Diajukan sebagai salah satu syarat Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil/I (satu) Mata
Kuliah Pengantar Studi Islam T.A. 2012-2013
LILIS MUSLICHA
12214210410
TARBIYAH
04 Januari 2013
Lilis Muslicha
ii | I s l a m d a n D a k w a h
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Dakwah................................................................................................. 3
2.2 Manajemen Dakwah ............................................................................. 7
2.3 Metode Dakwah ................................................................................... 12
2.4 Kode Etik Dakwah ............................................................................... 19
2.5 Media Dakwah ..................................................................................... 21
2.6 Tokoh Dakwah ..................................................................................... 21
2.7 Merealisasikan Dakwah ....................................................................... 23
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 25
3.2 Saran-saran ........................................................................................... 25
3.3 Penutup ................................................................................................. 26
iii | I s l a m d a n D a k w a h
BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah merupakan sesuatu yang tidak mudah. Perlu perjuangan, tetes darah,
keringat dan air mata dalam menjalankannya. Sangat diperlukan jiwa kesabaran
dalam meneruskan estafet dakwah Rasulullah SAW. Tapi kita sebagai manusia tidak
boleh terus berkeluh kesah dan putus asa dalam melainkan harus bangkit dan
berjuang dalam menjalankannya. Karena bila kita telah berjuang dengan bersungguh-
sungguh, insya Allah kita akan diberi jalan kemudahan oleh Allah SWT dan kita akan
terasa mudah dalam meneruskan estafet dakwah Rasulullah SAW.
Bila kita membandingkan dakwah yang kita lakukan dengan dakwah yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta sahabatnya, masih jauh perjuangan kita
dibandingkan perjuangan Rasulullah SAW karena beliau beserta sahabatnya telah
mempertaruhkan harta dan jiwanya dalam menegakkan dakwah. Namun, percayalah
bahwa manisnya perjuangan dakwah akan terasa setelah berlelah-lelah maka kita
akan memiliki sifat bersyukur, sabar serta tawakal dalam menjalaninya.
PEMBAHASAN
2.1 Dakwah
2.1.1 Definisi Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti: ajakan, seruan,
panggilan, undangan. Jadi, definisi Ilmu Dakwah secara umum ialah: Suatu
ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik
perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu
ideologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu.
Meskipun diakui adanya perbedaan, tidak bisa kita pungkiri adanya titik-
titik temu yang menghubungkan budaya Islam secara universal. Salah satu
titik temu itu berupa komitmen masing-masing pribadinya pada kewajiban
menjalankan setiap usaha untuk menciptakan masyarakat yang sebaik-baiknya
di muka bumi ini. Oleh karena itu, urgensi dakwah semakin diperlukan tatkala
manusia modern semakin lupa tujuan hidupnya. Mereka hanya menjadikan
dunia sebagai orientasi dan tujuan, suatu yang sangat terbatas. Jauh dari yang
dipesankan agama, kehidupan di kemudian hari yang kekal abadi.
1
Prof. Toha Jahja Omar, M. A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Widjaya Jakarta), 1983, h. 1.
Tujuan program kegiatan dakwah dan penerangan agama tidak lain adalah
untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman
ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama.
Sedangkan Barmawie Umary merumuskan tujan dakwah adalah memenuhi
perintah Allah SWT dan melanjutkan tersiarnya syari’at Islam secara merata
karena dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku
manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas
iman dan Islam seseorang secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri
tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa pun.3
2
M. Munir, S.Ag., dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media), 2003, h. xv.
3
Fakhrurozi, Aktivitas Dakwah Hasan Al-Banna, (Semarang: Usulan Skripsi), 2009, h. 15-16. Kutipan
dari Barmawie Umary dalam bukunya yang berjudul “Azas-azas Ilmu Dakwah”, (1980: 55).
