PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2018
i
LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,
hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario D
Blok VI 2018.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan laporan ini, penulis sangat mengharapkan
masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun ke arah perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini.Cukup banyak kesulitan yang penulis temui dalam penulisan laporan ini, tetapi
penulis menyeselesaikannya dengan cukup baik. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Dwi Handayani, M.Kessebagai dosen pembimbing di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya dan sebagai tutor pada kelompok A5;
2. Seluruh mahasiswa kelas Alpha 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijiaya.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK .............................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iiiii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iiv
SKENARIO D 2018 ................................................................................................................. 1
I. Klarifikasi Istilah ................................................................ Error! Bookmark not defined.
II. Identifikasi Masalah ......................................................................................................... 4
III. Analisis Masalah ............................................................................................................... 5
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan ................................................................................... 41
V. Sintesis Masalah.............................................................................................................. 42
VI. Kerangka Konsep ........................................................................................................... 47
VII. Kesimpulan...................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 49
iv
SKENARIO D 2018
Saat diperiksa bidan, BB 50 kg, tanda vital : frekuensi nadi 110x/ menit (lemah) dan
tekanan darah 100/60 mmHg. Kemudian lukanya dibaluttekan dengan kasa, akan tetapi darah
masih merembes keluar. Mangcek langsung dikirim ke rumah sakit terdekat yang berjarak 1
jam.
Sampai di UGD rumah sakit, Mangcek sudah tidak sadar dan terlihat sesak napas. Hasil
pemeriksaan dokter.
Primary Survey :
Airway : baik, tidak ada sumbatan jalan nafas
Breathing : RR : 32x/ menit, cepat dan dalam, Saturasi O2 (pulse
oxymetri) 92%
Circulation : Pulse rate : 130x/ menit, isi dan tegangan kurang, TD 80/60
mmHg, kulitnya pucat dan dingin, Capillary refill time (CRT)
> 3 detik
Disability : GCS 11 (Eye : 3, Movement : 5, Verbal : 3)
Dokter menyatakan bahwa Mangcek telah mengalami syok hipovolemik disertai tanda-
tanda asidosis.
1
I. Klarifikasi Istilah
4. Pulse rate : jumlah denyut pada arteri perifer tiap satuan waktu.
(Dorland)
5. Capillary refill time (CRT) : a rapid clinical test for assessing blood flow through
peripheral tissues.
(Segen’s Medical dictionary)
7. Syok hipovolemik : syok akibat volume darah yang tidak adekuat, karena
2
pendarahan, kehilangan cairan karena sebab-sebab lain,
atau vasodilatasi yang sedemikian luasnya sehingga
volume darah yang normal sekalipun tidak mampu
mempertahankan perfusi jaringan; gejalanya sama
seperti pada syok kardiogenik.
(Dorland)
3
II. Identifikasi Masalah
Masalah Konsen Alasan
1. Mangcek, 30 tahun, korban suatu perkelahian VVV
dengan senjata tajam, mengalami perdarahan di
pergelangan tangan kanannya. Darah memancar
deras yang kemudian ditutup menggunakan baju
yang dipakainya. Lukanya dibalut dengan kassa,
akan tetapi darah masih merembes keluar.
2. Mangcek berteriak kesakitan karena sangat nyeri V
pada tangannya lalu terlihat cemas dan berkeringat
dingin.
3. Saat diperiksa bidan, BB 50 kg, tanda vital; VV
frekuensi nadi 110x/ menit (lemah) dan tekanan
darah 100/60 mmHg.
Primary survey di rumah sakit.
Airway : baik, tidak ada sumbatan jalan nafas.
Breathing : RR: 32x/ menit, cepat dan dalam,
saturasi O2 (pulse oxymetri) 92%
Circulation: pulse rate: 130x/ menit, isi dan
tegangan kurang, TD 80/60 mmHg kulitnya pucat
dan dingin, Capillary refill time >3 detik
Disability : GCS 11 (Eye:3, movement: 5, Verbal:
3)
4
III. Analisis Masalah
1. Mangcek, 30 tahun, korban suatu perkelahian dengan senjata tajam, mengalami
perdarahan di pergelangan tangan kanannya. Darah memancar deras yang
kemudian ditutup menggunakan baju yang dipakainya. Lukanya dibalut dengan
kassa, akan tetapi darah masih merembes keluar.
a. Bagaimana anatomi pergelangan tangan?
5
SENDI
6
OTOT
Fleksi pergelangan tangan terjadi karna dua otot carpal yang terletak di
permukaan radial dan ulnar. Dua otot radialis dan satu ulnaris
menyebabkan ekstensi pergelangan tangan. Supinasi dan pronasi
diahsilkan oleh kontraksi otot di lengan bawah.
