Anda di halaman 1dari 15

BAB I

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BELAJAR DENGAN SENTUHAN PENDIDIK YANG PROFESIONAL

A. Konsep dan Makna Profesi Pendidikan


Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai
pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hoby belaka.
Seorang mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan yang dimiliki dalam melayani
pekerjaannya. Seoran profesional memberikan layanan pekerjaan secara terstruktur. Dalam bagian
ini dibahas konsep dan makna profesi pendidikan. Pembahasannya meliputi makna dan ciri-ciri suatu
profesi, pengakuan terhadap profesi, dan tenaga pendidik sebagai profesi.

1. Makna dan Ciri-ciri Suatu Profesi


Kata profesi berasal dari bahasa yunani “pbropbaino” yang berarti menyatakan secara
publik dan dalam bahasa Latin disebut “professio” yang digunakan untuk menunjukkan
pernyataan publik yang dibuat seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Secara
tradisional profesi mengandung arti prestise, kehormatan, status sosial, dan otonomi lebih besar
yang diberikan masyarakat kepadanya.
Di berbagai negara seperti Eropa secara tradisional dikenal tiga macam profesi yaitu Dokter,
Pengacara, Pendeta. Jasa dokter sejak jaman kuno dikenal dan sangat dibutuhkan masyarakat.
Karena itu salah satu profesi paling tua dalam sejarah peradaban manusia adalah dokter.
Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah oarang yang melakukan sesuatu dengan
memperoleh pembayaran, sedangkan yang lain tanpa pembayaran. Artinya profesionalisme
adalah suatu tegnologi yang menjelaskan bahwa seiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh
seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya.
Ciri profesi menurut Chandler adalah: 1. Lebih meningkakan layanan kemanusiaan melebihi
dari kepentingan pribadi; 2. Masyarakat mengakui bahwa profesi itu punya status yang tinggi; 3.
Praktek profesi itu didasarkan suatu penguasaan pengetahuan yang khusus; 4. Profesi itu
ditantang untuk memiliki keaktifan intelektual; dan 5. Hak untuk memiliki standar kualifikasi
profesional ditetapkan dan dijamin oleh kelompok organisasi profesi.

2. Pengakuan Terhadap Profesi


Tanpa sikap profesional suatu institusi seperti lembaga pendidikan tidak akan memperoleh
hasil yang maksimal. Profesionalisme menggambarkan selalu berfikir, berpendirian, bersikap,
bekerja dengan sungguh-sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disipli, jujur, loyalitas
tinggi, dan penu dedikasi untuk keberhasilan pekerjaannya.
Profesi merupakan bidang kajian dari ilmu telah memiliki sesuatu pengakuan kekuasaan
(power) akibat dari keahliannya. Namun banyak diantara profesi yang tidak diakui atau tidak
diregister oleh para praktisi, karena diantaranya banyak juga profesi yang tidak memiliki standar
atau kode etik profesi.

3. Tenaga Pendidik Sebagai Profesi


Blau, Peter M menjelaskan ilmuan tidak mempunyai klien, oleh karena itu mereka tidak bisa
disebut profesional, karena profesional mempunyai klien berkenaan dengan keprofesian para
profsional tersebut. Makanya para akademisi dalam peranannya sebagai ilmuan dan
cendikiawan bukanlah termasuk profesional. Jika dipandang dari titik pusat profesional, yaitu
adanya alur dasar pengetahuan dan pelayanan ideal yang memiliki karakteristik pendapatan
yang tinggi, prestise, pengaruh, permasyarakatan pendidikan tinggi, otonomi profesional, surat
izin, dan komitmen para anggota terhadap profesinya bahwa hal ini semua juga dimiliki oleh
akademisi dan guru kecuali mungkin pendapatan yang tinggi.

B. Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru yang Profesional


Pembahasan pada bagian ini mengenai standar yang di persyaratkan menjadi guru yang
profesional meliputi tugas dan tanggung jawab guru, guru profesional senantiasa meningkatkan
kualitasnya, standar profesional guru di indonesia, dan kode etik dan kepribadian guru.

1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru


Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah beranda pada tingkatan tertinggi
dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya
memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan
kedinasan dan profesinya disekolah. Seperti mengajar membimbing para muridnya, memberikan
penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang
diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Tugas guru sebagai pendidik
merupakan tugas mewariskan ilmu pengetahuan dan tegnologi kepada para muridnya.

2. Guru Profesional Senantiasa Meningkatkan Kualitasnya


Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar
maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar.
Bila peserta didik mendapatkan nilai tinggi, maka guru mendapatkan pujian. Pantas menjadi
guru, dan harus dipertahankan, walaupun tetap disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

3. Standar Profesional Guru di Indonesia


Dalam kamus besar Bahasa Indonesia standar berarti antara lain sesuatu yang dipakai
sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran, takaran, dan timbangan. Standar dapat juga
dipahami sebagai kriteria minimal yang harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru
mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta dilengkapi dengan
sertifikasi profesi.

C. Profil dan Persyaratan Guru


Untuk melihat profil dan persyaratan guru lebih dulu perlu dicermati siapa sebenarnya guru itu.
Guru, secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didk. Karena tugas itulah, ia dapat menambah kewibaannya dan keberadaan guru sangat
diperlukan masyarakat.

