PENDAHULUAN
1
tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan sebagai penyebabnya
seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor lingkungan setelah lahir,
infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam
rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul pada laki
– laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi
tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan
dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak
– anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi. Oleh
karena itu, kami membuat makalah ini agar bermanfaat untuk memberikan edukasi
kepada masyarakat khususnya pembaca makalah ini yang membahas kelainan
jantung tetralogy of fallot serta asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
masalah ini.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian TOF
b. Untuk mengetahui penyebab TOF
c. Untuk mengetahui gejala-gejala TOF
d. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya
e. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada TOF
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
g) Clubbing finger’s
2.3 Patofisiologi Tetralogi Fallot
4
bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler
pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu. Stenosis infindibuler
merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-
lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya
usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta
pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi of fallot, melalui cabang-cabang
mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya.
Kolateralisasi ini disebut MAPCA (major aorta pulmonary collateral arteries).
b) Radiologis
c) Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.
d) Ekokardiografi
e) Kateterisasi Jantung
5
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
2.5 Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:
6
BAB III
PATHWAY
Penyempitan darah di
Tek. Sistolik puncak ventrikel kanan = kiri
aorta
Pirau kanan--kiri
Pencampuran darah
Peningkatan ventrikel kaya O2 dg CO2
kanan
Gangguan
pertukaran gas Hipoksemia
Sesak Hipoksia
Keletihan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Intoleransi aktifitas
7
BAB IV
4.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Keluhan utama / keadaan saat ini pada awal bayi baru lahir biasanya
belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
4. Riwayat Tumbuh
Pertumbuhan berat badan
Kesesuaian berat badan dengan usia
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit
5. Riwayat perkembangan / psikososial
Kemampuan psikososial
Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia
Kelainan tumbang yang menyertai
Mekanisme koping anak / keluarga
8
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
Perubahan status kesadaran dan sirkulasi:
Riwayat kejang,pingsan, sianosis
6. Pola aktifitas
Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
Adakah kelelehan saat menyusu
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kemampuan makan / minum
Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tingkat pengetahuan anak dan keluarga
Pemahaman tentang diagnose
Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis
Regimen pengobatan dan perawatan
Rencana perawatan di rumah
Rencana pengobatatan dan perawatan lanjutan
7. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Suhu
Nadi
Tekanan darah
Pernafasan
8. Pemeriksaan Fisik ( head to toe )
a) Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi
menetap ( morbus sereleus )
b) Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah
tumbuh
c) Berat badan bayi tidak bertambah
d) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
9
e) Auscultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai
bawah
f) Dispnea de’effort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau
pingsan
g) Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat
h) Serangan sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells , paroxysmal
hyperpnea , hypoxia spells ) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
i) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
j) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal
yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
k) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
l) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
m) Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
n) Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting ) untuk
mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest.
9. Riwayat kehamilan
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
a) Berbagai jenis penyakit genetic, kelainan kromosom
b) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
10
c) Pajanan terhadap sinar –X
11
tentang proses o Perubahan
penyakit. fungsi motorik.
12
- Monitor status
pernafasan terkait
dengan adanya gejala
gagal jantung.
13
non-invansif (misalnya,
pasang alat pada jari,
hidung, dan dahi)
dengan mengatur alarm
pada pasien beresiko
tinggi (misalnya, pasien
yang obesitas,
melaporkan pernah
mengalami apnea saat
tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia ekstrim) sesuai
dengan prosedur tetap
yang ada.
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
- Perkusi torak anterior
dan posterior, dari apeks
ke basis paru, kanan dan
kiri.
14
diharapkan suhu kulit ujung berlebihan dan
kaki dan tangan tidak kelembapan.
terganggu dari skala 3 menjadi - Ajarkan anggota
skala 5. keluarga/pemberi
asuhan mengenai tanda-
tanda kerusakan kulit,
dengan cepat.
- Dokumentasikan
peribahan membran
mukosa.
- Amati warna,
kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema,
dan ulserasi pada
ekstrimetas.
- Periksa pakaian yang
terlalu ketat.
- Lakukan langkah-
langkah untuk
mencegah kerusakan
lebih lanjut (misalnya,
melapisi kasur,
menjadwalkan
resposisi).
- Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema.
15
- Monitor toleransi pasien
terhadap aktivitas.
Kriteria Hasil:
- Instruksikan pasien dan
keluarga untuk
Setelah dilakukan tindakan
membatasi
keperawatan 1 x 24 jam
mengangkat/mendorong
diharapkan saturasi oksigen
barang (benda berat)
pasien ketika beraktivitas tidak
dengan cara yang tepat.
terganggu dan temuan atau
- Instruksikan kepada
hasil EKG
pasien dan keluarga
(Elektrokardiogram) tidak
mengenai aturan
terganggu dari skala 3 menjadi
berolahraga, termasuk
skala 5.
pemanasan, peregangan
dan pendinginan,
sebagaimana mestinya.
- Instruksikan pasien dan
keluarga untuk
melanjutkan perawatan.
- Instruksikan rujukan
pasien (diet, pekerja
sosial, dan fisioterapi).
- Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
akses pelayanan gawat
darurat yang tersedia
dikomunitasnya,
sebagaimana mestinya.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
18