Jempol digerakan oleh tiga otot yang membentuk eminensia tenar dan
menyebabkan fleksi, abduksi, dan oposisi. Otot otot ini ekstensi berada di
pangkal jempol sepanjang batas radial. Gerakan jari jari tangan bergantung
pada kerja tendon, fleksor dan ekstensor otot otot di lengan bawah dan
pergelangan tangan. Otot otot intrinsik tangan yang melekatkan ulang
metakrapal berperan dalam fleksi (lumbriklis), abduksi (interoseus
dorsalis), dan adduksi (interoseus palmaris) jari jari tangan.
STRUKTUR TAMBAHAN
7
Saraf-saraf lengan atas dan bawah
1. N. radialis
Mensarafi otot-otot posterior (ekstensor) lengan atas N. radialis
memasuki lengan atas di sebelah posterior a. brachialis, medial
terhadap humerus dan anterior terhadap caput longum m. triceps. N.
radialis melintas ke inferior bersama a. profunda brachii dalam sulcus
radialis → menembus septum intermuscularis lateral → ke distal
diantara m. brachialis dan m. brachioradialis setinggi epicondylus
lateral humeri → terbagi dua menjadi ramus profundus (bersifat
muscular dan artikular) dan ramus superfisial (mengantar serabut
sensoris ke tangan dan jari tangan).
2. N. medianus
Merupakan saraf utama kompartemen anterior. Saraf ini meninggalkan
fossa cubiti → melintas antara caput m.pronator teres → melintas
disebelah dalam m. fleksor digitorum superfisial dan berlanjut ke
distal antara m. fleksor digitorum superfisial dan m. fleksor digitorum
profunda.
3. N. musculocutaneus
8
Mensarafi otot-otot kompartemen anterior (fleksor) lengan atas. Saraf
ini menembus m. coraco brachialis dan melintas ke distal antara m.
biceps dan m. brachialis.Di dalam sela antara m. biceps dan m.
brachialis, n. musculo cutaneous bercabang menjadi n. cutaneous
antebrachii lateralis dan mengurus persarafan kulit lateral lengan
bawah.
4. N. ulnaris
Memasuki lengan bawah melintas antara caput m. fleksor carpi
nulnaris → kedistal diantara m. fleksor carpi ulnaris dan m. fleksor
digitorum profundus. N. ulnaris menjadi superfisial di pergelangan
tangan dan mensarafi kulit pada sisi medial lengan.
9
Aksila
Aksila berisi a. axilaris dan cabang-cabangnya yang mendarahi ekstremitas
superior, vena aksilaris dan cabang-cabangnya yang mengalirkan darah
dari ekstremitas superior dan pembuluh limfe serta kelenjar limfe yang
mengalirkan cairan limfe dari ekstrremitas superior dan mamma serta dari
kulit tubuh sampai setinggi umbilicus. Di aksila terdapat pleksus brachialis
yang mensarafi ekstremitas superior. A. axilaris mulai dari pinggir lateral
costa I sebagai lanjutan dari a. subclavia dan berakhir pada pinggir bawah
m. teres mayor → a. aksilaris → a. brachialis.
M. pectoralis minor menyilang di depan a. axilaris dan membagi a. axilaris
menjadi 3 bagian :
1. Terletak mulai dari pinggir lateral costa I sampai pinggir atas m.
pectoralis minor.
2. Terletak di belakang m. pectoralis minor
3. Terletak mulai dari pinggir bawah m. pectoralis minor sampai pinggir
bawah m. teres mayor.
Arteri brachialis
Arteri utama untuk lengan atas, lanjutan dari arteri axilaris, berawal dari
tepi caudal m. teres mayor dan berakhir didalam fossa cubiti tepat didepan
ulna. Dibawah aponeurosis m. biceps brachii, arteri brachialis bercabang 2
menjadi arteri radialis dan arteri ulnaris. Sepanjang lintasannya di lengan
atas arteri brachialis melepaskan banyak cabang muskular dan sebuah
arteri nutriens untuk humerus.
Cabang utama a. brachialis adalah a. profunda brachii, a. collateralis
ulnaris superior dan a. collateralis ulnaris inferior. Kedua arteri terakhir
ikut membentuk anastomosis arterial sekeliling daerah siku.
Vena aksilaris
Dibentuk pada pinggir bawah m. teres mayor sebagai gabungan dari vena
comitantes a. brachialis dan vena basilica. Vena aksilaris berjalan ke atas
pada sisi medial a. aksilaris dan berakhir pada pinggir lateral costa I
kemudian melanjutkan diri sebagai vena subclavia. Vena aksilaris
11
menampung darah dari vena brachialis yang mengikuti a. brachialis (vena
comitans).