1. Kompetensi Guru yang Profesional


Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru yntuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Berdasarkan pemikiran Slamet PH kompetensi dan sub-kompetensi untuk dosen dapat
dikembangkan. Pertama, kompetensi Bidang Studi, kedua, kompetensi pedagogik, ketiga,
kompetensi Etika Profesi, keempat, kompetensi Sosial, kelima, kompetensi Penelitian, keenam,
kompetensi Pengabdian Pada Masyarakat.

2. Dukungan Asosiasi Kependidikan


Organisasi pendidikan sesuai bidang keilmuan sebagai suatu asosiasi perlu melaksanakan
pembinaan terhadap anggora profesi. Pembinaan itu antara lain melaksanakan program
training profesi sebagai upaya memfasilitasi peningkatan kualitas anggota dan pengakuan
masyarakat maupun pemerintah.

D. Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional


Guru profesional bukanlah hanya untuk satu kompetensi saja yaitu kompetensi profesional
semestinya meliputi semua kompetensi.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi,
pemahaman wawasan guru akan landasan da filsafat pendidikan, guru memahaman potensi
dan keberagaman peserta didik, guru mampu mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalan belajar.

2. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat
diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau
melalui dasarnya saja. Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kebribadian guru menunjukkan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1) mantap dan stabil, (2) dewasa, (3)
arif dan bijaksana, (4) berwibawa, (5) memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat
diteladani oleh peserta didik.

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam
berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa
empati terhadap orang lain.

4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut Slamet PH terdiri dari sub-
kompetensi yaitu, memahami matapelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar,
memahami standar isi mata pelajaran ang tertera dalam peraturan menteri serta bahan ajar
yang ada dalam kurikulum tingkat stuan pendidikan, memahami struktur ,konsep dan metode
keilmuan yang menaungi materi ajar.
BAB II
PROFESI GURU DAN KEPENDIDIKAN DALAM SISTEM ADMINISTRASI DA MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Kependudukan Guru dan Tenaga Kependidikan sebagai Tenaga Profesional dalam Administrasi
dan Manajemen Pendidikan
Administrasi itu merupakan manajemen, akan tetapi administrasi mempunyai banyak aspek lain
lagi, sehingga sampai batas-batas tertentu dapatlah dikatakan bahwa manajemen merupakan inti
daripada administasi. Administrasi pendidikan sebagai bagian dari sistem mempunyai kedudukan
yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Fungsi-fungsi manajemen digunakan untuk
menggerakkan organisasi sebagai upaya mencapai tujuan.
1. Konsep Dasar Administrasi Pendidikan
Secara etimologis istilah administrasi berasal dari bahasa inggris dari kata administration
yang bentuk administratifnya adalah to administer. Penerapan administrasidalam pengelolaan
pendidikan adalah penerapan ilmu administrasi dalam pembinaan, pengembangan dan
pengendalian usaha dan praktek-praktek pendidikan. Administrasi pendidikan sering kali
diartikan secara sempit sebagai semata-mata ketatausahaan seperti menyelenggarakan surat-
menyurat, mengatur dan mencatat penerimaan, penyimpanan, mendokumentasikan kegiatan,
mempersiapkan laporan, penggunaan dan pengeluaran barang-barang, mengurus keuangan dan
sebagainya.
2. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
Konsep manajemen adalah suatu aktivitas atau seni mengatur dan mengetahui secara tepat
apa yang ingin dikerjakan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan
pengawasan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Fungsi-fungsi Administrasi dan Manajemen Pendidikan


Manajemen dan administrasi tidak menjalankan sendiri-sendiri kegiatannya yang bersifat
organisasional, tetapi bersama-sama berada dalam satu gerak dan langkah.
1. Fungsi Perencanaan
Setiap aktivitas administrasi dan manajemen pendidikan dimulai dengan fungsi
perencanaan (planning).dalam perencanaan dirumuskan, dipilih dan ditetapkan seluruh
aktivitas-aktivitas sumber dayayang akan dilaksanakan dan digunakan dimasa yang akan datang
untuk mencapai tujuan.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manajer pada semua
tingkatan, jenis tingkatan, jenis kegiatan, dan bentuk organisasi besar atau kecil, bisnis atau
negara. Kegiatan pengorganisasian adalah untuk menentukan siapa yang akan melaksanaakan
tugas sesuai prinsip pengorganisasian.
3. Fungsi Penggerakan (Actuating)
Penggerakan atau istilah pembibingan menurut The Liang Gie merupakan aktivitas seorang
manajer dalam memerintah, menugaskan, menjuruskan, mengarahkan, dan menuntun
karayawan atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai
tujuan ynag telah ditentukan.
4. Fungsi Pengoordinasian
Sistem koordinasi umumnya tidak kreatif karena muncul krisis birokrasi, dan krisis ini
umumnya akan terjadi jika organisasi menjadi terlalu besar dan rumit untuk dikelola. Jika
organisasi menjadi terlalu besar dan rumit, maka solusinya adalah kolaborasi.
5. Fungsi Pengarahan
Pengarahan merupakan pengarahan yang diberikan kepada anggota organisasi, sehingga
mereka menjadi karyawan yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang
telah ditetapkan organisasi. Directing juga mencakup kegiatan yang dirancang untunk memberi
orientasi kepada pegawai antara lain memberi informasi tentang hubunngan antar bagian, antar
pribadi, anatar pribadi, kebijaksanaan, dan tujuan organisasi.
6. Fungsi Pengawasan dan Pemantauan
Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan
upaya penengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Sasaran penegasan adalah
perilaku individu sebagai orang-orang yang memproses lancarnya kegiatan pembelajaran dan
tidak terjadi penyimpangan.

