Anda di halaman 1dari 12

JANTUNG KORONER, HIPERTENSI DAN OBESITAS SEBAGAI PENYAKIT

AKIBAT KELAINAN METABOLISME LEMAK

LEMAK

Lipid adalah lemak tubuh yang disintesis baik dalam sel (endogen Lipid) atau
berasal dari lemak makanan (lipida eksogen) (Griffin, 2013).
Lemak adalah suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan 3 asam lemak
terikat pada rantai utamanya (Tuminah, 2009).
Lemak adalah salah satu komponen makananan multifungsi yang sangat penting
untuk kehidupan.Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif
terhadap kesehatan.
Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian dari
membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga
keseimbangan suhu tubuh, pelindung organorgan tubuh serta pelarut vitamin A, D, E,
dan K. Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur
makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, 9 Kkal/gram lemak
yang dikonsumsi (Sartika, 2008).
METABOLISME LEMAK

Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan
simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam
tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-
sel otot ( intramuscular triglycerides ). Melalui proses yang dinamakan lipolisis,
trigeliserida yang tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak ( fatty acid ) dan
gliserol. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah
dan akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1 molekul gliserol menjadi glukosa atau
juga asam piruvat, sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unit-
unit kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan
energi (ATP) di dalam mitokondria sel. Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran
oksigen serta membutuhkan adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran
asam lemak dan menjadi Molekul asetil-KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini
kemudian akan masuk ke dalam siklus krebs dan diproses untuk menghasilkan energi
seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasilkan melalui proses metabolisme
energi dari glukosa/glikogen.
Trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol, selain
penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam darah dan
sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak linoleat.Latihan daya
tahan merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang
(submaksimal) dan berlangsung dalam waktu lama, dalam melakukan olahraga terjadi
pengeluaran hormon catecholamine, insulin, glucagon, adrenocorticotropic (ACTH),
cortisol, growth, dan endorphine.
Hormon epinephrine, glucagon dan cortisol memecah jaringan adipose menjadi
trigliserida.Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama
olahraga daya tahan, penggunaan trigliserida sebagai energi tergantung dari intensitas
dan lama latihan yang diberikan.Jika dengan intensitas rendah dan sedang dan waktu
lama energi yang di pakai adalah trigliserida.Hasil oksidasi lemak menjadi trigliserida
intra muskular dan trigliserida plasma merupakan energi yang digunakan selama
kontaksi otot. Kotraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam lemak
bebas dan reaksi biokimiawi dalam siklus krebs yang berasal dari lipolisis jaringan
lemak adipose.
Siklus Krebs terdiri dari delapan tahap seperti berikut ini :
1. Pembentukan Sitrat : Reaksi pertama dari siklus adalah kondensasi asetil-CoA
dengan oksaloasetat untuk bentuk sitrat, dikatalisasi oleh sitrat sintase.
2. Pembentukan Isositrat melalui cis-Aconitate : Enzim aconitase (lebih formal,
aconitate hidratase) mengkatalisis transformasi reversibel sitrat untuk isositrat,
melalui pembentukan perantara dari asam trikarboksilat cis-aconitate, yang biasanya
tidak memisahkan dari situs aktif. Aconitase dapat mempromosikan penambahan
reversibel dari H2O pada ikatan rangkap enzim-terikat cis-aconitate dalam dua cara
yang berbeda, salah satu yang mengarah ke sitrat dan yang lain untuk isositrat.
3. Oksidasi Isositrat menjadi α-Ketoglutarate dan CO2 : Dalam langkah selanjutnya,
isositrat dehidrogenase mengkatalisis dekarboksilasi oksidatif dari isocitrate untuk
membentuk α-ketoglutarate, dengan NAD yang berperan sebagai koenzimnya. Mn2+
dalam berinteraksi situs aktif dengan gugus karbonil dari senyawa antara
oksalosuksinat, yang terbentuk secara sementara tetapi tidak meninggalkan situs
pengikatan sampai dekarboksilasi mengkonversi α-ketoglutarat. Ada dua macam
isositrat dehidrogenase , yang satu berikatan dengan NAD (NAD-isositrat
dehidrogenase) dan yang lainnya dengan NADP (NADP-isositrat dehidrogenase).
NAD-isositrat dehidrogenase terdapat hanya dalam mitokondria sedangkan NADP-
isositrat dehidrogenase terdapat baik dalam mitokondria maupun sitoplasma. Enzim
yang pertama mengkatalis proses oksidasi isositrat menjadi oksalosuksinat dan
dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi α-Ketoglutarate.
4. Oksidasi α-Ketoglutarate menjadi Suksinil-CoA dan CO2 : Langkah selanjutnya
adalah dekarboksilasi oksidatif lain, α-ketoglutarate diubah menjadi suksinil-CoA