Vena-vena superficial
Vena superfisial utama : Vena basilica dan vena cephalica yang berasal
dari arcus venosus dorsalis manus.
a. Vena cephalica melintas ke proksimal pada fascia superfisial,
mengikuti tepi lateral pergelangan tangan dan permukaan anterolateral
lengan atas dan lengan bawah. Di sebelah proksimal vena cephalica
melintas antara m. deltoideus dan m. pectoralis mayor dan memasuki
trigonum deltopectoral, bergabung dengan vena aksilaris.
b. Vena basilica melintas pada fascia superficialis dan melintas ke dalam
dan ke proksimal sampai di fossa cubiti untuk bergabung dengan vena
brachialis, membentuk vena aksilaris.
c. Vena mediana cubiti merupakan penghubung antara vena basilica dan
vena cephalica di depan daerah fossa cubiti
Vena-vena superfisial berhubungan dengan vena-vena profunda melalui
vena perforans.
12
Arteri
1. Arteriol
Tunika intima
a. selapis endotel.
b. jaringan sub-endotel tipis, kadang tidak ada.
c. sabut elastis belum berupa membrana elastika.
Tunika media
a. 2-5 lapis otot polos.
2. Arteri kecil
Tunika intima
a. selapis endotel.
b. jaringan sub-endotel tidak jelas.
c. membrana elastika interna jelas.
Tunika media
a. 6-40 lapis otot polos.
Tunika adventitia
a. membrana elastika eksterna belum tampak.
b. terdiri atas jaringan ikat kendor yang mengandung sabut-sabut
elastis yang teranyam kendor.
3. Arteri sedang
Tunika intima
a. selapis endotel.
b. membrana elastika interna jelas.
Tunika media
13
a. lapisan otot polos sangat tebal à arteri muscular.
Tunika adventitia
a. jaringan ikat kendor.
b. membrana elastika eksterna +.
4. Arteri besar
Tunika intima
a. Endotel: Terdiri atas epitel selapis pipih.
b. Subendotel: Terdiri atas jaringan fibro elastis.
c. Anyaman sabut elastis (+): Bila lapisannya tebal.
d. Merupakan bentukan berkelok-kelok seperti cacing yang terdiri
atas kumpulan.
e. sabut-sabut elastis.
Tunika media
a. otot polos 40-60 lapis berselang-seling dengan fenestrated
membran.
Tunika adventitia
a. vasa & nervi vasorum ada.
Vena
1. Venule
Tunika intima
a. Selapis endotel.
Tunika media
c. Tipis, 1-3 lapis otot polos.
Tunika adventitia
a. Relatif tebal.
14
Tergantung arteri pasangan.
3. Vena besar
Tunika intima
a. Selapis endotel.
b. Jaringan subendotel agak tebal, kadang sabut otot polos membujur.
Tunika media
a. Tipis, kadang tidak ada.
Tunika adventitia
a. Paling tebal, otot polos membujur.
b. Membrana elastika eksterna tidak ada.
Saat terjadi luka karena benda tajam, sistem peredaran darah (sistem
sirkulasi) yang bertanggung jawab mengedarkan (mengalirkan) darah ke
seluruh tubuh manusia. Adapun 3 komponen utama dalam sistem ini
adalah jantung, pembuluh darah, dan darah, yang ketiganya harus
berfungsi dengan baik agar tidak terjadi gangguan dalam tubuh.
Perdarahan akibat benda tajam tidak berhenti-henti terjadi karena
gangguan pada perfusi, yaitu sirkulasi yang adekuat ke seluruh tubuh,
memasok sel dan jaringan dengan oksigen dan bahan nutrisi, serta
mengangkut kembali zat karbon dioksida dan sisa pembakaran tubuh.
Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ
tubuh oleh satu atau beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan
mengalami keadaan berbahaya, yaitu akan berkurangnya pasokan darah,
oksigen, dan nutrisi sehingga zat sampah (karbon dioksida dan sisa
pembakaran) akan bertumpuk. Keadaan ini dikenal dengan istilah
hipoperfusi atau syok.
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit
sehingga darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut
dikenal dengan nama perdarahan luar (terbuka).
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan
luar ini dibagi menjadi tiga bagian:
15
1. Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar
menyembur sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah
terang karena kaya dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk
dihentikan.
2. Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap,
walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan
vena ini mudah dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga
berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar masuk
kotoran atau udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui
luka yang terbuka.
3. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah
yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler
adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan.
Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah
yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri
atau bisa juga gelap seperti darah vena.
Dalam kasus Mangcek, terjadi perdarahan di arteri darah yang
keluar menyembur dan sulit dihentikan.
16
bekuan. Sampai pada akhirnya jaringan yang baru akan terbentuk untuk
menggantikan pembekuan darah ini.
2. Mangcek berteriak kesakitan karena sangat nyeri pada tangannya lalu terlihat
cemas dan berkeringat dingin.
17
b. Bagaimana mekanisme terjadinya cemas dan keringat dingin?
Rangsangan (trauma syok hemoregik atau syok hipovolemik) → tekanan
darah rendah → terdeteksi oleh baroreseptor arteri (sinus karotikus dan
arkus aorta) → muncul rangsangan saraf simpatis → sekresi (katekolamin)
epinefrin dan nor-epinefrin → vasokontriksi di pembulu darah → cemas
dan keringat dingin.
3. Pada saat diperiksa bidan, BB 50 kg, tanda vital; frekuensi nadi 110x/ menit
(lemah) dan tekanan darah 100/60 mmHg. Primary survey di rumah sakit.
Airway : baik, tidak ada sumbatan jalan nafas.
Breathing : RR: 32x/ menit, cepat dan dalam, saturasi O2 (pulse oxymetri)
92%
Circulation : pulse rate: 130x/ menit, isi dan tegangan kurang, TD 80/60
mmHg kulitnya pucat dan dingin, Capillary refill time >3 detik
Disability : GCS 11 (Eye:3, movement: 5, Verbal: 3)
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan saat di bidan?
18
TD 120/80 mmHg TD 80/60 mmHg
19
Tidak tepat 3= terdengar jelas, tidak ada kalimat yang
lengkap
Bingung 4= berkomunikasi tetapi kacau dan
bingung
Terorientasi 5= berkomunikasi dan berorientasi baik
20
karena tekanan di sistem vena sangat rendah, dinding vena sangat tipis.
Meskipun demikian, dindingnya mempunyai otot yang cukup untuk dapat
berkontraksi atau melebar, dan dengan demikian dapat berperan sebagai
penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan, baik dalam jumlah kecil
atau besar, bergantung pada kebutuhan sirkulasi.
21
Aliran darah ini disebut "aliran pintas", yang berarti darah yang memintas
daerah pertukaran gas. Pada waktu meninggalkan paru, Po2 darah pintas
hampir sama dengan darah vena sistemik normal, kira-kira 40 mm Hg.
Ketika darah ini bercampur dalam darah vena paru dengan darah yang
teroksigenasi dari kapiler alveolus; campuran darah ini disebut campuran
darah vena, dan menyebabkan Po2 darah yang masuk ke jantung kiri dan
dipompa ke dalam aorta, menjadi turun sampai sekitar 95 mm Hg.
Perubahan Po2 darah ini pada tempat yang berbeda dalam sistem sirkulasi
dilukiskan pada gambar di bawah.
22
darah yang meninggalkan kapiler jaringan dan memasuki vena sistemik
juga kira-kira 40 mm Hg.
23
keadaan istirahat yang normal, rata-rata 4 ml karbon dioksida diangkut
dari jaringan ke paru dalam setiap 100 ml darah.
24
Disosiasi Asam Karbonat menjadi Bikarbonat dan lon Hidrogen.
Dalam waktu sepersekian detik selanjutnya, asam karbonat yang
dibentuk dalam sel darah merah (H2CO3) terurai menjadi ion hidrogen dan
ion bikarbonat (H+ dan HCO3-) Kemudian sebagian besar ion bersatu
dengan hemoglobin dalam sel darah merah sebab protein hemoglobin
merupakan dapar asam-basa yang kuat. Lalu, banyak ion HCO3- yang
berdifusi dari sel darah merah ke dalam plasma sementara ion klorida
berdifusi ke dalam sel darah merah untuk menggantikannya. Hal ini dapat
terjadi karena adanya protein pembawa bikarbonatklorida yang khusus
dalam membran sel darah merah yang menggerakkan kedua ion ini bolak-
balik dengan cepat dalam arah yang berlawanan. Dengan demikian, kadar
klorida sel darah merah vena lebih besar daripada sel darah merah di arteri,
fenomena ini disebut pergeseran klorida. Di bawah pengaruh anhidrase
karbonat, gabungan karbon dioksida dengan air dalam sel darah merah
yang bersifat reversibel, meliputi sekitar 70 persen dari seluruh karbon
dioksida yang diangkut dari jaringan ke paru. Dengan demikian, ini berarti
bahwa pengangkutan karbon dioksida merupakan pengangkutan yang
paling penting. Bila suatu inhibitor anhidrase karbonat (asetazolamid)
diberikan pada seekor binatang untuk menghambat kerja anhidrase
karbonat dalam sel darah merah, pengangkutan karbon dioksida dari
jaringan menjadi sangat sedikit sehingga Pco2 jaringan dapat meningkat
mencapai 80 mm Hg, dibandingkan dengan keadaan normalnya sebesar 45
mm Hg.