C. Refleksi Penerapan Administrasi Pendidikan dalam Perspektif Profesi Kependidikan


Pembahasan mengenai teori administrasi dan manajemen pendidikan adalah sesuatu yang tidak
sederhana. Sebab bagi sebagian orang sulit untuk menentukan sendiri apakah penentuan kebijakan
oleh eksekutif dan legislatif termasuk bagian dari kegiatan administrasi dan manajemen pendidikan.
1. Refleksi Penyelenggaraan Administrasi Sekolah
Administrasi pendidikan sebagai bagan dari sistem penyelenggaraan administrasi sekolah
mempunyai kedudukan yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan untuk
mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen dalam menggerakkan roda organisasi sebagai
upaya mencapa tujuan.
2. Refleksi Profesi Kependidikan
Administrasi pendidikan memepunyai penegertian kerjasama untuk mencapai tujuan
pendidikan. Interaksi proses pendidikan ini menggambarkan kegiatan manjerial, yaitu
bagaimana pimpinan atau manajer mengatur personel, menggunakan sarana dan prasarana,
perlengkapan pembelajaran seperti buku-buku pelajaran, media dan alat peraga pemebelajaran
diberdayakan sedemikian rupa.

BAB III

KEMAMPUAN PROFESIONAL PEMIMPIN KEPENDIDIKAN MENERAPKAN MODEL MANEJEMEN


BERBASIS SEKOLAH

A. Kenapa Manajemen Berbasis Sekolah Menjadi Pilihan


Setelah implementasi desentralisasi pemerintahan yang dikenal dengan otonomi daerah khusus
dalam penyelenggaraan pendidikan mulai diperkenalkan model manajemen berbasis sekolah (MBS).
Penerapan model MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan dalam manajemen sekolah
untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
1. Prinsip dan Esensi MBS
MBS merupakan inovasi pengelolaan sekolah yang pada dewasa ini sedang menjadi
perhatian para pakar pendidikan, birokrasi pendidikan mulai tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota serta para pengelola sekolah.
2. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Setiap sekolah tentu akan memiliki ciri khas atau karakteristiknya sendiri, dalam konteks
manajemen pendidikan di indonesia sebelum kebijakan desentralisasi pemerintah, beberapa
sekolah di indonesia sudah melaksanakan model Manajemen Berbasis Sekolah. Penerapan MBS
merupakan langkah koreksi pemerintah terhadap kelemahan sistem penyelenggaraan
pendidikan sentralistik.

B. Kemandirian, Otonomi dan Pemberdayaan Manajemen Sekolah


Konsep model MBS dalam prakteknya menggambarkan sifat-sifat otonomi dan kemandirian
manajemen sekolah yang merujuk pada perunya memperhatikan kondisi dan potensi sekolah. Sifat-
sifat ini dengan mengakomodasikan kebijakan-kebijakan strategis pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota dalam program pembangunan pendidikan.
1. Kemitraan Sekolah dengan Pihak-pihak Berkepentingan
Konsep kemintraan menunjukkan suatu hubungan kerjasama antara sekolah dengan
mitranya seperti perseorangan, perusahaaan, yayasan, organisasi nirlaba, lembaga pendidikan,
unuversitas, asosiasi, badan-badan bilateral dan multilateral. Bertujuan secara bersama-sama
memeberikan dampak perubahan yang lebih baik pada penyelenggaraan pendidikan.
2. Proses Perencanaan dan Pemilihan Kemitraan
Menyusun rencana kegiatan lebih merupakan proses yang dinamis ketimbang proses yang
birokratis. Perencanaan kegiatan adalah proses perencanaan konsultatif yang sepenuhnya
melibatkan mitra dan para stakeholder (dewan pendidikan, komite sekolah, pengawas dan
komunitas sekitar).
3. Partisipasi dalam Penerapan MBS
Partisipasi dan keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan memungkinkan lahirnya
kebijakan yang baik. Karena itu perlu komunikasi intensif dan terbuka antara pihak-pihak
berkepentingan seperti komite sekolah, dinas pendidikan setempat, orang tua peserta didik,
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan, karyawan sekolah, anak
didik, dan pihak lain yng berkepentingan.
4. Keterbukaan, Transparansi dan Mengembangkan sikap Demokratik
Keterbukaan dan transparansi menggambarkan (1) tersedianya informasi yang menandai
pada tiap proses penyusunan dan pelaksanaan kebijakan; (2) adanya akses pada informasi cukup
mudah dijangkau, bebas diperoleh dan tepat waktu; (3) adanya peraturan yang menjamin hak
untuk mendapatkan informasi; dan (4) tersedianya pusat informasian layanan penddikan seperti
media, website, papan pengumuman dan lain-lain.
5. Akuntabilitas
Accountability berarti kewajiban pembuat keputusan untuk (a) tanggap atas kebutuhan/hak
pengguna jasa layanan pendidikan; dan (b) kemampuan pengguna jasa untuk meminta
pertanggungjawaban kepada pembuat kebijakan atau manajer atas janji atau keputsan mereka.

