Anda di halaman 1dari 19

1.

M4 Restorasi Direct (jenis, komposisi,manipulasi,fungsi,sifat,+,-)


2. M4 Restorasi Indirect (jenis,komposisi,manipulasi,fungsi,sifat,+,-)
3. M4 Bahan Abrasive (jenis)
4. M4 Semen Dental (jenis,komposisi,manipulasi,fungsi,sifat,+,-)

Jawaban :

1. AMALGAM
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya
adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi atau
campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental
amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut
amalgamasi.
Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu –
abu.

1. Klasifikasi Dental Amalgam


Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis yaitu :

1. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:

a. Alloy binary, contohnya : silver-tin

b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper

c. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium

2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:

a. Microcut, dengan ukuran 10 – 30 μm.

b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.

3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:

a. Alloy lathe-cut
Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur
b. Alloy spherical
Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy diatomisasi
menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi
dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.

c. Alloy spheroidal
Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.

4. Berdasarkan kandungan tembaga


Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan kekuatan (strength),
kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan. Pembagian amalgam berdasarkan kandungan
tembaga yaitu:
a. Alloy rendah copper (low copper alloy)
Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%), zinc (0-
1%).

b. Alloy tinggi copper (high copper alloy)


High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-
1%).
Alloy ini dapat diklasifikasikan sebagai:
a) Admixed/dispersi/blended alloys3,5,9,12
Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe-cut alloy dengan komposisi
yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper lathe-cut alloy.
Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper (13%), zinc (1%).
b) Single composisition atau unicomposition alloys3
Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama. Komposisi seluruhnya terdiri
atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).

5. Berdasarkan kandungan zinc1,3,5,6

a. Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.

b. Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.


2. Komposisi dan fungsi unsur – unsur dental amalgam
Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga, merkuri, platinum,
dan seng.
Alloy Persentase Berat
Silver 65 (minimum)
Tin 29 (maximum)
Copper 6 (maximum)
Zinc 2 (maximum)
Mercury 3 (maximum)
Fungsi unsur – unsur kandungan bahan restorasi terdiri atas :
1. Silver

a. Memutihkan alloy

b. Menurunkan creep

c. Meningkatkan strength

d. Meningkatkan setting ekspansion

e. Meningkatkan resistensi terhadap tarnis

2. Tin

a. Mengurangi strength dan hardness

b. Menngendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu
cepat terjadi dan setting ekspansi tidak dapat ditoleransi.

c. Meningkatkan kontraksi

d. Mengurangi resistensi terhadap tarnis dan korosi

3. Copper

a. Meningkatkan ekspansi saat pengerasan

b. Meningkatkan strength dan hardness

4. Zinc

a. Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila campuran
amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses pemanipulasiannya.
b. Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan sifat – sifat
amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer selama proses
pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur – unsur penting seperti silver,
copper ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan
amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi kurang palstis.

5. Merkuri

Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam alloy.
Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat menghasilkan
reaksi yang lebih cepat.
6. Palladium
a. Mengeraskan alloy

b. Memutihkan alloy
7. Platinum

a. Mengeraskan alloy
b. Meningkatkan resistensi terhadap korosi

3. Manipulasi Amalgam

Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing, triturasi, kondensasi, triming dan karving
serta polishing.
1. Mixing
Pemanipulasian dental amalgam dilakukan dengan mencampurkan merkuri dengan
alloy amalgam disebut dengan amalgamasi.
2. Triturasi
Dapat dilakukan dengan dua cara:
 Secara Manual (Hand Mixing)
Triturasi dilakukan karena adanya suatu selubung tipis oksida pada alloy yang akan
menghambat berkontaknya merkuri dengan alloy. Oksida tersebut dapat
dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel alloy. Hal ini biasanya
dilakukan di dalam mortar dan pengaduknya dengan pestle. Perbandingan alloy
dengan merkuri adalah 1:1.
 Menggunkan Amalgamator (Mechanical Mixing)
Mechanical amalgamator adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja
secara otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi dengan
menggunakan kapsul.
3. Kondensasi
Kondensasi adonan dental amalgam di dalam kavitas gigi dilakukan dengan
menggunakan amalgam stopper. Dengan kondensasi diharapkan partikel amalgam
tetap rapat satu sama lain dan masuk ke segala arah dalam kavitas sehingga terdapat
kepadatan dental amalgam. Dengan demikian kekuatan akan bertambah, flow dan
pengerutan akan berkurang. Kondensasi juga bertujuan untuk menghilangkan merkuri
yang berlebihan.
4. Pengukiran dan Pemolesan
Pengukiran restorasi amalgam sesuai dengan anatomi gigi setelah dental amalgam
ditempatkan dalam kavitas, biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
secara manual seperti burnisher. Pemolesan pada amalgam umumnya paling sedikit 24
jam setelah penambalan. Tetapi jika high copper amalgam dengan kekuatan yang
tinggi digunakan, pemolesan dapat dilakukan pada kunjungan pertama.

