Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Bangsa
indonesia adalah bangsa yang beragam suku dan budaya dan juga agama. Yang mana ketika
suatu bangsa memilki keberagaman khususnya agama maka akan banyak di temukan
permaslahan-permasalahan yang sulit untuk di selesaikan karena ini menyangkut soal keyakinan.

Persoalan yang sering muncul adalah beberapa beberapa penganut agama tertentu
memaksakan kehendak mereka untuk mengganti ideologi pancasila dengan ideologi keyakinan
mereka. Bahkan ada yang menginginkan agar negara indonesia ini menjadi negara yang
memberlakukan hukum agama tertentu. Hal ini tidak dapat terjadi karena rakyat indonesia
memilki beragam suku, budaya, dan agama. Dengan demikian
maka untuk menjadikan indonesia sebagai negara hukum-hukumnya mengadobsi dari satu
agama tidak akan terapai karena itu sama saja dengan memaksakan kehendak. Pancasila sebagai
dasar negara merupakan harga mati yang tidak boleh ditawar lagi karena dengan pancasila maka
perbedaan suku, agama, dan budaya bangsa indonesia bisa di persatukan. Pancasila sebagai
penengah dari perbedaan tersebut.

Sila pertama pancasila adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”, artinya bahwa Pancasila
mengakui dan menyakralkan keberadaan agama. Agama di Indonesia memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif
terhadap politik, ekonomi dan budaya. Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari
237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 6,96% Protestan, 2,9% Katolik,
1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak
terjawab atau tidak ditanyakan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pancasila dan agama?


2. Apa hubungan pancasila dan agama?
3. Apakah Pancasila masih bisa menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia
yang terdapat beragam kepercayaan (agama).?
4. Apakah dengan menjadikan Pancasila sebagai dasar ideologi negara Indonesia, dapat
menuju negara yang aman dan stabil.
5. Bagaimana hubungan/peran sila ke- 3 Pancasila terhadap keberagaman Agama di
Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu pancasila dan agama.
2. Mengetahui hubungan antara pancasila dan agama.
3. Mengidentifikasi apakah pancasila masih bisa menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa
Indonesia yang terdapat beragam kepercayaan (agama).
4. Mengidentifikasi apakah dengan menjadikan pancasila sebagai dasar ideologi dapat
menuju Negara yang aman dan stabil.
5. Mengetahui hubungan/peran sila ke-3 terhadap keberagaman agama di Indonesia.
.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Agama


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila
adalah pedoman luhur yang wajib di ta’ati dan dijalankan oleh setiap warga negara Indonesia
untuk menuju kehidupan yang sejahtera tentram, adil, aman, dan sentosa.

Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia an manusia serta lingkungan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).

2.2 Hubungan Pancasila dan Agama


Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama
merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik
Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan
karya khas yang secara antropologis merupakan local geniusbangsa Indonesia (Ayathrohaedi
dalam Kaelan, 2012). Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka
Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan
berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang
tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan
juga Animisme (Chaidar, 1998: 36).

Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2012: 47), asal mula Pancasila secara langsung
salah satunya asal mula bahan (Kausa Materialis) yang menyatakan bahwa “bangsa Indonesia
adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pacasila, yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa
nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia”.Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang (kemerdekaan)
negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama
lokal, (sekitar) 14 abad pengaruh Hinduisme dan Budhisme, (sekitar) 7 abad pengaruh
Islam, dan (sekitar) 4 abad pengaruh Kristen (Latif, 2011: 57). Dalam buku Sutasoma

3
karangan Empu Tantular dijumpai kalimat yang kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika.
Sebenarnya kalimat tersebut secara lengkap berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma
Mangrua, artinya walaupun berbeda, satu jua adanya, sebab tidak ada agama yang
mempunyai tujuan yang berbeda (Hartono, 1992: 5).

Kuatnya faham keagamaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus besar
pendiri bangsa tidak dapat membayangkan ruang publik hampa Tuhan. Sejak dekade 1920-
an, ketika Indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas politik bersama, mengatasi
komunitas kultural dari ragam etnis dan agama, ide kebangsaan tidak terlepas dari Ketuhanan
(Latif, 2011: 67). Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh
founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945,
ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan, “Prinsip
Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia
hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut
petunjuk Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha
menjalankan ibadatnya menurut kitabkitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita
semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya
dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan.

Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya Negara
Indonesia satu negara yang ber-Tuhan” (Zoelva, 2012). Pernyataan ini mengandung dua arti
pokok. Pertama, pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia yang menurut Ir.
Soekarno, “mendapat tempat yang sebaik-baiknya”. Kedua, posisi negara terhadap agama,
Ir. Soekarno menegaskan bahwa “negara kita akan ber-Tuhan”. Bahkan dalam bagian akhir
pidatonya, Ir. Soekarno mengatakan, “Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara
menyetujui bahwa Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada saat kemerdekaan, sekularisme dan pemisahan agama dari negara didefinisikan
melalui Pancasila. Ini penting untuk dicatat karena Pancasila tidak memasukkan kata
sekularisme yang secara jelas menyerukan untuk memisahkan agama dan politik atau
menegaskan bahwa negara harus tidak memiliki agama. Akan tetapi, hal-hal tersebut
terlihat dari fakta bahwa Pancasila tidak mengakui satu agama pun sebagai agama yang
diistimewakan kedudukannya oleh negara dan dari komitmennya terhadap masyarakat yang

4
plural dan egaliter. Namun, dengan hanya mengakui lima agama (sekarang menjadi 6
agama: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu) secara
resmi, negara Indonesia membatasi pilihan identitas keagamaan yang bisa dimiliki oleh
warga negara. Pandangan yang dominan terhadap Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia secara jelas menyebutkan tempat bagi orang yang menganut agama tersebut,
tetapi tidak bagi mereka yang tidak menganutnya. Pemahaman ini juga memasukkan kalangan
sekuler yang menganut agama tersebut, tapi tidak memasukkan kalangan sekuler yang
tidak menganutnya. Seperti yang telah ditelaah Madjid, meskipun Pancasila berfungsi
sebagai kerangka yang mengatur masyarakat di tingkat nasional maupun lokal, sebagai
individu orang Indonesia bisa dan bahkan didorong untuk memiliki pandangan hidup personal
yang berdasarkan agama (An-Na’im, 2007: 439).

Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling
menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh
dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan
menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu
hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan
dan kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed), 2010: 79). Hubungan
negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah sebagai berikut
(Kaelan, 2012: 215-216):

a. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


b. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang berKetuhanan yang Maha Esa.
Konsekuensinya setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
c. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia berkedudukan
kodrat sebagai makhluk Tuhan.
d. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk
agama serta antar pemeluk agama.
e. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil peksaan bagi
siapapun juga.
f. Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara.

5
g. Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggarakan negara harus sesuai dengan
nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma
moral baik moral agama maupun moral para penyelenggara negara.
h. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “…berkat rahmat Allah yang Maha Esa”.
Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila (Wahyudi (ed.), 2009: 58), dijelaskan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Religiusitas bangsa Indonesia ini, secara
filosofis merupakan nilai fundamental yang meneguhkan eksistensi negara Indonesia
sebagai negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi persatuan dan kesatuan bangsa
dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin hubungan selaras dan
harmonis antara agama dan negara, maka negara sesuai dengan Dasar Negara Pancasila wajib
memberikan perlindungan kepada agama-agama di Indonesia.

2.3 Pancasila Sumber Nilai Keberagaman Beragama Bangsa Indonesia


Indonesia adalah sebuah mukjizat karena komplekistas keberagamannya; “Indonesia is a
miracle” (Azyumardi Azra, 2017). Azra menuturkan bahwa dalam perjumpannya dengan banyak
akademisi asing dan bacaannya terhadap sejumlah buku penelitian mengenai keberagaman
Indonesia: mereka tidak sampai habis pikir bagaimana Indonesia yang dengan keberagaman
budaya dan agama masyarakatnya yang sangat tinggi dapat bersatu dan berhimpun ke dalam
satu ikatan bangsa dan negara. Keheranan para akademisi asing, katakanlah seperti tercantum
dalam buku Edward Ellis Smith, Indonesia: The Inevitable Miracle (1973), tertuju kepada
kenyataan masyarakat Indonesia yang tinggal di negara maritim terpisahkan oleh laut dan selat
yang rasanya tidak memungkinkan adanya koneksi antar warga di luar pulau, namun justru dapat
menghasilkan persatuan bangsa. Pandangan serupa juga dipikirkan oleh Elizabeth Pisani dalam
bukunya Indonesia Etc: Exploring Improbable Nation (2014) yang baginya persatuan dari
kenanekaragaman masyarakat Indonesia yang sedemikian kaya dan rumit seharusnya adalah
sesuatu yang tidak mungkin.