dan CO2 oleh enzim kompleks dehidrogenase α-ketoglutarate; NAD+ berfungsi
sebagai akseptor elektron dan CoA sebagai pembawa kelompok suksinil. Reaksi ini
berlangsung dengan mekanisme yang sama seperti proses oksidasi piruvat menjadi
asetil KoA, yaitu dengan melibatkan koenzim tiamin piroposfat, asam lipoat,
koenzim A, FAD, NAD+ .
5. Konversi Suksinil-KoA menjadi suksinat : Suksinil Ko-A adalah suatu senyawa
tioester yang berenergi tinggi. Selanjutnya Suksinil Ko-A melepaskan koenzim A
dengan dirangkaikan dengan reaksi pembentukan energi GTP (guanosin trifosfat)
dari GDP (guanosin difosfat) dan fosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim suksinil-
CoA sintetase yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini
dipakai untuk sintesis ATP dari ADP dengan enzim difosfat kinase. Pembentukan
GTP (atau ATP) yang dikaitkan dengan reaksi deasilasi suksinil Ko-A ini disebut
fosforilasi tingkat substrat.
6. Oksidasi suksinat menjadi fumarat : Suksinat terbentuk dari oksidasi suksinil-CoA
menjadi fumarat dengan bantuan enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan
dengan flavin adenin dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzi mini terikat kuat
pada membran dalam mitokondria. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai gugus
penerima hidrogen.
7. Hidrasi Fumarat menjadi Malat : Reaksi reversibel penambahan satu molekul H2O
ke ikatan rangkap fumarat menghasilkan L-malat dengan dikatalis enzim fumarase
(secara resmi, fumarat hidratase) tanpa koenzim.
8. Oksidasi Malat menjadi oksaloasetat : Dalam reaksi terakhir dari siklus asam sitrat,
L-malat dehidrogenase berikatan dengan NAD mengakatalis ossidasi L-malat
menjadi oksaloasetat. Kesetimbangan reaksi ini terletak jauh di sebelah kiri bawah
kondisi termodinamika standar, tetapi dalam sel utuh oksaloasetat terus menerus
dihapus oleh reaksi eksergonik sitrat sintase. Hal ini membuat konsentrasi
oksaloasetat dalam sel sangat rendah (10-6 M), menarik dehidrogenase malat bereaksi
terhadap pembentukan oksaloasetat.
Awal melakukan olahraga energi yang didapat dari karbohidrat dan lemak sama
jumlahnya, kemudian terjadi peningkatan secara bertahap penggunaan lemak sebagai
sumber energi selama olahraga yang berlangsung antara satu jam atau lebih sedangkan
penggunaan karbohidrat berkurang, karena saat penggunaan energi trigliserida terjadi
penurunan gula darah yang diikuti oleh penurunan hormon insulin dan peningkatan
hormon glucagon (Munawarrah, 2011).
PENYAKIT YANG DITIMBULKAN AKIBAT KELAINAN METABOLISME
LEMAK
A. Jantung koroner
Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk
bebas dan ester dengan asam lemak.Lemak yang dimakan terdiri atas kolesterol
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Karbohidrat dan lemak tersebut di dalam
tubuh akan diproses menjadi suatu senyawa yang disebut asetil koenzim A.
Bahan ini akan membentuk beberapa zat penting seperti asam lemak,
trigliserida, fosfolipid dan kolesterol, sehingga bila tubuh terlalu banyak asupan
makanan yakni melebihi kebutuhan maka jumlah trigliserida dan kolesterol akan
meningkat (Kasim dkk., 2006).
Kolesterol saat ini tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi
negara-negara maju tetapi juga negara-negara berkembang. Seperti kita ketahui,
kolesterol merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner
(PJK).Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama keadaan
sakit dan kematian bangsa-bangsa industri maju.
Sedangkan di negara-negara berkembang, kecenderungan perubahan
pola makan masyarakat yang didominasi oleh makanan berlemak tinggi dan
rendah serat (junkfood), gaya hidup merokok serta kurang gerak merupakan
penyebab timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan kolesterol.
Secara normal, kolesterol diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang tepat.Akan
tetapi pola makan yang cenderung berupa makanan sumber hewani dengan
lemak tinggi, menyebabkan kolesterol berada dalam jumlah berlebihan dalam
darah. Kelebihan kolesterol inilah yang dapat memacu aterosklerosis yang
selanjutnya berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner (PJK) (Ariantri
dkk., 2010).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung arteri coroner.Arteri
koroner merupakan sistem pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi
ke otot jantung untuk menjaga fungsinya.Penyakit ini disebut demikian karena
sistem arteri berbentuk seperti korona. Jika, karena alasan apa pun juga, arteri
koroner menyempit atau tersumbat, aliran darah ke jantung akan berkurang
sehingga menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke otot-otot jantung, yang
menyebabkan penyakit jantung koroner. Ketika penyumbatan di arteri koroner
menjadi lebih parah, pasien akan merasakan angina (nyeri dada) dan angina bisa
menyebabkan kondisi infark miokard yang fatal (umumnya dikenal sebagai
“serangan jantung”) (Anonim, 2016).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya (Yulianidkk., 2014).