Umumnya permukaan amalgam dibentuk kembali dengan menggunakan green stones,


finishing bur, atau abrasive disk. Bentuk permukaan dan tepi amalgam diperiksa agar benar-benar
licin dan sama dengan gigi. Selanjutnya digunakan bahan poles seperti pumice/silux pada rubber
abrasive points. Tahap akhir untuk mengkilapkan digunakan pasta abrasive yang baik. Pemolesan
selalu dilakukan dalam keadaan basah, karena memoles dalam keadaan kering, memungkinkan
dental amalgam jadi panas sehingga dapat merusak pulpa
4. Pemakaian Dental Amalgam (fungsi)
Beberapa kegunaan bahan restorasi dental amalgam adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas klas I, klas II, dan klas V dimana faktor estetis
bukanlah suatu hal yang penting.

b. Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota.

c. Dipergunakan dalam pembuatan die.

d. Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde.


e. Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup baik pada
jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut
5. Sifat Amalgam
A. Sifat Fisik
1. Creep(retakan)
Merupakan regangan atau deformasi yang bergantung pada waktu, yang disebabkan
oleh tekanan. Proses perubahan ini dapat menyebabkan restorasi amalgam meluas
keluar dari preparasi kavitas, sehingga membuat restorasi mudah meluas keluar
mengalami kerusakan tepi.
Amalgam yang kandungan tembaganya rendah lebih rentan mengalami kerusakan di
bagian tepi dibandingkan amalgam yang tinggi kandungan tembaganya.
2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan tetap
stabil. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi:
 Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih
besar pula ekspansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan
lebih besar.
 Rasio merkuri/alloy : makin banyak merkuri, semakin besar tingkat ekspansi.
 Waktu triturasi : semakin lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.
3. Difusi Termal
Difusi termal amalgam 40 kali lebih besar dari dentin, koefisien ekspansi termal
amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikrolekage dan karies
sekunder.
4. Abrasi
Prosses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi atau zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan atau puing
amalgam.
B. Sifat Mekanik Amalgam
1. Kekuatan
Faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam:
 Rasio merkuri/alloy : Jika merkuri digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy
tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan
bereaksi dengan merkuri, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat
amalgam menjadi lebih rapuh.
 Komposisi alloy : amalgam yang tinggi tembaga dengan tipe dispersi lebih kuat
dibanding alloy dengan komposisi konvensional.
 Porositas : dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat dan teknik triturasi yang baik.
C. Sifat Kimia Amalgam
1. Reaksi elektrokimia sel galvanik
Korosi galvanik terjadi ketika dua atau lebih alloy berkontak dalam larutan elektrolik,
dalam hal ini saliva. Besarmya arus galvanik dipengaruhi oleh usia restorasi,
perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan. Semakin lama
usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya, semakin kecil arus galvanik yang
dihasilkan.
2. Korosi
Reaksi elektrokimia yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis.
Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pit dan servikal.
3. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat
dapat menyebabkan tarnish. Penyebab tarnish atau diskolorasi yang paling terkenal
adalah campuran perak dan temabga sulfida, karena reaksi dengan sulfur dalam
makanan dan minuman.
D. Sifat Biologi
1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai
dengan rasa gatal,ruam, bersin, kesulitan bernapas, pembengkakan mewakili efek
samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini
terjadi oleh kurang dari 1℅ populasi yang dirawat.
2. Toksisitas
Merkuri adalah elemen yang beracun. Merkuri larut dalam lemak dan sewaktu-waktu
dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjadi Mg2+. Lalu akan
di transportasikan dari paru-paru ke sel darah merah kejaringan lain termasuk SSP.
Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak
dan juga plasentas kepada janin dan berefek pada bayi yang nakan dilahirkan.
6. Kelebihan dan Kekurangan Amalgam
Kelebihan amalgam :
1) amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal
lainnya dalam melawan tekanan kunyah,sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka
waktu yang sangat lama di dalam mulut
2) Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi
3) Penambalan dengan amalgam relative lebih sederhana dan mudah
4) Biaya relative lebih murah