C. Pendekatan Sistem dalam Manajemen Pendidikan


Mengunakan model MBS dalam lingkup negara adalah suatu pendekatan politik, yang bertujuan
meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan dan meningkatkan
partisipasi sekolah dalam upaya perbaikan kerja di sekolah.
1. Evaluasi Diri Mengukur Potensi
Evaluasi diri dapat dipahami bahwa ada evaluasi menyangkut kelembagaan untuk mengukur
kualitas manajemen sekolah, dan ada evaluasi hasil belajar yang mengukur hasi belajar peserta
didik yang berbasis data dan profil sekolah. Tujuan evaluasi diri merupakan upaya untuk
mengukur ketercapaian program sekolah, yaitu sejauhmana kebijakan dapat di
implementasikan.
2. Menjamin Kualitas Manajemen Sekolah
Karakteristik mutu pendidikan mencakup input, proses, output, cost, proses belajar
mengajar, dan pelayanan. Persyaratan yang menjamin kualitas menejemen berbasis sekolah
menuru Moharman adalah adanya kebutuhan untuk berubah dari sebelumnya ke arah yang
lebih baik.

D. Kemampuan Profesional Pemimpin Pendidikan


Kepemimpinan yang didasarkan pada jatidiri bangsa yaitu pancasila bersumber dari nilai-nilai
budaya dan agama yang telah menjadi budaya ndonesia. Jatidiri yang demikian menjadikan bengasa
indonesia tangguh dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan pada tatar pemerintah, pemerintah daerah, dan satuan pendidikan.
1. Kepemimpinan Pendiidkan yang Profesional
Seorang pemimpin mendesain pekerjaan beserta mekanismenya, didukung staf yang
melaksanakan tugas sesuai kemampuan dan keahliannya. Pemimpinan menggunakan pengaruh
atas dasar wewenang atau kekuasannya dalam menggerakkan sistem sosial guna mencapai
tujuan sistem sosial.
2. Ciri-ciri Kepemimpinan Pendidikan Masa Depan
Kepemimpinan yang efektif dalam penentuan kebijakan tampak pada pemmpin penddikan
selalu bekerja dengan berbagai macam orang termasuk peserta didik, guru-guru, dan orang tua
peserta didik. Karakteristik atau ciri kepemimpinan kepala sekolah yang efektif juga ditemukan
dalam penelitian Heck, dkk. Yang mengungkapkan beberapa aspek kepemimpinan kepala
sekolah yang membedakan sekolah berprestasi tinggi dan sekolah berprestasi rendah.
3. Kepemimpinan yang Efektif dalam Penentuan Kebijakan
Untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih berkualitas, sebagai bagian dari tanggung
jawab profesional kepala sekolah mau tidak mau harus mengambil kebijakan dalam lingkup
sekolah harus sesuai dengan visi dan misi sekolah. Kebijakan pendidikan meliputi seluruh sistem
pendidikan yang memerlukan kebijakan pendukun bertingkat dan mencakup seluruh bidang
operasi pendidikan.
4. Kompetensi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut Sergiovanni ada tiga kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah yaitu,
kompetensi teknis berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah, kompetensi hubungan antar pribadi yang
berkenaan dengan kemampuan kepala sekolah dalam bekerja sama dengan orang lain dan
memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan kompetensi konseptual yang
berkenaan dengan keluasan wawasan dan konsep seorang kepala sekolah yang diperlukan
dalam menganalisis dan memecahkan maslah-masalah rumit berkaitan dengan pengelolaan
sekolah.
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah Visioner
Visi bukan sekedar untuk kepentingan pemimpin tetapi juga untuk para pengikutnya, maka
dalam menciptakan visi seorang pemimpin dapat melakukannya dengan berbagai cara. Kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus memeiliki visi kependidikan dan pembelajaran
sebagai tujuan yang ingin dicapai baik oleh dirinya maupun oleh para pengikutnya.

BAB IV

GURU PROFESIONAL MEMPUNYAI KEMAMPUAN MELAKUKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


MENDUDKUNG PROSES PEMBELAJARAN

A. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum


Kurikulum menyiapkan peserta didik untuk dapat hidup dan mempersembahkan karyanya
dalam masyarakat. Dengan demikian dalam sistem pendidikan, kurikulm merupakan komponen
penting untuk menjelaskan tujuan dan arah pendiidkan serta pengalaman belajar yang harus dimiliki
peserta didik.
1. Apa itu kurikulum dasar?
Kata “kurikulum” bukan berasal dari bahasa indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin, kata
dasarnya adalah ‘currere’, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Jadi curriculum
semula berarti jalur pacu, lapangan tersebut ada garis start dan batas finish dan secara
tradisional kurikulum disajikan seperti itu bagi kebanyakan orang.
2. Prinsip-prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum dirancang dengan maksud mengembangkan peserta didik agar
mampu melaksanakan peranan-peranan itu. Setelah diadakan spesifikasi peranan yang
meletakkan batas-batas di sekitar keseluruhan domain dalam kurikulum tertentu, yang
memungkinkan dilakukannya identifikasi tugas-tugas spesifik dalam lingkup peranan tersebut.

