Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

PRINSIP DAN KODE ETIK AKUNTANSI

Disusun oleh :

Jilianthy Imelda (17013010050)

Josephine Renata P. (17013010059)

Debora Rachelina P. A. (17013010076)

Wahyu Christian M. (17013010144)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebaik-baiknya. Makalah
Prinsip dan Kode Etik Akuntansi disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Etika Bisnis dan Profesi yang diberikan oleh Ibu Prof. Dr. Dra. Ec.Sri Trisnaningsih, M.Si.

Makalah ini berisi tentang prinsip-prinsip dan kode etik profesi akuntansi. Dalam
penyusunannya, kami melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih atas segala dukungan dan kontribusi yang telah diberikan untuk menyelesaikan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, baik dari segi penulisan, susunan, maupun tata bahasa yang kami gunakan.
Untuk itu, kami menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman
serta menginspirasi para pembaca.

Surabaya, 02 Maret 2019

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

1.4 Manfaat penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Profesi Akuntan............................................................3

2.2 Pengertian Prinsip Akuntansi...........................................................................5

2.3 Sepuluh (10) Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)...........................5

2.4 Pengertian Kode Etik Profesi..........................................................................10

2.5 Perkembangan Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia.................................11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntan memiliki tanggung jawab untuk menyajikan atau membantu menyajikan gambar
keuangan yang paling benar dan akurat dari organisasi yang mereka gambarkan, atau,
sebagai auditor, tanggung jawab untuk mengevaluasi gambar-gambar akuntan lain dan
membuktikan kebenaran dan akurasi mereka. Dengan cara seperti itu, akuntan
melaksanakan tujuan profesinya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan klien atau perusahaan
tempat mereka bekerja, atau untuk melayani kepentingan terbaik para pemegang saham
dan pemangku kepentingan yang berhak mendapatkan gambaran keuangan yang akurat
tentang organisasi tempat mereka terlibat.

Karena salah satu kewajiban etis yang paling jelas adalah, semua hal sama, untuk
melakukan pekerjaan seseorang (karena tindakan menerima pekerjaan memerlukan janji
untuk melakukan pekerjaan itu, dan janji harus dijaga), memberikan atau membuktikan
gambar keuangan yang akurat untuk orgamisasi. adalah tanggung jawab akuntansi dasar.
Tanggung jawab pekerjaan dapat dipastikan dengan melihat di sejumlah tempat. Biasanya
mereka dijabarkan dalam beberapa bentuk atau lainnya, baik dalam uraian tugas, buku
pegangan karyawan, buku pedoman manajerial, kode perilaku perusahaan, dan/atau
akhirnya dalam kode etik atau etika profesi.

Profesi akuntansi telah mengembangkan banyak kode etik yang menetapkan standar
untuk perilaku akuntan dan, yang paling penting, dalam terang insiden seperti bencana
Enron, yang membutuhkan lebih dari sekadar mematuhi surat hukum. Kami menyarankan
bahwa kode-kode canggih ini setara dengan hukum moral organisasi yang mengikat, dan
akibatnya akan terbukti cukup berguna untuk menjabarkan apa yang dituntut secara etis dari
akuntan dalam sejumlah cara.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan dalam makalah Prinsip dan Kode Etik Akuntansi adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan jenis profesi akuntan?


2. Apa pengertian prinsip akuntansi?
3. Apa 10 Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)?
4. Apa pengertian kode etik profesi?
5. Bagaimana perkembangan kode etik profesi akuntan Indonesia?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah Prinsip dan Kode Etik Akuntansi ini adalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis profesi akuntan.


2. Untuk mengetahui pengertian prinsip akuntansi.
3. Untuk mengetahui 10 Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
4. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi.
5. Untuk mengetahui perkembangan kode etik profesi akuntan Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Profesi Akuntan

Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang
akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada
perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan
akuntan sebagai pendidik.Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang
dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit,
akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.

Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat


sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.
Adapun ciri profesi adalah sebagai berikut:

1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam
melaksanakan keprofesiannya.
2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam
profesi itu.
3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat/pemerintah.
4. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai
kepercayaan masyarakat.

Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak disebut sebagai
salah satu profesi.

Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa akuntansi yang


diperlukan oleh masyarakat yang makin lama semakin bertambah kompleksnya.Jenis
Profesi yang ada antara lain:

1. Akuntan Publik

Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang menyediakan jasa


audit yang bersifat independen. Yaitu memberikan jasa untuk memeriksa, menganalisis,
kemudian memberikan pendapat / asersi atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.

