Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ENAM TAHUN
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Umur 2 sampai 6 tahun adalah anak usia dini (early childhood) atau tahun-
tahun pra sekolah atau masa menjalani Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik
formal maupun nonformal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya
pembinaan dan pengembangan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun. Kegiatan itu dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Seperti bayi dan balita, Anak-anak prasekolah tumbuh dengan cepat, baik
secara fisik maupun kognitif. Dengan perubahan yang cepat itu, bukan tidak
mungkin seorang yang tadinya gemuk pendek dan hampir tidak dapat berbicara
tiba-tiba menjadi seorang anak yang lebih tinggi dan ramping yang mampu
berbicara secara baik dan lancar. Terutama terlihat pada anak usia dini adalah
kenyataan bahwa perkembangannya benar-benar terintegrasi baik secara biologis,
psikologis, maupun perubahan sosial yang terjadi saat ini (serta sepanjang sisa
masa hidup) yang saling terkait.
Usia prasekolah memberikan contoh luar biasa bagaimana anak-anak
memainkan peran aktif dalam pengembangan kognitif mereka sendiri, khususnya
dalam memahami,menjelaskan, mengorganisasikan, memanipulasi, membangun,
dan memprediksi. Anak-anak prasekolah mengalami kesulitan mengendalikan
perhatian mereka sendiri dan fungsi memori, bingung dalam menampilkan diri,
dangkal dengan realitas, dan fokus pada satu aspek pengalaman pada suatu waktu.
Anak-anak sekolah cenderung membuat kesalahan lintas budaya yang sama
karena kemampuan kognitif yang belum matang. Maka kita perlu mengetahui
bagaimana sajakah perkembangan anak-anak usia 2-6 tahun tersebut.
II. PEMBAHASAN
Periode kanak-kanak awal atau early childhood period (usia 2-6 tahun)
merupakan usia prasekolah. Pada masa ini, pada umumnya anak-anak mulai
menjalani masa pendidikan pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
baik pada jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikannon formal. Pada
jenjang ini, anak-anak diberikan rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani dalam rangka
mempersiapkan mereka agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih
lanjut, yaitu pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). (Juonorp, 2013)
Salah satu tahap tersebut adalah tahap 0-6 tahun atau periode sekolah-ibu.
Periode 0-6 tahun disebut periode sekolah ibu, karena hampir semua usaha
bimbingan, perawatan, pemeliharaan, dan pendidikan anak berlangsung di dalam
keluarga yang dilakukan oleh ibuBerikut akan diuraikan tentang fase-fase
perkembangan anak usia dini:
Secara umum pada masa bayi anak usia 0-2 tahun, anak mengalami
perubahan yang pesat bila dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase
berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang
berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan
berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium,
mendengar dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara
emosional dan sosial terhadap orang-orang sekelilingnya. (Admin, 2012)
Segala bentuk stimulus (verbal maupun nonverbal) dari orang lain akan
mendorong anak untuk belajar tentang pengalaman-pengalaman sensori dan
ekspresi perasaan meskipun anak belum mampu memahami kata-kata. Menurut
Monks menyatakan bahwa stimulasi verbal ternyata sangat penting untuk
perkembangan bahasa. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas vokalisasi
seorang anak dapat bertambah dengan pemberian reinforsement verbal. Stimulasi
verbal yang terusmenerus juga akan memudahkan anak untuk belajar melafalkan
suara-suara dan Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang
kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada
anak usia 0-6 tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang
pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan
fisik dan psikis yang sangat pesat. gerakan-gerakan yang mengkomunikasikan
suasana emosinya, seperti marah, cemas, tidak setuju dan lain-lain. (Admin, 2012)
1) Gemuk (Endomorfik)
2) Berotot (mesomorfik)
3) Relative kurus (etomorfik)
Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan
juga factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang
mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar
pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.Anak-
anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat
berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan
yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan
pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam
(gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan
tinggi badan. Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak lagi seperti bayi akan
tetapi memiliki ciri-ciri pertumbuhan kanak-kanak awal yaitu:
1. Pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang
2. Tubuh cenderung berbentuk kerucut
3. Perut yang rata (tidak buncit)
4. Dada lebih bidang dan rata
5. Bahu lebih luas dan lebih persegi
6. Gumpalan Lengan dan kaki lebih panjang dan lurus
7. Tangan dan kaki tumbuh lebih besar
Bukan hanya perubahan pada bagian tubuh saja akan tetapi tulang dan
otot anak mengalami tingkat pengerasan yang bervariasi pada bagian-bagian
tubuh yaitu meliputi;otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan berat, anak lebih
kurus walaupun berat bertambah, selama 4–6 bulan pertama dari awal masa
kanak-kanak, 4 gigi bayi yang terakhir yakni geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal yakni gigi seri tengah yang
pertama kali lepas dan digantikan gigi tetap. Akhir dari masa kanak-kanak awal
biasanya anak memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah
dimana gigi tetap akan muncul. (Halawa, 2014)
Perkembangan fisik
- Peningkatan keterampilan fisik
- Mengendarai suatu sepeda roda tiga
- Mondar-mandir naik turun tangga,dengan kakiyang bergonta-gantian
- Berlari
- Melompat dengan kedua kaki
- Berjalan pada balok keseimbangan
- Memanjat pada peralatan bermain
- Dapat melepaskan pakaian dan juga berpakaian sendiri
- Menangkap bola dengan dengan menggunakan lengan
- Berjalan mundur dan pada bagian atas ujung jari kaki
- Memegang krayon dengan jari
Keterampilan fisik pada Usia 5 - < 6 tahun
Perkembangan fisik
- Melompat dengan kaki yang saling bergantian
- Mengendarai sepeda roda dua
- Melakukan lemparan dengan wajar dan teliti
- Menangkap bola dengan menggunakan tangan
- Melakukan putaran atau berjungkir balik
- Mengambil bagian didalam permainan yang menuntut keterampilan fisik
b. Perkembangan motorik pada masa kanak-kanak awal
Awal masa kanak-kanak merupakan periode vital dalam mempelajari
ketrmpilan tertentu, karena menurut Hurlock (dalam Halawa, 2014)ada tiga
alasan, yakni:
3) Anak akan mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka, masih lentur
dan ketrampilan yang dimiliki lebih sedikit, sehingga ketrampilan yang sudah
dikuasai tidak mengganggu ketrampilan yang sudah ada. Contohnuya:
ketampilan dalam menari tidak mengganggu atau tidak mempengaruhi
ketrampilan dalam berbicara.