Ada tiga jenis faktor risiko


1. Faktor risiko yang tidak bisa dihindari
 Penuaan: Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi sistem
kardiovaskular Anda akan memburuk;
 Jenis kelamin: Penelitian menunjukkan bahwa pria yang berusia di
bawah 50 tahun memiliki risiko kematian yang lebih besar akibat
penyakit jantung koroner, 3 hingga 5 kali lebih tinggi daripada
wanita pada usia yang sama. Namun, bagi para wanita yang berusia
di atas 50 tahun atau telah mengalami menopause, perbedaan faktor
jenis kelamin ini tidak terlalu berpengaruh;
 Suku bangsa: Orang-orang yang berasal dari suku bangsa di Eropa
dan Amerika Serikat memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
daripada orang-orang di Hong Kong atau Asia. Hal ini dikarenakan
gaya hidup atau kebiasaan orang yang berasal dari suku bangsa
Eropa dan Amerika Serikat itu menerapkan pola makan protein yang
mengandung banyak lemak, seperti keju, telur, daging dan yang
lainnya sehingga menyebabkan banyaknya lemak yang didalam
tubuh orang – orang bangsa Eropa yang dapat menyebabkan orang –
orang tersebut terserang penyakit jantung koroner. Sedangkan orang
– orang Asia itu menerapkan pola makan karbohidrat yang sedikit
mengandung lemak. Maka dari itu orang – orang suku bangsa Eropa
dan Amerika lebih tinggi resiko terserang penyakit jantung koroner
daripada orang – orang suku bangsa Asia.
 Faktor sosial: Lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kepadatan
tinggi, gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh dengan tekanan akan
meningkatkan beban kerja jantung;

2. Faktor risiko yang bisa diobati


 Kadar lipid darah yang tinggi: Hal ini meningkatkan risiko
penumpukan kolesterol, menyebabkan aterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah) yang mempersempit pembuluh darah atau bahkan
menyebabkan trombosis (gumpalan darah dalam arteri (atau vena));
 Hipertensi (tekanan darah tinggi): Hal ini menyebabkan pengerasan
dan penebalan dinding pembuluh darah, dan penyempitan pembuluh
darah akan memperlambat aliran darah;
 Diabetes Melitus: Peningkatan kadar gula darah akan meningkatkan
risiko kerusakan dan pengerasan pembuluh darah.