3
4

2. Akuntan Manajemen

Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau
bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen bertugas untuk membuat laporan
keuangan di perusahaan

3. Akuntan Pendidik

Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau
bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuah Universitas, atau lembaga
pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang
akuntansi pada pihak – pihak yang membutuhkan.

4. Akuntan Internal

Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang
dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana
ia bekerja.

5. Konsultan SIA / SIM

Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar pekerjaan
utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
sistem informasi dalam sebuah perusahaan.Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus
mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi
yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh Konsultan
SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan jasanya ini.

6. Akuntan Pemerintah

Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah


yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau
pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat
banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut
akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan
Pembagian (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BAPEKA), dan instansi pajak.
5

2.2 Pengertian Prinsip Akuntansi

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang valid dan akuntabel, para akuntan harus
menjalankan proses akuntansi dengan baik, terstruktur, sesuai prosedur serta memenuhi
prinsip akuntansi yang diterima umum. Tujuan dari penggunaan prinsip akuntansi tersebut
adalah untuk menciptkan kesesuaian antara pengguna akuntansi satu dengan lainnya.
Sehingga informasi keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan dan memenuhi
kebutuhan pengguna informasi tersebut.

Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses


akuntansi. Pemakaian prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap
produk akuntansi sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau permasalahan.
Selain itu, laporan keuangan sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca dan dipahami
oleh semua pihak.Karena itu perlu adanya penyeragaman pada prosedur akuntansi.Dan
terciptalah prinsip akuntansi yang dikenal dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum
(PABU).

Beda negara beda prinsip akuntansinya. Hal itu disesuaikan dengan kebutuhan dan
faktor-faktor lain yang ada di masing-masing negara. Di Indonesia, prinsip akuntansi diatur
oleh IAI atau Ikatan Akuntansi Indonesia, yaitu badan yang mengatur peraturan dan
kebijakan akuntansi yang berlaku di Indonesia.

2.3 Sepuluh (10) Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)

Adapun prinsip-prinsip akuntansi berterima atau berlaku umum tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)

Prinsip entitas ekonomi disebut juga dengan prinsip kesatuan entitas. Prinsip ini
mengakui konsep kesatuan usaha sebuah perusahaan. Maksudnya, bahwa suatu
perusahaan adalah sebuah kesatuan usaha atau ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah
dengan pribadi pemilik ataupun entitas ekonomi lainnya. Arti berdiri sendiri dan terpisah
adalah dalam hal aset atau kekayaan perusahaan. Jadi akuntansi menuntut adanya
pemisahan aset perusahaan dengan kekayaan pribadi pemilik perusahaan yang
bersangkutan. Seluruh pencatatan atas semua transaksi keuangan yang terjadi tidak
boleh dicampur antara pencatatan perusahaan dengan pencatatan pribadi pemilik. Prinsip
ini juga berlaku untuk utang atau kewajiban. Antara utang perusahaan dengan utang pribadi
pemilik harus terpisah dengan jelas. Prinsip ini menciptakan adanya tanggung jawab yang
jelas terhadap keuangan perusahaan.
6

2. Prinsip Periode Akuntansi (Period Principle)

Prinsip periode akuntansi disebut juga prinsip kurun waktu.Arti prinsip ini adalah
penilaian dan pelaporan keuangan entitas usaha dibatasi oleh periode waktu tertentu.Prinsip
ini bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang terukur.Periode akuntansi yang
umum dipakai dalam menjalankan usaha adalah 1 tahun, yaitu mulai tanggal 1 Januari
sampai 31 Desember.

3. Prinsip Satuan Moneter (Unit Monetary Principle)

Prinsip satuan moneter adalah pencatatan transaksi keuangan harus dinyatakan


dalam bentuk mata uang tanpa melibatkan faktor-faktor non kuantitatif.Contoh faktor non
kuantitatif ini seperti prestasi, mutu, kinerja, strategi usaha, dan sebagainya.Faktor-faktor ini
tidak termasuk dalam satuan moneter karena tidak bisa dinilai maupun dilaporkan dalam
bentuk uang.

Jadi prinsip moneter menekankan pada pencatatan yang terbatas pada segala
sesuatu yang bisa diukur dan dinilai dengan satuan uang.

4. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis mengharuskan penilaian atau pencatatan transaksi keuangan


atas suatu barang atau jasa berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang atau jasa tersebut. Jika terdapat proses tawar-menawar saat transaksi terjadi, maka
yang dinilai dan dicatat adalah harga jadi yang disepakati bersama.

