Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
13-23
ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online
ABSTRAK
Kata kunci: SAP berbasis akrual; implementasi; kebijakan akuntansi pemerintah pusat.
ABSTRACT
This study is a qualitative research on the implementation of the Accrual Based Govern-
ment Accounting System in the Inspectorate General of Ministry of Finance. This study aims
to find how the Accrual Based Government Accounting System was prepared and imple-
mented in the institution. Data were collected through observation, study of literature, and
interviews with ten participants who have been involved in the implementation of the system.
The data were analyzed and interpreted narratively that are recommended by Creswell (2012).
This study found that the readiness of Inspectorate General of the Ministry of Finance in
implementing accrual accounting system was good, either from the communication aspect,
resource aspect, organizational commitment aspect, and bureaucratic structure aspect.
Moreover, this study concluded that the implementation of accrual accounting system in the
institution is well performed, that has scored 93.40%.
13
14 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 19, NO. 1, MEI 2017: 13-23
bahwa pemerintah Sudan yang berusaha untuk SAP berbasis akrual yang seharusnya me-
mengadopsi akuntansi akrual pada sektor publik ningkatkan efisiensi malah menambah biaya pada
dilatarbelakangi oleh agen pembiayaan internasio- pemerintah kota tersebut. Selain itu juga tidak
nal. Senada dengan penelitian tersebut, penelitian terlihat adanya peningkatan akuntabilitas.
yang dilakukan di Fiji (Sharma dan Lawrence,
2008) dan Ghana (Rahaman, 2009) juga mem- RUMUSAN MASALAH
perlihatkan bahwa pengadopsian akuntansi dan
audit keuangan bergaya swasta dalam organisasi Berdasarkan latar belakang masalah yang
sektor publik pada negara-negara tersebut di- telah dikemukakan, maka rumusan permasalahan
dorong oleh lembaga donor internasional. yang hendak diselesaikan dalam penelitian ini
Hasil penelitian-penelitian di atas telah mem- adalah (1) Bagaimana kesiapan Inspektorat Jen-
berikan pemahaman bahwa terdapat dua jenis deral Kemenkeu (Itjen) dalam menerapkan sistem
motivasi yang mendasari pengadopsian sistem akuntansi akrual? dan (2) Bagaimana penerapan
akuntansi akrual yaitu motif ekonomi yang di- sistem akuntansi akrual di Itjen Kemenkeu?
dorong oleh aktor di dalam organisasi, dan motif
kekuasaan yang didorong oleh aktor di luar orga- LANDASAN TEORI
nisasi. Perbedaan motif tersebut akan memberi-
kan hasil yang berbeda dalam penerapan sistem Teori Ekonomi
akuntansi akrual. Tidak seperti Selandia Baru
yang mempunyai motif ekonomi dan mengadopsi Praktik NPM yang mendasari pada teori
sistem secara komprehensif, pengadopsian sistem ekonomi merupakan alasan dilakukannya adopsi
yang dilakukan secara minimal akan menimbul- sistem akuntansi akrual pada organisasi sektor
kan fenomena decoupling yang membuat sistem publik. Dari perspektif teori ekonomi, dikatakan
tersebut diterapkan secara seremonial (Dambrin et bahwa akuntabilitas dan kinerja organisasi sektor
al., 2007). Tekanan dari aktor di luar organisasi publik dapat ditingkatkan dengan mentransfor-
dan kegagalan proses internalisasi pada negara masikan proses manajemen, evaluasi, dan pen-
yang “dipaksa” mengadopsi sistem akuntansi danaan organisasi sektor publik ke dalam praktik
akrual dikhawatirkan akan mendorong terjadinya manajemen sektor swasta (Harun dan Kamase,
fenomena decoupling. 2012). Di bawah prinsip-prinsip NPM, sejak tahun
Harun dan Eggleton (2012) melakukan pene-
1980-an praktik business-style dalam organisasi
litian mengenai proses institusionalisasi sistem
sektor publik di seluruh dunia telah dikembang-
akuntansi akrual di salah satu pemerintah kota di
kan (Broadbent dan Guthrie, 2008).
Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
Lapsley dan Pallot (2000) menyatakan bahwa
bahwa awal mula pengadopsian sistem akuntansi
filosofi NPM berasal dari tiga paradigma yaitu
akrual di Indonesia didorong oleh beberapa peris-
teori pilihan publik (public choice theory), teori
tiwa seperti krisis minyak pada tahun 1983 dan
keagenan (agency theory), dan kos transaksi eko-
juga krisis moneter pada tahun 1998. Krisis
nomi (transaction cost economics). Paradigma
minyak pada tahun 1983 memberikan dampak
yang signifikan terhadap perekonomian negara public choice theory mengatakan bahwa sikap para
waktu itu termasuk tingginya tingkat inflasi, dan karyawan suatu organisasi sebagai manusia cen-
krisis moneter pada tahun 1998 memperparah derung terdorong oleh kepentingan mereka sendiri
kejadian tersebut sehingga timbul tekanan sosial sehingga diperlukan suatu sistem akuntansi yang
dari masyarakat pada akhir 1990-an. Kejadian- lebih informatif untuk mengurangi kecenderungan
kejadian tersebut telah menginspirasi teknokrat- tersebut. Agency theory menyatakan bahwa manu-
teknokrat di Kementerian Keuangan untuk men- sia cenderung memaksimalkan kepentingan me-
dorong dilakukannya reformasi akuntansi sektor reka sendiri. Sementara itu, paradigma transac-
publik yang menurut mereka akan dapat mem- tion cost economics berfokus pada pengoptimalan
berikan pengendalian pada pengeluaran pemerin- struktur tata kelola organisasi.
tah dan menggambarkan kinerja pemerintah.
Hasil penelitian Harun dan Eggleton (2012) Teori Implementasi
seolah-olah menggambarkan bahwa pengadopsian
sistem akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah Implementasi kebijakan pada prinsipnya ada-
Indonesia didasarkan pada motif ekonomi sebagai- lah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai
mana yang dilakukan oleh pemerintah Australia tujuannya (Madjid dan Ashari, 2013). Dalam
dan Selandia Baru. Namun, Harun dan Eggleton mengkaji implementasi kebijakan, Edwards (1980)
(2012) menemukan fenomena pemisahan aktivitas menjawab dua pertanyaan penting dalam imple-
(decoupling) di salah satu pemerintah kota yang mentasi yaitu prakondisi-prakondisi apa yang
menjadi lokasi penelitiannya. diperlukan sehingga suatu implementasi kebijak-
16 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 19, NO. 1, MEI 2017: 13-23
an dapat berhasil dan hambatan apa yang meng- nyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar
akibatkan gagalnya suatu implementasi kebijak- Akuntansi Pemerintahan (PSAP). PSAP kemudi-
an. Terkait dengan hal itu, terdapat empat aspek an menetapkan pedoman untuk memperlakukan
yang menentukan keberhasilan implementasi ke- suatu objek yang harus dilaporkan mulai dari
bijakan publik, yaitu komunikasi, sumber daya, pengakuan, pengukuran/penilaian, sampai dengan
disposisi atau komitmen, dan struktur birokrasi. penyajian dan pelaporan objek tersebut.
Keempat aspek tersebut harus dilaksanakan
secara simultan karena antara satu dengan yang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
lainnya memiliki hubungan yang erat.
Menurut Edwards (1980) dari aspek komuni- UU 17 Tahun 2003 menyatakan bahwa
kasi, informasi mengenai kebijakan publik perlu Menteri Keuangan sebagai pelaksana kekuasaan
disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para atas pengelolaan fiskal mempunyai tugas antara
pelaku kebijakan dapat menjalankan kebijakan lain menyusun laporan keuangan yang merupa-
tersebut. Dari aspek sumber daya, suatu kebijakan kan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
tidak dapat dilaksanakan apabila pelaksana ke- Pertanggungjawaban APBN tersebut merupakan
bijakan tidak memiliki sumber daya yang me- laporan keuangan konsolidasi/gabungan yang di-
madai. Dari aspek disposisi, suatu kebijakan tidak hasilkan oleh setiap entitas pelaporan. Agar lapor-
dapat dilaksanakan apabila pelaksana tidak me- an keuangan tersebut seragam sehingga dapat
miliki komitmen untuk melaksanakan kebijakan dikonsolidasikan dan diperbandingkan sebagai-
tersebut. Sementara itu, implementasi masih akan mana karakteristik kualitatif, maka perlu disusun
gagal apabila struktur birokrasi yang ada meng- suatu kebijakan akuntansi.
