Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang
merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai. dimana
tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak
setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus
persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara
penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi
fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri. Dari banyaknya
kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung
bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda
kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan
suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena
kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD,
stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam dkk,
2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di
ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal. Overiding aorta merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang
keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian
aorta keluar dari bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati
urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,
defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit
bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit jantung bawaan
sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan jantung tetralogi of fallot

1
tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan sebagai penyebabnya
seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor lingkungan setelah lahir,
infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam
rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul pada laki
– laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi
tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan
dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak
– anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi. Oleh
karena itu, kami membuat makalah ini agar bermanfaat untuk memberikan edukasi
kepada masyarakat khususnya pembaca makalah ini yang membahas kelainan
jantung tetralogy of fallot serta asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
masalah ini.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian TOF
b. Untuk mengetahui penyebab TOF
c. Untuk mengetahui gejala-gejala TOF
d. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya
e. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada TOF

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tetralogi Fallot

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung bawaan dengan gangguan


sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek
septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel
kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya
penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis
pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. Frekuensi TF lebih kurang
10 %. Derajat stenosis pulmonal sangat menentukan gambaran kelainan; pada
obstruksi ringan tidak terdapat sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis
terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TF, stenosis pulmonal menghalangi aliran
darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel kanan sehingga
terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya
dipompakan ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara
ventrikel kanan akibat VSD (ventrikel septum defek), akibatnya darah yang ada di
ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan dipompakan ke sirkulasi sistemik
bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya akan CO2.
Sehingga percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke
sirkulasi sistemik mengalami penurunan kadar O2.

2.2 Menifestasi Klinis


a) Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh
dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar
pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of
fallot mempunyai suara murmur jantung.
b) Warna kulit pucat
c) Frekuensi pernafasan yang meninggi
d) Kulit terasa dingin
e) BB yang rendah
f) Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan

3
g) Clubbing finger’s
2.3 Patofisiologi Tetralogi Fallot

Tetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari


defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi
ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu
defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler
(bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke
depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum
interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia
arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50
%. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan
adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.

Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan


bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek
septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler
misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi
septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada
adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai
tetralogi of fallot. Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena
obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi
fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel
kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin
mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan
stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung
kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik.

Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya


sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi
of fallot dan arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan
ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia
pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis
pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan

4
bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler
pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu. Stenosis infindibuler
merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-
lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya
usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta
pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi of fallot, melalui cabang-cabang
mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya.
Kolateralisasi ini disebut MAPCA (major aorta pulmonary collateral arteries).

2.4 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat


saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18
gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan
partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan
penurunan PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi besi.

b) Radiologis

Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak


ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.

c) Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal.

d) Ekokardiografi

Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel


kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru

e) Kateterisasi Jantung

5
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

2.5 Penatalaksanaan

Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara:

a) Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah


b) Morphine sulfat 0, 1-0, 2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipneu.
c) Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
d) Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat
karena permasalahanbukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran
darah ke paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi
takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak
terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian
e) Propanolol 0, 01-0, 25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut
jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/ bolus diberikan separuhnya, bila serangan
belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
f) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2, 2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
g) Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan
aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.

6
BAB III

PATHWAY

Terpapar factor endogen dan


eksogen pada TM 1 & 2

Kelainan jantung kongetial sianotik: TOF

Defek sputum ventrikel


Stenosis pulmonal Overiding aorta

Penyempitan darah di
Tek. Sistolik puncak ventrikel kanan = kiri
aorta

Pirau kanan--kiri

↓ Aliran darah paru

Pencampuran darah
Peningkatan ventrikel kaya O2 dg CO2
kanan

↓O2 dlm darah Hipertropi vent. kanan Aliran darah aorta ↑↑

Gangguan
pertukaran gas Hipoksemia

Sesak Hipoksia

Bayi/anak cepat lelah: Jika Sianosis (blue spells)


menetek, berjalam, braktifitas

Keletihan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Intoleransi aktifitas

7
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT

4.1 Pengkajian
1. Riwayat kesehatan

Keluhan utama / keadaan saat ini pada awal bayi baru lahir biasanya
belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.