Untuk menilai sebuah barang misalkan saja aset, terdapat berbagai cara yang bisa
digunakan seperti nilai buku, nilai pasar, nilai ganti dan nilai tunai. Dalam Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP), prinsip biaya historis ini menggunakan harga
perolehan atau harga akuisisi dalam mencatat perolehan aset, utang, modal dan biaya.

Harga perolehan yang dimaksud adalah harga pertukaran yang disepakati oleh
kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah transaksi keuangan. Sebagai contoh,
sebidang tanah memiliki harga pasaran berdasarkan lokasinya senilai Rp 100.000.000,-
Namun sebuah perusahaan mampu membeli tanah tersebut dengan harga Rp 90.000.000,-
Maka yang diakui dan dicatat adalah Rp 90.000.000 sebagai harga kesepakatan antara
penjual dengan perusahaan tersebut.
7

5. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern Principle)

Prinsip kesinambungan usaha menganggap bahwa sebuah entitas usaha


akan beroperasi terus-menerus dan berkesinambungan. Karena memang tidak ada
perusahaan yang menginginkan usahanya akan berhenti di tengah jalan, kecuali
terjadi peristiwa tertentu misal bencana alam.

6. Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle)

Prinsip pengungkapan penuh adalah prinsip akuntansi yang menyajikan informasi


keuangan secara lengkap dan informatif. Karena mengingat banyaknya pengguna informasi
akuntansi.

Namun informasi keuangan tersebut hanya berupa ringkasan dari seluruh transaksi
yang terjadi pada 1 periode.Karena tidak mungkin memuat semua informasi dalam 1
laporan.Maka pada laporan keuangan diberi keterangan atau informasi tambahan yang
diperlukan yang tidak terdapat dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut
berupa catatan kaki atau lampiran yang berisi:

 Metode akuntansi yang digunakan


 Perubahan-perubahan yang terjadi dalam penerapan metode akuntansi, koreksi,
taksiran, dan lain-lain. Catatan tentang perubahan ini sekaligus menunjukkan
bagaimana perlakuan perusahaanterhadap perubahan yang terjadi tersebut
 Kontrak pembelian atau kontrak penting lain
 Kemungkinan adanya laba atau rugi yang bersyarat
 Catatan tentang modal, misal jumlah saham dan lainnya
 Catatan tambahan untuk menunjukkan perhitungan yang lebih detail
tentang akun tertentu yang dianggap penting dan material.

7. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Pendapatan adalah penambahan kekayaan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan
usaha seperti penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan sebagainya. Dasar yang
digunakan untuk mengukur pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diperoleh
atas transaksi keuangan tersebut.

Pada prinsip ini, pendapatan diakui ketika terjadi transaksi keuangan dan ada
kepastian nilai nominal atas pendapatan tersebut, meski penambahan kas atau setara kas
belum diterima perusahaan. Namun prinsip ini tidak selalu bisa diterapkan oleh pelaku
8

usaha sehingga memunculkan ketentuan lain untuk bisa mengakui pendapatan. Contoh
ketentuan lain tersebut di antaranya:

 Pengakuan pendapatan ketika produksi barang telah selesai


 Pengakuan pendapatan saat diterima pemesanan oleh konsumen meski barang
masih dalam proses produksi
 Pengakuan pendapatan ketika kas atau setara kas telah diterima perusahaan.

8. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip Mempertemukan ini artinya biaya yang dikeluarkan perusaan dipertemukan


atau di-matching-kan dengan pendapatan yang diterima. Maksudnya adalah untuk
menentukan nilai penghasilan bersih tiap periode. Prinsip ini sangat bergantung pada prinsip
pengakuan pendapatan. Karena jika pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan
biaya tidak bisa dilakukan.

Ada beberapa kekurangan pada prinsip ini, misal biaya yang dikeluarkan tidak
berhubungan langsung dengan pendapatan yang diterima. Contoh : Biaya administrasi.
Biaya administrasi adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pendapatan
meski mendukung terjadinya pendapatan itu sendiri. Biaya ini bisa dibebankan pada periode
terjadinya pendapatan tersebut. Biaya semacam itu sering disebut dengan Period Cost.
Contoh period cost lain adalah biaya yang dikeluarkan dan memiliki hubungan dengan
produksi tetapi nilai manfaatnya tidak habis dalam satu periode. Biaya seperti ini akan
ditunda pembebanannya. Dalam arti, pembebanan biaya akan dialokasi atau dibagi ke
dalam periode-periode di mana biaya tersebut dimanfaatkan. Pengalokasian biaya tersebut
dihitung berdasarkan jumlah bulan yang ditaksir yang menggunakan manfaat dari biaya
tersebut.