halangi koordinasi yang diperlukan dalam melak- Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat yang
sanakan kebijakan. ditetapkan dalam PMK Nomor 219 Tahun 2013
merupakan turunan dari SAP dan berfungsi
Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pedoman bagi entitas akuntansi dan pe-
laporan pada pemerintah pusat dalam menyusun
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan laporan keuangan. kebijakan akuntansi pemerin-
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ke- tah pusat mengatur mulai dari pos aset, kewajib-
uangan negara adalah penyampaian laporan per- an, ekuitas, pendapatan, dan beban.
tanggungjawaban keuangan pemerintah. Laporan
tersebut harus memenuhi prinsip tepat waktu dan METODE PENELITIAN
disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintahan yang telah diterima secara umum Penelitian ini menggunakan pendekatan kua-
(Nugraha, 2009). litatif. Penelitian ini mendasarkan pada kata-kata,
Menurut Budiono (2016), Standar Akuntansi tindakan, dan perilaku orang-orang yang menjadi
Pemerintahan (SAP) merupakan persyaratan fokus dalam penelitian. Dengan kata lain, pen-
yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya dekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini
meningkatkan kualitas laporan keuangan peme- didesain untuk mendapatkan pemahaman men-
rintah di Indonesia. Menurut Sinaga (2005) SAP dalam mengenai fenomena yang diteliti dari sudut
merupakan pedoman untuk menyatukan persepsi pandang partisipan dan sumber data yang lain
antara penyusun, pengguna, dan auditor. Oleh sebagaimana yang dinyatakan oleh Harun dan
karena itu, laporan keuangan pemerintah yang Eggleton (2012).
merupakan hasil dari proses akuntansi yang
berpedoman pada SAP diharapkan dapat diguna- Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
kan sebagai alat komunikasi antara pemerintah
dengan stakeholders sehingga tercipta pengelolaan Sesuai dengan judul penelitian, penelitian ini
keuangan negara yang transparan dan akuntabel. dilakukan di Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai
Ruang Lingkup SAP dari tanggal 31 Oktober sampai dengan 23
Desember 2016.
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akun-
tansi Pemerintahan menyatakan bahwa SAP di- Jenis dan Sumber Data
lengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan. Kerangka Konseptual Akuntansi Data yang digunakan dalam penelitian ini
Pemerintahan memuat konsep-konsep yang men- merupakan data kualitatif, sedangkan sumber
dasari penyusunan dan pengembangan Standar data yang akan digunakan dalam penelitian ini
Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya di- berasal dari data primer dan sekunder.
Herwiyanti: Analisis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan 17
untuk dipahami dan dilaksanakan. Peraturan dan Unit yang terkait dalam penerapan SAP ber-
pedoman tersebut biasanya dilampirkan dengan basis akrual adalah Subbagian Akuntansi dan
petunjuk teknis yang sangat rinci sehingga para Perpajakan dan Subbagian Perlengkapan dan
pelaksana tinggal mengikuti langkah-langkahnya Pengadaan Barang Milik Negara (P2BMN).
saja. Peraturan dan pedoman yang dilengkapi Subbagian Akuntansi dan Perpajakan terdiri dari
dengan petunjuk teknis yang sangat rinci tersebut tiga orang pelaksana. Dari tiga orang pelaksana
dapat menghemat waktu dan dana para penyusun tersebut, dua diantaranya memiliki latar belakang
kebijakan sehingga tidak perlu dilakukan sosiali- pendidikan tinggi di bidang ekonomi dan bisnis.