25
dioksida sebab jumlah protein ini dalam darah hanya seperempat dari
jumlah hemoglobin Jumlah karbon dioksida yang dapat dibawa dari
jaringan ke paru dalam bentuk gabungan karbamino dengan hemoglobin
dan protein plasma adalah sekitar 30 persen dari jumlah total yang
diangkut-normalnya; kira-kira 1,5 ml karbon dioksida dalam setiap 100 ml
darah. Tetapi, karena reaksi ini jauh lebih lambat daripada reaksi karbon
dioksida dengan air di dalam sel darah merah, masih diragukan apakah
pada kondisi normal mekanisme karbamino ini dapat mengangkut lebih
dari 20 persen dari jumlah total karbon dioksida.
26
Penurunan Po2 arteri meningkatkan ventilasi hanya sebagai mekanisme
darurat Po2 arteri dipantau oleh kemoreseptor perifer yang dikenal sebagai
badan karotis dan badan aorta, yang masing-masing terletak di
percabangan arteri karotis komunis (yang mendarahi otak) di sisi kanan
dan kiri dan di arkus aorta. Kemoreseptor ini berespons terhadap
perubahan spesifik kandungan kimiawi darah arteri yang membasahi
mereka. Kemoreseptor ini berbeda dari baroreseptor sinus karotis dan
arkus aorta yang terletak di daerah yang sama. Kedua reseptor ini lebih
memantau perubahan tekanan dari pada perubahan kimiawi serta penting
dalam mengatur tekanan darah arteri sistemik.
27
terhadap pertukaran gas. Pusat ini berespons dengan mengirim sinyal ke
neuron motorik yang mensarafi otot-otot pernapasan, untuk menyesuaikan
kecepatan dan kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan
tersebut. Dua sinyal yang paling jelas meningkatkan ventilasi adalah
penurunan Po2 atau peningkatan Pco2 arteri. Kedua faktor ini memang
memengaruhi kekuatan ventilasi, tetapi tidak dengan derajat yang sama
atau melalui jalur yang sama. Faktor kimiawi ketiga, H+, juga banyak
memengaruhi tingkat aktivitas pernapasan.
29
Masukan impuls yang menuju SSP yang berperan pada
mekanisme kesadaran pada prinsipnya ada dua macam, yaitu input
yang spesifik dan non-spesifik. Input spesifik merupakan impuls aferen
khas yang meliputi impuls protopatik, propioseptif dan panca-indera.
Penghantaran impuls ini dari titik reseptor pada tubuh melalui jaras
spinotalamik, lemniskus medialis, jaras genikulo-kalkarina dan
sebagainya menuju ke suatu titik di korteks perseptif primer. Impuls
aferen spesifik ini yang sampai di korteks akan menghasilkan
kesadaran yang sifatnya spesifik yaitu perasaan nyeri di kaki atau
tempat lainnya, penglihatan, penghiduan atau juga pendengaran
tertentu. Penerimaan informasi yang luas, baik sumbernya yang berasal
dari bagian sensoris yang melalui saraf tulang belakang dan dari
seluruh bagian sensoris di batang otak, di kirim melalui bagian tepi
dari formasio retikularis. Input yang berasal dari hidung (olfactory)
melalui sistem saraf hidung masuk kebagian otak depan. Struktur yang
berasal dari hipotalamus dan sistem limbic juga memberikan input ke
formasio retikularis, beberapa bagian dari fungsi viseral dan fungsi
saraf otonom, dan serebelum juga turut memberikan input ke bagian
medial formasio retikularis untuk diaturnya.
30
Sebagian impuls aferen spesifik ini melalui cabang kolateralnya
akan menjadi impuls non-spesifik karena penyalurannya melalui
lintasan aferen non-spesifik yang terdiri dari neuron-neuron di
substansia retikularis medulla spinalis dan batang otak menuju ke inti
intralaminaris thalamus (dan disebut neuron penggalak kewaspadaan)
berlangsung secara multisinaptik, unilateral dan lateral, serta
menggalakkan inti tersebut untuk memancarkan impuls yang
menggiatkan seluruh korteks secara difus dan bilateral yang dikenal
sebagai diffuse ascending reticular activating system. Neuron di
seluruh korteks serebri yang digalakkan oleh impuls aferen non-
spesifik tersebut dinamakan neuron pengemban kewaspadaan.