Kekurangan amalgam :
1) Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi sehingga
tidak dapat diindikasikan untuk gigi anterior
2) Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus dimana tepi tambalan yang berbatasan
langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga kelihatan
membayang kehitaman
3) Pada beberapa kasus ada pasien yang alergi terhadap kandungan logam yang terdapat
pada amalgam
4) Adanya peluang terjadi toksisitas karena kandungan merkuri yang terdapat pada amalgam

 GIC

Glass ionomer cement adalah istilah dalam kedokteran gigi yang menunjukkan
sekelompok bahan gigi yang menggunakan tepung kaca silikat dan larutan asam poliakrilat.
1.1 Komposisi

Bubuk : yaitu larutan dasar asam kalsium aluminosilikat glass yang mengandung fluoride.
Ini dibuat dengan mencampur silika + alumina + kalsium fluoride, metal oksida dan metal fosfat
pada 1100o-1500o C kemudian tuangkan lelehan ke pelat logam atau ke dalam air. Glass yang
terbentuk dihancurkan, digiling dan ditumbuk menjadi bubuk 20-50. Ukuran tergantung
kebutuhan. Campuran dapat terurai oleh asam karena adanya ion Al+3 yang bisa dengan mudah
dapat masuk ke dalam jaringan silika. Ini adalah sifat yang memungkinkan pembentukan semen.
Fungsi dari masing-masing komponen diantaranya adalah :
1. Alumina : meningkatkan opasitas

2. Silika : meningkatkan translusensi

3. Fluoride : meningkatkan to fusi, antikariogenesitas, meningkatkan translusensi,

meningkatkan waktu kerja, meningkatkan kekuatan

4. Ca- Fluoride : meningkatkan opasitas, berperan sebagai pencair/pengalir

5. Al-Fosfat : meningkatkan to leleh, meningkatkan translusensi

6. Cryolite : meningkatkan translusensi, sebagai pencair/pengalir

Cairan : Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi sekitar

10%.

Bahan tambahan : Asam tartar, metal oksida dan polifosfat.

1.2 Sifat

A. Sifat Biologi
GIC melepaskan fluoride ke email gigi yang dapat menghambat terjadinya karies
lanjutan. GIC juga bersifat biokompatibel. GIC menghasilkan reaksi dengan pulpa
lebih besar dari ZOE namun lebih sedikit dari Zinc Phosphate Cement. Glass
ionomer yang digunakan sebagai luting agent memiliki rasio P/L lebih rendah dan
dapat menimbulkan bahaya lebih besar ketimbang dengan restorasi glass ionomer
karena semen yang dibuat dengan rasio P/L rendah memiliki pH rendah dalam waktu
lebih lama. Untuk penggunaan GI, Lebih baik menempatkan sebuah lapisan tipis
protektif liner, seperti Ca(OH)2, 0,55 mm dari ruang pulpa terutama pada preparasi
yang dalam.

B. Sifat Fisik
a. Film Thickness (ketebalan Semu)
Ketebalan GIC sekitar 22-24 µm sehingga cocok untuk digunakan sebagai
sementasi.
b. Setting Time (Waktu Pengerasan)
GIC membutuhkan waktu 6-8 menit dimulai saat pencampuran bubuk dan
cairannya (mixing). Setting time dapat diperlambat ketika semen dicampur dalam
mixing slab yang dingin, tapi hal ini dapat berefek tidak baik pada kekuatannya.
C. Sifat Mekanik
a. Compressive Strength (Kekuatan Kompresi)
Kekuatan kompresi (Compressive Strength) GIC berkisar antara 90-230 Mpa dan
lebih besar daripada zinc phosphate cement. Nikali kekuatan tariknya (Tensile
Strength) hampir sama dengan zinc phosphate yaitu sebesar 4,2-5,3 MPa. Tidak
seperti zinc polyacrilate, GIC lebih brittle. Elastic Modulusnya sebesar 3.5-6,4
GPa sehingga GIC tidak terlalu kaku dan lebih peka terhadap peubahan bentuk
elastis dibandingkan zinc phosphate.
b. Bond Strength (Kekuatan Ikat)
Kekuatan GIC untuk berikatan dengan dentin adalah 1-3 MPa. Kekuatan ikat GIC
lebih rendah dari pada Zinc Polyacrilate Cement mungkin karena sensitivitas GIC
terhadap kelembaban pada saat pengerasan.
1.3 Klasifikasi

