Jawaban :
1. AMALGAM
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya
adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi atau
campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental
amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut
amalgamasi.
Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu –
abu.
a. Alloy lathe-cut
Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur
b. Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy diatomisasi
menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi
dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.
c. Alloy spheroidal
Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.
a. Memutihkan alloy
b. Menurunkan creep
c. Meningkatkan strength
2. Tin
b. Menngendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu
cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat ditoleransi.
c. Meningkatkan kontraksi
3. Copper
4. Zinc
a. Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila campuran
amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses pemanipulasiannya.
b. Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan sifat – sifat
amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer selama proses
pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur – unsur penting seperti silver,
copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan
amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi kurang palstis.
5. Merkuri
Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam alloy.
Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan
reaksi yang lebih cepat.
6. Palladium
a. Mengeraskan alloy
b. Memutihkan alloy
7. Platinum
a. Mengeraskan alloy
b. Meningkatkan resistensi terhadap korosi
3. Manipulasi Amalgam
Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing, triturasi, kondensasi, triming dan karving
serta polishing.
1. Mixing
Pemanipulasian dental amalgam dilakukan dengan mencampurkan merkuri dengan
alloy amalgam disebut dengan amalgamasi.
2. Triturasi
Dapat dilakukan dengan dua cara:
Secara Manual (Hand Mixing)
Triturasi dilakukan karena adanya suatu selubung tipis oksida pada alloy yang akan
menghambat berkontaknya merkuri dengan alloy. Oksida tersebut dapat
dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel alloy. Hal ini biasanya
dilakukan di dalam mortar dan pengaduknya dengan pestle. Perbandingan alloy
dengan merkuri adalah 1:1.
Menggunkan Amalgamator (Mechanical Mixing)
Mechanical amalgamator adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja
secara otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi dengan
menggunakan kapsul.
3. Kondensasi
Kondensasi adonan dental amalgam di dalam kavitas gigi dilakukan dengan
menggunakan amalgam stopper. Dengan kondensasi diharapkan partikel amalgam
tetap rapat satu sama lain dan masuk ke segala arah dalam kavitas sehingga terdapat
kepadatan dental amalgam. Dengan demikian kekuatan akan bertambah, flow dan
pengerutan akan berkurang. Kondensasi juga bertujuan untuk menghilangkan merkuri
yang berlebihan.
4. Pengukiran dan Pemolesan
Pengukiran restorasi amalgam sesuai dengan anatomi gigi setelah dental amalgam
ditempatkan dalam kavitas, biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
secara manual seperti burnisher. Pemolesan pada amalgam umumnya paling sedikit 24
jam setelah penambalan. Tetapi jika high copper amalgam dengan kekuatan yang
tinggi digunakan, pemolesan dapat dilakukan pada kunjungan pertama.
Kekurangan amalgam :
1) Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi sehingga
tidak dapat diindikasikan untuk gigi anterior
2) Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus dimana tepi tambalan yang berbatasan
langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga kelihatan
membayang kehitaman
3) Pada beberapa kasus ada pasien yang alergi terhadap kandungan logam yang terdapat
pada amalgam
4) Adanya peluang terjadi toksisitas karena kandungan merkuri yang terdapat pada amalgam
GIC
Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan
sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam poliakrilat.
1.1 Komposisi
Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung fluoride.
Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal oksida dan metal fosfat
pada 1100o-1500o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat logam atau ke dalam air. Glass yang
terbentuk dihancurkan, digiling dan ditumbuk menjadi bubuk 20-50. Ukuran tergantung
kebutuhan. Campuran dapat terurai oleh asam karena adanya ion Al+3 yang bisa dengan mudah
dapat masuk ke dalam jaringan silika. Ini adalah sifat yang memungkinkan pembentukan semen.
Fungsi dari masing-masing komponen diantaranya adalah :
1. Alumina : meningkatkan opasitas
Cairan : Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi sekitar
10%.
1.2 Sifat
A. Sifat Biologi
GIC melepaskan fluoride ke email gigi yang dapat menghambat terjadinya karies
lanjutan. GIC juga bersifat biokompatibel. GIC menghasilkan reaksi dengan pulpa
lebih besar dari ZOE namun lebih sedikit dari Zinc Phosphate Cement. Glass
ionomer yang digunakan sebagai luting agent memiliki rasio P/L lebih rendah dan
dapat menimbulkan bahaya lebih besar ketimbang dengan restorasi glass ionomer
karena semen yang dibuat dengan rasio P/L rendah memiliki pH rendah dalam waktu
lebih lama. Untuk penggunaan GI, Lebih baik menempatkan sebuah lapisan tipis
protektif liner, seperti Ca(OH)2, 0,55 mm dari ruang pulpa terutama pada preparasi
yang dalam.
