Anda di halaman 1dari 19

MOTIVASI BELAJAR

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Edidon Hutasuhut,M.Pd
ARRANGED BY :
Kelompok 6
Anggita Bella Afrilla Nasution 2183321018
Aryanti Anna Putri 2183121038
Putri Irmayani Sihotang 2181121023
Sri Wahyuningsih 2183321028

DIK ING 18 C
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Allah SWT,karena dengan rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat dan salam saya panjatkan pada junjungan kita
Nabi muhammad SAW.tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.Untuk
itu saya berharap kritik dan saran yang positif sangat saya harapkan agar pembuatan makalah saya
selanjutnya dapat lebih baik.Harapan saya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan,08 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………….. ii
Bab I (Pendahuluan) ……………………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………………… 2
Bab II (Pembahasan) ……………………………………………………………………………….. 3
2.1 Pengertian motivasi belajar ……………………………………………………... 3
2.2 Komponen – komponen motivasi belajar ………………………………….
2.3 Pentingnya motivasi belajar ………………………………………………………
2.4 Unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar ………………..
2.5 Penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran ……………….
Bab III (Penutup)
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………….
3.2 Saran ………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik setelah
melaksanakan pengalaman belajar. Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah satunya adalah
terlihat dari prestasi belajar yang diraih peserta didik. Dengan prestasi yang tinggi, para peserta
didik mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi peserta didik adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, peserta didik akan belajar lebih
keras, ulet, tekun dan memiliki dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar
pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan
dalam upaya pembelajaran di sekolah.
Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi
belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka peserta
didik akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan
prestasi belajar dapat lebih optimal karena peserta didik tersebut merasa termotivasi untuk
meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Biggs dan Tefler mengungkapkan
motivasi belajar peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi
belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena itu,
mutu prestasi belajar pada peserta didik perlu diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan agar
peserta didik memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat
optimal.
Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum . Artinya, alas an yang menyebabkan sesuatu
bergerak . Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang
dapat membangkitkan semangat ,mengarahkan dan memelihara suatu perilaku . Motivasi pada
dasarnya bermakna kontektual ,mempunyai intensitas dan arah . karena itu motivasi dapat
dipahami dari motif yang mendasarinya . misalnya , motif biologis , motif kompetisi , motif yang
dipelajari , motif berprestasi dan sebagainya .
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar diri . Motivasi intrinsic
(dari dalam diri) muncul karena individu senang melakukannya . motivasi mendorong dan
memberi energy pada tingkah laku . Motivasi ekstrinsik adalahdorongan terhadap perilaku individu
yang bersumber dari luar dirinya . Seseorang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar dirinya
seperti adanya reward dan menghindari adanya punishment . Motivasi ekstrinsik dapat berubah
menjadi motivasi intrinsic . Perbedaan esensial motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik seseorang
adalah alas an orang tersebut bertindak . Artinya ,apakah locus of causality (letak penyebab)
tindakan itu berada di dalam atau diluar dirinya . Bila letaknya internal , motivasinya intrinsic , bila
diluar motivasinya ekstrinsik . kebanyakan motivasi memiliki kedua elemen itu . Faktanya , motivasi
intrinsic dan ekstrinsik mungkin merupakan dua kecenderungan yang independen , keduanya
dapat beropersai secara bersamaan dalam situasi tertentu .