Sebagai efek dari prinsip ini dan kondisi di atas, pembebanan biaya disarankan
menggunakan Accrual Basis dalam pencatatan akuntansinya. Sehingga memunculkan
adanya jurnal penyesuaian pada akhir periode untuk mempertemukan antara biaya dan
pendapatan.

9. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi adalah prinsip akuntansi yang harus digunakan pada pelaporan
keuangan secara konsisten atau tidak berubah-ubah dalam hal metode, prosedur dan
kebijakan yang digunakan. Gunanya agar laporan keuangan yang dihasilkan pada suatu
periode bisa diperbandingkan dengan laporan keuangan periode-periode sebelumnya
9

sehingga bisa memberikan manfaat bagi para penggunanya. Dengan penggunaan metode
dan prosedur secara konsisten, maka jika ada perbedaan yang terjadi bisa diketahui dengan
cepat.

Prinsip Konsistensi diartikan sebagai prinsip akuntansi yang digunakan dalam


pelaporan keuangan tetap dan digunakan secara konsisten (tidak berubah-ubah metode
dan prosedur). Tujuannya agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan pada periode sebelumnya sehingga bisa memberikan manfaat
lebih bagi penggunanya.

Namun prinsip ini bukan berarti melarang adanya perubahan metode atau prosedur
akuntansi. Sebuah perusahaan boleh mengganti metode yang dipakai dengan memberikan
penjelasan alasan penggantian tersebut pada laporan keuangan perusahaannya.

10. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas adalah prinsip yang mengakui adanya pengukuran dan


pencatatan akuntansi secara material atau bernilai. Bernilai dalam arti bernilai nominal dan
bisa dijual. Jika tidak material, maka tidak perlu dinilai dan diakui.

Prinsip akuntansi mempunyai tujuan untuk menyeragamkan seluruh aturan. Namun


kenyataannya tidak semua penerapan akuntansi itu mentaati teori yang ada, maka tak
jarang terjadi pengungkapan informasi yang sifatnya material atau immaterial. Semuanya
diterapkan sesuai dengan ranah akuntansi yang orientasinya kepada pengguna laporan
keuangan.

2.4 Pengertian Kode Etik Profesi

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Kode yaitu tanda-tanda atau
simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-
maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan
suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode etik
yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Menurut UU No. 8 (Pokok-pokok Kepegawaian)

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal
yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok
10

khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan


dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah SUMPAH
HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter. Hipokrates
adalah doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU KEDOKTERAN. Beliau hidup
dalam abad ke-5 SM.

Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates
sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat
profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi
yang sudah-sudah panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi
fenomena yang begitu banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini.

Jika sungguh benar zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu
buktinya adalah peranan dan dampak kode-kode etik ini.

Profesi adalah suatu MORAL COMMUNITY (MASYARAKAT MORAL) yang memiliki


cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi
negatif dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral
bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat penerapan
pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.

Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak
menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode
etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik
itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas
yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita
dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.

Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga
membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh
profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus
menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.

Dengan membuat kode etik profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih
niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan
pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan citacita yang
diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi
tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan
konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik
11

adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan
mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

2.5 Perkembangan Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia

Perumusan Dan Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia

Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya
menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam
konggres IAI tahun 1982, 1986, 1994, dan terakhir tahun 1998-sekarang.
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Draft
Kode Etik Akuntan Indonesia sudah disusun jauh sebelum kongres IAI yang pertama,
namun baru disahkannya Kode Etik Akuntan Indonesia yang pertama pada saat konggres
IAI III pada tanggal 2 Desember 1973. Kode Etik ini 90% merupakan Kode Etik AICPA yang
berlaku di Amerika Serikat saat itu. Menurut AICPA ada 6 prinsip, yaitu:
1. Tanggung-Jawab
Seorang akuntan dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional,
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional terhadap semua
kegiatan yang dilaksanakannya. Anggota memiliki tanggung jawab kepada pemakai jasa
mereka dan tanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota demi
mengembangkan profesi akuntansi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Semua
usaha tersebut diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