Berasarkan aplikasinya :

Tipe I : Luting pada mahkota, jembatan dan bracket

Tipe II a : Semen restorasi untuk estetika

Tipe II b : Semen restorasi untuk kekuatan

Tipe II dapat juga digunakan sebagai fissure sealant, restorasi untuk gigi sulung.
Tipe III : Lining cement dan base

Tipe IV : meliputi light cure dan dual cure GI.

1.4 Aplikasi GIC Dalam Kedokteran Gigi (Kegunaan)

1. Karies kelas v estetik baik dengan daya tahan lebih efisien dan lebih direkomendasikan
daripada amalgam untuk gigi anak anak
2. Karies yang mencapai pulpa, abrasi cervical, tumpatan untuk gigi decidui.
3. Cocok untuk restorasi pada gigi sulung anterior terutama dibagian proksimal.
4. Untuk karies kelas III dan V

1.5 Manipula

Powder dan liquid diletakkan diatas paper pad atau glass slab. Powder semen dibagi dalam dua
bagian yang sama. Bagian pertama dicampurkan kedalam liquid dengan spatula dan kemudian
ditambahkan satu bagian lagi, dan diaduk selama 30-60 detik. Semen segera diaplikasikan karena
working time setelah pengadukan kira-kira 2 menit. Glass slab yang dingin memperlambat setting
reaksi dan menambah working time.

1.6 Kekurangan GIC

1. Tidak dapat digunakan untuk karies kelas IV dan kelas I gigi permanen

2. Agak opak daripada resin komposit sehingga kurang estetik untuk gigi depan

3. Ketahanan terhadap fraktur dan jangka pemakaian rendah apabila dibandingkan dengan

komposit atau amalgam

1.7 Kelebihan GIC

1. dapat berikatan langsung dengan dentin dan enamel. Ikatan pada dentin adalah

ikatan hidrogen (Van noort, 2002). Kekuatan untuk berikatan dengan enamel selalu lebih

tinggi dari dentin karena semakin besarnya kandungan anorganik dari enamel dan

homogenitas yang lebih besar


2. GIC mempunyai biokompatibilitas yang tinggi. Banyak penelitian telah menunjukkan

bahwa ion fluorida yang dilepaskan dariGIC dapat menghambat perkembangan karies

sekunder (Anusavice,2003)

3. GIC merupakan material yang dapat menghambat perlekatan bahanbahan kimia

dalam permukaan gigi.

4. GIC bersifat translucent sehingga cocok digunakan untuk fungsi estetik

 Resin Komposit
Istilah komposit mengacu pada kombinasiantara2 material atau lebih yang akan
menghasilkan sifat yang lebih baik dari masing-masing konstituennya. Resin komposit adalah
suatu bahan matriks resin yang didalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silika
koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat matriksnya ditingkatkan.
2.2.1. Jenis/Klasifikasi Resin Komposit
Resin komposit diklasifikasikan atas duat bagian yaitu menurut ukuran filler dan cara
aktivasi.

A. Berdasarkan ukuran filler


a. Resin komposit tradisional/konvensional/makrofiller
Terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 1-15µm, berat filler 70-80%
dengan jenis partikel quartz (radiolusen). Jenis ini berkembanga pada zaman 70-an dan
mengalami modifikasi. Resin komposit makrofiller lebih tahan abrasi daripada resin
akrilik tanpa bahan pengisi, namun permukaannya kasar.
b. Resin komposit mikrofiller
Diperkenalkan pada akhir tahun 1970 dengan ukuran partikel 0.04-0.2µm dan berat
filler 50-60%. Partikel yang digunakan adalah amorphous silica atau sillica coloidal.
Premukaannya serupa dengan tambahalan resin akrilik tanpa bahan pengisi, lebih
estetis namun lebih cepat aus, karena silika koloidal cenderung menggumpal dengan
ukuran 0,04-0,4µm. Kekuatan kompresif dan tensilnya lebih tinggi daripada resin
komposit konvensional
c. Resin komposit mikrohibrid/fine particle
Jenis resin komposit ini memiliki ukuran partikel sekitar 0.4-3µm dengan berat filler
70-90%. Bahan pengisi yang digunakan adalah ground glass atauquatrz. Jenis ini
digunakan untuk memperoleh kehalusan permukaan komposit berbahan pengisi mikro
dengan tetap mempertahankan/meningkatkan sifat mekani dan fisik komposit
tradisional.
d. Resin komposit hybrid
Dengan berat filler 77-84%, dan partike pengisinya adalah gabungan dari karofiller
dan mikrofiller. Sifat fisik dan mekanik terletak antara resin komposit konvensional
dan mikrohibrid. Permukaannya halus dan kekuatannya cukup baik. Oelh karena itu
sering digunakan untuk tambalan gigi anterior dan posterior.2
B. Berdasarkan cara aktivasi
a. Aktivasi secara khemis
Produk ini terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung bensoyl peroxide (BP)
initiator dan yang satu lagi mengantung aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu
aktivasi, rantai –O—O—putus, dan elektron terbelah diantara kedua molekul. Saat
aktivasi, amine akan bereaksi dengan BP dan membentuk radikal bebas dan
polimerisasi dimulai.
b. Aktivasi mempergunakan cahaya
Diformulasikan untuk sinar UV membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit
yang mempergunakan curing UV berganti menjadi sinar tampak biru. Komposit ini
menggunakan aktivasi sinar yang terdiri dari pasta tunggal yang diletakkan di dalam
syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizes Chomporquinone (CQ)
dengan panjang gelombang 400-500 nm dan amine yang akn menginisiasi
pembentukan radikal bebas. Jika terkontaminasi dengan cahaya biru(panjang
gelombang 468nm) maka akan memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer, dimana
akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal babas dan terjadilah
polimerisasi lanjutan.2

2.2.2. Sifat Resin Komposit


Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga
memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:
A. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan
pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik permukaan
juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat-sifat fisik tersebut
diantaranya:

a. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi
tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh
pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.
Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air
dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran
gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai
struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna
email dan dentin.
b. Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal
ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan
insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.
c. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang
diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured
dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan
secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.
Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang
tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.

B. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting
terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan
tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu.

a. Adhesi
Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak
disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut.
Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan
dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi
melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut
sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan
yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan
ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).
b. Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan
resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang
lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.3
C. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi
kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang
disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam system ini dapat berbentuk apapun,
tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai
percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam
kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) .
Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa
dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA
mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni
menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas
rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.3

Kelebihan

Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin
komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri
kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit
digunakan untuk tujuan estetik.4

Kekurangan
Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama
pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan
menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran
kecil dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan
amalgam.4