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud motivasi ?
b. Apa pengertian dari motivasi belajar ?
c. Apa saja komponen – komponen motivasi belajar ?
d. Mengapa motivasi belajar itu penting ?
e. Apa saja unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar ?
f. Bagaimana penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah terbentuk maka tujuan penyusunan makalah ini
adalah:

a. Untuk mengetahui apa itu motivasi


b. Untuk mengetahui apa pengertian dari motivasi belajar dan konsepnya
c. Untuk mengetahui komponen – komponen motivasi belajar
d. Untuk mengetahui pentingnya motivasi belajar
e. Untuk mengetahui unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar
f. Untuk mengetahui penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi belajar

Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan
dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Clayton Alderfer (dalam Nashar, 2004:42)
Motivasi belajar adalah kecenderungan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang
didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu
belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati dan
Mudjiono, 2006). Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu
timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia atau individu untuk
menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (2008: 75) mendefinisikan
motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan
pendorong dari dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
keberadaannya karena pengaruh dari luar individu. Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh
lingkungan.
Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama (Agus Suprijono, 2009: 163). Winkel (1983: 270) mendefinisikan bahwa “Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan
serta memberi arah pada kegiatan belajar”. Motivasi belajar adalah keinginan , perhatian ,
kemauan siswa dalam belajar . Wloodkwoski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah
arah dan ketahanan perilaku siswa dalam belajar . Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan
yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses ,meskipun dihadang banyak kesulitan . komponen
utama motivasi belajar adalah kebutuhan , dorongan ,dan tujuan belajar . kebutuhan belajar
terjadi bila individu merasakan ketidakseimbangan antara yang dimiliki dan yang diharapkan .
dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka
memenuhi harapan dalam belajar . Dorongan berorientasi pada tujuan belajar . Tujuan belajar
inilah yang menjadi inti motivasi belajar . tujuan adalah hal yang ingin di capai oleh seorang
individu . Tujuan belajar mengarahkan perilaku belajar individu .
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar adalah
suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan
semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Jadi peran
motivasi bagi peserta didik dalam belajar sangat penting. Dengan adanya motivasi akan
meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya, sehingga akan diperoleh
keefektifan dalam belajar.
Terdapat enam konsep penting motivasi belajar yaitu:
1. Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai
alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang
mahapeserta didik dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengan
tujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi
tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik).
2. Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu
konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu
hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan,
atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan
pemberdayaan atribusi.
4. Motivasi belajar dapat meningkat apabila dosen membangkitkan minat mahasiswa,
memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran,
menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan
sering dan segera.
5. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri mahasiswa apabila dosen memberikan
ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
6. Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk
mengupayakankeberhasilan dan memilih kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
keberhasilan/kegagalan.
Menurut Utami Munandar (1992: 34-35), ciri-ciri peserta didik yang bermotivasi antara
lain : 1) tekun dalam menghadapi tugas; 2) ulet dalam menghadapi kesulitan; 3) tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; 4) ingin mendalami lebih jauh materi yang
dipelajari; 5) selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin; 6) menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah; 7) senang dan rajin belajar, penuh semangat, dan tidak cepat
bosan dengan tugas-tugas rutin; 8) dapat mempertanggungjawabkan pendapat-
pendapatnya; 9) mengejar tujuan jangka panjang; 10) senang mencari soal dan memecahkan
soal.

motivasi belajar disekolah di pengaruhi ole rekayasa pedagogis guru di sekolah .Dimyati (2002)
menggambarkan hal ini dalam bagan sebagai berikut :

1. Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis . Guru menyusun desain
pembelajaran dan melaksanakannya dalam proses belajar mengajar . Guru bertindak
membelajarkan siswa .
2. Siswa adalah pembelajar yang memiliki kepentingan dalam menghayati proses belajar . ada
siswa yang berkeinginan memperoleh pengalaman , keterampilan dan pengetahuan
(memiliki motivasi intrinsic) . Siswa lain ada unag baru memiliki keinginan memperoleh
pengalaman , keterampilan dan pengetahuan berkat teman sebaya (motivasi ekstrinsik ).
3. Guru melaksanakan kegiatan mendidik dengan memberi pengalaman seperti : hadiah ,
teguran , penghargaan atau nasihat didalam pembelajaran . Tindakan guru ini akan dapat
menguatkan motivasi intrinsic dan dapat juga menguatkan motivasi ekstrinsik . Dengan
penguatan ini diharapkan siswa akan tertarik dan bersemangat untuk belajar . Sesuai
dengan tugas perkembangannya , maka siswa dapat bangkit untuk beremansipasi untuk
menjadi mandiri . Emansipasi kemandirian tersebut berlangsung sepanjang hayat . sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dalam memenuhi kebutuhan pribadi .
4. Dengan belajar yang bermotivasi , siswamemperileh hasil belajar . dari segi rekayasa , maka
hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring.
5. Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur , yang terwujud dalam
nilai raport atau ijazah . sebagian besar rekayasa pedagogis guru terwujud sampai pada
dampak pengajaran .
6. Dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan
transfer hasil belajar di sekolah . munculnya dampak pengiring ini bila lulusan sekolah
menghadapi masalah . dampak pengiring terletak dalam kepentingan siswa sendiri . dari
segi tugas perkembangan , maka dampak pengiring merupakan unjuk kerja tugas
perkembangan untuk mencapai aktualisasi diri secara penuh . dampak pengiring
merupakan sarana untuk melakukan emansipasi kemandirian bagi siswa .
7. Setelah lulus sekolah , maka siswa diharapkan dapat mengembangkan diri lebih lanjut
secara mandiri atau melalui jalur Pendidikan formal .
8. Dengan program belajar sendiri secara berkesinambungan , maka akan diperoleh hasil
belajar atas tanggung jawab siswa sendiri . program belajar diluar rekayasa pedagogis guru
adalah suatu rangkaian dampak pengiring berupa program dan hasil belajar sepanjang
hayat . dalam hal ini siswa telah mampu memperkuat motivasi belajar sendiri karena
kebutuhan aktualisasi diri . dengan demikian dapat disimpulkan bhwa motivasi belajar di
sekolah berada didalam jaringan rekayasa pedagogis guru . dengan tindakan pembuatan
persiapan mengajar , pelaksanaan belajar mengajar , maka guru menguatkan motivasi
belajar siswa . dri segi emansipasi kemandirian siswa , motivasi belajar semakin meningkat
padaa tercapainya hasil belajar . motivasi belajar mengalami perkembangan sesuai dengan
pengaruh kondisi fisiologis dan psikologis siswa .

Perilaku belajar siswa disekolah dapat diamati mulai dari sebelum belajar , selama proses
belajar dan sesudah belajar . Menurut Biggs dan Tefler dalam Dimyati (2002) hal – hal yang
berpengaruh sebelum belajar adalah adalah ciri khas pribadi siswa , minat , kecakapan
,pengalaman dan keinginan belajar . Pada proses belajar hal yang berpengaruh adalah sikap
dan motivasi , konsentrasi , kemampuan mengolah ,menyimpan , menggali dan unjuk kerja
berprestasi . Sesudah belajar , merupakan tahap untuk prestasi hasil belajar .

Rekayasa pedagogis yang dilakukan guru sebagai pengalaman belajar disekolah , akan
membantu dalam hal sikap dan motivasi yang tepat , konsentrasi , kemampuan mengolah ,
menyimpan , menggali , dan unjuk kerja berprestasi siswa disekolah . Sejak memasuki
Pendidikan disekolah diharapkan proses perkembangan ini berlangsung secara bertahap dan
kontiniu , hingga akhirnya siswa memiliki kemampuan belajar sepanjang hayat . Seperti
kemampuan memotivasi diri untuk belajar diharapkan melalui rekayasa pedagogis ini akan
dapat mengubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik . Dengan kata lain , pengalaman
belajar disekolah akan menumbuhkan motivasi belajar siswa Ke arah yang lebih baik bila
dibanding dengan pada saat berada di jenjang kelas sebelumnya .

