Anda di halaman 1dari 7

Atasi KLB Campak dan Gizi Buruk, 90 Persen Program Kementerian Sudah

Masuk ke Asmat

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan


Maharani dan sejumlah menteri lainnya dan pihak TNI/Polri usai ratas di kantor
Kemenko PMK, Jakarta terkait penanggulangan Kejadian Luar Biasa,
(31/1/2018).(Kompas.com/RobertusBelarminus)

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan


Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani menyatakan, melalui Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2017 mengenai Percepatan Pembangunan Kesejahteraan Papua
dan Papua Barat, pihaknya mengintegrasikan semua program di kementerian dan
lembaga terkait untuk menangani masalah di Asmat, Papua.

Hal tersebut disampaikannya usai rapat terbatas mengenai penanggulangan


Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Asmat, Papua, di Kantor Kemenko
PMK, Jakarta, Rabu (31/1/2018). Diketaui, wabah campak dan gizi buruk
menyerang banyak warga di sana, khususnya anak-anak. Dalam menanggulangi
KLB Asmat, program-program dari kementerian dan lembaga terkait, menurut
dia, difokuskan untuk mengatasi persoalan kesehatan, sosial budaya, infrastruktur
sampai dengan tata kelola pemerintah setempat.
"Bahwa harus ada sinergi mengatasi dan mengantisipasi hal tersebut," kata Puan.
Hampir 90 persen program dari kementerian atau lembaga untuk menangani KLB
di Asmat sudah masuk, khususnya ke wilayah yang terindikasi terjadi kasus gizi
buruk atau masalah kesehatan, di Papua dan Papua Barat.

Diakuinya tidak semua program dari kementerian dan lembaga terkait bisa
disalurkan semua karena kendala masalah geografis. "Memang tidak semua bisa
kita bisa masuki atau intervensi menyeluruh. Karena letak geografisnya perlu
perjalanan yang cukup sulit untuk masuk wilayah tersebut," ujar Puan. Dia
memastikan negara akan tetap hadir ke wilayah terpencil itu untuk mengatasi
kasus ini. Pemerintah pusat akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah
setempat dan ke depannya akan melakukan pendampingan terhadap tata kelola
pemerintah. Pendampingan terhadap pemda setempat akan dilakukan dengan
membawa sumber daya manusia (SDM) dari luar Papua yang akan bekerja sama
dengan SDM di pemerintah setempat. Dalam hal kesehatan, pendidikan, dan
bantuan sosial untuk Papua dan Papua Barat akan dilakukan dengan cara khusus.

"Tidak sama dengan Jawa dan Sumatera, perlu ada afirmasi khusus untuk bisa
mengintervensi hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan," ujar Puan. Setelah
ratas ini, Puan menyatakan akan melakukan koordinasi dengan Bappenas dan juga
Kantor Staf Presiden untuk membentuk semacam satuan tugas. Satuan tugas ini
nanti akan terintegrasi dalam menjalankan program di kementerian dan lembaga
tadi untuk menangani masalah di Papua.

"Semua setuju, dan semua sudah memahami apa saja yang akan menjadi tugas
dan tanggungjawabnya, dan bahkan kita akan buat matriks sampai ke biayanya.
Kira-kira biaya yang diperlukan berapa untuk jangka pendek, menengah, panjang,
berapa," ujar Puan.

Dalam rapat terbatas yang dilangsungkan tertutup bagi awak media itu dihadiri
Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy, perwakilan TNI/Polri, dan
lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Atasi KLB Campak dan
Gizi Buruk, 90 Persen Program Kementerian Sudah Masuk ke Asmat",
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/14383811/atasi-klb-campak-dan-
gizi-buruk-90-persen-program-kementerian-sudah-masuk-ke.
Penulis : Robertus Belarminus
ANALISIS

A. Analisis masalah dan penyebab


Masalah yang terdapat dalam kasus ini adalah mengenai usaha
penanggulangan kejadian KLB gizi buruk dan campak di Asmat, Papua
sehingga membuat pemerintah harus turun tangan secara intensif dengan cara
menurunkan semua program penanggulangan gizi buruk dan campak yang
disesuaikan dengan kondisi geografis di Asmat, Papua. Dalam berita ini
pemerintah menanggulangi KLB Asmat, dengan program-program dari
kementerian dan lembaga terkait, difokuskan untuk mengatasi persoalan
kesehatan, sosial budaya, infrastruktur sampai dengan tata kelola pemerintah
setempat. Semua program telah dipersiapkan termasuk dana dan
penanggungjawabnya telah disiapkan dengan matang. Pemegang program
semua sudah memahami apa saja yang akan menjadi tugas dan
tanggungjawabnya, dan bahkan pemerintah akan buat matriks sampai ke
biaya untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.namun tidak semua
program dapat masuk ke Asmat, Papua dikarenakan terkendala dalam letak
geografis yang sulit digapai.