B. Model Pengembangan Kurikulum


Pengembanagan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam pengembangan kurikulum banyak model yang
digunakan. Untuk memilih suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan pada
kelebihan dan kemungkinan pencapaian hasil yang optimal.
1. Model Taba
Model pengembangan kurikulum oleh taba lebih menitiberatkan bagaimana cara
mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses memperbaiki dan menyempurnakan dengan
cara induktif. Pada tahap ini guru-guru perlu dipersiapkan melalui penataran-penataran.
Lolakarya dan sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat sesuai tuntutan kurikulum.
2. Model Tyler
Model pengembangan kurikulum menurut Tyler lebih bersifat bgaimana merancang suatu
kurikulum, sesuai tujuan dan misi suatu lembaga pendidikan.
3. Model Weinsten dan Fantini
Menurut Weinsten dan Fantini bahwa, satu model dikembangkan melalui perwakilan dari
perpindahan kedudukan; model ini memusatkan pada kebutuhan dan perhatian dari orang yang
belajar.
4. Model Miller dan Seller
Model ini mengidentifikasi variasi tingkatan guru dalam hal inovasi dan bagaimana guru itu
menggunakan inovasi tersebut dalam pembelajaran dikelas. Model ini adalah model yang
bersifat deskriptif, namun demikian data deskriptif ini dapat membentu pengembang kurikulum
dan guru mengembangkan strtegi implementasinya.
5. Model Rogers
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers yaitu (1) pemilihan target dari
sistem pendidikan (2) partisipasi guru secara sukarela dalam pengalaman kelompok yang intensif
(3) pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran (4)
partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok yang dapat dikoordinasi oleh komite sekolah
masing-masing sekolah.
6. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah terjemahan kurikulum dokumen menjadi kurikulum sebagai
aktivitas atau kenyataan seperangkat kegiatan yang menyusul suatu keputusan untuk mencapai
sasaran.

C. Guru Profesional Mampu Mengembangkan dan Mengimplementasikan Kurikulum


Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni kurikulum sebagai dokumen dan
kurikulum sebagai implementasi. Kurikulum sebagai dokumen berfungsi sebagai pedoman bagi
pendidik. Sedangkan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman dalam bentuk
kegiatan pembelajaran.
1. Kompetensi Pendidik
Kompetensi pada hakekatnya menggambarkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kompetensi menggambarkan kemampuan bertindak dilandasi ilmu pengetahuan yang hasil dari
tindakan itu bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
2. Guru Melakukan Sentuhan Pedagogik dalam Mengembangkan Kurikulum
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pendidik menciptkan suasana dan pengalaman
belajar bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum yang disiapkan.
3. Model Kurikulum dan Hasil Belajar
Pengalaman belajar yang disiapkan oleh pendidik akan memberi jaminan kepada peserta
didik bahwa mereka telah menempuh kurikulum yang dipersyaratkan oleh memperoleh
keterampilan sebagaimana kompetensi yang disiapkan. Sebelum menentukan kurikulum yang
akan digunakan, tentu perlu juga melakukan perbandingan antara kurikulum pendidikan yang
berlaku dengan kurikulum yang dikembangkan oleh pengembang kurikulum seperti pakar
kurikulum.
4. Kurikulum Teknologis atau Berbasis Kompetensi
Kurikulum dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan yang memiliki kesamaan dengan
pendidikan klasik yang menekankan pada isi kurikulum, tetapi diarahkan pada penguasaan
kompetensi. Model kurikulum tegnologis atau kurikulum berbasis kompetensi juga menekankan
isi kurikulum, tetapi berupa kompetensi atau kecakapan dan keterampilan kerja, dengan ciri
utama pencapaian kompetensi minimal dalam bidang studi tertentu, oleh karena itu disebut
berbasis kompetensi.
5. Scan Kurikulum
Scan kurikulum mempunyai dua bagian, yaitu tema dan kompetensi dasar dari bidang studi
dan kompetensi proses dan lain-lain kompeten yang dapat diajarkan berkali-kali dalam tema dari
bidang studi.

BAB V

PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK AKTIF DAN BERMAKNA

A. Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan


Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta didik, dan sedekat mungkin
dihubungkan dengan kenyataan dan kegunaannya dalam kehidupan, inilah yang disebut
pembelajaran bermakna.
1. Pengalaman Mengenai Pembelajaran
Selama ini pembelajaran yang berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan guru lebih
banyak ceramah, media belum dimanfaatkan, pengelolaan belajar cenderung klasikal dan
kegiatan belajar kurang bervariasi. Model pembelajaran yang demikian itu harus segera
ditinggalkan, oleh karena itu pemerintah daerah kabupaten/kota harus memilih kepala sekolah
yang mempunyai kemampuan tinggi dalam manjemen pembelajaran.
2. Belajar sebagai Perubahan Tingkah Laku
Belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan
perubahan terhadap diri manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik
berupa pengetahuan, keterempilan, ataupun sikap.
3. Belajar Membangun Makna Melalui Implementasi PAKEM
Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam
pengajaran yang bermakna dan berhasil.
4. Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru menunjukkan aktivitas belajar yang
dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan objek belajar untuk mencapai konsep dasar.
Proses pembelajaran yang demikian ini dirancang oleh guru agar peserta didik memproduksi
gagasan bukan mengkonsumsi gagasan, sehingga semua tahapan pembelajaran penuh arti dan
makna.