4
Muhammad Munir, S.Ag., MA dan Wahyu Ilaihi, S.Ag., MA., Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana), 2006, h. 22. Kutipan dari H. M. S. Nasaruddin Lathief dalam bukunya yang berjudul “Teori
dan Praktik Dakwah Islamiyah”, halaman 20.
Hak mad’u atau penerima dakwah ialah agar mereka ditemui dan diajak,
yaitu juru dakwah harus datang menemuinya dan menyerunya ke jalan Allah
SWT dan tidak patutlah seorang da’I hanya tinggal diam atau menanti
kedatangan mereka dirumah. Tugas Rasulullah SAW adalah menyampaikan,
dalam penyampaiannya kadang-kadang memaksa Rsul berpindah ke tempat
yang dikehendakinya karena kemungkinan dakwahnya belum sampai ke
daerah itu atau telah sampai namun belum ada perhatian untuk menerimanya.
Oleh karena itulah, Rasul harus mengunjungi tempat-tempat itu untuk
menyampaikan dakwah. Kecintaan Rasul kepada ummat manusia dan
keinginannya untuk menghindarkan mereka dari kekufuran iulang yang
memaksanya pergi ke tempat-tempat dan rumah-rumah penerima dakwah
untuk menyampaikan dakwah. Untuk itulah, para da’I hendaknya mengikuti
jejak para Rasul untuk mengunjungi daerah dan damping penerima dakwah
5
Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qordhowi Harmoni antara Kelembutan dan
Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), 1997, h. 18.
Ketiga, maddah (materi) dakwah. Maddah adalah isi pesan atau materi
dakwah yang disampaikan da’I kepada mad’u dan yang menjadi maddah
dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Materi dakwah dapat diklasifikasikan
menjadi empat, yaitu masalah akidah7 (keimanan), masalah syariah, masalah
mu’amalah, dan masalah akhlak.
Kelima, atsar (efek) dakwah. Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan
menimbulkan reaksi artinya jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’I
dengan materi dakwah, maka akan timbul respons dan efek pada mad’u. efek
itu sendiri bisa timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan yang
meliputi segala apa yang berhubungan dengan emosi, sikap serta nilai. Selain
itu juga merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola
tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
6
Dr. Abdul Karin Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah), 1980, h. 112-114.
7
Muhammad Munir, S.Ag., MA dan Wahyu Ilaihi, S.Ag., MA., Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana), 2006, h. 24. Kutipan dari “Ensiklopedia Tematis Dunia Islam” (2002: 9-11) “Akidah
(‘aqidah) secara harfiah berarti “sesuatu yang tersimpul secara erat atau kuat” yang mengandung
pengertian “Pandangan pemahaman, atau ide (tentang relitas) yang diyakini kebenarannya oleh hati.”
Yakni, diyakini kesesuaiannya dengan realitas itu sendiri. Apabila suatu pandangan, pemahaman, atau
ide diyakini kebenarannya oleh hati seseorang, maka berarti pandangan paham, atau ide itu telah
terikat di dalam hatinya. Dengan demikian, hal itu sering disebut sebagai akidah bagi pribadinya.
Hubungan apa yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang diperbuat (amalnya) bersifat kualitas;
akidah menjadi sebab dan amal perbuatan menjadi akibat.”
Secara klasik, manajemen muncul ribuan tahun yang lalu ketika manusia
berusaha untuk melakukan sebuah pengorganisasian dan pengendalian
kegiatan-kegiatan manusia. Manajemen ini dimulai sejak pada zaman
prasejarah (sebelum 1 Masehi). Perkembangan ilmu administrasi termasuk di
dalamnya ilmu manajemen, telah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
peradaban manusia yang dipengaruhi oleh agama-agama besar dunia.
Sementara itu, sejarah perkembangan manajemen dunia tumbuh dan
berkembang pesat karena dibutuhkan untuk mengatur dan bekerja sama secara
simbiosis dalam dunia industri, pertanian, pendidikan, dan lain-lain.
8
A. Rosyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang), 1993, h. 123.
9
Hanif yaitu lurus atau condong, sehingga agama yang hanif adalah agama yang lurus menuju Tuhan.
10
Fakhrurozi, Aktivitas Dakwah Hasan Al-Banna, (Semarang: Usulan Skripsi), 2009, h. 73
10 | I s l a m d a n D a k w a h
tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan ‘amaliyyah al
‘idaariyyah (aktivitas manajerial) sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan
dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkan sumber-sumber
yang ada.
11 | I s l a m d a n D a k w a h
tidak tumpang-tindih, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka
pendek.11
11
Muhammad Munir, S.Ag., MA dan Wahyu Ilaihi, S.Ag., MA., Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana), 2006, h. 74.
12 | I s l a m d a n D a k w a h
Pendekatan yang pertama (terpusat pada pendakwah) bertujuan pada
pelaksanaan kewajiban dakwah yaitu menyampaikan pesan dakwah hingga
mitra dakwah memahaminya. Pemahaman mitra dakwah terhadap pesan
dakwah lebih ditekankan daripada sikap dan tingkah laku. Fokusnya terletak
pada kemampuan pendakwah. Targetnya adalah kelangsungan berdakwah.
Hukum berdakwah pada pendekatan ini fardhu ‘ain artinya setiap muslim
wajib berdakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Penentuan strategi dakwah bisa berdasar surat al-Baqarah ayat 129 dan
151, al-Imran ayat 164, dan al-Jumu’ah ayat 2. Ketiga ayat ini memiliki pesan
yang sama yatiu tentang tugas para Rasul sekaligus bisa dipahami sebagai
strategi dakwah.
12
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Ilmu Dakwah, (Surabaya: Kencana), 2008, h. 348-349.
13 | I s l a m d a n D a k w a h
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana. Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami
kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 129 dan 151)
14 | I s l a m d a n D a k w a h
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan
Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Imran:164.
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
15 | I s l a m d a n D a k w a h
segala jiwa yang tidak stabil, keimanan yang tidak istiqomah seperti akhlak
tercela lainnya seperti serakah, sombong, kikir, dan sebagainya. Strategi
ta’lim (mengajarkan al-Qur’an dan al-hikmah) yaitu mentransformasikan
pesan dakwah yang bersifat mendalam, dilakukan secara formal dan
sistematis, yang demikian ini berarti hanya dapat diterapkan pada mitra
dakwah yang tetap, dengan kurikulum yang telah dirandang, dilakukan secara
bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu.13
13
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Ilmu Dakwah, (Surabaya: Kencana), 2008, h. 355-356.
14
Muhammad Munir, S.Ag., MA dan Wahyu Ilaihi, S.Ag., MA., Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana), 2006, h. 8-9. Kutipan dari Toto Asmara dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi
Dakwah” (1997:43)
16 | I s l a m d a n D a k w a h
Teknik penyampaiannya yaitu mengemukakan mukoddimah, melukiskan
latar belakang masalah, mengisahkan cerita faktual ataupun fiktif,
menyampaikan materi yang dibahas, mengemukakan ikhtisar ceramah,
menyatakan kembali gagasan dengan kalimat yang singkat dan bahasa yang
berbeda, mengakhiri dengan memberikan dorongan untuk bertindak dalam
menegakkan perubahan.
Teknik dalam metode mentoring antara lain da’I atau mentor membuat
persiapan yang matang sebelum bertukar pikiran dengan membaca dan
17 | I s l a m d a n D a k w a h
memikirkan mengenai materi yang akan disampaikan dan dibahas,
memberikan suatu kisah atau cerita yang terkait dengan materi yang akan
disampaikan dan dibahas, memberitahukan tema materi lalu dilanjut dengan
membahas materi yang telah dipersiapkan, mengajukan pertanyaan kepada
mad’unya jika ada yang ingin didiskusikan, mengemukakan ikhtisar atau
kesimpulan dari keseluruhan materi, diakhiri dengan qodoya atau tanya kabar
mengenai aktivitas perminggunya.
Ayat ini menjelaskan tiga cara dalam dakwah, yakni metode hikmah,
metode mau’izhah dan metode mujadalah.
15
Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang
bathil.
18 | I s l a m d a n D a k w a h
Metode hikmah.16 Yaitu metode yang paling utama dari segala sesuatu,
baik pengetahuan maupun perbuatan. Ia bebas dari kesalahan. Dapat juga
diartkan sebagai sesuatu yang bila digunakan atau diperhatikan akan
mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar,
serta menghalangi terjadinya kerugian atau kesulitan yang besar atau lebih
besar.17 Moh. Natsir menetakan bahwa hikmah merupakan lebih dari semata-
mata ilmu karena ia ilmu yang sehat, yang mudah dicernakan yaitu yang
berpadu dengan rasa perisa, sehingga menjadi daya penggerak untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat dan berguna, jika dibawa ke bidang
dakwah tujuannya untuk melakukan sesuatu tindakan yang berguna dan
efektif.18
Metode mujadalah. Yaitu tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
16
Hikmah secara harfiyah mengandung makna kebijaksanaan.
17
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag., Ilmu Dakwah, (Surabaya: Kencana), 2008, h. 392. Kutipan dari M.
Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “Tafsir Al-Mishbah” (2001: VII: 386)
18
M. Munir, S.Ag., dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media), 2003, h. xvii.
19
Ibid, h. 17-18.
19 | I s l a m d a n D a k w a h
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat.20
Karakteristik dari etika dakwah adalah etika Islam itu sendiri, dimana
cakupannya terdiri dari sumber moral dakwah, standar yang digunakan untuk
menentukan baik buruknya tingkah laku sang da’I, dan pandangan terhadap
naluri. Sebagai sumber moral yang menjelaskan baik buruknya suatu
perbuatan adalah Al-Qur’an dan Sunnah, kedua dasar inilah yang menjadi
landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan
menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk dalam menjalankan segala
aktivitas dakwah. Selain kedua sumber tadi, maka akal dan naluri berpendirian
20
Ibid, h. 20.
21
Yaitu “Tak ada paksaan dalam agama, kebenaran telah nyata, Barangsiapa menghendaki biarlah dia
beriman: Barangsiapa tidak menghendaki, biarlah dia kafir, maka yang beruntung adalah dirinya
sendiri dan barangsiapa menolaknya maka yang celaka adalah dirinya sendiri.” (QS. 2: 225, Lihat. QS.
18:29, 39:41)
20 | I s l a m d a n D a k w a h
sebagai akal dan naluri merupakan anugerah Allah SWT, akal dan pikiran
manusia terbatas sehingga pengetahuan manusia tidak akan mampu
memecahkan seluruh permasalahan yang ada tapi hanya akal yang dipancari
cahaya Al-Qur’an yang bisa menempatkan pada tempatnya, dan naluri yang
mendapatkan pengarahan dari petunjuk Allah SWT yang dijelaskan dalam
kitabnya.22
22
M. Munir, S.Ag., dkk, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media), 2003, h. 95-96.
21 | I s l a m d a n D a k w a h
Hasan Al-Banna sebagai sorang ulama yang tidak pernah lupa dengan
tugasnya, yaitu mengamalkan ilmu yang dimiliki. Ia melaksanakan
dakwahnya menggunakan beberapa media dakwah. Menurut Asmuni Syukir,
media dakwah adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan dakwah dan alat ini dapat berupa barang (material), orang,
tempat, kondisi tertentu, dan sebagainya.23
Kedua, bergerak karena Allah SWT. keadaan sorang peuang yang berlari
memohon kesyahidan kepada Allah SWT di saat melakukan tugas dakwah
kepada Allah sebagaimana syahidnya ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi ra. yang
mendakwahkan kaumnya kepada Islam. Ketika ia menyatakan dirinya masuk
Islam, sekaligus mendakwahkan kaumnya kepada Islam, tombak dan anak
23
Asmuni Syukir, 1983, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al-Ikhlas), 1983, h. 163.