b. Motorik Halus
1. Menggunting kertas menjadi dua bagian
2. Menggambar lingkaran tetapi masih belum teratur
3. Jika di beri gambar kepala dan badan manusia yang belum lengkap,
anak akan mampu menambahkan paling tidak 2 bagian tubuh.
4.Mencuci dan mengelap tangan sendiri
5. Mengaduk cairan dengan menggunakan sendok
6. Menuang air dari teko kecil ke gelas /cangkir tanpa tumpah
b. Motorik Halus
1. Memasukan surat ke amplop
2. Membentuk berbagai obyek dengan tanah liat atau lilin malam
- Melakukan berbagai hal dengan sengaja, lebih sedikit menuruti kata hati
3. Perkembangan Moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami
aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan moral
meliputi perubahan perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Perilaku moral seseorang
dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku
moral dari orang-orang disekitarnya. Artinya, lingkungan juga mempengaruhi
perkembangan moral seseorang. Ada dua dimensi dalam perkembangan moral,
yaitu dimensi intrapersonal dan dimensi interpersonal.
a. Moralitas heteronomous
b. Moralitas autonomous
Beberapa ciri perkembangan moral anak pada masa anak-anak akhir yaitu:
4. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan anak.
Akibat dari emosi ini juga sering dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu
kuat dan berulang-ulang. Seorang anak dengan kondisi keluarga yang kurang atau
tidak bahagia, rasa rendah diri, memungkinkan terjadinya tekanan perasaan atau
emosi. Emosi yang nyata misalnya : takut, amarah, cemburu, irihati kerapkali
disebut sebagai emosi yang tidak menyenangkan atau “unpleasant emotion” yang
merugikan perkembangan anak. Sebaliknya emosi yang menyenangkan atau
“pleasant emotion’’ seperti : kasih sayang, kebahagiaan, rasa ingin tahu, suka
cita, tidak saja membantu perkembangan anak tetapi sesuatu yang sangat penting
dan dibutuhkan anak. (Wihdahnuha, 2011)
a. Emosi anak berlangsung relatif singkat, hanya beberapa menit dan sifatnya
tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di
dalam kegiatan atau gerakan yang nampak, sehingga menghasilkan emosi
yang pendek, tidak seperti pada orang dewasa yang dapat berlangsung
lama.
b. Emosi anak kuat atau hebat, hal ini terlihat bila anak : takut, marah atau
sedang bersenda gurau. Mereka akan tampak marah sekali, takut sekali
meskipun kemudian cepat hilang. Lain halnya dengan orang dewasa,
meskipun takut namun ketakutannya tidak begitu tampak.
c. Emosi anak mudah berubah. Emosi anak sering berubah, saling berganti-
ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan sebaliknya dalam
waktu yang singkat.
d. Emosi anak nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam
proses perkembangan ke arah kedewasaan yang harus menyesuaikan
terhadap situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang.
e. Respon emosi anak berbeda-beda. Pengamatan terhadap anak dengan
berbagai tingkat usia menunjukkan bervariasinya respon emosi. Pengalam
belajar dari lingkunannya membentuk tingkah laku dengan perbedaan
emosi secara individual.
f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
Meskipun anak kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang
nampak dan langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah
lakunya.
g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi
itu begitu kuat, kemudian berkurang, emosi yang lain mula-mula lemah
berubah menjadi kuat.
h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak
memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan.
Ia tidak mempertimbangkan bahwa keinginan itu merugikan baik untuk
dirinya maupun orang lain.
- Takut akan gelap, merasa diabaikan, atau pada situasi yang belum dikenal
5. Perkembangan Sosial
a. Kegiatan Bermain
Dibanding dengan masa sebelumnya, pada masa ini anak sudah mulai
masuk sekolah sehingga anak mau tidak mau akan mengurangi waktu
bermainnya. Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan banyak
memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok
memberikan peluang dan pelajaran untuk anak untuk berinteraksi, bertenggang
rasa dengan sesama teman. (Wihdahnuha, 2011)
b. Teman Sebaya
Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah dan atau teman
bermain di luar sekolah. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi arah
perkembangan anak baik yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh positif
terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Hanya
ditengah-tengah teman sebaya anak bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan
dimana kedudukan atau posisi dirinya. Teman sebaya memberikan cara
bagaimana bergaul di masyarakat. Sebaliknya, teman sebaya juga memiliki
kemungkinan memberikan pengaruh negatif, seperti merokok,mencuri,
membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya. Minat terhadap kegiatan
kelompok mulai timbul. Mereka memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan
kegiatan bersama. Kegiatan dengan teman sebaya ini meliputi belajar bersama,
melihat pertunjukkan, bermain, masak memasak dan sebagainya. Mereka sering
melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan oleh orang dewasa. (Wihdahnuha,
2011)
1. Perkembangan Fisik
- Perkembangan Otak
- Keterampilan Motorik
2. Perkembangan Sosial
3. Perkembangan Emosional
4. Perkembangan Kognitif
Daftar pustaka