sasi khusus untuk setiap pedoman dan peraturan Sedangkan satu orang lainnya berpendidikan
yang diterbitkan. Bahkan Informan 2 mengatakan SLTA, namun tidak diberikan tanggung jawab
bahwa untuk peraturan yang pelaksanaannya sebagai penyusun laporan keuangan. Sementara
menggunakan aplikasi atau sistem informasi, itu, Subbagian P2BMN terdiri atas delapan orang
pelaksanaan aturan tersebut biasanya sudah di- pelaksana. Dari delapan orang pelaksana tersebut,
masukkan ke dalam sistem sehingga para pelak- dua orang diantaranya diberikan tanggung jawab
sana hanya diminta untuk update aplikasinya. untuk menyusun laporan BMN yang dilampirkan
Namun, salah satu kekurangan sosialisasi dalam laporan keuangan. Dua orang tersebut
tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan memiliki latar belakang pendidikan tinggi di
satu arah. Untuk mengatasi hal itu, apabila ada bidang ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu, secara
pertanyaan atau ketidakpahaman mengenai per- kompetensi, seluruh pelaksana kebijakan memiliki
aturan dan pedoman yang disosialisasikan, maka latar belakang pendidikan tinggi di bidang eko-
pelaksana kebijakan dapat berkomunikasi lang- nomi dan bisnis.
sung dengan Biro Perencanaan dan Keuangan Berdasarkan database kepegawai-an, seluruh
(Rocankeu) sebagai pembina dan DJPB sebagai pelaksana kebijakan SAP berbasis akrual belum
penyusun kebijakan melalui media elektronik pernah mengikuti diklat terkait pengelolaan ke-
sebagaimana disampaikan oleh Informan 3, uangan dan penyusunan laporan keuangan.
Informan 5, Informan 6, dan Informan 8. Namun, Informan 3 yang merupakan salah satu
Di luar aturan main dan pedoman teknis pelaksana kebijakan mengaku pernah mengikuti
untuk menerapkan SAP Akrual, hampir seluruh workshop yang diadakan oleh Pusat Pendidikan
informan sepakat bahwa kebijakan akuntansi dan Pelatihan Anggaran dan Perbendaharaan.
Sementara itu, pelaksana lainnya yang belum
berbasis akrual yang diterapkan saat ini belum
pernah mengikuti diklat mengaku dapat melak-
mencerminkan praktik akuntansi berbasis akrual.
sanakan tugas dan tanggung jawabnya karena
Mereka mengatakan bahwa pengakuan dan pen-
diajarkan oleh pelaksana sebelumnya.
catatan atas Pendapatan Laporan Operasional
Walaupun belum pernah mengikuti diklat
(LO), Beban, dan Aset dilakukan pada saat terjadi
khusus SAP berbasis akrual, Kepala Bagian
penerimaan dan pengeluaran ke dan dari kas
Perencanaan dan Keuangan, Kepala Subbagian
negara. Pelaksanaan akrual hanya dilakukan
Akuntansi dan Perpajakan, dan Staf di Biro
pada saat pelaporan dengan melakukan jurnal
Perencanaan dan Keuangan menganggap para
penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
pelaksana telah kompeten dan dapat melaksana-
Pelaksanaan akuntansi berbasis akrual yang kan tugasnya dengan baik. Hal ini dikarenakan
dianggap belum akrual tersebut ternyata menjadi mereka sebelumnya sudah pernah mengikuti
temuan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam diklat tentang pengelolaan keuangan dan penyu-
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Menurut sunan laporan keuangan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), praktik ter- Dalam menerapkan SAP Berbasis Akrual,
sebut dapat menimbulkan risiko tidak tercatatnya Itjen telah menggunakan teknologi informasi
seluruh hak dan kewajiban Pemerintah yang sebagaimana dikatakan oleh seluruh informan.
layak diakui sebagai aset, pendapatan, dan beban Sebagian besar teknologi informasi dikembangkan
dalam satu periode akuntansi. dan didistribusikan oleh DJPB sebagai penyusun
kebijakan. Aplikasi tersebut terdiri dari aplikasi
Aspek Sumber Daya Sistem Akuntansi Basis Akrual (SAIBA), Sistem
Aplikasi Satker (SAS), Sistem Informasi Mana-
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang jemen dan Akuntansi (SIMAK BMN), Persediaan,
dilakukan oleh Rosada (2016). Oleh karena itu, e-Rekon, dan Online Monitoring Sistem Perben-
sumber daya yang didalami dalam penelitian ini daharaan dan Anggaran Negara (OM SPAN).
meliputi sumber daya manusia, sumber daya Selain itu, Itjen juga menggunakan aplikasi yang
keuangan, sarana dan prasarana, serta teknologi dikembangkan sendiri, bernama Sistem Informasi
informasi. Keuangan (SISKA).
