Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP PENYAKIT

KEPERAWATAN ANAK I

“HIDROSEFALUS”

Eka Santi, Ns., M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 13

Achmad Fauzi 1610913310001


M. Faisal Amir 1610913310022
M. Fendy Ashar 1610913310015
Laila Rahmaniah 1610913120007
Yulia Rahayu 1610913120017

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah :
Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu : Eka Santi, Ns., M.Kep

Kelompok 13 :
Achmad Fauzi 1610913310001
M. Faisal Amir 1610913310022
M. Fendy Ashar 1610913310015
Laila Rahmaniah 1610913120007
Yulia Rahayu 1610913120017

Banjarbaru, 27 April 2018

Eka Santi, Ns., M.Kep

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan hidahyah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah dapat
selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh
pada sunnah-Nya Amin.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
1 “Konsep Penyakit dengan Judul Hidrocefalus”. Tujuan dari penyusunan makalah
ini ialah sebagai informasi serta untuk menambah wawasan bagi penulis maupun
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi
namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pembimbing dan teman-
teman sehingga makalah ini terselesaikan. Makalah ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Banjarbaru, 27 April 2018

Kelompok 13

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. iii

Daftar Isi ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Pengertian Hidrosefalus ............................................................................. 2

2.2 Klasifikasi Hidrosefalus ............................................................................. 3

2.3 Etiologi dan Persentasi Klinis .................................................................... 4

2.4 Penyebab Hidrosefalus ............................................................................... 4

2.5 Gejala Hidrosefalus .................................................................................... 6


2.6 Cara Penyembuhan Hidrosefalus ............................................................... 11
2.7 Peran Orang Tua pada Anak Hidrocefalus ...............................................12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
3.2 Saran ........................................................................................................... 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan
di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan
dilatasi ventrikel serebra,biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur
cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal di dalam
kranium,secara tipikal,ditandai dengan pembesaran kepala,menonjolnya dahi,atrofi
otak,deteriora mental,dan kejang-kejang. Hidrosefalus disebabkan karena
terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan
CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga
terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya ( foramen monrai,foramen
luschka,magendie,sistem magna,dan sistem basalis merupakan tempat tersering
terjadinya penyumbatan). Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan
serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural .
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang
ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada
oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga
lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya
masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi
dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang
tengkorak tidak mampu lagi melebar.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Hidrosefalus
b. Mahasiswa dapat menyebutkan Klasifikasi Hidrocefalus
c. Mahasiswa mengetahui Etiologi dan Persentasi Klinis
d. Mahasiswa mengetahui Penyebab Hidrosefalus
e. Mahasiswa mengeteahui Gejala Hidrosefalus
f. Mahasiswa mengetahui Cara Penyembuhan Hidrosefalus
g. Peran Orang Tua pada Anak Hidrocefalus

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidrosefalus

Hidrosefalus menggambarkan keadaan peningkatan tekanan intrakranial


karena peningkatan cairan cerebrospinal (CSF). Sejarah Hidrosefalus sudah banyak
dikenal sejak ± abad ke-5 SM, Hippocrates menggambarkan hidrosefalus sebagai
presentasi klinis karena akumulasi air di intrakranial. Kemudian, Galen menjelaskan
tentang Plexus Choroid dan hubungannya dengan cairan cerebrospinal di dalam
otak, walaupun pengetahuan tentang hal ini masih kurang pemahamannya. Pada
abad ke-17, Willis menjelaskan bahwa plexus choroid mensekresikan cairan
cerebrospinal dan absorbsinya ke dalam sistem vena dalam otak, walaupun
penjelasan ini masih kurang dapat dijelaskannya. Pada 1701, Pachioni menjelaskan
tentang granulationes arachnoidea, walau masih belum tepat menjelaskan fungsinya
dalam produksi cairan cerebrospinal daripada fungsi absorbsinya, namun akhirnya
padaakhir abad ke-19, penjelasan tentang fisiologi produksi cairan cerebrospinal dan
absorbsinya telah dapat dijelaskan dengan lebih baik.

Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan
cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai
suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal
sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini
juga dapat diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal
(Apriyanto, dkk, 2013).

Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup sering
terjadi pada bayi baru lahir dan balita. Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak
yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah
dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).