Dalam menyelesaikan tanggung jawab sebagai profesional, anggota perlu melatih


sensitifitas profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka. Tangung
jawab utama adalah untuk publik secara umum. Kode tersebut menyebutkan tiga area
kewajiban, yaitu untuk meningkatkan kegiatan accounting, untuk memelihara kepercayaan
publik, dan untuk menyelesaikan tanggung jawab profesional untuk pemerintahan sendiri.
Untuk memenuhi kewajiban moral diatas, kode etik menandai bahwa akuntan
membutuhkan praktek penilaian sensitifism moral. Untuk penilaian sensitif moral, akuntan
akan membutuhkan sebagai evaluasi aktivitasnya dipandang dalam sudut alasan. Akuntan
akan membutuhkan dengan mempertimbangkan: Apakah aktivitas ini menguntungkan atau
merugikan?, Apakah menghormati terhadap hak mereka?, Apakah pekerjaannya dengan
fair?, Apakah mereka konsisten dengan komitmen akuntan yang dibuat?
Penilaian sensitivisme moral memastikan tidak ada tempat untuk perilaku yang egois
(mementingkan diri sendiri). Sebagai konsekuensi profesi akuntan dan banyak partner kerja
dalam profesi yang akan menyuarakan dengan beberapa versi atau the golden rule.
12

2. Melayani Kepentingan Publik


Anggota perlu menerima tanggung-jawab untuk tindakan melayani kepentingan
publik, kepercayan publik, dan komitmen profesionalisme, Kode menjelaskan bahwa
tanggungjawab untuk publik adalah nilai pembeda profesional. Seandainya fungsi
accounting sebatas sebagai accounting publik dilibatkan dalam external auditing, lalu tentu
saja tanggungjawab untuk publik jelas, tetapi soal dengan tax accounting and manajemen
accounting atau bahkan internal auditing? Penjelasan kepercayaan publik berakhir dengan
pernyataan bahwa semua yang suka rela menerima keanggotaan dalam AICPA
berkomitmen untuk menghormati kepercayaan publik.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meluaskan kepercayaan publik, anggota pada perform semua
tanggungjawab profesional dengan meningkatkan daya integritas. Prinsip ke dua diatas
digunakan untuk memecahkan tekanan konflik dari antara group dengan integritas, prinsip
ini adalah prinsip yang spesifik akan kebutuhan pada integritas. Kode ini menggambarkan
integritas dalam jalan berikut: “Integritas adalah elemen karakter fundamental untuk
pengenalan profesional.
Itu adalah kualitas dari memperoleh kepercayaan public dan benchmark yang lawan
terhadap anggota yang harus melakukan tes akhir untuk semua keputusan,
memerlukananggotauntuk melakukan, antara pemikiran yang lain, kejujuran, dan kesucian
dalam batasan kerahasian klien. Layanan dan kepercayaan publik tidak perlu diperbudak
keuntungan dan kelebihan personal, Itu diukur dalam istilah apakah benar atau adil”.
Secara jelas dapat dikatakan bahwa keputusan salah menggambarkan keuangan
perusahaan atau melewatkan beberapa kecurigaan red flags dalam laporan keuangan
perusahaan akan melanggar integritas akuntan, tetapi integritas mana yang dilanggar?
Tentu saja jelas jawabannya seperti tingkah laku yang melibatkan akuntan dalam melakukan
ketidak jujuran.Integritas, sebagai kejelasan dari statement, adalah sering diambil untuk
menyamakan dengan kejujuran.
4. Objektivitas Dan Independensi
Anggota perlu memelihara objektivitas dan bebas konflik kepentingan dalam
membebaskan tanggungjawab profesional.Anggota praktisi publik perlu kebebasan dalam
fakta dan penampilan ketika menyediakan auditing dan jasa opini lainnya, Objektivitas
adalah kwalitas sudut pandang, karena itu adalah kebaikan, beberapa kebiasaan yang
dikembangkan.Prinsip ini memerlukan seseorang yang objektive yang tidak berat sebelah,
secara intelektual jujur, dan bebas konflik kepentingan.Untuk melaksanakan ketiga prinsip
diatas maka diperlukan independence untuk menghalangi hubungan yang mungkin nampak
untuk merusak objektivitas anggota dalam menyumbangkan layanan opini.Anggota dalam
layanan publik perlu independence dalan fakta dan penampilan, serta untuk menuju
13