Herwiyanti: Analisis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan 19
Dari ketujuh aplikasi tersebut, tiga diantara- DJPB sebagai penyusun dan penanggung jawab
nya merupakan aplikasi yang baru digunakan kebijakan telah melakukan penguatan komitmen
pada tahun 2015, yaitu SAIBA, e-Rekon, dan OM dengan para pengambil keputusan tertinggi pada
SPAN. Sementara, aplikasi lainnya telah diguna- masing-masing instansi kementerian negara/
kan sebelum diterapkannya SAP Akrual. Walau- lembaga dan pemerintah daerah, serta stakeholder
pun telah digunakan lebih dari satu tahun, namun kunci lainnya. Rangkaian kegiatan yang telah
hampir seluruh informan menganggap bahwa dilakukan dalam rangka penguatan komitmen ini
aplikasi-aplikasi tersebut masih memiliki beber- adalah high level stakeholder meeting, deklarasi
apa kendala. Kendala tersebut diantaranya adalah implementasi akuntansi berbasis akrual, dan
ketidakakuratan nilai BMN yang disajikan dalam sosialisasi kebijakan.
SIMAK BMN dan kelemahan pengendalian dalam Penguatan komitmen tersebut berjalan
aplikasi Persediaan. dengan efektif di Kementerian Keuangan. Rocan-
Banyaknya aplikasi yang digunakan untuk keu sebagai pembina dan pengambil keputusan
mendukung penyusunan laporan keuangan me- tertinggi terkait dengan akuntansi dan pelaporan
nyebabkan proses implementasi akuntansi ber- di Kementerian Keuangan telah menunjukkan
basis akrual menjadi tidak efisien. Selain itu juga langkah konkret dalam mendukung penerapan
dapat meningkatkan risiko salah saji. Oleh karena SAP berbasis akrual. Langkah dukungan yang
itu perlu dikembangkan suatu aplikasi penyusun telah dilakukan adalah penerbitan buku-buku dan
laporan keuangan yang terintegrasi. Baik ter- surat edaran sebagai pedoman dan petunjuk pene-
integrasi secara internal, maupun secara eksternal rapan, dan helpdesk perencanaan dan keuangan
dengan Bendahara Umum Negara. untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi
Informan 3 dan Informan 4 percaya bahwa dengan pelaksana kebijakan.
permasalahan terkait aplikasi yang digunakan Sementara itu, Itjen sebagai pelaksana kebi-
saat ini dapat diselesaikan dengan aplikasi ter- jakan telah menyatakan dukungannya sebagai-
integrasi. Sampai saat ini, aplikasi terintegrasi mana dikatakan oleh hampir seluruh informan.
yang dinamakan SAKTI sudah dalam tahap Sebagian dari mereka menganggap bahwa basis
piloting, dan dapat digunakan setelah tahapan akrual merupakan basis akuntansi yang lebih baik
piloting berhasil dilaksanakan. dari basis akuntansi kas yang digunakan selama
Terkait dengan sumber daya keuangan, ini, sedangkan sebagian yang lain menganggap hal
penerapan SAP berbasis akrual tidak memberikan itu merupakan salah satu upaya dalam mewujud-
dampak yang signifikan dalam anggaran Itjen. kan kepatuhan terhadap peraturan yang ada.
Menurut Informan 1, hal itu disebabkan oleh
transaksi yang tidak terlalu rumit dan kompetensi Aspek Struktur Birokrasi
SDM yang memadai. Kenaikan biaya dalam
rangka penerapan akuntansi berbasis akrual Salah satu aspek struktural yang paling
hanya disebabkan oleh penambahan jadwal dasar dari suatu organisasi adalah prosedur kerja
konsolidasi yang semula hanya dilakukan semes- standar (SOP). Itjen Kemenkeu telah memutakhir-
teran, pada tahun 2015 dilakukan triwulanan dan kan SOP dalam rangka penerapan SAP berbasis
ditambah dengan adanya kebijakan penyusunan akrual sebagaimana yang disampaikan oleh Infor-
pseudo laporan keuangan mulai bulan Oktober man 1, Informan 4, dan Informan 5. Namun me-
sampai dengan akhir periode pelaporan. nurut Informan 2 dan Informan 3, SOP yang
Dalam rangka mendukung penerapan SAP dimiliki oleh Subbagian Akuntansi dan Perpajak-
berbasis akrual, para informan mengatakan an masih belum dimutakhirkan.