2
3

Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan
sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh
banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
b. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat
pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab
adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara
hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pad
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
2.2 Klasifikasi Hidrocefalus

Terdapat beberapa perbedaan klasifikasi hidrosefalus berdasarkan populasi


usia, patofisiologi dan presentasi klinis. Secara umum, hidrosefalus digolongkan ke
dalam hidrosefalus non-obstruktif yang berhubungan dengan pembesaran sistem
ventrikel (contohnya : hidrosefalus ex vacuo) dan hidrosefalus obstruktif (gangguan
pada aliran CSF atau absorbsi) seperti dijabarkan pada Tabel 6.3.

TYPE FEATURES
Nonobstructive Ventricular Enlargement
(e.g.,hydrocephalus Ex Vacuo)
Obstructive Comunicating Obstruction outside the ventricular
system (e.g.,subarachnoid space or
arachnoid willi)
Noncommunicating Obstruction within the ventricular
system (e.g., aqueduct or basal
foramina
4

2.3 Etiologi dan Persentasi Klinis

Gambaran klinis hidrosefalus ternyata berkaitan dengan usia. Pada bayi dengan
hidrosefalus dapat memberikan gambaran klinis : fontanel (ubun-ubun) anterior
yang tegang dan cembung; peningkatan lingkar kepala rata-rata 0,5 – 2 cm tiap
minggu; gangguan menyusui, muntah-muntah, makrosefalus. Pada bayi yang lebih
tua dan anak-anak, tengkorak menjadi lebih kaku, sehingga penampilan klinis
berupa paralisis Nervus Abdusens dan Paralisis gerak bola mata vertikal (tanda
Perinaud). Pada anak-anak, hidrosefalus dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari
neoplasma atau trauma. Gambaran klinis dapat berupa nyeri kepala (tumpul,
terutama ketika saat terbangun), gangguan penglihatan (pandangan kabur atau
ganda), letargis, muntah-muntah, penurunan prestasi belajar, dan gangguan
endokrin (contoh : penampilan pendek, pubertas precoks). Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan papiledema dan paralisis CN VI, hiperrefleksi dan clonus. Pada
tahap lanjut yang memberat akan ditemukan tanda-tanda trias Cushing (bradikardi,
hipertensi, pernafasan ireguler) sehingga memerlukan tindakan yang segera. Pada
usia dewasa, gambaran klinisnya dapat berupa Akut (TTIK) atau Kronis (tekanan
intrakranial normal atau rendah). Gejala umumnya berupa nyeri kepala, yang
memberat saat berbaring, mualmuntah, gangguan penglihatan (pandangan kabur
atau ganda), papiledema pada funduskopik, paralisis otot rectus lateral, ataxia, dan
gangguan kesadaran.

2.4 Penyebab Hidrosefalus

Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis


(CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga terjadi penyumbatan dilatasi ruangan
CSS di atasnya ( foramen monrai,foramen luschka,magendie,sistem magna,dan
sistem basalis merupakan tempat tersering terjadinya penyumbatan).

Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
system ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan
5

ruang subaraknoid adalah melalui foramen Magendie di median dan foramen


Luschka di sebelah lateral ventrikel IV. Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel
lateralis melalui foramen Monroi ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran
yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan
Magendie ke dalam ruang subaraknoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna
basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorpsi CSS oleh sistem kapiler.
CSS yang berada di ruang subarakhnoid, merupakan cairan yang bersih dan tidak
berwarna. Merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan
medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar.

Pada orang dewasa, rata-rata 140-150 ml cairan serebrospinal, dan di ruang


subarachnoid dari sumsum tulang belakang adalah 50-60 ml, dan di ruang
subarachnoid otak dan ventrikel otak - 50-70 ml. Dalam setiap ventrikel lateral
mengandung rata-rata 10-15 ml cairan, di ventrikel III dan IV dan saluran air otak
bersama - 5 ml. Menurut laporan, sekitar 33% cairan serebrospinal dari ventrikel
otak telah diambil di 20 ruang subarachnoid% dari otak dan 47% - dalam ruang
yang sama dari sumsum tulang belakang. Pada bayi jumlah cairan serebrospinal
mulai dari 40 ke 60 ml, dan pada usia 1-15 tahun - dari 60 ke 120 ml.

Hidrosefalus terutama menyerang anak usia 0-2 tahun dengan penyebab


utamanya adalah kelainan kongenital,infeksi intrauterine, anoreksia,pendarahan
intrakranial akibat adanya trauma,meningoensefalitis bakterial dan viral,serta tumor
atau kista araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah tumor
fossa posterior dan stenosis akuaduktus, sedangkan pada usia dewasa penyebab
utamanya adalah meningitis,subaraknoid hemoragi,ruptur aneurisma,tumor, dan
idiopatik (Dewi, Vivian Nanny Lia, 2010).

Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak


yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
syaraf yang vital. Menurut lembaga Nasional Instutite of Neurological Disorders
and Stroke ( NINDS), gangguan aliran cairan otak ada tiga jenis,yaitu:

a. Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi


6

Contoh : tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat


aliran cairan otak.
b. Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi
berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah banyak.
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak.
c. Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan,tetapi
ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik,
sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat pula.
Misalnya: bila ada cairan nanah ( meningitis atau infeksi selaput otak) atau
darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.

Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat perlahan atau


progresif,menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar,kemudian menekan
jaringan otak di sekitarnya. Tulang tengkorak bayi di bawah 2 tahun yang belum
menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala
merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus.

Biasanya terjadi pada kehamilan yang siibu masih muda usianya, dan
disebabkan oleh :

a. Kekurangan oksigen (hipoksia)


b. Radiasi
c. Kekurangan nutrisi
d. Radang atau infeksi
e. Cedera atau trauma
f. Obat-obatan
g. Hormonal

Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam ruangan


otak dapat terjadi karena:

a. Produksi cairan otak yang berlebihan


b. Gangguan aliran cairan otak,
c. Gangguan proses penyerapan (absorbsi) cairan otak.
7

Keadaan-keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal yang bisa


dikelompokkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:

a. Kelainan bawaan (kongenital)


b. Kadang dan pendarahan otak
c. Tumor otak

2.5 Gejala Hidrosefalus


Tergantungnya aliran cairan otak karena penyumbatan. Pada keadaan normal,
cairan otak di bentuk di dalam rongga vertikel di otak. Cairan ini kemudian
mengalir dengan darah tertentu. Di beberapa tempat melalui jalan yang sempit,
hingga akhirnya keluar di daerah otak kecil (serebelum) di belakang kepala. Dari
sini cairan otak mengalir keseluruh permukaan otak dan sumsum tulang belakang.
Akhirnya, cairan otak di serap kembali di rongga di bawah selaput otak
(subaraknoid) dan masuk kembali ke pembuluh darah balik otak (sinus sagitalis
superior). Nah, adanya penyumbatan di tempat tertentu, yaitu di jalan sempit yang
di lalui cairan otak waktu mengalir keluar dari rongga vertikal otak, di namakan
Hidrosefalus non komunikans atau tersumbat. Biasanya ini akibat kelainan bawaan,
tumor dan infeksi penyerapan kembali cairan otak yang tak memadai di dalam
kepala. Paling sering di temukan. Bentuk ini di namakan hidrosefalus komunikans.
Penyebabnya, dapat karena kelainan bawaan/didapat, semisal setelah sakit radang
selaput otak (meningitis) atau perdarahan di bawah selaput otak. Produksi cairan
otak berlebihan.Penyebabnya, bisa karena ada tumor di daeral pleksus khoroidalis
(papiloma). Tumor ini jarang di temui (1-4 persen tumor otak pada anak). Perlu di
tambahkan pula di sini, beberapa infeksi di kandungan dapat menyebabkan terjadi
hidrosefalus. Biasanya infeksi terjadi pada kehamilan muda sampai trimester kedua.
Infeksinya karena tertelannya cairan ketuban yang tercemar bakteri oleh janin atau
melelui uri (trans-plasantal). Biasanya akibat toksoplasmosis, sifilis, rubella
(campak jerman) sitomegalavirus dan virus lainnya, toksoplasma disebabkan
protozoa toksoplasma gondii, sejenis parasit yang dapat menginfeksi burung-
burung dan mamalia (kucing dan sebagainya).
8

Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua


golongan, yaitu:

a. Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonates


Meliputi pembesaran kepala abnormal yang merupakan gambaran tetap
hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Pada kasus hidrosefalus
kongenital yang berat dimana kepala bayi yang besar dapat mempersulit
proses kelahiran, sedangkan pada bentuk yang lebih ringan, kepala
berukuran normal saat lahir, tetapi kemudian tumbuh dengan laju berlebihan
(Huttenlocher, 1983). Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm,
dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun
pertama kehidupan. Pada anak hidrosefalus, umur satu tahun lingkaran
kepala itu menjadi 45 cm (Ngoerah, 1991). Pada masa neonatus,
pengukuran lingkar kepala setiap harinya penting dalam menentukan
proresivitas dari hidrosefalus. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi
terutama pada daerah frontal (Huttenlocher, 1983). Tampak dorsum nasi
lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka
bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping
kepala tampak melebar dan berkelok. Sering terjadi retraksi kelopak mata
yang terus-menerus (Sidharta, 1995). Pada hidrosefalus infantil yang berat,
tampak suatu fenomena “matahari terbenam” (sunset phenomenon) pada
bola mata. Fenomena ini timbul karena tekanan intrakranial yang tinggi
dapat menekan tulang atap orbita yang sangat tipis. Tulang atap orbita ini
lantas menekan pada bola mata sehingga bola-bola mata itu terputar ke
bawah (Huttenlocher, 1983). Dengan kedudukan mata demikian, banyak
putih sklera terlihat diantara limbus atas dari kornea dan tepi kelopak mata
atas. Tanda tersebut bisa dikorelasikan dengan dilatasi ventrikel ke-3 atau
akuaduktus Sylvii yang sekaligus melumpuhkan gerakan elevasi bola mata
(Sidharta, 1995). Pada funduskopi dapat tampak suatu atrofi papil primer
akibat kompresi saraf optikus dan kiasma, terjadi pada kasus kronik yang
tidak diterapi. Disamping itu dapat terlihat adanya anosmi kanan dan kiri.
Mungkin pula terdapat strabismus karena adanya paralise dari satu atau
9

beberapa nervi kranialis. Penderita memperlihatkan pula adanya retardasi


mental dan konvulsi. Sewaktu-waktu tampak nistagmus. Bila dilakukan
perkusi sedikit di belakang tempat pertemuan os frontale dengan os
temporale maka dapat timbul resonansi seperti bunyi kendi retak (“cracked
pot resonance”). Tanda ini dinamai Macewen’s sign. Tidak jarang dijumpai
tanda-tanda paraparesis spastik dengan reflek tendon lutut atau Achilles
yang meningkat serta dengan Babinski yang positif kanan dan kiri.
Menurut Harsono (1996), pada neonatus gejala yang paling umum dijumpai
adalah iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, dan
kadang-kadang kesadaran menurun ke arah letargi. Anak kadang-kadang
muntah, jarang yang bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala-gejala
lainnya belum tampak. Kecurigaan akan hidrosefalus bisa berdasarkan
gejala-gejala tersebut di atas, sehingga dapat dilakukan pemantauan secara
teratur dan sistemik.
b. Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Jika hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak, maka pembesaran
kepala tidak bermakna, tetapi pada umumnya anak mengeluh nyeri kepala
sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas
atau tidak menentu. Kadang-kadang anak muntah di pagi hari. Dapat
disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan
visus.
Gangguan motorik dan koordinasi dikenali melalui perubahan cara berjalan.
Hal demikian ini disebabkan oleh peregangan serabut kortikospinal korteks
parietal sebagai akibat pelebaran ventrikulus lateral. Serabut-serabut yang
lebih kecil yang melayani tungkai akan terlebih dahulu tertekan, sehingga
menimbulkan pola berjalan yang khas (Harsono, 1996). Kombinasi
spastisitas dan ataksia yang lebih mempengaruhi tungkai daripada lengan
sering ditemukan, demikian pula inkontinensia urin (Huttenlocher, 1983).
Anak dapat mengalami gangguan dalam hal daya ingat dan proses belajar,
terutama dalam tahun pertama sekolah. Apabila dilakukan pemeriksaan
psikometrik maka akan terlihat adanya labilitas emosional dan kesulitan
10

dalam hal konseptualisasi (Harsono, 1996). Fungsi bicara seringkali masih


baik, sehingga bermanifestasi sebagai ocehan kosong yang agak
karakteristik (Huttenlocher, 1983).

Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien


hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif
dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal, atau
persentil 98 dari kelompok usianya.

Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya


yaitu:

a. Fontanel anterior yang sangat tegang.


b. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
c. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
d. Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan
kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala
gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).

Gejala-gejala penyakit hidrosefalus biasanya memang tidak langsung


terlihat, hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, seberapa besar kerusakan yang terjadi
pada otak, dan seberapa banyak jumlah peningkatan cairan CSF di otak.