2. Riwayat Penyakit keluarga


Penyakit genetic yang ada dalam keluarga, misalnya down
syndrome.Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,DM,Hypertensi
3. Riwayat kehamilan

Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.Program KB hormonal, riwayat


mengkonsumsi obat – obat (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu) Penyakit infeksi yang diderita ibu, rubella ( campak
Jerman ) atau infeksi virus lainnya. Pajanan terhadap radiasi selama
kehamilan, Ibu yang alkoholik, Gizi yang buruk selama kehamilan. Pajanan
yang terjadi sebelum akhir bulan ke dua atau minggu ke 8 karena
pembentukan jantung berlangsung sampai dengan minggu ke dua

4. Riwayat Tumbuh
 Pertumbuhan berat badan
 Kesesuaian berat badan dengan usia
 Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit
5. Riwayat perkembangan / psikososial
 Kemampuan psikososial
 Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia
 Kelainan tumbang yang menyertai
 Mekanisme koping anak / keluarga

8
 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
 Perubahan status kesadaran dan sirkulasi:
 Riwayat kejang,pingsan, sianosis
6. Pola aktifitas
 Toleransi terhadap aktifitas misalnya menangis, makan, mengejan
 Posisi tubuh setelah aktifitas : kneechest, sguanting
 Adakah kelelehan saat menyusu
 Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Kemampuan makan / minum
 Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu
 Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Tingkat pengetahuan anak dan keluarga
 Pemahaman tentang diagnose
 Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis
 Regimen pengobatan dan perawatan
 Rencana perawatan di rumah
 Rencana pengobatatan dan perawatan lanjutan
7. Pemeriksaan Fisik
 Tanda Vital
 Suhu
 Nadi
 Tekanan darah
 Pernafasan
8. Pemeriksaan Fisik ( head to toe )
a) Adanya Sianosis terutama pada bibir dan kuku, dapat terjadi sianosi
menetap ( morbus sereleus )
b) Pada awalnya BBL belum ditemukan sianotik , bayi tampak biru setelah
tumbuh
c) Berat badan bayi tidak bertambah
d) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan

9
e) Auscultasi didapatkan murmur pada batas kiri sternum tengah sampai
bawah
f) Dispnea de’effort dan kadang disertai kejang periodic (spells) atau
pingsan
g) Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lambat
h) Serangan sianosis mendadak ( blue spells / cyanotic spells , paroxysmal
hyperpnea , hypoxia spells ) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
i) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
j) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal
yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
k) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
l) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
m) Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
n) Setelah melakukan aktifitas, anak selalu jongkok ( squanting ) untuk
mengurangi hipoksi dengan posisi knee chest.
9. Riwayat kehamilan
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
a) Berbagai jenis penyakit genetic, kelainan kromosom
b) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

Faktor eksogen (Riwayat kehamilan ibu)

a) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan


tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin,
amethopterin, jamu).
b) Ibu menderita penyakit infeksi (Rubella)

10
c) Pajanan terhadap sinar –X

4.2 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Faktor Yang Data (Batasan


Berhubungan Karakteristik)
1. Penurunan Curah Jantung Perubahan o Dispnea
(00029) Afterload o Penurunan nadi
Definisi : prefier
Ketidakadekuatan volume o Peningkatan
darah yang di pompa oleh PVR
jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh.
2. Intoleran Aktivitas (00092) Ketidakseimbangan o Dispnea setelah
Definisi : antara suplai dan beraktivitas
Ketidakcukupan energy kebutuhan oksigen o Keletihan
psikologis atau fisiologis untuk o Ketidaknyaman
mempertahankan atau an setelah
menyelesaikan aktivitas beraktivitas
kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin
dilakukan.
3. Gangguan Pertukaran Gas Ketidakseimbangan o Dispnea
(00030) ventilasi perfusi o Penurunan
Definisi : karbon dioksida
Kelebihin atau defisit o Sianosis
oksigenasi dan/atau eliminasi
korban dioksida pada membran
alveolar – kapiler
4 Ketidakefektifan perfusi Kurang o Penurunan nadi
jaringan perifer (00204) pengetahuan prefier
o Edema

11
tentang proses o Perubahan
penyakit. fungsi motorik.

4.3 Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload (00029)
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi perfusi (00030)
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
4. Intoleran Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (00092)
4.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan Curah NOC: NIC:
Jantung
Status Sirkulasi
Perawatan jantung
- Monitor tanda-tanda
Kriteria Hasil:
vital secara rutin.
Setelah dilakukan tindakan
- Monitor keseimbangan
keperawatan 1 x 24 jam
cairan (masukan dan
diharapkan tanda-tanda vital
keluaran serta berat
dalam batas normal dan dari
badan harian).
skala 3 menjadi 5.
- Instruksikan pasien
tentang pentingnya
untuk melaporkan bila
merasakan nyeri.
- Evaluasi perubahan
tekanan darah.
- Catat tanda dan gejala
penurunan curah
jantung.