bahwa sarana dan prasarana yang disediakan Penuturan dari Informan 2 dan Informan 3
sudah cukup. Berdasarkan hasil observasi, sarana didukung oleh bukti dokumen. Dokumen berupa
dan prasarana yang disediakan antara lain 1 buah SOP yang didapatkan dari Bagian Organisasi dan
meja, kursi dan perangkat komputer yang Analisis Hasil Pemeriksaan (BOAHP) yang ber-
memadai untuk setiap staf, 1 buah laptop, 1 buah wenang menerbitkan SOP masih tertanggal 27
alat scanner, dan satu buah printer. Desember 2013 dan masih menggunakan basis
cash toward accrual. Walaupun begitu, SOP ter-
Aspek Komitmen Organisasi sebut tidak menjadi penghambat dalam imple-
mentasi SAP berbasis akrual.
Keberhasilan implementasi SAP berbasis Sifat kedua dari struktur birokrasi yang
akrual sangat ditentukan oleh besarnya dukungan berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan adalah
dan komitmen dari seluruh pihak, mulai dari fragmentasi organisasi. Tanggung jawab atas
penyusun sampai dengan pelaksana kebijakan. suatu kebijakan sering kali dipisah dan tersebar
Berdasarkan Majalah Treasury Indonesia (2014), diantara beberapa unit dalam organisasi. Pemi-
20 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 19, NO. 1, MEI 2017: 13-23
sahan fungsi dan wewenang juga merupakan pro- elemen harga barang persediaan sehingga biaya
sedur yang direkomendasikan oleh pengendalian tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat
internal. diverifikasi, dan bersifat netral, atau pada saat
Dalam menyusun laporan keuangan ber- diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
dasarkan SAP berbasis akrual, Subbagian Akun- kepenguasaannya berpindah dengan dokumen
tansi dan Perpajakan berkoordinasi dengan sub- sumber yang digunakan sebagai pengakuan
bagian Perbendaharaan dan subbagian P2BMN. perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau
Menurut Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 Berita Acara Serah Terima (BAST).
yang masih aktif di Subbagian Akuntansi dan
Perpajakan, koordinasi dengan subbagian Perben- Tabel 4. Nilai Implementasi SAP Berbasis Akrual
daharaan dapat dikatakan baik, namun dengan AKUN SKOR
subbagian P2BMN tidak dapat dikatakan lancar. Kas di Bendahara Pengeluaran 100.00%
Menurut Informan 2 hal itu disebabkan oleh Kas Lainnya dan Setara Kas 100.00%
kurangnya SDM. Namun menurut Informan 1 hal Beban Dibayar di Muka 100.00%
itu membuat hubungan semakin baik dan saling Bagian Lancar Tagihan Tuntutan
100.00%
bahu-membahu antar bagian. Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
Persediaan 87.50%
Aset Tetap 89.58%
Implementasi SAP Berbasis Akrual Aset Tidak Berwujud 66.67%
Aset Lain-lain 100.00%
Implementasi SAP berbasis akrual dinilai Utang Kepada Pihak Ketiga 83.33%
dengan membandingkan antara kebijakan akun- Uang Muka dari KPPN 100.00%
tansi yang tertuang dalam PMK 219 Tahun 2013 Utang Jangka Pendek Lainnya 100.00%
dan penerapannya. Tabel 4 di bawah ini menun- Ekuitas 100.00%
jukkan nilai implementasi SAP Berbasis Akrual. Pendapatan Bukan Pajak-LO 100.00%
Dari Tabel 4, diketahui bahwa Itjen men- Beban Pegawai 100.00%
Beban Persediaan 91.67%
dapatkan nilai hasil akhir implementasi sebesar
Beban Barang dan Jasa 87.50%
93,40%. Berdasarkan pedoman umum evaluasi Beban Pemeliharaan 87.50%
yang diatur dalam Permenpan-RB Nomor 12 Nilai Implementasi Akuntansi Berbasis
Tahun 2015, nilai implementasi sebesar 93,40% 93.40%
Akrual
masuk dalam kategori AA dengan interpretasi
Sangat Memuaskan. Menurut Informan 1, Informan 4, Informan 6,