Motivasi belajar pada diri siswa dapat diamati dari perilakunya . seorang siswa yang
memiliki motivasi tinggi akan memperlihatkan minat , mempunyai perhatian dan keinginan
yang kuat untuk terlibat atau ikut serta dalam proses belajar . siswa yang memiliki motivasi
belajar yang kuat akan bekerja keras dan bekerja terus serta memberikan waktu kepada usaha
belajar sampai semua tugas – tugas belajar terselesaikan .

Pada proses belajar dan pembelajaran di sekolah , menurut Prayitno (2002) dapat diamati
beberapa karakteristik siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar. Diantaranya adalah :

 Duduk di kursi dengan badan agak condong ke depan ketika memperhatikan guru
memberi penjelasan , kadangkala kepala diangguk-anggukan sebagai pertanda setuju .
 Mengacungkan tangan secara spontan bila ingin bertanya dan memberi respon ,
ekspresi wajah penuh dengan rasa ingin tahu ,bila merasa berhasil ekspresinya puas
dan bahagia serta sorotan matanya bersinar – sinar .
 Secara umum menyukai sekolah , guru dan teman -teman , cenderung datang
kesekolah lebih cepat .
 Sering merasa tertantang dengan tugas -tugas belajar yang diberikan guru , bila
memberikan jawaban yang salah , maka siswa akan berusaha untuk mendapatkan
jawaban yang benar .
 Tekun,serius dan sabar terhadap pelajaran yang dirasa sukar .
 Secara umum merasa senang hati dalam mengerjakan tugas – tugasnya selalu
menyiapkan peralatan dan kelengkapan belajar dengan baik .

Sri Esti (2002) menyatakan bahwa motivasi sering dilihat sebagai sifat - sifat
kepribadian seseorang yang relative stabil . konsep motivasi ini berbeda dengan motivasi
untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi tertentu . motivasi disini dimaksudkan
sebagai sifat kepribadian sebagai suatu hasil belajar dari sejarah renforcement seseorang
. seseorang yang cinta belajar , memiliki pengalaman bahwa sebelumnya pernah mendapat
reinforcement dari guru dan orang tua atas perilaku belajarnya , sehingga saat ini diperkuat
menjadi cinta belajar .
2.2 Komponen – komponen motivasi belajar

Menurut Sondang P. Siagian (2004:132), komponen motivasi adalah sebagai berikut:

a. Upaya Pencapaian Tujuan dan Berbagai Sasaran Organisasional

Tersirat pada pandangan ini ialah bahwa dalam tujuan dan sasaran organisasi telah
tecakup tujuan dan sasaran pribadi para anggota organisasi yang diberi organisasi tersebut. Secara
populer dapat dikatakan bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalamdiri para
bawahan yang digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai
sasaran organisasi tujuan pribadipun akan ikut pula tercapai. Hal ini sangat penting untuk
mendapat perhatian karena, seperti dimaklumi, pendorong utama dan pertama bagi seseorang
untuk memasuki organisasi tertentu ialah adanya persepsi dan harapannya bahwa dengan
memasuki organisasi tertentu itu berbagai kepentingan pribadinya akan terlindungi dan berbagai
kebutuhannya akan terpenuhi. Bahkan dapat dikatakan bahwa motif utama dan pertama tersebut
dapat bersifat individualistik, malahan mungkin egosentris. Para pekerja akan selalu mengkaitkan
pemberian motivasi oleh pimpinan dengan kepentingan dan tujuan pribadi itu meskipun tetap
dalm rangka pencapaian tujuan organisasi.

b. Usaha Tertentu Sebagai Akibat Motivasi

Artinya motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan pemuasan kebutuhan
tertentu. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan kesediaan untuk mengerahkan usah tingkat
tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi kesediaan mengerahkan usaha itu sangat
tergantung pada kemampuan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha
merupakan ukuran intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasikan, yang
bersangkutan akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu.

