KEPERAWATAN ANAK I
“HIDROSEFALUS”
Disusun oleh:
Kelompok 13
Mata Kuliah :
Keperawatan Anak I
Kelompok 13 :
Achmad Fauzi 1610913310001
M. Faisal Amir 1610913310022
M. Fendy Ashar 1610913310015
Laila Rahmaniah 1610913120007
Yulia Rahayu 1610913120017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan hidahyah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah dapat
selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh
pada sunnah-Nya Amin.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
1 “Konsep Penyakit dengan Judul Hidrocefalus”. Tujuan dari penyusunan makalah
ini ialah sebagai informasi serta untuk menambah wawasan bagi penulis maupun
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi
namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pembimbing dan teman-
teman sehingga makalah ini terselesaikan. Makalah ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
Kelompok 13
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan
di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan
dilatasi ventrikel serebra,biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur
cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal di dalam
kranium,secara tipikal,ditandai dengan pembesaran kepala,menonjolnya dahi,atrofi
otak,deteriora mental,dan kejang-kejang. Hidrosefalus disebabkan karena
terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan
CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga
terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya ( foramen monrai,foramen
luschka,magendie,sistem magna,dan sistem basalis merupakan tempat tersering
terjadinya penyumbatan). Hydrocephalus itu sendiri adalah akumulasi cairan
serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid, ruang subdural .
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang
ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada
oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga
lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya
masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi
dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang
tengkorak tidak mampu lagi melebar.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Hidrosefalus
b. Mahasiswa dapat menyebutkan Klasifikasi Hidrocefalus
c. Mahasiswa mengetahui Etiologi dan Persentasi Klinis
d. Mahasiswa mengetahui Penyebab Hidrosefalus
e. Mahasiswa mengeteahui Gejala Hidrosefalus
f. Mahasiswa mengetahui Cara Penyembuhan Hidrosefalus
g. Peran Orang Tua pada Anak Hidrocefalus
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidrosefalus
Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydro yang berarti air, dan
cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat didefiniskan sebagai
suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun penyerapan dari cairan serebrospinal
sehingga terjadi kelebihan cairan serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini
juga dapat diartikan sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal
(Apriyanto, dkk, 2013).
Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup sering
terjadi pada bayi baru lahir dan balita. Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak
yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah
dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209).
2
3
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan
sehingga pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh
banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga
pertumbuhan sel otak terganggu.
b. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
yaitu penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang
otak dimana pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat
pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab
adanya peninggian tekanan intrakranial sehingga perbedaan antara
hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus non kongenital terletak pad
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
2.2 Klasifikasi Hidrocefalus
TYPE FEATURES
Nonobstructive Ventricular Enlargement
(e.g.,hydrocephalus Ex Vacuo)
Obstructive Comunicating Obstruction outside the ventricular
system (e.g.,subarachnoid space or
arachnoid willi)
Noncommunicating Obstruction within the ventricular
system (e.g., aqueduct or basal
foramina
4
Gambaran klinis hidrosefalus ternyata berkaitan dengan usia. Pada bayi dengan
hidrosefalus dapat memberikan gambaran klinis : fontanel (ubun-ubun) anterior
yang tegang dan cembung; peningkatan lingkar kepala rata-rata 0,5 – 2 cm tiap
minggu; gangguan menyusui, muntah-muntah, makrosefalus. Pada bayi yang lebih
tua dan anak-anak, tengkorak menjadi lebih kaku, sehingga penampilan klinis
berupa paralisis Nervus Abdusens dan Paralisis gerak bola mata vertikal (tanda
Perinaud). Pada anak-anak, hidrosefalus dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari
neoplasma atau trauma. Gambaran klinis dapat berupa nyeri kepala (tumpul,
terutama ketika saat terbangun), gangguan penglihatan (pandangan kabur atau
ganda), letargis, muntah-muntah, penurunan prestasi belajar, dan gangguan
endokrin (contoh : penampilan pendek, pubertas precoks). Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan papiledema dan paralisis CN VI, hiperrefleksi dan clonus. Pada
tahap lanjut yang memberat akan ditemukan tanda-tanda trias Cushing (bradikardi,
hipertensi, pernafasan ireguler) sehingga memerlukan tindakan yang segera. Pada
usia dewasa, gambaran klinisnya dapat berupa Akut (TTIK) atau Kronis (tekanan
intrakranial normal atau rendah). Gejala umumnya berupa nyeri kepala, yang
memberat saat berbaring, mualmuntah, gangguan penglihatan (pandangan kabur
atau ganda), papiledema pada funduskopik, paralisis otot rectus lateral, ataxia, dan
gangguan kesadaran.
Ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri dari
system ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruang subaraknoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara system ventrikel dan
5
Biasanya terjadi pada kehamilan yang siibu masih muda usianya, dan
disebabkan oleh :
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan
kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala
gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
a. Pembesaran kepala tidak jelas lagi karena kepala anak sudah tertutup ubun-
ubunnya
b. Tekanan di dalam kepala yang meningkat menyebabkan sakit kepala yang
berat
c. Tangisan singkat, melengking, dengan nada tinggi
d. Demam
e. Kejang
f. Mual, muntah
g. Tidur terus menerus
a. Penanganan Sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid
atau upaya meningkatkan resorbsinya.
b. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan
suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar
ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter Paul Rickham,
2003)
c. Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)
12
Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah
rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke
rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi
infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi
ventrikel dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360) .
2.7 Peran Orang Tua pada Anak Hidrocefalus
Peran orang tua sangat penting pada pengasuhan anak yang sakit
hydrocephalus, memiliki kemampuan komunikasi yang baik sangat diperlukan,
tidak semua orang tua mengasuh anaknya yang sakit menggunakan komunikasi
yang baik, komunikasi verbal dan nonverbal kepada anak, merupakan salah satu
treatmen non medis, hal ini sangat penting dilakukan orang tua untuk ketika
mengasuh anak yang sakit hydrocephalus.Orang tua yang memiliki anak sakit
hydrocephalus sering mengajak anaknya berinteraksi seperti menyanyikan lagu,
salaman, pok ameame semua memiliki makna untuk membahagiakan sang anak,
respon yang diterima oleh orang tua yaitu melihat anaknya tersenyum, tertawa
bahagia, sehingga tidak merasakan kesakitan pada dirinya.Orang tua juga selalu
memberikan pelukan, belaian, mencium, menggendong, menyanyikan lagu,
komunikasi spiritual seperti sholawatan,sering memutarkan dan membacakan
lantunan sholawatan dan ayat suci, memutarkan suara azan, respon sang anak yang
sakit hydrocephalus tenang, kalau menangis langsung terdiam ketika
mendengarkan ayat suci. Menggunakan kata-kata yang baik makna yang ada pada
pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada anaknya yaitu melindungi,
menyayangi anaknya, membuat anaknya merasa nyaman ketika berada
dipelukannya. Respon yang ada pada sang anak yaitu tenang, nyaman, tidak
menangis ketika berada dipelukan orang tuanya.
13
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto dkk. Hidrosefalus Pada Anak. Volume 1, Nomor 1, Mei 2013, Hal: 61
67
Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM. 2005. Buku
Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Ellenbogen, Richard G. Abdulrauf, Saleem I,Sekhar, Laligam N. Principles of
Neurological Surgery, 3rd edition. ELSEVIER-SAUNDERS. 2012. Philadelphia.
Campbell, William W. DeJong's The Neurologic Examination, 6th Edition.2005.
Lippincott Williams & Wilkins
Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis./ Edisi ke-1. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Allan H. Ropper, Robert H.Brown. 2005. Pain and Other Disorders Of Somatic
Sensation, Headache, and Backache in: Adams and Victor’s Principles of
Neurology, McGraw-Hill Companies, Inc. 8: 109
Wa Ode Maharani Margaretha. (2014). Stress dan Coping Stress Ibu Yang
Memiliki Anak dengan Kelainan Hydrocephalus. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental Vol. 03 No. 2, Agustus.