12
- Monitor status
pernafasan terkait
dengan adanya gejala
gagal jantung.

Gangguan NOC: NIC:


pertukaran gas
Status pernafasan: Pertukaran Monitor pernafasan
gas - Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas.
Kriteria Hasil: - Monitor pola napas
Setelah dilakukan tindakan (misalnya, bradipneu,
keperawatan 1 x 24 jam takipneu, hiperventilasi,
diharapkan sianosis ketika pernafasan kusmaul,
pertukaran gas tidak terganggu pernafasan 1:1,
dan saturasi oksigen tidak apneustik, respirasi biot,
terganggu dari skal 3 menjadi dan pola ataxic).
skala 5. - Catat perubahan pada
saturasi O2, volume
tidal akhir CO2 dan
perubahan nilai analisa
gas darah dengan tepat.
- Catat pergerakan dada,
catat etidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan retraksi
pada otot
supraclaviculas dan
interkosta.
- Pasang sensor
pemantauan oksigen

13
non-invansif (misalnya,
pasang alat pada jari,
hidung, dan dahi)
dengan mengatur alarm
pada pasien beresiko
tinggi (misalnya, pasien
yang obesitas,
melaporkan pernah
mengalami apnea saat
tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia ekstrim) sesuai
dengan prosedur tetap
yang ada.
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
- Perkusi torak anterior
dan posterior, dari apeks
ke basis paru, kanan dan
kiri.

Ketidakefektifan NOC NIC


perfusi jaringan
Perfusi jaringan: perifer
perifer Pengecekan kulit
- Monitor warna kulit
adanya ruam dan lecet.
Kriteria Hasil: - Monitor kulit untuk
Setelah dilakukan tindakan adanya kekeringan yang
keperawatan 1 x 24 jam

14
diharapkan suhu kulit ujung berlebihan dan
kaki dan tangan tidak kelembapan.
terganggu dari skala 3 menjadi - Ajarkan anggota
skala 5. keluarga/pemberi
asuhan mengenai tanda-
tanda kerusakan kulit,
dengan cepat.
- Dokumentasikan
peribahan membran
mukosa.
- Amati warna,
kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema,
dan ulserasi pada
ekstrimetas.
- Periksa pakaian yang
terlalu ketat.
- Lakukan langkah-
langkah untuk
mencegah kerusakan
lebih lanjut (misalnya,
melapisi kasur,
menjadwalkan
resposisi).
- Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema.

Intoleran aktivitas NOC NOC:

Toleransi terhadap aktivitas


Perawatan jantung rehabilitatif

15
- Monitor toleransi pasien
terhadap aktivitas.
Kriteria Hasil:
- Instruksikan pasien dan
keluarga untuk
Setelah dilakukan tindakan
membatasi
keperawatan 1 x 24 jam
mengangkat/mendorong
diharapkan saturasi oksigen
barang (benda berat)
pasien ketika beraktivitas tidak
dengan cara yang tepat.
terganggu dan temuan atau
- Instruksikan kepada
hasil EKG
pasien dan keluarga
(Elektrokardiogram) tidak
mengenai aturan
terganggu dari skala 3 menjadi
berolahraga, termasuk
skala 5.
pemanasan, peregangan
dan pendinginan,
sebagaimana mestinya.
- Instruksikan pasien dan
keluarga untuk
melanjutkan perawatan.
- Instruksikan rujukan
pasien (diet, pekerja
sosial, dan fisioterapi).
- Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
akses pelayanan gawat
darurat yang tersedia
dikomunitasnya,
sebagaimana mestinya.

16
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi fallot antara


lain defek septum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katup pulmoner, dan
hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu
endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogi fallot umumnya akan mengalami
keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi yang tidak bertambah, clubbing
fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan darah,
foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.
5.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu membantu mahasiswa


keperawatan fakultas kedokteran ULM lebih memhami TOF dan apabila ada
kekurangan dalam pembuatan makalah dapat disempurnakan dikemudian hari,
sebagai sumber referensi untuk mengembangkan pengetahuan dan penelitian di
bidang keperawatan anak khususnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 2006. BukuAjar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Underwood, J. C. E. 2000. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai