PENDAHULUAN
1.1. LATARBELAKANG
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan sedih,
bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-
harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala gangguan
depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa,
hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Gejalanya tidak
disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang
cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan
sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya (Yustinus, 2006).
Amitriptilin merupakan salah satu dari obat golongan antidepresan trisiklik yang
digunakan sebagai antidepresan sejak 1950. Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya
mengandung 3 cincin atom. Amitriptilin mempunyai drug pregnancy category kelas D
(Lacyetal., 2004).
Amitriptilin merupakan senyawa obat yang bersifat antikolinergik (mempengaruhi
sistem saraf) dan sedatif. Setelah dicerna, senyawa obat ini akan dimetabolisme menjadi
nortriptyline yang mampu menghambat reuptake norepinefrin dan serotonin sehingga terjadi
kelebihan serotonin dan norepinefrin pada otak. Gangguan pada reuptake serotonin dan
norepinefrin ini diyakini sebagai salah satu penyebab utama timbulnya depresi. Sehingga
kemampuan amitriptilin menghambat proses ini dapat membantu meringankan gejala depresi
dengan memperbaiki suasana hati.
Fenobarbital merupakan derivat asam barbiturat dengan ikatan gugus etil pada rantai
karbon 5a dan phenyl pada rantai karbon 5b. Fenobarbital ini bila digunakan sebagai anti
hipnotik-sedatif, diberikan secara oral. Obat ini diabsorbsi cepat dan beredar luas di seluruh
tubuh. Ikatan fenobarbital pada protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan lemak tidak
begitu tinggi. Dosis sedasi 15-30 mg. Fenobarbital mencapai kadar puncak dalam 60 menit
dengan durasi kerja 10 hingga 12 jam.waktu paruh dari fenobarbital adalah 80 hingga 120
jam. Fenobarbital dimetabolisme di hati dan diekskresikan ke urin kira-kira 25% fenobarbital
diekskresi ke urin dalam bentuk utuh (Katzung, 2004).
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor adalah obat antidepresan yangmekanisme
kerjanya menghambat pengambilan serotonin yang telahdisekresikan dalam sinap (gap antar
1
neuron), sehingga kadar serotonin dalamotak meningkat. Peningkatan kadar serotonin dalam
sinap diyakini bermanfaatsebagai antidepresan (Prayitno, 2008). SSRI memiliki efikasi yang
setaradengan antidepresan trisiklik pada penderita depresi mayor (Mann, 2005). Pada
pasien depresi yang tidak merespon antidepresan trisiklik (TCA) dapatdiberikan SSRI
(MacGillvray et al., 2003). Untuk gangguan depresi mayoryang berat dengan melankolis
antidepresan trisiklik memiki efikasi yang lebihbesar daripada SSRI, namun untuk gangguan
depresi bipolar SSRI lebih efektifdibandingkan antidepresan trisiklik , hal ini dikarenakan
antidepresan trisiklikdapat memicu timbulnya mania dan hipomania (Gijsman, 2004).
Pada praktikum ini kita menggunakan anti depresan untuk diuji farmakologinya, obat
anti depresan itu adalah amitripthilin, fenobarbital dan fluoxetine, dengan menggunakan 5
ekor mencit, percobaan kali ini mengkondisikan mencit tersebut mengalami kondisi tidak
nyamandalam hal ini adalah lingkungan air. Mencit yang mengalami depresi akan
mempengaruhi mood dan agitasi psikomotor yang menyebabkan mencit tersebut malas
berenang atau berusaha mencari jalan keluar (mobilitas). Berbeda dengan mencit yang tida
menglami depresi, yaitu akan terus bergerak dan berusaha mencari jalan keluar. Efektivitas
anti depresan akan dinilai dengan cara membandingkan waktu mobilitas antara mencit yang
tidak mendapat perlakuan dan yang mendapatkan perlakuan.
1.2.Tujuan
Mahasiswa mengetahui aktivitas obat antidepresan pada hewan uji yang mengalami
triggerl/pemicu dan menyebabkan terjadinya gejala depresi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengobatan untuk gangguan cemas dan gangguan depresi perlu meliputi ketiga aspek
yang mempengaruhi kejiwaan seseorang. Pendekatan biologis, psikologis dan sosial
(termasuk spiritual) adalah hal yang tidak bisa dilepaskan pada pengobatan pasien-pasien
tersebut (Andri, 2012).
Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi,
meringankangejalagangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa
sejaklahir. Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam sejumlah indikasi termasuk:
1. Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres.
2. Meringankan insomnia
3. Untuk mengurangi kejang/ serangan dalam perawatan epilepsi.
4. Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot.
5. Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung.
6. Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkankesupelan(Mutchler, 1991).
3
Jenis antidepresan, antara lain :
Dan sekelompok antidepresan lain yang tidak termasuk tiga kelas pertama. Indikasi
klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini juga
berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas (cemas) lainnya dan enuresis
pada anak-anak. Berbagai riset terdahulu menunjukkan bahwa obat ini berguna untuk
mengatasi gangguan deficit perhatian pada anak-anak dan bulimia serta narkolepsi.
Anti deprasan seperti amitriptilin juga memiliki efek anti kejang. Golongan ini
digunakan pada pasien yang depresi dan juga mengalami kecemasan, atau untuk penggunaan
jangka lama dimana dikhawatirkan timbul ketergantungan bila menggunakan
benzodiazepine. Inhibitor MAO seperti meclobemid sangat berguna pada pasien depresi
dengan fobia. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti citaloram bisa digunakan
untuk serangan panic. Antidepresan Trisiklik adalah sejenis obat yang digunakan sebagai
antidepresan sejak tahun 1950an. Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya
mengandung 3 cincin atom. (Staf Pengajar FK UNSRI, 2004).
Mekanisme kerja ATS tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter norepinefrin
dan serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung yang dapat diterima dan
gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas usia 40 tahun, ATS aman
dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan jangka panjang. Reaksi yang
merugikan dan pertimbangan keperawatan, perawat harus mampu mengetahui efek samping
umum dari anti depresan dan mewaspadai efek toksik serta pengobatannya. Obat ini
menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur,
konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan
fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa terjadi
serta dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk
kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi, delirium, kejang,depresi pernafasan,
takikardia,bradikardia dan koma.Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan trisiklik
diantaranya adalah amitriptyline, amoxapine, imipramine, lofepramine, iprindole,
protriptyline dan trimipramine. (Mutchler,1991).
Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan
aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT sehingga kadarnya turun
4
dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus menerus autoreseptor akan mengalami
desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang
menimbulkan efek terapetik. Contoh obat-obat yang tergolong SSRI diantaranya
adalah fluoxetine, paroxetine, dan sertraline (Mutchler,1991).
MAOIs secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki efek
antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs bukan obat pertama
terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus disertai dengan diet rendah tiramin
untuk mencegah krisis hipertensi karena MAOIs membawa resiko interaksi obat dengan obat
lain. MAOI tidak bersifat spesifik dan akan menurunkan metabolisme barbiturate, analgesic
opioid dan alkohol. Meclobamid menghambat MAO A secara selektif dan reversible, relative
aman dengan efek samping utama pusing, insomnia, dan mual. Contoh obat-obat MAOIs
diantaranya phenelzine, dan tranylcypromine (Mutchler, 1991).
Yang harus diperhatikan saat Anda mengkonsumsi antidepresan:
1. Pastikan dokter tahu tentang masalah kesehatan pasien yang lainnya agar ia tahu apakah
obat yang akan dipengaruhinya bisa mempengaruhi penyakit yang lain atau tidak.
2. Jangan mengkonsumsi obat lain tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu.
3. Jangan minum alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang (Sondang, 2012).
5
Amitriptilin merupakan terapi pilihan utama untuk nyeri neuropatik dari golongan
trisiklik antidepresan (NICE, 2010). Dosis yang direkomendasikan dimulai pada 10 mg per
hari, dosis31 dapat ditingkatkan agar mendapatkan efek optimal, tidak lebih dari 75 mg per
hari (dosis yang lebih tinggi memerlukan konsultasi dengan spesialis) (NICE, 2010).