B. Moving Class untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran


Perkembangannya dan pertumbuhan sekolah yang dapat bersaing, dan meraih sukses, adalah
sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sekurang-kurangnya mengembangkan kurikulum sama
dengan standar nasional pendidikan.
1. Model Pembelajaran Moving Class di Sekolah
Moving Class, merupakan sistem pendidikan telah lama diimplementasikan diberbagai
sekolah luar negeri. Lewat sistem ini, para peserta didik dapat menciptakan suasana yang
kondusif untuk belajar disetiap kelas yang ada.
2. Aspek Pedagogis dalam Pembelajaran Moving Class
Dari segi pedagogis, Moving Class membutuhkan rekam jejak kemajuan proses
pembelajaran peserta didik, sesuatu hal yang diabaikan dalm kelas konvensional, yang misalnya
tercermin dalam kesalahpahaman guru konvensional tentang program remedial.
3. Sistem Satuan Kredit Semester (SKS) dalam Menerapkan Moving Class
Proses belajar mengajar menggunakan kelas berpindah tentu didasarkan penggunaan
sistem satuan kredit semester dlam pembelajarannya. SKS ialah suatu sistem penyelenggaraan
pendidikan yang beban studi peserta didik, beban tugas mengajar tenaga pengajar, dan beban
penyelenggaraan program pendidikan lembaga dinyatakan dalam satuan ktedit semester.
4. Sekolah Kategori Mandiri
Pelaksanaan pembelajaran dalam Sekolah Kategori Mandiri (SKM) berdasarkan atas
Peraturan Pemeritah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah
menetapkan kebijakan tentang pengkategorian sekolah berdasarkan tingkat keterlaksanaan
standar nasional pendidikan ke dalam kategori standar, mandiri dan bertaraf internasional.
5. Strategi Pelaksanaan Moving Class dalam SKM
Strategi pembelajaran dengan sistem ‘moving class’ merupakan salah satu syarat
pelaksanaan SKM dilaksanakan dengan pendekatan kelas mata pelajaran. Pendekatan ini
mensyaratkan agar sekolah menyediakan kelas-kelas untuk kegiatan pembelajaran mata
pelajaran tertentu atau untuk rumpun tertentu.
6. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta
Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik dilakukan oleh guru berkewajiban mengisi
daftar hadir peserta didik dan guru, guru membuat catatan-catatan tentang kejadian-kejadian di
kelas berdasarkan format yang telah disediakan.
7. Lingkungan Sekolah Model Moving Class
Lingkungan sekolah yang menerapkan model “moving class” ditemui dengan perawatan
yang intensif ditandati dengan ada banyak tanaman dimana-mana dan pepohonannya rindang.
8. Hal yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Moving Class
Hambatan yang utama dan sangat mendominasi dalam melaksanakan pembelajaran model
“moving class” adalah dukungan pemerintah kabupaten/kota bagi sekolah negeri dan
dukungan yayasan pendidikan bagi sekolah swasta soal pengadadaan sarana dan prasarana
untuk menunjang pelaksanaannya.

BAB VI

MENJAMIN MUTU MELALUI SUPERVISI PEMBELAJARAN DAN MANAJEMEN SEKOLAH DALAM


PERSPEKTIF PROFESI PENDIDIKAN

A. Arti dan Makna Supervisi Pendidikan


1. Konsep Supervisi Pendidikan
Kegiatan pengajaran dan pendidikan di sekolah akan berhasi, jika semua unsur yang terkait
di dalamnya dapat bekerjasama atau menjadi tim kerja yang solid untuk mencapai tujuan
sekolah. Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kualitas profesional kinerja kepala
sekolah dan guru.
2. Prinsip-prinsip Supervisi
Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas layanan belajar.
Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan supervisor membantu guru
tercermin pada kemampuannya memberikan bantuan profesional guru.
3. Pengawasan oleh Pengawas sebagai Jabatan Fungsional Pendidikan
Pengawasan sekolah di kabupaten dan kota menurut sagala adalah pegawai negeri sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang oleh Bupati atau Walikota melakukan pengawasan
sekolah. Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada, pengawas satuan pendidikan
adalah berstatus sebagai pejabat fungsional.