Formasio Retikularis mengirimkan impuls kebagian sensorik, motorik
dan bagian autonom dari sistem saraf di tulang belakang yang
menerima masukan dari bagian sensoris yang ada disana, keluar dari
masing-masing preganglion saraf autonom, dan keluar dari sistem saraf
motorik bagian tepi (LMN). Formasio Reticularis mengirimkan secara
luas hubungan dengan inti yang ada dibatang otak (seperti nucleus
31
memodulasi fungsi viseral. Proyeksi bagian Efferen formasio
retikularis ke hipotalamus, nukleus di septum dan area limbic di otak
depan membantu untuk memodulasi fungsi autonom bagian visceral,
pengeluaran sistem saraf endokrin dan bertanggungjawab pada emosi
dan perilaku. Proyeksi Bagian efferent formasio reticularis ke
serebelum bersama dengan ganglia basalis untuk memodulasi sistem
motorik bagian atas (UMN) dan sistem motorik bagian bawah (LMN).
Lintasan aferen non-spesifik ini menghantarkan setiap impuls dari titik
manapun pada tubuh ke titik-titik pada seluruh sisi korteks serebri. Jadi
pada kenyataannya, pusat-pusat bagian bawah otaklah yaitu substansia
retikularis yang mengandung lintasan non-spesifik difus, yang
menimbulkan “kesadaran” dalam korteks serebri.
Derajat kesadaran itu sendiri ditentukan oleh banyak neuron
penggerak atau neuron pengemban kewaspadaan yang aktif. Unsur
fungsional utama neuron-neuron ialah kemampuan untuk dapat
digalakkan sehingga menimbulkan potensial aksi. Selain itu juga
didukung oleh proses-proses yang memelihara kehidupan neuron-
neuron serta unsur-unsur selular otak melalui proses biokimiawi,
karena derajat kesadaran bergantung pada jumlah neuron-neuron
tersebut yang aktif. Adanya gangguan baik pada neuron-neuron
pengemban kewaspadaan ataupun penggerak kewaspadaan akan
menimbulkan gangguan kesadaran.
4. Mangcek dibawa ke rumah sakit, 1 jam kemudian ia sudah tidak sadar dan
terlihat sesak napas.
a. Bagaimana hubungan waktu dengan penurunan kesadaran?
Semakin lama waktu berjalan maka volume darah yang keluar semakin
banyak. Pada kasus ini Mangcek semakin kehilangan banyak darah,
menyebabkan aliran darah menuju otak semakin sedikit dan fungsi
reticular activating system semakin menurun. Oleh karena itu semakin
lama kesadaran akan semakin menurun, disebabkan semakin banyak darah
yang hilang.
32
b. Bagaimana mekanisme penurunan kesadaran?
Patofisiologi menerangkan terjadinya kesadaran menurun sebagai akibat
dari berbagai macam gangguan atau penyakit yang masing-masing pada
akhirnya mengacaukan fungsi reticular activating system secara langsung
maupun tidak langsung. Dalam kasus ini, penurunan aliran darah ke otak
mengakibatkan hipoksia sehingga terjadi gangguan metabolism sel otak.
Gangguan ini akhirnya mengacaukan fungsi reticular activating system,
sehingga beberapa neuron penggerak atau neuron pengemban
kewaspadaan menjadi tidak aktif dan menyebabkan penurunan kesadaran.
33
Sumber OH-ekstraselular berasal dari disosiasi air menjadi H+ dan OH-
H+ ekstraselular bergabung dengan laktat yang meninggalkan sel
membentuk asam laktat, sementara OH- mengikat H + yang dihasilkan
selama hidrolisa ATP menjadi air ( H2O). Sehingga transport laktat selular
membantu peningkatan sedang H+ di sitosol sebagai hasil hidrolisis ATP
anaerob.
Sementara peningkatan glikolisis membantu mengimbangi kurang
ATP dari fosforilasi oksidatif, ia tidak dapat mengikat kation hidrogen
yang dihasilkan dari hidrolisis ATP. Oleh karena itu, konsentrasi kation
hidrogen meningkat dan menyebabkan asidosis.
Gejala Neurologi
Gejala Kardiovaskular
Gejala Pulmonal
Pasien dengan asidosis metabolik akut menunjukkan takipnea dan
hiperpnea (pernapasan kussmaul) sebagai tanda-tanda fisik yang menonjol.