Amitriptilin merupakan senyawa obat yang bersifat antikolinergik (mempengaruhi
sistem saraf) dan sedatif. Setelah dicerna, senyawa obat ini akan dimetabolisme menjadi
nortriptyline yang mampu menghambat reuptake norepinefrin dan serotonin sehingga terjadi
kelebihan serotonin dan norepinefrin pada otak. Gangguan pada reuptake serotonin dan
norepinefrin ini diyakini sebagai salah satu penyebab utama timbulnya depresi. Sehingga
kemampuan amitriptilin menghambat proses ini dapat membantu meringankan gejala depresi
dengan memperbaiki suasana hati.
Efek samping amitriptilin yang bisa muncul terhadap sistem kardiovaskuler seperti
hipotensi postural, takikardi, pada sistem saraf pusat seperti ansietas, sakit kepala, gejala
ekstrapirimidal, insomnia, sedasi, pada kulit seperti fotosensitif, alergi, urtikaria, dan pada
sistem pencernaan seperti konstipasi, kenaikan berat badan dan mata seperti pandangan
kabur, midriasis (Morello, 1999; Lacy et al., 2002).
2.2.2 Fenobarbital
Fenobarbital merupakan hipnotik-sedatif turunan barbiturat. Barbiturat sejak lama
digunakan sebagai hipnotika dan sedativa, tetapi penggunaannya dalam tahun-tahun terakhir
sangat menurun karena adanya obat-obat dari kelompok benzodiazepin yang lebih aman.
Yang merupakan pengecualian adalah fenobarbital yang memiliki sifat antikonvulsif dan
tiopental, yang masih banyak digunakan sebagai anastetikum i.v (Tjay, 2002).
Fenobarbital merupakan derivat asam barbiturat dengan ikatan gugus etil pada rantai
karbon 5a dan phenyl pada rantai karbon 5b. Fenobarbital ini bila digunakan sebagai anti
hipnotik-sedatif, diberikan secara oral. Obat ini diabsorbsi cepat dan beredar luas di seluruh
tubuh. Ikatan fenobarbital pada protein plasma tinggi tetapi tingkat kelarutan lemak tidak
begitu tinggi. Dosis sedasi 15-30 mg. Fenobarbital mencapai kadar puncak dalam 60 menit
dengan durasi kerja 10 hingga 12 jam.waktu paruh dari fenobarbital adalah 80 hingga 120
jam. Fenobarbital dimetabolisme di hati dan diekskresikan ke urin kira-kira 25% fenobarbital
diekskresi ke urin dalam bentuk utuh (Katzung, 2004).
Efek utama fenobarbital adalah depresi pada sistem saraf pusat. Efek ini dicapai
dengan cara berikatan dengan komponen-komponen molekuler reseptor GABAA pada
membran neuron sistem saraf pusat. Ikatan ini akan meningkatkan lama pembukaan kanal ion
6
klorida yang diaktivasi oleh GABA. Pada konsentrasi tinggi, fenobarbital juga bersifat
sebagai GABAmimetik dimana akan mengaktifkan kanal klorida secara langsung. Peristiwa
ini menyebabkan masuknya ion klorida pada badan neuron sehingga potensial intra membran
neuron menjadi lebih negatif (Tjay, 2002).
Pada beberapa individu, pemakaian ulang fenobarbital lebih menimbulkan eksitasi
daripada depresi. Fenobarbital sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, atralgia, terutama
pada pasien psikoneuritik yang menimbulkan insomnia. Bila diberikan dalam keadaan nyeri
dapat menimbulkan gelisah, eksitasi, bahkan delirium. Dapat pula terjadi reaksi alergi berupa
dermatosis, erupsi pada kulit, dan kerusakan degenerasi hati.
2.2.3Fluoxetine
Fluoxetine merupakan antidepresan golongan SSRI yang memiliki waktu paro yang
lebih panjang dibandingkan dengan anidepresan golongan SSRI yang lain, sehingga
fluoxetine dapat digunakan satu kali sehari (Mann, 2005). Efek samping yang ditimbulkan
Antidepresan SSRI yaitu gejala gastrointestinal ( mual, muntah, dan diare), disfungsi sexsual
pada pria dan
wanita, pusing, dan gangguan tidur. Efek samping ini hanya bersifat sementara
(Teter et al., 2007).
