwajibkan kepadanya zakat. Syarat-syarat tersebut digali
dari penjelasan yang diberikan Nabi dalam hadistnya.

Syarat dari orang yang berzakat atau muzakki ialah ia orang Islam yang telah baligh
dan berakal dan memiliki harta yang memenuhi syarat. Tidak wajib zakat atas orang-orang
yang tidak memenuhi syarat tersebut.

2
Ibid, hlm.345
Syarat harta yang dizakatkan adalah: ia harta yang baik, milik yang sempurna dari yang
berzakat, berjumlah satu nisab atau lebih dan telah tersimpan selama satu tahun qomariyah. Ini
adalah syarat umum yang berlaku untuk semua harta zakat.

E. Tujuan dan Hikmah

Tujuan disyariatkannya zakat di antaranya adalah untuk jangan harta itu beredar di
kalangan orang-orang kaya saja. Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam surat Al-Hasyr
ayat 7:

ْ َ ‫اْل‬
‫غ ن ِ ي َ ا ِء ِم نْ كُ ْم‬ ْ ‫ي َال ي َ كُ و َن د ُو ل َ ة ً ب َ يْ َن‬
ْ َ‫ك‬

… Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang kaya saja di antara
kamu…

Firman Allah tersebut dikuatkan oleh hadist Nabi dari Ibnu Abbas menurut
al-Bukhari dan Muslim:

‫ان هللا قد افترض عليهم صدقة في اموالهم تؤخذ من اغنياءهم فترد الى فقرائهم‬

“Sesungguhnya Allah telah memfardukan kepada mereka shadaqah (zakat) atas


harta mereka; diambil dari orang-orang kaya dan dikembalikan (diserahkan) untuk
orang-orang miskin diantara mereka. ”

Adapun hikmah yang terkandung dalam kewajiban zakat itu diantaranya


adalah untuk membersihkan jiwa orang yang berzakat dari sifat sombong dan kikir
serta membersihkan hartanya dari bercampur baurnya dengan hak orang lain. 3

A. Pengertian Infaq

Infaq berasal dari Anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan
sesuatu. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang perintahkan ajaran Islam.

3
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), hlm.40
Ada pula pendapat yang mengatakan. Infaq adalah mengeluarkan harta atau
membelanjakan harta tujuannya untuk kebaikan atau kemaslahatan ummat

B. Dasar Hukum Infaq

Syari’ah telah memberikan panduan kepada kita dalam berinfaq atau membelanjakan
harta. Allah SWT dalam banyak ayat dan Rasulullah SAW dalam banyak hadist telah banyak
memerintahkan kita agar menginfaqkan harta yang kita miliki. Allah juga memerintahkan agar
seseorang membelanjakan harta untuk dirinya sendiri (Q.S At-Taghabun: 16) serta untuk
menafkahi istri dan keluarga menurut kemampuannya (Q.S At-Thalaq: 7). Dalam
membelanjakan harta itu hendaklah yang dibelanjakan adalah harta yang baik, bukan yang
buruk, khususnya dalam menunaikan infaq (Q.S Al-Baqarah: 267)

1. Q.S Adz-Dzariyat ayat 19

‫ق لِ ل سَّ ا ئ ِ ِل َو الْ َم ْح ُر و ِم‬


ٌّ ‫َو ف ِ ي أ َ ْم َو ا لِ ِه ْم َح‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian.”

2. Q.S Al-Baqarah ayat 245

ْ َ ‫ض ا ِع ف َه ُ ل َه ُ أ‬
‫ض ع َاف ًا‬ َ ُ ‫ض ا َح سَ ن ًا ف َ ي‬ ً ‫َّللا َ ق َ ْر‬
َّ ‫ض‬ ُ ‫َم ْن ذ َا ال َّ ِذ ي ي ُقْ ِر‬
‫ض َو ي َ بْ سُ طُ َو إ ِ ل َ يْ ِه ت ُ ْر َج ع ُو َن‬ُ ِ ‫َّللا ُ ي َقْ ب‬
َّ ‫ير ة ً ۚ َو‬
َ ِ ‫كَ ث‬
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya
dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Berdasarkan hukumnya, infaq dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu infaq wajib dan
sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Sedangkan infaq sunnah
diantaranya seperti infaq kepada fakir miskin, sesama muslim, infaq bencana alam, infaq
kemanusiaan, dan lain-lain.

C. Rukun dan Syarat Infaq

1. Penginfaq

- memiliki apa yang diinfaqkan


- bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan

- orang dewasa, bukan anak yang kurang kemampuannya

2. Orang yang diberi infaq

- ada waktu diberi infaq

- dewasa/baligh

3. Sesuatu yang diinfaqkan

- benar-benar ada

- harta yang bernilai

- dapat dimiliki zatnya

4. Ijab dan Qabul

Infaq itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimanapun bentuk ijab qabul yang ditunjukkan
oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya penginfaq berkata: Aku infaqkan kepadamu,
aku berikan kepadamu, atau yang serupa dengan itu, sedang yang lain berkata: Ya aku terima.
Imam Malik dan Imam Syafi’I berpendapat dipegangnya qabul di dalam infaq. Orang-orang
Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup, dan itulah yang paling shahih. Sedangkan
orang-orang hambali berpendapat bahwa infaq itu sah dengan pemberian yang menunjukkan
kepadanya, karena Nabi SAW diberi dan memberikan hadiah. Begitu pula dilakukan para
sahabat. Serta tidak dinukil dari mereka bahwa mensyaratkan ijab dan qabul, dan yang serupa
dengan itu.

A. Pengertian Shodaqoh

Secara etimologi, kata shodaqoh berasal dari bahasa Arab ash-shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shodaqoh diartikan dengan pemberian yang disunahkan. Sedangkan secara
terminologi shodaqoh adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan
pahala dari Allah SWT.

Shodaqoh adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan,
ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shodaqoh tanpa disertai imbalan. Shodaqoh
memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Badri berkata, Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim itu apabila memberikan nafkah kepada keluarganya
dan dia mengharapkan pahala darinya, maka nafkahnya itu sebagai sedekah.”
Seperti halnya infaq, dalam shodaqoh tidak ditetapkan bentuknya, bisa berupa barang,
harta, maupun suatu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang maka shodaqoh tidak
ditetapkan waktu dan jumlahnya.

Dalil tentang shodaqoh :

‫ار ِس ًّر ا َو عَ َال ن ِ ي َة ً ف َل َهُ ْم أ َ ْج ُر هُ ْم‬ ِ ‫ال َّ ِذ ي َن ي ُنْ فِ ق ُو َن أ َ ْم َو ا ل َ هُ ْم ب ِ الل َّ يْ ِل َو ال ن َّ َه‬


‫ف عَ ل َ يْ ِه ْم َو َال ه ُ ْم ي َ ْح زَ ن ُو َن‬ ٌ ‫ِع نْ د َ َر ب ِ ِه ْم َو َال َخ ْو‬
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan
terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S Al-Baqarah: 274)

B. Rukun dan Syarat Shodaqoh

a. Orang yang memberi adalah orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
menthasarrufkan (memperedarkannya)
b. Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak sah memberi
kepada anak yang masih dalam kandungan atau memberi kepada binatang, karena
keduanya tidak berhak meiliki sesuatu.
c. Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi sedangkan
qabul ialah penerimaan dari orang yang menerima pemberian.
d. Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.

Bershodaqoh haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat ingin dipuji (riya’) atau
dianggap dermawan, dan jangan menyebut-nyebut shodaqoh yang sudah dikeluarkan apalagi
menyakiti hati si penerima. Sebab yang demikian itu dapat menghapuskan pahala shodaqoh.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 264:

‫ق‬ ُ ِ‫ص د َق َ ا ت ِ كُ ْم ب ِ الْ َم ِن َو ْاْل َذ َ ٰى كَ ال َّ ِذ ي ي ُنْ ف‬


َ ‫ط ل ُوا‬ ِ ْ‫ي َا أ َي ُّ َه ا ال َّ ِذ ي َن آ َم ن ُوا َال ت ُب‬
‫اَّلل ِ َو الْ ي َ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۖ ف َ َم ث َل ُه ُ كَ َم ث َ ِل‬ َّ ِ ‫اس َو َال ي ُ ْؤ ِم ُن ب‬ ِ َّ ‫َم ا ل َ ه ُ ِر ئ َا َء ال ن‬
‫ص لْ د ًا ۖ َال ي َقْ ِد ُر و َن عَ ل َ ٰى‬ َ َ ‫ب ف َأ‬
َ ُ ‫ص ا ب َه ُ َو ا ب ِ ٌل ف َ ت َ َر كَ ه‬ ٌ ‫ص فْ َو ا ٍن عَ ل َ يْ ِه ت ُ َر ا‬ َ
‫َّللا ُ َال ي َ ْه ِد ي الْ ق َ ْو َم الْ كَ ا ف ِ ِر ي َن‬
َّ ‫ي ٍء ِم َّم ا كَ سَ ب ُوا ۗ َو‬ ْ َ‫ش‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir.” (Q.S Al-Baqarah: 264)

C. Perbedaan Infaq dan Shodaqoh


Shodaqoh lebih bersifat umum dan luas, sedangkan infaq adalah pemberian yang
dikeluarkan pada waktu menerima rezeki atau karunia Allah. Namun keduanya memiliki
kesamaan, yakni tidak menentukan kadar, jenis, maupun jumlah, dan diberikan dengan
mengharap ridha Allah semata.

D. Hikmah Infaq dan Shodaqoh

Hikmah dan manfaat infaq adalah sebagai realisasi iman kepada Allah, merupakan
sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan umat Islam,
menolong dan membantu kaum dhu’afa. Sabda Nabi Muhammad SAW:

“Saling hadiah menghadiahkanlah kamu, karena dapat menghilangkan tipu daya dan
kedengkian” (H.R Abu Ya’la)

Hikmah Shodaqoh:

a. Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah


b. Dapat menghindarkan dari berbagai bencana
c. Akan dicintai oleh Allah SWT

Kesimpulan
Manusia adalah makhluk sosial, hal ini disadari benar oleh Islam karenanya Islam sangat
mencela individualistis dan sebaliknya sangat menekankan pembinaan dan semangat ukhuwah
(kolektivisme), bahkan semangat ukhuwah merupakan salah satu risalah Islam yang sangat
menonjol.
Kita bisa melihat betapa seriusnya Islam memperhatikan masalah pembinaan ukhuwah ini
didalam ajarannya, diantaranya zakat, infaq, dan shodaqoh.
ZIS mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat esensial, bahwa Islam mengakui hak
pribadi setiap anggota masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa didalam kepemilikan pribadi
itu terdapat tanggung jawab sosial atau dalam kata lain bahwa Islam dengan ajarannya sangat
menjaga keseimbangannya antara maslahat pribadi dan maslahat sosial.
Zakat sifatnya wajib dan adanya ketentuan/batasan jumlah harta yang harus dizakati
dan siapa yang boleh menerimanya. Infaq yaitu sumbangan untuk kemaslahatan ummat
(materi). Shodaqoh lebih luas dari infaq, karena yang disedekahkan tidak terbatas pada materi
saja.

DAFTAR PUSTAKA
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana
Azzam, Muhammad Abdul Aziz dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2013. Fiqh Ibadah.
Jakarta: Amzah

Anda mungkin juga menyukai