2.2.3. Komposisi Resin Komposit


A. Matriks resin organik
1. Aromatik dan aliphatic dimetacrilate, seperti bisphenol A glycidil metacrylate (BIS-
GMA), akan meningkatkan viskositas
2. UDMA (urethane dimetacrylate)
3. TEGDMA (triethyleneglycol dimetacrilate), akan menurunkan viskositas
4. Monomer: siloranes
i. Menurunkan shrinkage dan internal stress
ii. Meningkatkan durabilitas
B. Filler anorganik
1. Glasses(aluminium, barium, strontium, zinc, zirconium)
2. Quartz (SIO2)
3. Alternatif filler, seperti silika.
Penambahan partikel filler ke dalam matriks akan memperbaiki sifat resin komposit
seperti sifat mekanis; kekakuan, kekerasan dan resistensi abrasi, selain itu dapat
mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal.
C. Coupling agent(3-methacryloxypropyltrimethoxysilane)
Melapiska partikel filler dengan coulpng agent seperti vinyl silane, berguna untuk
memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat ikatan dengan
beraksi secara kimia dengan keduanya. Fungsi dari coupling agent:
1. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin
2. Mencegah cairan dari penetrasi ke dalam filler-resin
D. Bahan penghambat polimerisasi
Monomer dimetakrilat dapat berpolimerisasi selam penyimpanan, maka dibutuhkan
bahan penghambat (inhibitor) hidroquinone. Bahan yang paling sering digunakan adalah
monomethil ether hydroquinon.
E. Penyerapan UV
Untuk meminimalkan perubahan warna karena proses oksidasi. Camhphorquinone dan
9-fluorenone sering digunakan sebagai penyerap UV.
F. Opacifiers
Untuk memastikan resin komposit terlihat di dalam sinar-X. bahan yang sering
dipergunakan adlah titanium dioksida dan alumunium dioksida.
G. Pigmen warna
Agar warna resin komposit menyerupai warna gigi asli. Zat warna yang biasa digunakan
adalah ferric oxide, cadmium black, dll.5
2.2.4. Manipulasi Resin Komposit
A. Etching dan bonding
 Untuk membentuk ikatan antara composite dan struktur gigi maka gigi harus dietsa
 Dengan menggunakan bonding agent, enamel dan dentin pada kavitas preparasi dietsa
dengan asam selama 30 detik yang mengandung 10%-15% / 34%-37% gel / cairan
asam fosfat. Asam tersebut kemudian dibasuh dengan air dan permukaannya
dikeringakan dengan aliran udara
 Permukaan gigi yang sudah dietsa tampak kusam
 Pada saat yang sama, bonding agent mempenetrasi permukaan enamel dan dentin yang
teretsa dan menyebabkan retensi mikromekanik pada restorasi
 Single paste composite ( light cured)
 Menggunakan 1 pasta composite
 Harus dicegah adanya under curing karena akan menghasilkan tambalan yang keras
hanya pada kulit luarnya sedangkan bagian dalamnya tetap lunak
 Under curing dapat terjadi bila sumber cahaya diletakkan tidak cukup dekat pada
permukaan bahan yang hendak dipolomerisasi
 Bahan yang lebih gelap mengabsorbsi warna lebih banyak sehingga membutuhkan
waktu curing yang lebih lama.
 Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
 Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
 Two paste composite / dual cured composite ( self cured )
 Kedua pasta hendaknya dicampur dengan baik dan dengan perbandingan yang benar (
biasanya dalam volume yang serupa )
 Sebaiknya jangan menggunakan spatel yang terbuat dari stanless steel karena spatel
ini tidak sepenuhnya tahan terhadap abrasi
 Cegah terjadinya kontaminasi oleh suatu pasta terhadap pasta lainnya
 Sedapat mungkin cegah terperangkapnya udara dalam adonan sewaktu pencampuran
 Pada beberapa bahan, dapat ditambahkan tins / zat pewarna selam proses pencampuran
sehingga memungkinkan diperolehnya warna komposit yang sesuai dengan warna gigi
asli
 Bahan yang sudah diadon hendanknya tanpa menunggu lebih lama langung
dimasukkan ke dalam kavitas
 Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
 Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
 Proteksi pulpa
 Sebelum komposit dimasukkan ke dalam kavitas, pulpa harus dilindungi dengan liner
(Ca (OH)2) atau glass ionomer, hybrid ionomer, compomer base
B. Penumpatan
Peletakkan komposit pada kavitas preparasi dapat dengan berbagai cara :

 Diletakkan menggunakan instrumen plastik / instrumen dengan disposeable


elastometric tips yang tidak melekat oada komposit
 Diletakkan dalam tip platik jarum suntik kemudian diinjeksikan pada cavitas preparasi
C. Finishing dan polishing
 Untuk mengurangi menggunakan : diamond, carbide finishing bur, finishing disk,
strips alumina
 Untuk finishing akhir : abrasive - impregnated rubber rolary instrument, disk / rubber
cup dengan berbagai paste polishing
 Finishing ditunjukkan dengan area basah dan pelicin ater soluable
 Finishing akhir dari composite light cured dimulai segera setelah light curing.
2.2.5. Aplikasi Resin Komposit pada Kedokteran Gigi
a. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay )
b. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan ( prostodontic resin )
c. Sebagai pasak
d. Sebagai semen pada orthodontic bracket,Maryland bridge,ceramic crown,inlay onlay
e. Fit dari fissure sealant
f. Memperbaiki restorasi porselen yang rusak

Anda mungkin juga menyukai