22 | I s l a m d a n D a k w a h
panah bertubi-tubi datang dari segala arah merobek tubuhnya hingga ia
syahid.
24
http://dakwah.info/utama/bekal-dakwah/gambaran-pejuang-dakwah/ diambil pada 29 Desember
2012.
23 | I s l a m d a n D a k w a h
2.7.1 Zakat sebagai Sarana Dakwah
Zakat memiliki saham besar dalam dakwah dan jihad yang mutlak
menghajatkan harta. Urgensi keterkaitan antara dakwah dan harta tercermin
secara implisit dalam kitabullah. Menunaikan zakat termasuk dakwah bil hal,
yaitu amalan yang paling utama dibandingkan dakwah bil lisan (ucapan) dan
dakwah bil qolb (mendoakan). Dikatakan zakat sebagai sarana dakwah bil hal
karena ia langsung menampakkan dampak positif setelah dikeluatkan. Bagi
para pemberi zakat mereka telah melakukan dakwah model ini karena telah
membantu masyarakat yang tidak mampu sekaligus yang berhak
menerimanya. Dakwah bil hal melalui zakat, shodaqoh maupun infaq
mengajarkan tentang sikap kedermawanan dan sikap ini sangat penting dalam
kehodupan sosial kemasyarakatan, Rasulullah SAW sendiri mencontohkan
sikap kedermawanan ini sepanjang kehidupannya.25
Disamping ada nilai religi, tahlilan memiliki nilai sosial berupa energy sosial dan
modal sosial bagi kehidupan komunitas, dan modal sosial merupakan kekuatan yang
mampu membangun masyarakat dan komunitas yang dapat meningkatkan
pengembangan partisipasi. Dalam prosesi tahlilan terjadi dua hal penting yaitu
pertama Dakwah, merupakan syiar agama Islam oleh pemimpin dan anggota
kelompok tahlilan yang dilakukan seccara rutin. Kedua Partisipasi, yang datang dari
dua sumber pertama dari pemimpin dan anggota. Dari dua hal di atas maka lahirlah
dakwah partisipasi yaitu kegiatan dakwah dimana setiap jamaah menyadari bahwa
dirinya perlu melakukan perbaikan dan sekaligus membantu anggota yng lain
25
Abu Suhud, dkk, Islam, Dakwah, dan Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Jurusan PMI Fakultas
Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerja sama dengan IISEP – CIDA), 2005, h. 124-125.
24 | I s l a m d a n D a k w a h
melakukan hal yang sama, inilah artinya dakwah dengan do’a (membantu orang lain
dengan do’a melakukan dakwah untuk dirinya dengan mengolah dan menata hati).26
26
Ibid, h. 165-167.
25 | I s l a m d a n D a k w a h
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran-saran
26 | I s l a m d a n D a k w a h
3.3 Penutup
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat
dan ridhanya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk makalah. Penulis
menyadari bahwa di sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam
paparan maupun penulisannya. Karenanya dengan sangat menyadari, kritik
dan saran membangun dari pembaca menjadi harapan peneliti. Semoga Allah
SWT meridhainya. Wallahu a'lam.
27 | I s l a m d a n D a k w a h
DAFTAR PUSTAKA
Suhud, Abu, dkk. 2005. Islam, Dakwah, dan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:
Jurusan PMI Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerja sama dengan
IISEP – CIDA.
Zaidan, Dr. Abdul Karim. 1980. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Jakarta: Media Dakwah.
28 | I s l a m d a n D a k w a h