B. Sasaran dan tujuan untuk memecahkan masalah, rencana


intervensi/program, monitoring dan evaluasi program
1. Sasaran : Pemerintah khususnya Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia
2. Tujuan :
- Memperbaiki program penanggulangan penyakit gizi buruk dan
campak
- Meningkatkan kualitas keberhasilan program penanggulangan
penyakit gizi buruk dan campak
- Mengawasi jalannya program penanggulangan penyakit gizi buruk
dan campak.
3. Rencana intervensi/program
- Melakukan penyesuaian program dengan kondisi geografis dan
budaya setempat dengan cara analisis situasi
- Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berperan
dalam program penanggulangan penyakit gizi buruk dan campak
dengan cara seleksi ketat dan pelatihan untuk memperkaya
kemampuan pemegang program.
- Mengoptimalkan fungsi surveilans dengan sebaik mungkin untuk
memantau kondisi terbaru.
4. Monev Program
- Menetapkan indikator keberhasilan program. Adanya indikator
keberhasilan seperti target pencapai, tujuan, dan sasaran akan
mempermudah proses monitoring yang terarah.
- Melakukan analisis mendalam mengenai tujuan program pengendalian
penyakit gizi buruk dan campak. Apakah program sudah berjalan
sesuai tujuan yang telah ditetapkan atau malah program melenceng
dari tujuan. Sehingga perlu dilakukan monitoring untuk mengawasi
jalannya program.
- Mengendalikan jalannya program dengan cara mengawasi pihak
pemegang program. Jalan tidaknya suatu program akan sangat
ditentukan oleh tangguang jawab pemegang program. Oleh sebab itu
pemegang program harus selalu dipantau agar sesuai dengan
tangguang jawab masing-masing. Salah satu bentuk pengendalian
pemegang program adalah misalnya selalu dicek daftar hadir dan
agenda pemegang program.
- Memantau jalannya program pengendalian penyakit gizi buruk dan
campak di Asmat, Papua. Program harus dipantau apakah sudah
berjalan atau belum. Karena jika program hanya tertulis dan
direncanakan tanpa dilaksanakan maka program tidak akan berhasil.
- Mengawasi apakah program sudah mencapai sasaran dan sasaran yang
dituju sudah tepat.
C. Evaluasi Retrospektif dan Prospektif
1. Retrospektif : Mempelajari program yang telah dijalankan di Asmat
sebelumnya dan diukur tingkat keberhasilannya sampai di mana.
Kemudian apa saja hambatannya dan apa yang harus diperbaiki dan
ditingkatkan agar tidak terjadi lagi kejadian serupa.
2. Prospektif : Menetapkan target keberhasilan program, menetapkan
sasaran, dan tujuan program agar terarah dan terpantau dengan baik
sehingga dapat diukur keberhasilan programnya.
D. Siapa dan seperti apa evaluasi internal dan eksternal dilakukan
1. Evaluasi Internal dilakukan oleh pihak manajemen pembuat program
terhadap pemegang program dengan tujuan melakukan penilaian untuk
memonitoring jalannya program. Memperbaiki hal yang kurang dalam
target agar tidak menimbulkan kesalahan yang lebih fatal ke depannya.
2. Evaluasi Eksternal dilakukan oleh pemangku kebijakan yaitu, Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Evaluasi eksternal dapat dilakukan juga
oleh DPR, WHO, dan PBB.
E. Susunan Rencana
1. Planning the evaluation : menentukan tujuan dari dilakukannya
evaluasi, menentukan apa tipe evaluasi yang sesuai dengan tujuan program
pengendalian penyakit gizi buruk dan campak, memperjelas perancangan
program, mempertimbangkan dampak positif dan negatif, begitu pula
dengan analisis SWOT.
2. Selecting Appropriate Evaluation Methods : Memilih metode apa yang
digunakan yang sesuai dengan program yang dijalankan.
3. Collecting and Analysing Information : memilih dan menganalisis
informasi yang penting. Evaluator harus memilih informasi yang sesuai
dengan kebenaran dan benar adanya terjadi.
4. Reporting Findings : Melaporkan temuan di lapangan secara real tanpa
ada campur tangan laian yang dapat merubah informasi. Dalam hal
pengendalian penyakit gizi buruk dan campak sebaiknya melaporkan
dengan jujur jika memang masih ada kejadian pengendalian penyakit gizi
buruk dan campak selama program berlangsung.
5. Implementing Evaluation Recommendations : menerapkan apa yang
disarankan berdasarkan hasil evaluasi. Pemegang program pengendalian
penyakit gizi buruk dan campak harus melakukan apa yang disarankan
evaluator.

Anda mungkin juga menyukai