keberhasilan obyektivitas tidak mudah dan harus berusaha sebaik-baiknya pada waktu
untuk memenuhi pandangan point objektif.
5. Keperdulian Yang Pantas
Anggota perlu mengamati teknik profesi dan standart etika, bekerja keras secara
berkesinambungan untuk meningkatkan kompetisi dan kualitas jasa, dan memebaskan
tanggungjawab profesional untuk kemampuan anggota yang terbaik.Prinsip ini menetapkan
penghalang yang sangat tinggi untuk akuntan.Penjelasan pada prinsip menandai bahwa itu
melibatkan “mencari keunggulan” yang diidentifikasi sebagai inti sari dari prinsip ini.
Keunggulan itu memerlukan : a) Competence (kemampuan) adalah sesuatu yang akan
diperoleh dari pendidikan dan pengalaman, dan b) Diligence (kerajinan) adalah aspek lain
yang mana “memaksakan tanggungjawab untuk memandang layanan dengan segera dan
hati hati, untuk menjadi seksama, dan untuk mengamati teknik yang bisa diterapkan dan
standart etika.
6. Lingkup Dan Nature Jasa
Anggota dalam praktik publik perlu mengamati The Principles of the Code of Conduct
dalam menentukan lingkup dan nature tentang jasa yang disajikan.Penjelasan yang
mendasari kesesuaian lingkup dan nature jasa mengamanatkan bahwa beberapa persoalan
prinsip mungkin menghadirkan “keseluruhan batasan atas layanan non audit yang mungkin
ditawarkan untuk klien spesifik.Tidak ada peraturan yang tidak dapat diubah dapat
dikembangkan untuk menolong anggota menjangkau penilaian, tetapi mereka harus
mencukupi bahwa mereka mempertemukan spirit prinsip dalam kepedulian.Aplikasi prinsip
adalah tindakan yang terbaik dilakukan dalam spirit keadilan oleh kebijaksanaan praktisi.
Sebagai kode menyatakan : “dalam order untuk memenuhi ini, anggota perlu : 1) Praktik
dalam firma yang mempunyai tempat prosedur kontrol kwalitas internal untuk memastikan
bahwa layanan dengan segenap kemampuan dikirimkan dan cukup diawasi, 2) Menentukan,
dalam pertimbangan individual mereka, apakah lingkup dan nature pelayanan lain disajikan
untuk klien audit akan menciptakan konflik kepentingan dalam performance fungsi audit
untuk klien itu, dan 3) Menilai, dalam pertimbangan individual mereka, apakah aktivitas
konsisten dengan peraturan mereka sebagai professional.
Kode Etik yang ke dua sebenarnya belum pernah disahkan oleh IAI karena sangat
kontroversial. Ciri khusus dari Kode Etik ini adalah Kode Etik ini bukan saja untuk Akuntan
Publik tetapi juga untuk Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah dan Akuntan Pendidik.
Kode Etik yang ke tiga disahkan dalam konggres IAI V di Surabaya pada tanggal 20-
30 Agustus 1986. Menurut Harahap (1991), Kode Etik ini lahir antara dua kutub ide yang
berkembang. Kutub pertama menghendaki agar Kode Etik hanya mengatur profesi Akuntan
Publik saja, sedangkan kutub yang lain menghendaki agar Kode Etik mengatur semua
akuntan berregister tanpa kecuali di manapun ia berkiprah.
14

Keempat kalinya, Kode Etik IAI dirumuskan dalam kongres IAI VI ditambah dengan
masukan-masukan yang diperoleh dari seminar sehari.Pemutakhiran Kode Etik Akuntan
Indonesia dilaksanakan tanggal 15 Juni 1994 di hotel Daichi Jakarta serta hasil
pembahasan sidang Komisi Kode Etik dalam kongres IAI VII di Bandung. Kongres
menghasilkan ketetapan bahwa Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas:
1. Kode Etik Akuntan Indonesia yang disahkan dalam kongres VI IAI di Jakarta terdiri
atas 8 BAB dan 11 pasal ditambah dengan 2.
2. Pernyataan Etika Profesi No.1 sampai dengan 6 yang disahkan dalam kongres IAI
VII di Bandung tahun 1994.