Di satu sisi, nilai sebesar 93,40% menunjuk- dan Informan 8, ketidaktepatan waktu pengakuan
kan penerapan yang sangat baik, namun di sisi Persediaan terjadi karena tidak terintegerasinya
lain nilai tersebut menunjukkan bahwa masih aplikasi yang digunakan. Di satu sisi, aplikasi
terdapat kekurangan. Dari Tabel 4, diketahui SAIBA yang digunakan dalam penyusunan
bahwa akun yang masih belum sesuai dengan laporan keuangan mengakui Persediaan setelah
PMK 219 Tahun 2013 adalah akun Persediaan, terjadi pengeluaran kas dengan dokumen sumber
Aset Tetap, Aset Tak Berwujud, Utang Kepada berupa SP2D. Di sisi lain, aplikasi Persediaan
Pihak Ketiga, dan hampir seluruh akun beban yang digunakan dalam pengelolaan persediaan
operasional. seharusnya sudah dapat melakukan pencatatan
pada saat persediaan tersebut diterima. Tidak
Persediaan terintegrasinya kedua aplikasi tersebut menurut
Informan 2 disebabkan karena kedua aplikasi
Berdasarkan hasil observasi, ketidaksesuaian tersebut dikembangkan oleh pengembang yang
antara praktik dengan PMK 219 Tahun 2013 pada berbeda.
akun Persediaan terjadi dalam proses pengakuan. Keterlambatan pengakuan tersebut akan me-
Dalam praktiknya, Itjen baru mengakui dan nimbulkan risiko tidak tercatatnya sebagian aset
mencatat Persediaan setelah terjadi pengeluaran pemerintah. Apalagi apabila pembelian barang
kas dengan SP2D sebagai dokumen sumber. persediaan tersebut dilakukan dengan mekanisme
Selain itu, Itjen juga melakukan pencatatan uang persediaan (UP) dimana belanja atas barang
persediaan secara periodik setiap akhir bulan. persediaan baru diakui setelah Bendahara Penge-
Berdasarkan PMK 219 Tahun 2013, Perse- luaran melakukan pertanggungja-waban UP. Hal
diaan seharusnya dicatat pada saat potensi man- tersebut diperparah dengan pengakuan operator
faat ekonomi masa depan diperoleh dan mem- sekaligus pengelola persediaan yang mengatakan
punyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan bahwa SP2D atas pembelian barang dengan
andal yang didukung oleh bukti/dokumen yang mekanisme UP sering tidak disampaikan (ke
dapat diverifikasi dan di dalamnya terdapat operator aplikasi Persediaan) sehingga pengakuan
Herwiyanti: Analisis Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan 21
dan perekaman Persediaan tidak dilakukan pengakuan disebabkan oleh tidak terintegrasinya
dengan tepat waktu. Praktik tersebut akan aplikasi SIMAK BMN dengan aplikasi SAIBA.
mengakibatkan data pada aplikasi Persediaan Keterlambatan pengakuan tersebut juga akan
menjadi tidak akurat. membuat informasi Aset Tak Berwujud yang
Selain itu, PMK 219 Tahun 2013 juga meng- disajikan tidak akurat.
atur bahwa Persediaan dicatat menggunakan Sementara itu, dalam proses penyajian dan
metode perpetual, setiap terjadi transaksi masuk pengungkapan pada akun Aset Tak Berwujud,
maupun keluar. Praktik tersebut dapat mening- PMK 219 Tahun 2013 mensyaratkan diungkap-
katkan risiko terlambatnya pemesanan kembali kannya masa manfaat tiap aset tak berwujud
barang persediaan yang akan habis sehingga beserta metode amortisasi yang digunakan, nilai
dapat menghambat kegiatan operasional Itjen. tercatat bruto, jumlah amortisasai yang telah
Menurut Informan 7, ketidaktaatan tersebut dilakukan dan nilai buku aset tak berwujud, serta
terjadi karena kurangnya SDM untuk mencatat pengungkapan mengenai penambahan maupun
setiap kali terjadi transaksi. Satu orang pengelola penurunan nilai pada awal dan akhir periode,
persediaan harus melaksanakan seluruh fungsi termasuk penghentian dan pelepasan aset tak
pengelolaan mulai dari pengadaan, penyimpanan, berwujud.