3. Faktor risiko yang bisa dihindari


 Merokok: Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan hormon, yang
menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan menyempitkan
pembuluh darah. Menghirup karbon monoksida bisa menurunkan
kandungan oksigen pada otot jantung. Karbon monoksida dan
nikotin juga bisa meningkatkan viskositas trombosit dan
kemungkinan pembentukan plak, yang pada akhirnya bisa merusak
dinding dalam pembuluh darah dan meningkatkan risiko pengerasan
arteri. Kemungkinan serangan jantung terjadi pada wanita yang
menghisap 20 batang rokok dalam sehari adalah enam kali lebih
tinggi daripada wanita yang tidak merokok;
 Obesitas: Risiko berkembangnya penyakit jantung koroner pada
orang yang mengalami obesitas adalah 2 hingga 3 kali lebih tinggi
daripada orang yang memiliki berat badan normal;
 Kurangnya aktivitas fisik: Olahraga bisa meningkatkan elastisitas
pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan mengerasnya
pembuluh darah. Oleh karena itu, kurangnya olahraga bisa
melemahkan fungsi kardiovaskular;
 Stres: Stres membuat jantung berdetak lebih cepat, membuat otot
jantung lebih tegang dan meningkatkan tekanan darah yang bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner;
 Pola makan: Konsumsi lemak, makanan asin atau manis atau
minuman beralkohol secara berlebihan akan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah, mengeraskan pembuluh darah, dan
mengakibatkan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner.

Cara mencegah jantung koroner


Gaya hidup yang sehat, yang bisa membantu menjaga kesehatan dan
elastisitas pembuluh darah serta memungkinkan aliran darah yang lancar,
merupakan faktor yang penting untuk menjaga kesehatan.
1. Gaya hidup yang sehat:
 Jangan merokok/berhenti merokok sekarang juga;
 Lakukan olahraga sedang dalam tempo 30 menit setiap hari;
 Tetap tenang dan hindari stres. Libatkan diri dalam kegiatan yang sehat
untuk mengurangi stres.
2. Kontrol kesehatan:
 Berat: Berbagai penelitian medis telah membuktikan bahwa obesitas
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Indeks massa tubuh
merupakan standar yang diakui secara internasional dan obyektif untuk
mengukur obesitas. Secara umum, kisaran normal IMT untuk orang Asia
dewasa adalah 18,5 – 22,9. Kita harus menjaga berat badan yang sehat
dengan cara menjaga pola makan dan olahraga secara teratur.
 Kadar kolesterol: Tingkat kolesterol darah harus dikendalikan melalui
pola makan dan olahraga secara teratur. Orang dengan kadar kolesterol
yang tinggi harus berkonsultasi dengan dokter dan mungkin harus
mengonsumsi obat-obatan.
 Tekanan darah dan kadar gula darah: Tekanan darah dan kadar gula
darah harus dipantau dan dijaga pada tingkatan yang wajar. Penderita
hipertensi atau diabetes harus mengikuti saran pengobatan dari dokter
secara ketat.
3. Pola Makan yang seimbang:
 Rendah garam: Konsumsi garam secara berlebihan akan meningkatkan
tekanan darah. Makanan dengan kandungan garam yang tinggi seperti
makanan olahan dan makanan yang diawetkan serta saus harus dihindari;
 Rendah gula: Hindari makanan dan minuman dengan kadar gula yang
tinggi. Kurangi konsumsi “makanan nol kalori”, yaitu makanan yang
memiliki nutrisi sangat sedikit bila dibandingkan dengan kadar
kalorinya. Gula rafinasi merupakan contoh makanan nol kalori;
 Rendah lemak: Kurangi konsumsi makanan dengan kandungan lemak
yang tinggi;
 Mengonsumsi lebih banyak sayuran dan makanan kaya serat bisa
mencegah sembelit dan mengurangi penyerapan lemak. Sayuran dan
makanan kaya serat juga membantu mengendalikan kolesterol dan kadar
gula darah.
4. Pemeriksaan rutin untuk deteksi dini masalah kesehatan:
 tekanan darah tinggi;
 lemak dan kolesterol darah;
 gula darah.

Bahaya dari penyakit jantung koroner adalah bahwa penyakit ini bisa
menyebabkan kematian dalam waktu yang sangat singkat tanpa munculnya
gejala penyakit.Oleh karena itu, kita harus mengambil tindakan pencegahan
dini.Apabila nyeri dada terasa secara terus menerus, Anda harus berkonsultasi
dengan dokter untuk melakukan deteksi dini dan menerima tindakan pengobatan
yang sesuai (Anonim, 2016).

B. Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah
secara terus menerus sehingga melebihi batas normal.Hipertensi sering
dikatakan sebagi Sillent Killer, karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala – gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya (Situmorang, 2015).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada
masyarakat di dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin
meningkat. WHO telah memperkirakan pada tahun 2025 nanti, 1,5 milyar orang
di dunia akan menderita hipertensi tiap tahunnya (Setyanda dkk., 2015).

Faktor risikonya adalah:


 Usia: risiko meningkat seiring dengan pertambahan usia
 Berat: kelebihan berat badan atau obesitas
 Pola Makan: terlalu banyak garam (natrium) dalam makanan untuk jangka
waktu yang lama
 Gaya hidup: merokok, minum, stres, dan kurang olahraga

Pencegahan hipertensi dimulai dengan kebiasaan hidup yang baik:


 Garam umumnya terbuat dari bahan natrium, dan kandungan natrium yang
tinggi dalam makanan bisa menyebabkan hipertensi. Waspadalah terhadap
asupan garam dalam makanan Anda sehari-hari, misalnya dengan mengurangi
konsumsi makanan yang diasapi atau diawetkan dengan kandungan garam yang
tinggi. Tanaman herbal, rempah atau jus lemon bisa digunakan untuk
menggantikan garam atau MSG (senyawa untuk meningkatkan citarasa
makanan) dalam memasak.
 Konsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan.
 Berhenti merokok dan kurangi konsumsi minuman beralkohol.
 Pengendalian berat badan.
 Olahraga secara teratur: kurangnya olahraga akan memengaruhi fleksibilitas
pembuluh darah, yang bisa menyebabkan kekakuan pembuluh darah dan
memicu hipertensi (Anonim, 2016).
C. Obesitas
Obesitas pada hakekatnya merupakan timbunan triasil gliserol berlebih
pada jaringan lemak akibat asupan energi berlebih dibanding penggunaannya
(Indra, 2006).
Obesitas merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara tinggi
badan dan berat badan akibat jumlah jaringan lemak tubuh yang berlebihan,
umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan, sekitar organ tubuh dan kadang
terjadi infi ltrasi ke dalam organ tubuh (Listiyana dkk., 2013)
Faktor penyebab obesitas:
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak
dari yang diperlukan oleh tubuh.Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara
asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

 Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,
tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan
dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu
saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola
makan dan aktivitasnya.
 Faktor kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
hipotiroidisme, sindroma Cushing, sindroma Prader-Willi, dan beberapa
kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. Obat-obat
tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan
penambahan berat badan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau
keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam
tubuh (Nurrahman, 2008).

Anda mungkin juga menyukai