Dalam rangka meningkatkan kualitas profesi akuntan, IAI dalam kongres VIII telah
merumuskan Kode Etik Akuntan Indonesia yang baru. Kode Etik ini mengikat para anggota
IAI di satu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum
menjadi anggota IAI di sisi lainnya. Kode Etik Akuntan Indonesia yang baru tersebut terdiri
dari tiga bagian (Prosiding kongres VIII, 1998), yaitu :
1. Kode Etik Umum
a. Terdiri dari prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional,
memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, dan mengatur pelaksanaan pemberian jasa
profesional oleh anggota.
b. Prinsip Etika disahkan oleh konggres dan berlaku bagi seluruh anggota.
c. Prinsip Etika yang dimaksud terdiri dari 8 prinsip, yaitu : (Mulyadi, 2001: 53)

 Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus


senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua
pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi,
memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

 Kepentingan Publik

Anggota akuntan profesional berkewajiban untuk bertindak dalam rangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik serta menunjukkan sikap profesionalisme.
15

Salah satu ciri dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan juga memegang peranan penting di masyarakat. Arti publik dari profesi akuntan
meliputi klien, pemerintah, pemberi kredit, pegawai. Investor, dunia bisnis dan pihak-pihak
yang bergantung kepada integritas dan objektivitas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis dengan tertib.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik
dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan


publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang
dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah
laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan negara.

Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua
anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya
dengan integritas setinggi mungkin.

 Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.

Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan
16

yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan
atau peniadaan prinsip.

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

 Obyektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa
atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan
keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam
kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka
juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan
kapasitasnya,

 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,
demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.

Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau


pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian
17

dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan


seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib
melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.
Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk
bertanggung jawab yang harus dipenuhinya.

Prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional mengharuskan setiap anggota akuntan


untuk:

a. Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin


pemberi kerja (klien menerima layanan yang profesional dan kompeten.

b. Bertindak tekun dan cermat sesuai teknis dan profesional yang berlaku ketika
memberikan jasa profesional.

Etika profesi dalam bidang akuntansi sangat perlu diperhatikan oleh setiap akuntan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan memahami etika profesi dengan
baik, maka akuntan seharusnya dapat bekerja dengan maksimal, salah satunya dengan
membuat laporan keuangan yang terperinci.

 Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan mengharuskan setiap akuntan untuk tidak melakukan hal berikut
ini.

a. Mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya dari hubungan profesional


dan hubungan bisnis pada pihak di luar kantor akuntan atau organisasi tempat
akuntan bekerja tanpa diberikan kewenangan yang memadai dan spesifik,
terkecuali jika mempunyai hak dan kewajiban secara hukum atau profesional
untuk mengungkapkan kerahasiaan tersebut.

b. Menggunakan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.


Informasi yang diperoleh baik melalui hubungan profesional maupun hubungan
bisnis.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi
18

yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai


sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.

 Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang
dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi sebagai perwujudan tanggungjawabnya
kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat
umum. Dalam upaya memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaan, akuntan
professional sangat tidak dianjurkan mencemarkan nama baik profesi. Akuntan wajib
mempunyai sikap jujur dan dapat dipercaya.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

 Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

d. Kode Etik Umum mengikat seluruh anggota IAI.


e. Kode Etik Umum dirumuskan oleh Badan Pekerja Kongres dan disahkan dalam kongres.
f. Badan Pekerja Kongres yang dibentuk oleh pengurus Pusat mengevaluasi Kode Etik
Umum berdasarkan masukan dari para anggota, Pengurus Pusat dan Majelis Kehormatan
untuk selanjutnya mengusulkan dalam Kongres perubahan Kode Etik Umum Akuntan
Indonesia yang dipandang perlu.
19

Etika profesi dalam bidang akuntansi sangat perlu diperhatikan oleh setiap akuntan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan memahami etika profesi dengan
baik, maka akuntan seharusnya dapat bekerja dengan maksimal, salah satunya dengan
membuat laporan keuangan yang terperinci.

Kini, akuntan dapat membuat laporan keuangan dengan mudah menggunakan software
akuntansi seperti Jurnal. Dengan Jurnal, Anda sebagai seorang akuntan dapat membuat
laporan keuangan tanpa khawatir ada kesalahan. Hanya dengan menginput transaksi pada
Jurnal, Anda akan mendapatkan laporan keuangan secara instan sesuai dengan yang Anda
butuhkan.

2. Kode Etik Akuntan Kompartemen.


a. Kode Etik Akuntan Kompartemen mengikat seluruh anggota Kompartemen yang
bersangkutan.
b. Tiap Kompartemen dalam Rapat Anggota Kompartemen wajib merumuskan apakah
dipandang perlu bagi anggota Kompartemennya disusun Kode Etik Akuntan Kompartemen.
c. Karena fungsinya dalam pelayanan jasa profesional kepada masyarakat pengguna jasa
profesi Akuntan Publik untuk merumuskan Kode Etik Akuntan Kompartemen Akuntan Publik.
d. Kode Etik Akuntan Kompartemen disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen.
e. Tiap-tiap Kompartemen memiliki hak otonomi untuk memutuskan apakah dipandang
perlu membentuk badan khusus yang bertugas merumuskan Kode Etik Kompartemen.
Badan ini dapat berbentuk badan tetap yang bertanggung jawab kepada Pengurus
Kompartemen, atau badan ini merupakan Badan Pekerja Rapat Anggota Kompartemen
yang dibentuk oleh Pengurus Kompartemen.
f. Kode Etik Akuntan Kompartemen disusun berdasarkan Kode Etik Umum oleh karenanya
tidak boleh bertentangan dengan Kode Etik Umum Akuntan Indonesia.

3. Interpretasi Kode Etik Akuntan Kompartemen.


a. Interpretasi Kode Etik Akuntan Kompartemen merupakan panduan penerapan Kode Etik
Akuntan Kompartemen.
b. Disusun oleh Badan Khusus yang dibentuk oleh Pengurus Kompartemen dan disahkan
oleh Pengurus Kompartemen.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang
akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada
perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan
akuntan sebagai pendidik. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang
dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit,
akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang valid dan akuntabel, para akuntan
harus menjalankan proses akuntansi dengan baik, terstruktur, sesuai prosedur serta
memenuhi prinsip akuntansi yang diterima umum. Tujuan dari penggunaan prinsip akuntansi
tersebut adalah untuk menciptkan kesesuaian antara pengguna akuntansi satu dengan
lainnya. Sehingga informasi keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan dan
memenuhi kebutuhan pengguna informasi tersebut.

Prinsip akuntansi merupakan dasar atau acuan dalam melaksanakan proses


akuntansi. Pemakaian prinsip akuntansi memunculkan penilaian secara obyektif terhadap
produk akuntansi sehingga tidak menyebabkan terjadinya perbedaan atau
permasalahan.Selain itu, laporan keuangan sebagai produk akuntansi haruslah bisa dibaca
dan dipahami oleh semua pihak.Karena itu perlu adanya penyeragaman pada prosedur
akuntansi. Dan terciptalah prinsip akuntansi yang dikenal dengan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (PABU).

20
DAFTAR PUSTAKA

Duska, Ronald F. And Brenda Shay Duska, Accounting Ethics, Blackwell Publishing, 2003,
atau edisi terbaru.

Nursyahidah, Aira. Kode Etik Profesi Akuntansi Indonesia. Dikutip 1 Maret 2019 dari
WordPress.com: https://airanursyahidah90.wordpress.com/kode-etik-akuntan-
indonesia

Pradani, RatrianiC. (2013, 08 Januari). Prinsip Etika Profesi Akuntan. Dikutip 1 Maret 2019
dari WordPress.com:https://ratrianicp.wordpress.com/2013/01/08/prinsip-etika-
profesi-akuntan

Indah, Rini. (2017, 09 Februari).10 Prinsip-prinsip Akuntansi Secara Umum.Dikutip 2

Maret 2019 dari Dosen Akuntansi.com: https://dosenakuntansi.com/prinsip-prinsip

akuntansi

Pamungkas, Aviliana. (2018, 04 Januari).Perkembangan Kode Etik Profesi Akuntan

Indonesia. Dikutip 2 Maret 2019 dari Blogspot.com:

lanadowski.blogspot.com/2018/01/perkembangan-kode-etik-profesi-akuntan.html

(2011, 10 Oktober).Profesi Akuntansi. Dikutip 2 Maret 2019 dari CahayaBabel:

https://cahayababel.wordpress.com/2011/10/10/profesi-akuntansi/

Dina Amalia. (14 November 2017). 7 Etika Profesi dalam Bidang Akuntansi. Dikutip 3 Maret
2019 dari Blogspot.com : https://www.jurnal.id/id/blog/2017-8-prinsip-dasar-etika-profesi-
akuntansi/

Novia Widya Utami. (22 November 2017). 10 Prinsip Akuntansi yang Perlu Anda Ketahui.
Dikutip 3 Maret 2019 dari Blogspot.com : https://www.jurnal.id/id/blog/2017-10-prinsip-
akuntansi-yang-perlu-anda-ketahui/

Anda mungkin juga menyukai