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor adalah obat antidepresan yangmekanisme
kerjanya menghambat pengambilan serotonin yang telahdisekresikan dalam sinap (gap antar
neuron), sehingga kadar serotonin dalamotak meningkat. Peningkatan kadar serotonin dalam
sinap diyakini bermanfaatsebagai antidepresan (Prayitno, 2008). SSRI memiliki efikasi yang
setaradengan antidepresan trisiklik pada penderita depresi mayor (Mann, 2005). Pada
pasien depresi yang tidak merespon antidepresan trisiklik (TCA) dapatdiberikan SSRI
(MacGillvray et al., 2003). Untuk gangguan depresi mayoryang berat dengan melankolis
antidepresan trisiklik memiki efikasi yang lebihbesar daripada SSRI, namun untuk gangguan
depresi bipolar SSRI lebih efektifdibandingkan antidepresan trisiklik , hal ini dikarenakan
antidepresan trisiklikdapat memicu timbulnya mania dan hipomania (Gijsman, 2004).
Pemilihan hewan uji idealnya harus dipilih semirip mungkin dengan kondisi manusia,
utamanya dalam hal absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi terhadap senyawa uji. Hal
ini dilakukan untuk memperkecil perubahan respon antar jenis dan dalam satu jenis hewan
7
uji terhadap efek senyawa uji. Pada umumnya hewan uji yang sering digunakan adalah tikus,
tikus, kelinci, anjing, kera serta kucing (Hanum, 2013).
Penggunaan mencit purih jantan(Mus musculus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan
sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai
macam penelitian. Terdapat beberapa galur atau varietas mencit yang memiliki kekhususan
tertentu antara lain galur Sprague-dawley yang berwarna albino putih berkepala kecil dan
ekornya lebih panjang daripada badannya dan galur Wistar yang ditandai dengan kepala
besar dan ekor lebih pendek (Hardianty, 2011).
Mencit putih jantan(Mus musculus)lebih besar dari famili tikus umumnya dimana
tikus ini dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor dan berat 140-500
gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus jantan dan memiliki
kematangan seksual pada umur 4 bulan dan dapat hidup selama 4 tahun (Hardianty, 2011).
Mencit putih jantan(Mus musculus) dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat
melihat dan mendengar mencit lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, mencit-mencit ini
tenang dan mudah ditangani di laboratorium. (Hardianty, 2011).
Dibandingkan dengan mencit liar, mencit laboratorium lebih cepat menjadi dewasa,
tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih mudah berkembang biak.
Jika tikus liar dapat hidup dapat hidup 4-5 tahun, tikus laboratorium jarang hidup lebih dari 3
tahun (Hardianty, 2011).
Umumnya berat mencit laboratorium lebih ringan dibandingkan berat tikus liar.
Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250
gram, tetapi bervariasi tergantung pada galur. Mencit jantan tua dapat mencapai 500 gram,
tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 gram (Hardianty, 2011).
Ada dua sifat yang membedakan mencit dari hewan percobaan lain. Mencit tidak
dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke
dalam lambung dan mencit tidak mempunyai kandung empedu (Hardianty, 2011).
Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah Mencit putih jantan(Mus
musculus)karena jika dibandingkan dengan mencit betina, mencit jantan menunjukkan
periode pertumbuhan yang lebih lama. Selain itu mencit putih jantan dapat memberikan hasil
penelitian lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan
seperti pada mencit putih betina. Mencit putih jantan(Mus musculus)juga mempunyai
kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil
dibanding mencit betina (Hanum, 2013). Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi
jika kadar kolesterol total dalam darah melebihi normal. mencit memiliki kadar kolesterol
8
total normal dengan nilai 10-54mg/dl. Hiperkolesterolemia juga menyebabkan kadar HDL
dalam darah menurun. Kadar kolesterol HDL plasma darah mencit yang normal yaitu ≥35
mg/dl, ambang batas normal LDL pada mencit adalah 7-27,2 mg/dl.
Terdapat prinsip untuk persiapan hewan percobaan, yaitu menjaga lingkungan sehat
bagi hewan, kontrol kesehatan, pengaturan makanan dan air minum, pengawasan sistem
pengelolaan dan pengawasan kualitas hewan (National Advisory Committee for Laboratory
Animal Research, 2004).