Hiperventilasi, tanpa adanya penyakit paruparu yang jelas, dokter harus
waspada untuk kemungkinan adanya asidosis metabolik yang mendasari.
Gejala Gastrointestinal
Mual, muntah, sakit perut, dan diare (terutama dalam ketoasidosis
diabetik dan uremik asidosis).
35
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
a. Kulit pucat, dingin dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b. Takikardi, peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis pentin untuk hipovolemik. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosilkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
c. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darahsistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah factor
esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran
darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di
bawah 70 mmHg.
d. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik.
36
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas
myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon ini
timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus
vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus
karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. Sistem
kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke otak,
jantung, dan ginjal dan membawa darah dari kulit, otot, dan traktus GI.
Sistem renal (ginjal) merespon dengan stimulasi meningkatkan
pelepasan renin dari apparatus juxtaglomerular. Dari pelepasan renin
kemudian diproses kemudian terjadi pembentukan angiotensin II yang
memiliki 2 efek utama yaitu, yang vasontriksi arteriol otot polos, dan
menstimulasi sekresi aldosterone dan korteks adrenal. Aldosterone
bertanggung jawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan
meningkatkan sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior
yang merespon pada penurunan tekanan darah dan penurunan pada
konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air dan
garam (NaCl) pada tubulus distal, duktis kolektivus, dan lengkung henle.
Berdasarkan perjalanan klinis syok seiring dengan jumlah kehilangan
darah terlihat bahwa penurunan capillary refill time (CRT), tekanan nadi
dan produksi urin lebih dulu terjadi dari pada penurunan tekanan darah
sistolik. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang seksama sangat penting
dilakukan. Pemeriksaan yang hanya berdasarkan perubahan tekanan darah
sitolik dan frekuensi nadi dapat meyebabkan kesalahan atau keterlambatan
diagnosoa dan penatalaksanaan (neglected cases).
Tekanan nadi (mean arterial pressure: MAP) merupakan merupakan
tekanan efektif rata-rata pada aliran darah dalam arteri. Secara matematis
tekanan ini dipadapatkan dari penjumlahan tekanan sistolik dengan dua
kali tekanan diastolik. Penurunan tekanan darah sistolik lebih lambat
terjadi karena adanya mekanisme kompensasi tubuh terhadap terjadinya
hipovolemia. Pada awal-awal terjadinya kehilangan darah, terjadi respon
sistem saraf simpatis yang mengakibatkan peningkatan kontraktilitas dan
37
frekuensi jantung. Dengan demikian pada tahap awal tekanan darah
sistolik dapat dipertahankan. Namun kompensasi yang terjadi tidak banyak
pada pembuluh perifer sehingga telah terjadi penurunan diastolik sehingga
secara bermakna akan terjadi penurunan tekanan nadi rata-rata.
Berdasarkan kemampuan respon tubuh terhadap kehilangan volume
sirkulasi tersebut maka secara klinis tahap syok hipovolemik dapat
dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu tahapan kompensasi, tahapan
dekompensasi dan tahapan irreversibel. Pada tahapan kompensasi,
mekanisme autoregulasi tubuh masih dapat mempertahankan fungsi
srikulasi dengan meningkatkan respon simpatis. Pada tahapan
dekompensasi, tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya
dengan baik untuk seluruh organ dan sistim organ. Pada tahapan ini
melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya memberikan perfusi ke
jaringan organ-organ vital terutama otak dan terjadi penurunan aliran
darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-ujung jari lengan dan tungkai mulai
pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila
kehilangan darah terus berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan organ
yang menetap dan tidak dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling nyata
adalah terjadinya kerusakan sistim filtrasi ginjal.
38
membantu memperkecil penurunan awal konsentrasi HCO3– ekstrasel,
serta meningkatakan ekskresi ion H+ untuk mengurangi kadar ion H+ di
CES.
40
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
No. Learning Issue What I Know What I Don’t What I Have to How I Learn
Know Prove
1. Anatomi & - Anatomi - Histologi
histologi pergelangan pergelangan
pergelangan tangan tangan
tangan
2. Fisiologi - vaskularisasi - Mekanisme - Hubungan
kardiovaskular perdarahan perdarahan
dengan
kehilangan
kesadaran
3. Fisiologi - Fungsi - Mekanisme
respirasi respirasi respirasi - Text Book
4. Metabolisme sel - Proses - Jurnal
metabolism
- Artikel
sel
5. Syok - Definisi - Patofisiologi - Hubungan syok - Internet
hipovolemik - Etiologi hipovolemik
- Tanda dan dengan asidosis
gejala
6. Fisiologi - Mekanisme
pengaturan pengaturan
kesadaran kesadaran
normal
- Pusat
pengaturan
kesadaran
41
V. Sintesis Masalah
42
perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam
pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
3. Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang
keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh
darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan,
biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah
terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.