Pancasila adalah ideologi negara, bukan ideologi agama. Bahwa di dalamnya


mengandung nilai-nilai luhur agama, itu tidak menjadikan Pancasila ideologi agama.
Pelaksanaan Pancasila diselenggarakan dengan tata negara dan tata pemerintahan, bukan tata
agama. Demikianlah selayaknya, seharusnya. Bagi bangsa Indonesia faktor pemersatu yang
6
sangat mendasar terletak pada ideologi negara-bangsa: Pancasila. Melalui semboyan “Bhineka
Tunggal Ika”, negara tidak saja menerima keberagaman masyarakat, tetapi juga menjamin dan
melindunginya dari ancaman-ancaman pandangan yang menolak kemajemukan bangsa. Meski
dalam kenyataannya, keberagaman memang berpotensi menimbulkan konflik sosial, baik karena
faktor suku-etnis ataupun agama. Pasca reformasi, benturan akibat agama kerap terjadi, meski di
beberapa tempat tidak sampai menimbulkan konflik. Padahal Pancasila telah memberikan makna
penghayatan yang eksplisit akan kekayaan agama dan aliran kepercayaan masyarakat. Pancasila
memberikan amanat yang jelas kepada seluruh institusi negara dalam setiap kebijakannya untuk
menjamin kebebasan beragama setiap warga.

Negara berfungsi sebagai lembaga penjamin keleluasaan beribadah setiap warga. Kendati
demikian, menerima keberagaman tentu bukanlah tugas negara semata, melainkan semangat
yang mesti dimiliki setiap warga bangsa Indonesia. “Bhineka Tunggal Ika” adalah jiwa bangsa
yang meresapi masyarakat Indonesia untuk terbiasa saling menerima dan menghormati
perbedaan agama di antara warga masyarakat dengan penuh suka rela dan hidup bertenggang
rasa sebagai watak kepribadian khas orang Indonesia. “Bhineka Tunggal Ika”, oleh karena itu,
adalah buah kejelian dan kejeniusan para pendiri bangsa yang menyadari hakikat keberagaman
bangsa ini.

Identitas negara dan bangsa Indonesia dalam konteks agama sangat khas dalam
maknanya yang ganda. Melalui Pancasila dan UUD 1945, di satu sisi, negara mengakui dan
menjamin faktor spiritualitas masyarakatnya yang beraneka ragam, tetapi di sisi lain, pengakuan
itu sama sekali tidak berdasar kepada salah satu agama tertentu. Pancasila menjadi kekuatan
negeri ini dalam melindungi dimensi beragama masyarakatnya yang sangat beranekaragam.
Pancasila yang membuat negeri ini bagaikan mujizat karena seluruh komponen bangsa dalam
hakikat keberagamannya memiliki jaminan keberlangsungan hidup dan bersatu.

2.4 Pancasila Sebagai Dasar Ideologi Negara Indonesia, Dapat Menuju Negara Yang
Aman Dan Stabil
Bermacam-macam agama di Indonesia menjadikan negeri ini memiliki suatu kekhususan
bagi bangsa ini sendiri. Yang diharapkan bagi para pemeluk-pemeluknya untuk saling meghargai
dan menghormati. Dengan bermacam-macamya agama dan suku dibutuhkan perantara untuk
menyatukan berbagai umat beragama di seluruh Indonesia yaitu pancasila.

7
Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka
hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian,
semestinya takada satu kelompok pemeluk agama yang ingin menang sendiri.

Karena itu dipilihlah pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang menjadi
permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh ini tidak ada
pihak manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi dan butir pada sila kedua sampai
sila kelima. Namun ada ormas-ormas yang secara terang-terangan menolak isi dari pancasila
tersebut. Negara hukum indonesia yang dapat juga disebut sebagai negara hukum pancasila
memiliki latar belakang yang berbeda dengan konsep negara hukum yang di kenal di barat.
Konsep negara hukum pancasila menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya
secara utuh, penuh dan sempurna. Negara pancasila tidak bisa disebut negara agama, bukan pula
negara sekuler apalagi negara atheis. Negara pancasila mendorong dan memfasilitasi semua
penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-hukum agama secara utuh di negara
pancasila adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung pancasila
telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun.
Karena hukum agama hanya berlaku bagi pemeluknya. Penerapan konsep negara-negara agama
akan menghapus superioritas satu agama atas agama lain. Bahkan pemeluk agama dapat hidup
berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara pancasila
akan menjamin kelestarian dasar negara pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Sekarang di beberapa provinsi telah terjadi, dengan alasan moral dan budaya maka diterapkanlah
aturan tersebut. Sebagai contoh di daerah Jawa Tengah ada sebuah sekolah yang tidak mau
hormat kepada bendera dan tidak menyanyikan Indonesia raya ketika upacara bendera
berlangsung, dengan alasan agama dilarang mempersekutukan tuhan. Dan contoh yang lain,
kini disebuah provinsi semua wanita harus menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kecil
orang yang tinggal di Indonesia khususnya umat muslim yang fanatik merupakan keindahan,
namun bagaimana dengan budaya yang selama ini telah ada? bagaimana dengan mereka yang
non muslim, pastinya mereka akan merasa risih dan terganggu dengan peraturan tersebut.
Kita sebagai bangsa Indonesia yang cinta adat, budaya dan toleransi umat beragama harus
mendukung dan menjaga kesucian pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa.

8
2.5 Hubungan/Peran Sila Ketiga Pancasila Terhadap Keberagaman Agama di Indonesia
Indonesia adalah negara yang beragam (plural). Bahkan dapat dikatakan keberagaman
tersebut bersifat multi dimensi. Satu di antaranya yakni di bidang agama dan kepercayaan yang
diyakini oleh Bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bagi Bangsa Indonesia.
Kata-kata yang sudah lama dikenal dalam sejarah itu menjadi sumber nilai persatuan bangsa.

Persatuan berasal dari kata satu yang artinya tidak terpecah-belah atau utuh. Persatuan dapat
diartikan pula sebagai perkumpulan dari berbagai komponen yang membentuk menjadi satu. Jadi
arti persatuan yaitu bersatunya bermacam-macam aneka ragam kebudayaan menjadi satu yang
utuh dan serasi. Lalu apa makna persatuan. Setidaknya Terdapat 3 makna penting di dalam
persatuan dan kebangsaan, yaitu:

1. Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi antara
satu dengan yang lain.
2. Menjalin rasa kemanusiaan dan sikap saling toleransi serta rasa harmonis untuk hidup
berdampingan.
3. Menjalin rasa persahabatan, kekeluargaan, dan sikap tolong menolong antar sesama, serta
sikap nasionalisme

Persatuan identik dengan dengan kesatuan. Bangsa Indonesia adalah negara kesatuan yang
terbentuk melalui rasa persatuan. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal
dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasikan oleh
para pendiri negara adalah negara kesatuan. Pasal 1 ayat (1) UUD. Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan, “Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”.
Sila ketiga Pancasila menegaskan kembali bagaimana tekad bangsa Indonesia mewujudkan
persatuan.

Dengan demikian, makna persatuan dalam kebangsaan yang sesungguhnya adalah adanya
rasa persatuan bangsa dari seluruh rakyat yang mendiami wilayah Indonesia sekalipun memiliki
keberagaman ras, suku, budaya, dan termasuk juga agama (kepercayaan). Rasa persatuan
tersebut telah mendorong bangsa Indonesia untuk mencapai kehidupan yang bebas dan
independen dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Pertahanan Keamanan Nasional
menjadi kepentingan bersama seluruh bangsa yang diatur oleh Negara.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang terdiri
dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh
ideologi yang berlatar belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk
agama di luar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.

Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika melaksanakannya


dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan
terwujud.

3.2 Saran

Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan


usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain
itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang
aman, makmur dan nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila dengan Kelangsungan
Agama, Cet. 8. Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta Koentjaraningrat.
1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia.

http://koran-sindo.com/page/news/2016-03-08/1/1/Keberagaman_Perekat_Persatuan

http://binus.ac.id/malang/2018/07/pancasila-dan-agama-indonesia-is-a-miracle/

https://ainamulyana.blogspot.com/2017/07/prinsip-persatuan-dalam-keberagaman.html

11

Anda mungkin juga menyukai