penatausahaan, sampai dengan pencatatan dan Namun, peraturan tersebut tidak mengatur
pelaporan. Ditambah lagi, pada akhir periode lebih jelas mengenai metode amortisasi dan cara
pelaporan, PMK 219 Tahun 2013 mensyaratkan perhitungannya sebagaimana pada bagian Aset
dilakukannya inventarisasi fisik dalam rangka Tetap. Akibatnya, terdapat hal yang tidak di-
penyajian Beban Persediaan. ungkapkan dan tidak menggambarkan nilai Aset
Tak Berwujud yang sebenarnya.
Aset Tetap
Utang Kepada Pihak Ketiga
Permasalahan pada akun Aset Tetap terjadi
pada tahap pengakuan. Sebagaimana akun Per-
Menurut PMK 219 Tahun 2013, Utang
sediaan, ketidaksesuaian proses pengakuan pada
Kepada Pihak Ketiga diakui pada saat Pemerintah
akun Aset Tetap terjadi karena pencatatan baru
telah menerima hak atas barang/jasa, termasuk
dilakukan setelah diterbitkannya SP2D. Selain itu,
barang dalam perjalanan yang telah menjadi hak-
terdapat hal-hal yang belum diungkapkan dalam
nya. Namun dalam praktiknya hal itu tidak dapat
CaLK.
di lakukan. Utang Kepada Pihak Ketiga baru
Sebagaimana yang terjadi pada akun Per-
dicatat pada akhir periode pelaporan dengan me-
sediaan, keterlambatan pengakuan disebabkan
nyusun jurnal penyesuaian akrual untuk meng-
oleh tidak terintegrasinya aplikasi SIMAK BMN
akui adanya kewajiban dan beban.
dengan aplikasi SAIBA. Keterlambatan pengaku-
an tersebut juga akan membuat informasi Aset Dalam rangka menyusun jurnal penyesuaian,
Tetap yang disajikan tidak akurat. penyusun laporan keuangan harus mengidenti-
Sementara itu, dalam proses penyajian dan fikasi dan menginventari-sir barang/jasa yang
pengungkapan pada akun Aset Tetap, PMK 219 belum dibayarkan sampai dengan akhir periode
Tahun 2013 mensyaratkan adanya hal lain yang pelaporan. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan
perlu diungkapkan. Hal lain yang perlu diungkap- (BPK) menyatakan dalam Laporan Hasil Pemerik-
kan tersebut adalah eksistensi dan batasan hak saan (LHP) Kinerja Atas Pengendalian Internal
milik Aset Tetap dan jumlah komitmen untuk Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
akuisisi Aset Tetap. Dalam laporan keuangannya, Berbasis Akrual, hal itu dapat meningkatkan
Itjen tidak mengungkapkan hal tersebut. risiko tidak tercatatnya seluruh hak dan kewajib-
Tidak diungkapkannya suatu hal yang perlu an pemerintah yang layak diakui sebagai beban/
diungkapkan dapat terjadi karena komunikasi pendapatan dalam satu periode pelaporan.
yang kurang efektif. Seharusnya terdapat peratur- Praktik tersebut diakibatkan oleh aplikasi
an atau pedoman yang mengatur lebih rinci SAIBA yang belum memadai dan tidak dapat
mengenai hal lain yang perlu diungkapkan dalam mengakomodir pencatatan transaksi pada saat
CaLK. diterimanya hak atau timbulnya kewajiban. Selain
itu, BPK juga menyatakan bahwa Menteri
Aset Tak Berwujud Keuangan belum membuat aturan yang jelas
mengenai dokumen sumber pendukung sebagai
Permasalahan pada akun Aset Tak Berwujud dasar pencatatan jurnal penyesuaian. PMK 219
juga terjadi pada tahap pengakuan. Sebagaimana Tahun 2013 tidak mengatur secara rinci dokumen
yang terjadi pada akun Aset Tetap, keterlambatan sumber yang digunakan.
22 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 19, NO. 1, MEI 2017: 13-23