43
2. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri → individu
mulai menyadari nyeri.
3. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine dan gamma aminobutyric acid → menghalangi /menghambat
transmisi nyeri dan membantu menimbulkan keadaan analgesik, dan berefek
menghilangkan nyeri.
Secara klinis, tahap syok hipovolemik dapat dibedakan menjadi tiga tahapan
yaitu tahapan kompensasi, tahapan dekompensasi dan tahapan irreversibel. Pada
tahapan kompensasi, mekanisme autoregulasi tubuh masih dapat mempertahankan
fungsi srikulasi dengan meningkatkan respon simpatis. Pada tahapan dekompensasi,
tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsinya dengan baik untuk seluruh organ
dan sistim organ. Pada tahapan ini melalui mekanisme autoregulasi tubuh berupaya
memberikan perfusi ke jaringan organ-organ vital terutama otak dan terjadi penurunan
aliran darah ke ekstremitas. Akibatnya ujung-ujung jari lengan dan tungkai mulai
pucat dan terasa dingin. Selanjutnya pada tahapan ireversibel terjadi bila kehilangan
darah terus berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan organ yang menetap dan tidak
dapat diperbaiki. Kedaan klinis yang paling nyata adalah terjadinya kerusakan sistim
filtrasi ginjal. Tapi pada kasus Mangcek, syok hipovolemiknya masih pada tahapan
dekompensasi.
1. Kulit pucat, dingin dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takikardi, peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis pentin untuk hipovolemik. Peningkatan kecepatan aliran darah ke
44
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah
ke mikrosilkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darahsistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah factor esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Mangcek juga merasa cemas dan berkeringat dingin akibat dari syok
hipovolemik yang dialaminya. Karena syok, tekanan darahnya menurun. Kemudian
terdeteksi oleh beroreseptor arteri (sinus karotikus dan arkus aorta) yang akan
menimbulkan rangsangan saraf simpatis, sehingga terjadi sekresi epinefrin dan nor-
epinefrin. Kemudian pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi, sehingga
timbullah respon cemas dan keringat dingin.
Jika terjadi hipovolemik (penurunan volume darah) maka suplai oksigen juga
tidak memadai (hipoksia). Kekurangan oksigen ini akan mengakibatkan terjadinya
metabolisme anaerob, dimana asam piruvat diubah menjadi laktat. Jika laktat dalam
sel telah terakumulasi, maka laktat akan meninggalkan sel menuju ke aliran darah dan
berikatan dengan H+ membentuk asam laktat. Sementara itu, karena tidak terjadi
fosforilasi oksidatif, maka H+ yang dihasilkan dari hidrolisis ATP tidak dapat diikat. .
Oleh karena itu, konsentrasi kation hidrogen meningkat dan menyebabkan asidosis.
Gejala asidosis antara lain:
Gejala Neurologi
Gejala Kardiovaskular
Asidemia berat (yaitu, pH < 7.10) dapat mempengaruhi pasien untuk terjadinya
aritmia ventrikel yang fatal, dan dapat mengurangi kontraktilitas jantung dan respon
inotropic katekolamin, megakibatkan hipotensi dan gagal jantung kongesif.
45
Gejala Pulmonal
Pasien dengan asidosis metabolik akut menunjukkan takipnea dan hiperpnea
(pernapasan kussmaul) sebagai tanda-tanda fisik yang menonjol. Hiperventilasi, tanpa
adanya penyakit paruparu yang jelas, dokter harus waspada untuk kemungkinan
adanya asidosis metabolik yang mendasari.
Gejala Gastrointestinal
Mual, muntah, sakit perut, dan diare (terutama dalam ketoasidosis diabetik dan
uremik asidosis).
46
VI. Kerangka Konsep
Rupture arteri
Diskontinuitas
jaringan
Rangsangan saraf
simpatis
cemas
47
VII. Kesimpulan
48
DAFTAR PUSTAKA
Harrison. (n.d.). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (10th ed.). Jakarta: EGC.
Paulsen, F., & Waschke, J. (2012). Sobotta: atlas anatomi manusia. Jakarta: EGC.
R. David., David Wayne. dan John Bradley. 2007. Kedokteran klinis edisi 6.
Penerjemah bahasa : Annisa Rahmalia. Erlangga
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC
Thibodeau GA, Patton KT: Anatomy and physiologi, ed 5, St Louis, 2003, Mosby.
49