B. Sifat Fisik
a. Film Thickness (ketebalan Semu)
Ketebalan GIC sekitar 22-24 µm sehingga cocok untuk digunakan sebagai
sementasi.
b. Setting Time (Waktu Pengerasan)
GIC membutuhkan waktu 6-8 menit dimulai saat pencampuran bubuk dan
cairannya (mixing). Setting time dapat diperlambat ketika semen dicampur dalam
mixing slab yang dingin, tapi hal ini dapat berefek tidak baik pada kekuatannya.
C. Sifat Mekanik
a. Compressive Strength (Kekuatan Kompresi)
Kekuatan kompresi (Compressive Strength) GIC berkisar antara 90-230 Mpa dan
lebih besar daripada zinc phosphate cement. Nikali kekuatan tariknya (Tensile
Strength) hampir sama dengan zinc phosphate yaitu sebesar 4,2-5,3 MPa. Tidak
seperti zinc polyacrilate, GIC lebih brittle. Elastic Modulusnya sebesar 3.5-6,4
GPa sehingga GIC tidak terlalu kaku dan lebih peka terhadap peubahan bentuk
elastis dibandingkan zinc phosphate.
b. Bond Strength (Kekuatan Ikat)
Kekuatan GIC untuk berikatan dengan dentin adalah 1-3 MPa. Kekuatan ikat GIC
lebih rendah dari pada Zinc Polyacrilate Cement mungkin karena sensitivitas GIC
terhadap kelembaban pada saat pengerasan.
1.3 Klasifikasi
Berasarkan aplikasinya :
Tipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi untuk gigi sulung.
Tipe III : Lining cement dan base
1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih direkomendasikan
daripada amalgam untuk gigi anak anak
2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.
3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian proksimal.
4. Untuk karies kelas III dan V
1.5 Manipula
Powder dan liquid diletakkan diatas paper pad atau glass slab. Powder semen dibagi dalam dua
bagian yang sama. Bagian pertama dicampurkan kedalam liquid dengan spatula dan kemudian
ditambahkan satu bagian lagi, dan diaduk selama 30-60 detik. Semen segera diaplikasikan karena
working time setelah pengadukan kira-kira 2 menit. Glass slab yang dingin memperlambat setting
reaksi dan menambah working time.
1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen
2. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi depan
3. Ketahanan terhadap fraktur dan jangka pemakaian rendah apabila dibandingkan dengan
1. dapat berikatan langsung dengan dentin dan enamel. Ikatan pada dentin adalah
ikatan hidrogen (Van noort, 2002). Kekuatan untuk berikatan dengan enamel selalu lebih
tinggi dari dentin karena semakin besarnya kandungan anorganik dari enamel dan
bahwa ion fluorida yang dilepaskan dariGIC dapat menghambat perkembangan karies
sekunder (Anusavice,2003)
Resin Komposit
Istilah komposit mengacu pada kombinasiantara2 material atau lebih yang akan
menghasilkan sifat yang lebih baik dari masing-masing konstituennya. Resin komposit adalah
suatu bahan matriks resin yang didalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silika
koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat matriksnya ditingkatkan.
2.2.1. Jenis/Klasifikasi Resin Komposit
Resin komposit diklasifikasikan atas duat bagian yaitu menurut ukuran filler dan cara
aktivasi.
a. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi
tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh
pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.
Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air
dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran
gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai
struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna
email dan dentin.
b. Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal
ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan
insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.
c. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang
diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured
dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan
secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.
Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang
tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.
B. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting
terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan
tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.
a. Adhesi
Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak
disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.
Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan
dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi
melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut
sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan
yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan
ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).
b. Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan
resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang
lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.3
C. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi
kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang
disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam system ini dapat berbentuk apapun,
tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai
percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam
kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) .
Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa
dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA
mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni
menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas
rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.3
Kelebihan
Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin
komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri
kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit
digunakan untuk tujuan estetik.4
Kekurangan
Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama
pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan
menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran
kecil dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan
amalgam.4