B. Fungi dan Tujuan Supervisi Pendidikan


1. Fungsi Supervisi Pendidikan
Supervisi pendidikan adalah layanan atau bantuan kepada guru untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar. Konsep supervisi sebenarnya di arahkan pada pembinaan, atrinya
kepala sekolah, guru dan para personel lainnya disekolah diberi fasilitas untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan
Fokus tujuan supervisi pendidikan adalah pada pencapaian tujuan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab guru dan kepala sekolah. Merumuskan tujuan-tujuan supervisi pendidikan
haruslah memperhatikan beberapa fokus yang sifatnya khusus, yaitu memperhatikan dengan
sungguh-sungguh kegiatan yang betul-betul dapat membantu meningkatkan kinerja guru dalam
melaksanakan tugas mengajar sebagai tugas utamanya.
C. Teknik-teknik Surpervisi Pendidikan
1. Teknik Supervisi yang Bersifat Kelompok
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok, maupun secara perorangan ataupun dengan cara
langsung yaitu bertatap muka, dan cara tak langsung yaitu melalui media komunikasi.
2. Teknik Individual dalam Supervisi
Teknik individual menurut Sahertian adalah teknik yang digunakan pada pribadi seorang
guru latih yang memahami masalah khusus dan memerluakn bimbingan tersendiri dari
supervisor. Teknik-teknik supervisi yang bersifat individual antara lain, kunjugan kelas, observasi
kelas, percakapan pribadi, inter-visitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, dan
menilai diri sendiri.
3. Perilaku Supervisor yang Diharapkan
Salah satu pendukung keberhasilah dlam melaksanakan supervisi ialah perilaku supevisor
sendiri. Faktor manusia dibelakang tugas mempunyai pengaruh besar dalam keberhasilan misi
supervisi. Supervisi yang berhasil adalah mereka yang dapat melaksanakan tugasnya berkenaan
dengan diri “supervisee”.
4. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah suatu bentuk diskusi yang dipantaskan dihadapan sejumlah partisipan
atau mendengar. Dalam diskusi tersebut suatu masalah dihadapkan kepada sejumlah ahli yang
memiliki keahlian dibidang masalah yang sedang didiskusikan.
5. Seminar sebagai Sarana Pendalaman Berbagai Masalah Pembelajaran
Seminar adalah suatu rangkaian kajian yang diikuti oleh suatu kelompok pertemuan ilmiah
untuk mendiskusikan, membahas, dan memperdebatkan suatu masalah yang berhubungan
dengan duatu topik.
6. Simposium sebagai Sarana Bertukar Pikiran
Simposium suatu kebiasaan manusia pada zaman itu bahwa setelah suatu acara, hadirin
tidak segera meningkatkan tempat. Simposium adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan
itu ada beberapa pembicara menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu topik,
atau topik-topik yang berkaitan dengan problematika mengajar.
7. Demonstrasi mengajar
Demontrasi mengajar adalah satu upaya supervisor membantu supervisee dengan
menunjukkan kepada mereka bagaimana mengajar yang baik. Dengan demonstrasi mengajar,
supervisor mempraktekkan penggunaan metode-metode mengajar yang tepat, atau metode
mengajar yang baru, atau penggunaan alat-alat bantu mengajar, penggunaan alat evaluasi, dan
sebagainya.
8. Buletin Supervisi sebagai salah satu alat komunikasi
Buletin supervisi adalah salah satu bentuk alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang
dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat membantu guru latih-guru dalam
memperbaiki situasi belajar mengajar

BAB VII

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI JABATAN PROFESIONAL

A. Bimbingan dan Konseling


Bimbingan yaitu pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat, dan penyuluhan agar siswa
mampu mengatasi, memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri. Konseling adalah proses
pemberian layanan profesional yang berhugungan dengan manusia.
1. Bimbingan
Istilah bimbingan digunakan sebagai terjemahan dari istilah bahasa inggris “guidance” yang
artinya usaha menolong orang lain atau siswa untuk mengembangkan pemandangannya
tentang diri sendiri, orang lain dan masyarakat sekitarnya agar mampu menganalisa
masalah-masalah atau kesukaran-kesukaran yang dihadapinya dengan menetapkan sendiri
keputusan terbaik dalam menyelesaikan masalah dan kesukaran yang dihadapinya itu.
2. Konselor
Konselor adalah seseorang yang berkewajiban membantu siswa yang mengalami kesulitan,
baik yang berkenaan dengan proses belajar yang dialaminya maupun kesulitan-kesulitan
pribadi yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan siswa tersebut.

B. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konsling


Konselor atau pembimbing yang tangguh dan profesional muncul dan tumbuh melalui
pengalaman dan pengembangan yang terus menerus dengan prinsip profesional. prinsip-prinsip
konselor menggambarkan bahwa konselor yang profesional adalah yang peka dan responsif
terhadap keadaan apapun bagi peserta didiknya serta mampu mengatasi berbagai problematikanya
dalam belajar.
1. Tugas-tugas Konselor Sekolah
Tugas konselor adalah mengusahakan perubahan sikap yang dimanifestasikan dalam
tingkah laku tertentu didasari oleh sikap tertentu pula. Secara umum khusus konselor
mempunyai tugas-tugas sebagai, bertanggung jawab tentang keseluruhan pelaksanaan konseling
di sekolah; mengumpulkan dan menyusun data, mengolah dan menafsirkan data yang kemudian
dapat dipergunakan oleh semua petugas bimbingan disekolah; melaksanakan bimbingan
kelompok maupun bimbingan individual.
2. Persyaratan Konselor Sekolah
Pekerjaan seorang konselor sekolah bukanlah pekerjaan yang ringan tetapi pekerjaan yang
membutuhkan keahlian, sebab individu yang dihadapi satu dengan yang lainnya mempunyai
permasalahan yang berbeda, masing-masing mempunyai keunikan atau kekhasan baik dalam
tingkah laku, kepribadian maupun sikap. Seorang konselor harus memenuhi persyaratan
tertentu, misalnya persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus.
C. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling
1. Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan di sekolah ialah kebahagiaan hidup pribadi,
kehidupan yang efektif dan produktif, kesnggupan hidup bersama dengan orang lain,dan
keserasian cita-cita siswa dengan kemampuan yang dimilikinya.
2. Fungsi Bimbingan Konseling
Bimbingan konseling mempunyai berbagai fungsi dalam petunjk pelaksanaan bimbingan dan
konseling untuk SLTP dan SMU yaitu; pemahaman individu, fungsi pencegahan dan
pengembangan, dan fungsi membantu memperbaiki penyesuaian diri.
3. Layanan Bimbingan Konseling
Layanan dasar bimbingan bertujuan membantu para individu mengembangkan perilaku
efektif dan keerampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas
perkembangannya.
4. Bimbingan Belajar di Sekolah
Banyak teknik atau cara bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa, bimbingan mana
yang paling efisien dan efektif digunakan, tergantung kepada jenis dan kedalaman masalah,
kondisi dan sifat-sifat siswa yang dibantu, kondisi dan kemampuan konselor yang akan
membantu, serta situasi sekolah.