Pada bayi dibawah usia 2 tahun gejalanya:

a. Bayi mengalami kesulitan dalam menerima makanannya


b. Mudah menangis dan mudah marah
c. Kejang
d. Muntah-muntah
e. Perkembangan yang terlambat
f. Ubun-ubun menonjol dan Tegan
11

Pada anak yang lebih besar gejalanya:

a. Pembesaran kepala tidak jelas lagi karena kepala anak sudah tertutup ubun-
ubunnya
b. Tekanan di dalam kepala yang meningkat menyebabkan sakit kepala yang
berat
c. Tangisan singkat, melengking, dengan nada tinggi
d. Demam
e. Kejang
f. Mual, muntah
g. Tidur terus menerus

2.6 Cara Penyembuhan Hidrosefalus

Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :

a. Mengurangi produksi CSS.


b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi.
c. Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial. (Darsono, 2005)

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

a. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid
atau upaya meningkatkan resorbsinya.
b. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan
suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar
ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter Paul Rickham,
2003)
c. Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
12

Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah
rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke
rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi
infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi
ventrikel dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360) .
2.7 Peran Orang Tua pada Anak Hidrocefalus

Peran orang tua sangat penting pada pengasuhan anak yang sakit
hydrocephalus, memiliki kemampuan komunikasi yang baik sangat diperlukan,
tidak semua orang tua mengasuh anaknya yang sakit menggunakan komunikasi
yang baik, komunikasi verbal dan nonverbal kepada anak, merupakan salah satu
treatmen non medis, hal ini sangat penting dilakukan orang tua untuk ketika
mengasuh anak yang sakit hydrocephalus.Orang tua yang memiliki anak sakit
hydrocephalus sering mengajak anaknya berinteraksi seperti menyanyikan lagu,
salaman, pok ameame semua memiliki makna untuk membahagiakan sang anak,
respon yang diterima oleh orang tua yaitu melihat anaknya tersenyum, tertawa
bahagia, sehingga tidak merasakan kesakitan pada dirinya.Orang tua juga selalu
memberikan pelukan, belaian, mencium, menggendong, menyanyikan lagu,
komunikasi spiritual seperti sholawatan,sering memutarkan dan membacakan
lantunan sholawatan dan ayat suci, memutarkan suara azan, respon sang anak yang
sakit hydrocephalus tenang, kalau menangis langsung terdiam ketika
mendengarkan ayat suci. Menggunakan kata-kata yang baik makna yang ada pada
pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada anaknya yaitu melindungi,
menyayangi anaknya, membuat anaknya merasa nyaman ketika berada
dipelukannya. Respon yang ada pada sang anak yaitu tenang, nyaman, tidak
menangis ketika berada dipelukan orang tuanya.
13

Komunikasi verbal dan nonverbal memiliki peran yang penting terhadap


penyembuhan anak yang sakit hydrocephalus. Komunikasi verbal dan nonverbal
menjadi salah satu alternative dimana mempunyai nilai treatment non medis untuk
kesembuhan anak yang sakit hydrocephalus, dimana orang tua mengasuh anaknya
yang sakit harus terus diajak berkomunikasi, berinteraksi baik verbal maupun
nonverbal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

1. hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai suatu gangguan pembentukan,


aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi
kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat
2. Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
Kongenital dan Non Kongenital
3. gangguan aliran cairan otak ada tiga jenis,yaitu: Gangguan aliran adanya
hambatan sirkulasi, Aliran cairan otak tidak tersumbat, Cairan otak yang
mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan
4. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu: Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonates, Awitan
hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak
5. Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi : Penanganan
Sementara, Penanganan Alternatif (Selain Shunting), Operasi Pemasangan
‘Pintas’ (Shunting)

3.2 Saran

Petugas kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat melakukan


penatalaksanaan dan asuhan yang adekuat dan hati-hati untuk mencegah terjadinya
infeksi sehingga dapat menurunkan angka kematian pada bayi maupun anak-anak

14
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto dkk. Hidrosefalus Pada Anak. Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 61
67
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku
Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Ellenbogen, Richard G. Abdulrauf, Saleem I,Sekhar, Laligam N. Principles of
Neurological Surgery, 3rd edition. ELSEVIER-SAUNDERS. 2012. Philadelphia.
Campbell, William W. DeJong's The Neurologic Examination, 6th Edition.2005.
Lippincott Williams & Wilkins
Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis./ Edisi ke-1. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Allan H. Ropper, Robert H.Brown. 2005. Pain and Other Disorders Of Somatic
Sensation, Headache, and Backache in: Adams and Victor’s Principles of
Neurology, McGraw-Hill Companies, Inc. 8: 109
Wa Ode Maharani Margaretha. (2014). Stress dan Coping Stress Ibu Yang
Memiliki Anak dengan Kelainan Hydrocephalus. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Vol. 03 No. 2, Agustus.

Anda mungkin juga menyukai