a. Kebutuhan

Suatu pemahaman teori motivasi dan aplikasinya, yang dimaksud dengan kebutuhan ialah
keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya
suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang pada gilirannya
menimbulkan dorongan tertentu dalam diri seseorang. Dapat dikatakan bahwa seseorang pekerja
yang termotivasikan sesungguhnya berada pada suasana ketegangan. Cara untuk menghilangkan
ketegangan itu mereka melakukan usaha tertentu. Merupakan hal yang logis apabila usaha
seseorang akan semakin besar apabila tingkat ketegangan dirasakan semakin tinggi. Menurut
pengertian di atas terlihat pula bahwa motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang yang
sering dikenal dengan istilah motivasi internal atau motivasi instrinsik akan tetapi dapat pula
bersumber dari luar diri orang yang bersangkutan yang dikenal dengan istilah motivasi eksrernal
atau ekstrinsik. Faktor – faktor motivasi itu, baik yang bersifat instrinsik maupun yang ekstrinsik,
dapat positif, akan tetapi dapat pula negatif. Kunci keberhasilan seseorang manajer dalam
menggerakkan para bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor – faktor
motivasi tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi menjadi daya pendorong yang efektif.
Berdasarkan komponen motivasi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya motivasi
merupakan suatu proses psikologis yang sangat fundamental sifatnya. Akan sangat sukar untuk
menyanggah bahwa motivasi merupakan proses yang amat penting dalam pemuasan berbagai
kebutuhan dan menjamin berbagai kepentingan para anggota organisasi.

keller dalam suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya
sebagai model ARCS . yaitu attention (perhatian ) , relevansi (relevansi) , confidence (kepercayaan
diri) , dan satisfaction (kepuasaan) .

1. Attention (perhatian) siswa terhadap pelajaran disekolah muncul didorong oleh rasa ingin
tahu .
2. Relevansi , menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kondisi siswa .
Motivasi belajar siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap pelajaran yang
dipelajarinya akan memenuhi kebutuhan pribadinya , bermanfaat untuk dirinya serta
sesuai dengan nilai yang dianutnya .
3. Confidence , (percaya diri) yaitu perasaan mampu dalam diri siswa yang merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi secara positf dengan lingkungan . hal ini berhubungan
dengan keyakinan siswa bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas
yang menjadi syarat keberhasilan .motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
harapan untuk berhasil . harapan dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau .
motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan dan selanjutnya
pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya.
4. Satisfaction (kepuasan) . Usaha belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi konsekuensi yang
diterimanya . konsekuensi yang sesuai dengan harapan akan memberikan kepuasan .
selanjutnya kepuasan ini akan membuat siswa termotivasi untuk terus berusaha mencapai
tujuan yang serupa .

Keempat komponen motivasi belajar ini dapat digunakan untuk memotivasi siswa di dalam proses
pembelajaran .

2.3 Pentingnya Motivasi Belajar

Beberapa hal mengenai pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut. Motivasi dapat
menjadi pendorong atau penggerak energi yang ada dalam diri seseorang ke arah hal yang positif.
Ia menjadi motor yang menggerakkan aktivitas seseorang. Selain itu, motivasi juga menjadi
penentu arah tindakan yang ingin dicapai. Adanya kejelasan tindakan yang disertai dengan langkah
yang jelas pula membantu proses pencapaian cita menjadi lebih mudah.

Dengan adanya motivasi, usaha yang dilakukan juga lebih terencana. Segala perilaku atau tindak
laku yang akan dilakukan akan lebih terseleksi sehingga hanya perilaku yang sesuai dengan tujuan
yang baik sajalah yang akan mampu menggerakkan diri seseorang menjadi lebih dekat ke arah
yang dia ingin capai. Memberikan motivasi akan sangat membantu proses belajar diri seseorang
menjadi ke arah yang lebih baik lagi.

Motivasi Belajar dapat berupa beberapa tindak laku atau ucapan yang mampu
menyuntikkan semangat belajar pada diri seseorang. Motivasi yang dilakukan dengan memberikan
pujian misalnya, ternyata lebih baik daripada memberikan hukuman. Motivasi yang terpupuk
dengan baik akan membuat proses belajar menjadi lebih efektif dan berjalan dengan lebih baik
sehingga mampu melahirkan prestasi yang ingin dia capai. Demikianlah pentingan motivasi bagi
setiap orang yang menumbuhkan minat serta kecintaan terhadap proses belajar.

Contoh motivasi belajar

1.Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan dorongan keinginan dan kemauan siswa untuk belajar yang
betul-betul berasal dari dalam diri siswa. Dalam diri siswa sudah mulai tumbuh kesadaran akan
pentingnya belajar. Siswa mengetahui apa yang hendak dicapainya jika bersemangat belajar.
Sebagai contoh adalah keinginan untuk menjadi siswa berprestasi, memperoleh nilai hasil belajar
yang tertinggi, dan lain sebagainya.

2.Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan dorongan kemauan dan keinginan siswa untuk belajar yang
berasal dari pihak luar. Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan merupakan faktor luar
yang mampu mendorong motivasi siswa untuk belajar.

2.4 Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar

Belajar adalah suatu hal yang diwajibkan untuk semua siswa di sekolah. Namun dalam
pelaksanaannya selalu ada hambatan-hambatan yang membuat siswa malas untuk belajar.
Menurut Dimiyati dan Mujiono (2002) terdapat beberapa unsure yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa, antara lain:
1. Cita-cita atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan berjalan, makan-
makanan yang lezat, berebut mainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain.
Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat bahkan dikemudian
hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah
atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan
menjadi cita-cita.

2. Kemampuan Siswa
Keinginan siswa perlu dibarnegi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya.
Kemampuan ini meliputi beberapa aspek yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan,
perhatian, dan daya piker fantasi, dengan kemampuan yang dimilikinya akan memperkuat
motivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas perkembangan.

3. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.
Siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menganggu perhatian belajar. Sebaliknya
siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

4. Kondisi Lingkungan Siswa


Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam lingkungan tempat tinggal (keluarga).
Pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat
terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang akan mengganggu
kesungguhan belajar, sebaliknya lingkungan sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan
memperkuat motivasi belajar.1[2]

5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran


Siswa memiliki perasaan, perhatian, keamanan, ingatan dan pikiran yang mengalami
perubahan dank arena pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh
pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam. Lingkungan
tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang ebrupa
surat kabar, majalah, radio, televise dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan
tersebut medinamiskan motivasi belajar siswa.
6. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagiamana guru mempersiapkan diri dalam
mebelajarkan siswa mulai dan penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian
siswa, mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi
pada kepentingan siswa, maka diharapkan upaya tersebut menimbulkan otivasi belajar siswa.
Dalam hal ini guru harus mampu untuk mengendalikan kelas yang dipegangnya. Adapun yang
harus diperhatikan sebagai seorang guru adalah sebagai berikut:

a. Kedisiplinan Guru
Kedisiplinan guru memiliki pengaruh terhadap prilaku belajar siswa. Guru yang berdisiplin
dalam mengajar cenderung lebih diperhatikan dan dihormati oleh siswanya. Kedisiplinan seorang
guru dapat dilihat dari:
a) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
b) Membina disiplin belajar dalan tiap kesempatan, seperti pemnafaatan waktu dan
pemeliharaan fasilitas sekolah.

c) Mematuhi tata tertib sekolah


Masalah disiplin merupakan suatu hal yang penting bagi seorang guru, tanpa ada kedisiplinan yang
besar didalam diri guru maka alam kelabu akan selalu menutupi dunia pendidikan dan pengajaran.

b. Kepribadian Guru
Kepribadian seorang guru adalah kemampuan yang melekat dalam diri pedidik secara
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi anak didik dan berakhlak mulia.
Jika seorang guru mampu menunjukkan pribadi yang baik, maka akan berpengaruh terhadap
kebiasaan dan motivasi belajar siswa. Siswa merasa diperhatikan dan dilibatkan ketika proses
belajar mengajar berlangsung.Kepribadian guru disini mengacu pada kemampuan seorang guru
untuk menampilkan sifat-sifat seperti sifat adil, luwes, terbuka, disiplin, kreatif ulet dan
berwibawa, serta pribadi yang dapat menjadi teladan yang baik bagi para siswanya.

2.5 penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran

a. pendektan behavioral

Motivasi siswa menurut pendektan ini dimulai dari analisis yang seksama atas intensif dan
reward yang diberikan dikelas. Reward adalah objek objek atau kejadian atraktifyang diberikan
sebagai konsekuensi perilaku tertentu. Intensif adalah objek kejadian yang mendorong perilaku.
Contohnya, janji guru untuk memberikan nilai A jika siswa menyelesaikan tugas nya merupakan
intensif, sedangkan benar-benar menerima nilai A adalah reward. Jika sescara konsisten perilaku
tertentu diperkuat, maka akan dapat dibentuk suatu kebiasaan atau kecenderungan untuk
bertindak dengan cara tertentu.

b. pendekatan humanistis

Motivasi menurut pendekatan ini bersumber dari kebutuhan yang ada di dalam diri
imdividu. Menurut maslow kebutuhan manusia dapat digolongkan atas dua yaitu, kebutuhan
dasar(deficiency needs) dan kebutuhan untuk” menjadi” ( being needs). Kebutuhan dasar seperti
psikologi, rasa aman, kasih sayang, sedangkan kebutuhan untuk”menjadi” seperti kebutuhan
kognitif/belajar,estetika, aktualisasi diri dan transenden. Contohnya jika seorang siswa tidak dapat
belajar jika kebutuhan fisiologis seperti lapar tidak terpenuhi terlebih dahulu.

c. pendekatan kognitif

Menurut pandangan pendekatan ini setiap orang pada dasarnya adalah aktif dan ingin
tahu, mencatri informasi untuk mengatasi masalah-masalah yang relevan secara pribadi.
Pendekatan ini menekankan pada motivasi intrinsic. Pendekatan kognitif memfokuskan diri pada
motivasi internal untuk meraih sesuatu, atribusi, keyakinan murid bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan mereka secara efektif dan dapat menentukan tujuan, merencanakan dan
memonitor kemajuan mereka kearah tujuan. Contohnya dalam hal ini murid perlu dibuat flow
yaitu suatu keadaan yang membuat murid konsentrasi penuh dalam suatu aktivitas, flow dapat
tercipta apabila murid konsentrasi penuh dalam menghadapi tantangan tersebut.

d. teori atribusi

Teori ini menekankan pada usaha individu memahami perilaku, individu termotivasi untuk
menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang dianggap
menimbulkan hasil, contohnya siswa mengatakan “ mengapa nilai saya tidak bagus dalam
pelajaran ini? Apakah saya mendapat nilai baik karena saya belajar keras atau karena test nya
dibuat mudah oleh guru atau keduanya? Atau seorang murid yang menganggap keberhasilannya
disebabkan oleh kemampuannya cenderung mengembangkan harga diri yang positif jika
disbanding dengan mereka yang mempersepsi keberhasilannya bersumber dari factor
keberuntungan.

E. Teori Ekspektansi x Nilai

Teori ini menegaskan bahwa motivasi adalah produk dua faktor utama yaitu ekspetansi
individu untuk mencapai tujuan dan makna tujuan itu bagi dirinya. Contohnya: “ kalau aku belajar
keras, apakah aku dapat sukses? “. Mottivasi adalah produk kedua hal ini. Jika salah satunya nol
maka tidak ada motivasi untuk mencapai tujuan.
f. Pandangan sosiokultural

Menurut pandangan ini motivasi menekankan partisipasi dalam komuniti. Orang terlibat
dalam berbagai kegiatan untuk mempertahankan identitas dan relasi interpersonalnya di
masyarakat. Siswa akan termotivasi belajar jika komunitas kelas atau sekolahnya menjujunjung
tinggi pentingnya belajar.

g. Teori Self Determination

Teori ini menjelaskan bahwa siswa memiliki keinginan untuk membangun pertalian
emosional yang erat dan lekat dengan orang lain. Jika guru dan orang tua responsif dan
menunjukkan bahwa mereka peduli pada kepentingan dan kesejahteraan siswa, maka siswa akan
menunjukkan motivasi intrinsik dan siswa akan merasa terlibat secara emosional dengan sekolah.
Akan tetapi jika tidak akan dapat mengakibatkan terjadinya masalah emosional dan fisik, mulai dari
gangguan makan samapi dengan bunuh diri.

h. Goal Setting Theory

Tujuan ( goal ) dapat meningkatkan motivasi jika tujuan tersebut spesifik, memiliki tingkat
kesulitan yang sedang dan dapat dicapai dalam waktu dekat. Terdapat beberapa jenis tujuan.
Pertama adalah mastery gold, yaitu niat untuk memperoleh pengetahuan dan menguasai
keterampilan yang membuat siswa mencari tantangan dan tetap bertahan saat menghadapi
kesulitan. Kedua adalah performance goal adalah niat untuk mendapatkan nilai baik atau tmapak
lebih pintar atau lebih mampu dibanding orang lain, yang membuat siswa terobsesi dengan dirinya
bagaimana mereka tampil.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

`Studi motivasi difokuskan pada proses yang memberi energi, arah dan mempertahankan
perilaku. Pendekatan behavior menekankan pemberian motivasi secara eksternal berdasarkan
imbalan dan hukuman. Dalam perspektif humanistik menekankan pada pertumbuhan personal
sehingga motivasi bersumber secara internal. Pendekatan kognitif memfokuskan perhatian pada
mendapatkan sesuatu, atribusi dan keyakinan seseorang untuk mengendalikan lingkungan secara
efektif untuk dapat mencapai tujuan mereka. Guru perlu memperhatikan adanya pengaruh self
determination, pencapaian tujuan, ekspektansi x nilai didalam motivasi siswa.

Guru perlu memotivasi siswa untuk membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Penting untuk
diperhatikan agar pemberian reinforcement tidak membuat siswa tergantung, akan tetapi justru
menumbuhkan motivasi internal di dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik.

3.2 SARAN

Seperti yang kita ketahui bahwa motivasi sangat membantu siswa dalam meningkatkan
kualitas belajar terutama untuk prestasi di berbagai bidang studi. Selain orang tua, guru juga
sangat berperan penting untuk memberikan motivasi pembelajaran. Motivasi dapat dilakukan
dengan berbagai metode namun kebanyakan guru-guru memberikan siswa motivasi dengan cara
yang kurang efektif yaitu dengan membanding-bandingkan siswa yang satu dengan yang lain
ataupun memarahinya dengan kata-kata yang kasar. Sebaiknya guru dapat memberikan ucapan-
ucapan yang positif tanpa membandingkan siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga siswa
dapat menerima dengan baik dan juga meningkakan prestasi belajarnya. Dengan memberikan hal-
hal positif maka pengetahuan siswa dalam proses pembelajaran akan membaik sebagaimana
mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Milfayetty Sri , DKK , 2018 . PSIKOLOGI PENDIDIKAN . Medan : Pps Unimed .

Anita Woolfolk, 2004. Eucational Psychology . Boston : Pearson educational .

Jhon W. Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan (terjemahan) . Jakarta : Kencana .

Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002 . Psikologi Pendidikan . Jakarta : Gramedia .

Djamarah, Syaipul bahri .2002. Fisikologi Belajar.Cetakan I. Jakarta : Rimeka Cipta .

Anda mungkin juga menyukai