Sifat-sifat seperti mudah marah, penakut, fotofobik, mudah bersembunyi, berkumpul,
aktif pada malam hari, mudah terganggu oleh manusia (Syamsudin dan Darmono, 2011 : 3).
Hewan uji mencit memiliki gen yang mirip dengan manusia, termasuk hewan mamalia,
kemampuan berkembang biak tinggi sehingga cocok untuk digunakan sebagai penelitian,
mudah dalam penanganannya, dan karena bentuk tubuhnya yang kecil menyebabkan obat
yang digunakan di badannya relatif cepat termanifestasi. Mencit yang digunakan berjenis
kelamin jantan karena memiliki kondisi biologis yang stabil dari pada mencit betina, karena
dipengaruhi oleh siklus esterus. Selain keseragaman jenis kelamin, juga digunakan
keseragaman berat badan dan umur yang bertujuan untuk memperkecil variabilitas biologis
antara hewan uji yang digunakan, sehingga dapat memberikan respon yang relatif lebih
seragam terhadap rangsangan kimia yang digunakan pada penelitian ini (Wahyuningsih,
2015).
Klasifikasi Mencit menurut Departemen Kesehatan adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Sub Kelas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub Ordo : Myormopha
Family : Muridae
Sub Family : Murinae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
9
Tabel Data Biologi Normal
Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)
Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
Diet Protein 20-25 %
Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml
Lama hidup 1,5 tahun
Bobot badan dewasa
-Jantan 25-40 g
-Betina 20-40 g
Bobot lahir 1-1,5 g
Dewasa kelamin (Jantan-Betina) 28-49 hari
Siklus estrus (menstruasi) 4-5 hari (polyestrus)
Umur sapih 21 hari
Mulai makan pakan kering 10 hari
Rasio kawin 1 jantan – 3 betina
Jumlah kromososm 40
Suhu rektal 37,5º
Laju respirasi 165 x/mm
Denyut jantung 310-840 x/mm
Pengambilan darah maksimum 7,7 ml/kg
Jumlah sel darah merah (erytrocyt) 8,7-10,5x106 /µl
Jumlah sel darah putih (leucocyte) 8,4x103 /µl
Kadar hemoglobin (Hb) 13,4 g/dl
Pack Cell Volume (PVC) 44 %
Sumber : Syamsudin dan Darmono, 2011 :4-5
Untuk memegang mencit yang akan diperlukan (baik pemerian obat maupun
pengambilan darah) maka diperlukan cara-cara yang khusus sehingga mempermudah cara
perlakuannya. Secara alamia mencit cenderung menggigit bila mendapat sedikit perlakuan
kasar. Pengambilan mencit dari kandang dilakukan dengan mengambil ekornya kemudian
mencit ditaruh pada kawat kasa dan ekornya sedikit ditarik. Cubit kulit bagian belakang
kepala dan jepit ekornya (Syamsudin dan Darmono, 2011 : 5).
10
Gambar Cara penanganan mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun peroral.
(a) ditarik ekor mencit diatas kawat bergaris. (b) dipegang tungkak leher mencit. (c)
dibalikkan mencit dengan ekor melingkar di jari manis.
11
BAB III
METODOLOGI
12
4. Mencit kelompok kontrol diberi larutan dekstrosa 5% dengan volume yang
masa dengan kelompok uji.
5. Setelah 30 menit, mencit dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi air
yang bersuhu 23 - 25ºC. Ketinggian air kurang lebih 15 cm, agar kaki mencit
tidak sampai ke dasar tabung serta tidak memungkinkan dapat meloncat keluar
dari tabung.
6. Stopwatch pertama dipergunakan untuk mengukur waktu mencit berada di
dalam tabung yaitu 6 menit, dimana waktu perhitungan dimulai setelah menit
kedua. Stopwatch kedua digunakan untuk mengukur lama waktu imobiltas
dari mencit. Total waktu imobilitas yang diukur adalah 240 detik (4 menit).
Perilaku mobilitas yang tidak diukur yaitu segala macam bentuk pergerakan
dalam usaha menyeimbangkan tubuh agar tetap seimbang dalam air dan
menjaga posisi kepala tetap berada diatas permukaan air.
7. Buatlah perhitungan % Ef-AD dengan menggunakan persamaan diatas.
8. Lakukan analisis data menggunakan SPSS untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara kelompok kontrol dan uji.
3.3 Skema Kerja
13
BAB IV
ANALISIS DATA
- Konsentrasi Fluoksetin
C = d x BB
mL
= 0,02 g /kg BB x 20 g
0,5 mL
= 0,8
14
Untuk melihat normalitas dalam percobaan ini dilakukan dengan uji normalitas
Shapiro-wilk.Shapiro digunakan untuk melihat data menyimpang dari data normal. Dari
pengujian Shapiro didapatkan hasil p value dari semua sediaan control 0,1686; fluoksetin
0,6841; amitriptilin 0,6703 dan Fenobarbital 0,0158. Nilai p<0,05. Data tidak terdistribusi
normal, berdasarkan hasil P<0.05 pada dari salah satu data saat melakukan Shapiro test.
(Barlett-Test abaikan). Hali ini berarti data kita TIDAK TERDISTRIBUSI NORMAL.
15
Untuk menguji perbedaan dalam subset kecil dari semua pasangan yang mungkin.
Pada pengujian data menggunakan perintah kruskal-wallis dalam hal ini nilai P-value antara
fluoxentine dengan amitripilin dan fenobarbital (P<0.05) terdapat perbedaan signifikan, dan
amitripilin dengan fenobarbital (P>0.05) tidak terdapat perbedaan maka dapat ditarik
kesimpulan statistic terhadap hipotesis yang diajukan yaitu tidak ada pengaruh atau
perbedaan yang bermakna atau signifikan antara obat antidepresan terhadap aktivitas
antidepresan.
Hasil dunnTest: khasiat lebih poten ditunjukkan oleh Amitripilin dibandingkan Fenobarbital
maupun Fluoxentine (lihat hasil dunnTest atau Boxplot).
16
17
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Untuk metode uji water whell yang diamati adalah waktu yang diperlukan hewan
untuk tetap bertahan melawan arus air pada kincir angin yang digerakkan dengan kecepatan
tertentu. Sedangkan metode rotary road yang diamati adalah waktu yang diperlukan hewan
untuk tetap bertahan melawan putaran alat rotary road yang berlawanan arah dengan
kecepatan tertentu.Namun pada percobaan kali ini dilakukan uji uji renang. Persamaan dari
tiga metode uji ini adalah dengan pemberian obat antidepresan waktu yang diperlukan oleh
hewan uji untuk melawan pergerakan yang disebabkan masing-masing alat menjadi semakin
panjang dibandingkan terhadap control atau dengan kata lain aktivitas motoric hewan uji
menjadi lebih tinggi dibandingkan control.
Untuk metode uji renang, prosedur pertama hewan uji yang telah diadaptasikan
dengan lingkungan selama 10-14 hari, dipuasakan selama semalam sebelum uji dilakukan
dan hanya diberi air minum saja, mencit dibagi ke dalam kelompk control dan uji masing-
masing 5 ekor kemudian ditimbang berat badannya dan diberi label, mencit yang masuk
dalam kelompok uji diberi larutan amitriptilin HCl, fenobarbital, fluoksetin per oral sesuai
dengan dosis yang telah dihitung sebelumnya. Diperhitungkan jumlah larutan yang masuk <
1 ml sesuai dengan kapasitas maksimum lambung mencit. Mencit kelompok control diberi
larutan akuadest dengan volume yang sama dengan kelompok uji. Setelah 30 menit mencit
dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi air yang bersuhu 23-25◦C. Ketinggian air ± 15
cm, agar kaki mencit tidak sampai ke dasar tabung serta tidak memungkinkan dapat meloncat
keluar dari tabung.Stopwatch pertama digunakan untuk mengukur waktu mencit berada
dalam tabung yaitu 6 menit, dimana waktu perhitungan dimulai stelah menit
kedua.Stopwatch kedua digunakan untuk mengukur lama waktu imobilitas dari mencit. Total
waktu imobilitas yang diukur adalah 240 detik (4 menit) Perilaku mobilitas yang tidak diukur
yaitu segala macam bentuk pergerakan dalam usaha menyeimbangkan tubuh agar tetap
seimbang dalam air dan menjaga posisi kepala tetap berada di atas permukaan air. Buatlah
perhitungan % Ef-AD dengan menggunakan persamaan di atas. Lakukan analisis data
menggunakan R studio untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kelompok control dan
uji.
Dari data pengamatan pada kelompok control negatif yang diberikan larutan akuadest
sebagai ganti obat uji, mencit mengalami depresi mengalami peningkatan waktu dalam
penurunan pergerakan dengan rata-rata waktu 152.22 detik. Hal ini telah sesuai karena pada
control negative hanya diberikan akuadest yang tidak memberikan pengaruh terhadap
pengurangan depresi dari mencit yang diamati dari perubahan mencit menjadi tidak banyak
bergerak. Dengan mencit yang hanya diberikan akuadest maka depresi yang terjadi akan
19
semakin parah dan mencit lebih statis saat diberenangkan. Pada mencit yang diberikan
Fluoksetin 20 mg/kgBB pada pengukuran waktu mencit saat tenang juga mengalami
kenaikan yaitu 688 detik. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin lama mencit
diberenangkan, semakin depresi juga mencit tersebut. Pada mencit diberikan Amitriptilin 50
mg/kg BB, hasil pengamatan yang didapat rata-rata yaitu 129 detik. Pada mencit diberikan
fenobarbital 30 mg/kg BB, hasil pengamatan yang didapat rata-rata yaitu 219.15 detik. Pada
perbandingan kelompok uji, mencit yang diberikan Fluoksetin lebih banyak menunjukkan
efek antidepresi dibandingkan dengan pemberian Fenobarbital dan Amitriptilin yang dilihat
dari lebih banyaknya jumlah waktu diam.
Uji mencit terhadap obat uji antidepresan Fluoksetin didapatkan rata-rata persentase
efektivitas sebesar 468.04 %, pada Amitriptilin sebesar 27 % dan pada fenobarbital sebesar
359 %. Nilai persentase aktivitas yang diatas 50 % tersebut menunjukkan bahwa obat
fluoksetin dan fenobarbital tersebut cukup efektif dalam memberikan efek antidepresi karena
persentase aktivitas yang baik haruslah dibawah 50 %. Efektivitas antidepresan tertinggi pada
mencit yang diberikan amitripilin hal ini karena amitripilin dalam hal efektivitas lebih unggul
dibandingkan fenobarbital dan fluoksetin, selain itu amitripilin memiliki kelebihan dalam hal
pelepasan yang lebih sedikit.
Amitriptilin merupakan anti depresan golongan trisiklik atau polisiklik berdaya
menghambat re-uptake dari noredrenalin dan serotonin di otak. Wujud perbaikan dari obat ini
yaitu perbaikan suasana perasaan (mood),bertambahnya aktifitas fisik,kewaspadaan mental,
perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik serta berkurangnya pikiran morbid.
Obat ini tidak menimbulkan euforia pada orang nomal. Sedangkan fluoksetin adalah obat
antidepresan golongan penghambat ambilan kembali serotonin yang selektif. fluoksetin
merupakan suatu SSRI (Serotonin selective reuptake inhibitor) serupa sertralin tetapi bersifat
lebih selektif terhadap transport serotonin dan kurangs elektif terhadap transpor dopamin.
Fenobarbital merupakan derivat barbiturat yang berdurasi lama (long acting) karena berada
dalam darah antara 2–7 hari. Fenobarbital merupakan senyawa organik pertama yang
digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Mekanisme kerja dari fenobarbital yaitu dengan
cara membatasi penjalaran aktivitas, bangkitan dan menaikkan ambang rangsang.
fenobarbital Bereaksi langsung pada reseptor GABA dengan berikatan pada tempat ikatan
barbiturat sehingga memperpanjang durasi pembukaan chanel Cl, mengurangi aliran Na dan
K, mengurangi influks Ca dan menurunkan eksitabilitas glutamat (Wibowo & Gofir, 2006)
20
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Aktivitas obat antidepresi amitriptilin, fluoksetin dan fenobarbital terhadap mencit
yaitu mengurangi depresi mencit, ditandai dengan lamanya waktu diam mencit dalam
wadah berisi air yang lebih pendek.
2. Uji mencit terhadap obat uji antidepresan Fluoksetin didapatkan rata-rata persentase
efektivitas sebesar 468.04 %, pada Amitriptilin sebesar 27 % dan pada fenobarbital
sebesar 359 %. Nilai persentase aktivitas yang diatas 50 % tersebut menunjukkan
bahwa obat fluoksetin dan fenobarbital tersebut cukup efektif dalam memberikan efek
antidepresi karena persentase aktivitas yang baik haruslah dibawah 50 %
3. Efektivitas antidepresan tertinggi pada antidepresan adalah amitripilin dengan
prosentase 27 %
21
DAFTAR PUSTAKA
Andri, 2012. Tata Laksana Komprehensif Pada Gangguan Panik: Tinjauan Kasus. Vol 39
no5:358-361
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.
Diniawaty, Shintya Awalin & sinta sasika. 2011. Kamus farmakologi. Jakarta: CV. Trans info
medika.
Finnerup, N.B., Otto, M., McQuay, H.J., Jensen, T.S., Sindrup, S.H., 2005,Algorith
forNeuropathic Pain Treatment: An Evidence Based Proposal,
Pain, 118, 289-305.
Gijsman, H. J., Geddes, J. R., Rendell, J. M., Nolen, W. A., Goodwin, G. M.,
2004, Antidepressant for Bipolar Disorder Depression: A Systematic
Review of Randomized Controlled Trial, The American J , 161:1537 -
1547.
Gilman, Goodman. 2011. Manual farmakologi dan terapi. Jakarta:EGC
Hanum, R. (2013). Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat Daun Sukun (Artocarpi Folium) sebagai
Penurun Kolesterol terhadap Mencit Jantan (Mus musculus).Karya Tulis Ilmiah
Tidak Diterbitkan. Malang: Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.
Hardianty, D. (2011). Pemberian Ekstrak Propolis Peroral Menurunkan Kadar F2-
Isoprostan dalam Urin Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan yang mengalami
Aktivitas Fisik Maksimal. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana Denpasar.
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3. Translation
of Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa oleh Bagian
Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika.
MacGillvray, S., Arroll, B., Hatcher, S., Ogston, S., Reid, I., Sullivan, F., et al,
2003, Efficacy and Tolerability of Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
Compared with Tricyclic Antidepressant in Depression Treated in Primary
Care, British Medical J, 326: 1014
Mann, J. J., 2005, The Medical Management of Depressi, The New England
Journal of Medicine, number 17, volume 353: 1819 – 1834.
Morello, C.M., Susan, G.L., Carol, P.S., David, F.M., Gregory, A.S., 1999.
Randomized Double-blind Study Comparing the Efficacy of Gabapentin
22
with Amitriptyline on Diabetic Peripheral Neuropathy Pain, Arch Intern
Med, Vol 159, 1931-1937.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 88, Penerbit ITB, Bandung.
NICE. 2010. Management of chronic obstructive pulmonary disease in adults in primary
andsecondary care (partial update). National Institute for Health
and Care and Excellence.guidance.nice.org.uk/cg101.
Priyambodo. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta. 135 hal
Prayitno, 2008, Farmakologi Dasar , Lilian Batubara (eds), 129 – 130 Penerbit Lenskopi ,
Jakarta
Semiun, Yustinus, (2006), Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Teter, C. S., Kando, J. C., Wells, B. G., & Hayes, P. E., 2007, Depressive
Disorder ,dalam Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R.,
Wells, B. G.,& Posey Micheal, L.,(eds), Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach,7th Edition, Appleton and lange, New York.
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Dr Andri Sp KJ.2012. Obat Antidepresan dan seluk beluknya. Tersedia di
http://health.kompas.com/read/2012/07/02/17544067/Obat.Antidepresan.dan.Seluk.B
eluknya . Diakses 6 Mei 2013
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung
Semiun, Drs Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Sondang, 2012.Tersediadi http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/ Depresi-
Atasi-Efek-Samping-Antidepresan. Diakses 6 Mei 2012
Staf Pengajar Departemen Farmakologi.2004.Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2.
Penerbit EGC. Jakarta
23