BAB VIII

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN SEKOLAH

A. Konteks Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat


Sebelum desentralisasi, kepala desa dan administrasi tingkat desa tidak terlalu banyak terlibat
dalam pengembangan sekolah karena dianggap manajemen sekolah hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat. Cara yang dilakukan sekolah dibawah kepemimpinan kepala sekolah adalah
dengan mendekatkan diri dengan para stakeholders dalam penetapan kebijakan dan keputusan dan
keputusan sekolah menyangkut penyelenggaraan program sekolah.
1. Persiapan Sosial Keterlibatan Masyarakat dalam Pendidikan
Pengembangan kualitas manajemen pendidikan dan kualitas layanan belajar dalam
implementasi desentralisasi pemerintahan. Akan dapat dipenuhi jika pemerintah daerah
kabupaten/kota memiliki komitmen yang kuat meningkatkannya dan meningkatkan mutu
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
2. Keterlibatan Masyarakat dalam Pendidikan
Masyarakat ingin memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Untuk dapat memberikan
layanan pendidikan yang berkualitas, sekolah harus dapat menjalin kerjasama sinergis dengan
keluarga dan masyarakat.
3. Identifikasi dan Analisis Pihak-pihak yang Terkait dengan Sekolah
Dalam melakukan identifikasi lebih dulu ditentukan siapa sja pihak trerkait dengan sekolah
dan apa peran dan fungsinya masing-masing. Kemudian dirumuskanlah hasil apa saja yang
mungkin dapat dicapai dalam menunaikan perannya.

B. Peran Komite Sekkolah dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS)


1. Fungsi sebagai pemberi pertimbangan atau nasihat
Fungsi sebagai pertimbangan atau nasihat mennunjukkan respon dan keikutsertaan dewan
pendidikan dan komite sekolah memajukan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan didaerah dan di sekolah.
2. Fungsi Sebagai Badan Pendukung
Fungsi pendukung Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah berkaitan dengan internal
manajemen sekolah: mendata jumlah guru yang memerlukan pendidikan dan latihan,
memeberikan pelatihan mengenai mata pelajaran dan layanan belajar bagi guru yang
membutuhkan, dan mendata jumlah siswa dan indeks prestasinya, guru dan komite sekolah.
3. Fungsi sebagai Pengontrol
Fungsi pengontrol untuk tiga pesyaratan manajemen modern yang sehat, yakni demikratis,
transparan, dan akuntabel dapat terjaga dan dimplementasikan secara konsisten.
4. Fungsi sebagai Penghubung
Fungsi penghubung menunjukan bahwa Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah,
menghubungkan dengan instansi pemerintah, mencari informasi yang bisa dipakai oleh sekolah
untuk mengembangkan sekolah, dan memberi laporan kepada masyarakat tentang penggunaan
keuangan dan pelaksanaan program.

C. Analisis Kinerja Peranserta masyarakat di Lingkup Pendidikan


1. Kondisi Sekolah Saat ini
Fasilitator melakukan analisis dengan cara mengidentifikasi sudah sejauh mana masyarakat
dan institusi terkait dalam masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan pendidikan dasar.
2. Kondisi Harapan
Berdasarkan hasil lapangan para fasilitator mencoba menganalisis kondisi-kondisi yang
diharapkan masyarakat dan institusi yang terkait dalam pengembangan pendidikan didaerahnya
dan mengembangkan sekolah.
3. Potensi yang dapat dikembangkan
Fasilitator diharapkan mampu menganalisis mengenai hal-hal positif yang telah berjalan
berkembang di masyarakat, instansi terkait dan sekolah dalam pengembangan pendidikan.
4. Kebutuhan Dukungan
Kebutuhan adalah sarana atau kegiatan yang akan dikembangkan dan direncanakan untuk
memecahkan masalah. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan prioritas sebagaimana menyusun
prioritas masalah.

D. Strategi Peningkatan Peranserta Masyarakat


1. Identifikasi jenis-jenis partisipasi masyarakat
2. Strategi peningkatan peranserta masyarakat
3. Edupreneurship
4. Penyusunan proposal

Anda mungkin juga menyukai