Anda di halaman 1dari 25

METAMORFOSIS, BATUAN METAMORF,

DAN BATUAN HIDROTERMAL


MAKALAH

(DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS GEOLOGI DAN LINGKUNGAN)

DOSEN PENGAJAR

Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc

Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, M.Si

OLEH:

1. AFNI ZULAIKA PRATIWI 1610115120002


2. SITI NUR HALIZA 1610115320025

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

2017

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Metamorfosis, Batuan Metamorf, Dan Batuan Hidrotermal”. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Geologi dan Lingkungan.
Makalah ini di tulis berdasarkan sebagai sumber yang berkaitan dengan materi
Geologi dan Lingkungan, serta informasi dari berbagai media yang berhubungan.
Tak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada pengajar mata kuliah atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah
ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai metamorfosis
dari batuan metamorf dan batuan hidrotermal.

Banjarmasin, 14 Februari 2017

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Judul .......................................................................................................................... i

Kata pengantar ..........…………… ……………....................................................... ii

Daftar Isi …..........…....….……………………...............................................……. iii

BAB I: PENDAHULUAN …...…………………....…............................................ 1

1.1 Latar Belakang ….....................…………….…………………………... 1


1.2 Tujuan ……………………………………...........................................… 1
1.3 Pembatasan Masalah ………………....................................……………. 2
1.4 Metode Pengumpulan Data ………….......……................................…… 2
1.5 Sistematika ……………………………...…........................................…. 3
BAB II: PEMBAHASAN ………………………........................…………………… 4

2.1 Batuan Metamorf ………................……….................................……… 4

2.2 Proses Pembentukan Batuan Metamorf ................................................. 5


2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Batuan

Metamorf ................................................................................................ 7

2.4 Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf .................................................. 8

2.5 Mineral yang terdapat pada batuan metamorf ........................................ 16

2.6 Batuan Hidrologi dan Mineral ................................................................ 16

BAB II: PENUTUP ……………………………...............................……………….. 18

3.1 Kesimpulan …………………………………….......................…………. 18

3.2 Saran …………………………….............................................………….. 19

Daftar Pustaka……………………………..............................……………………….. 20

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran batu-batu alam yang ada di sekitar kita memang mempunyai manfaat
bagi kehidupan manusia sendiri. Tanpa kita sadari kita membutuhkan kehadiran batu-
batu tersebut. Kehadiran batu- batu tersebut bisa digunakan untuk membuat bahan
bangunan yang pada nantinya akan sangat berguna bagi kita, ada pula yang digunakan
langsung sebagai material bangunan, dan ada pula yang sekedar menggunakannya
untuk menampakkan keindahan. Pada zaman dahulu malah justru banyak sekali
manusia memanfaatkan kebedaraan batu, bahkan pada zaman dahulu dikenal sebagai
zaman batu. karena batu ini saking bermanfaatnya bagi manusia.
Batuan banyak sekali jenisnya. Salah satu jenis dari batuan adalah batuan
Metamorf. Nama metamorf ini menjadi sebuah nama dari jenis batuan melengkapi
batuan beku dan batuan sedimen. Batuan metamorf ini sering disebut juga sebagai
batuan malihan. Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan sekelompok
batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang
sudah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut dengan metamorfosis
atau mengalami perubahan bentuk.
Batuan metamorf ini mempunyai kegunaan sangat penting bagi manuasia.
Melalui penelitian yang dilakukan pada batuan metamorf ini dapat diperoleh informasi
yang sangat penting mengenai suhu dan juga tekanan yang terjadi jauh di dalam
permukaan bumi. Namun saat ini batuan metamorf telah banyak yang tersingkap di
permukaan bumi dikarenakan adanya erosi tanah dan juga pengangkatan.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini agar pembaca dapat apa saja yang berhubungan
dengan batuan metamorf.

1
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada:

1. Menjelaskan pengertian, struktur, dan tekstur dari batuan metamorf.


2. Menjelaskan metamorfosis dan faktor yang menyebabkan metamorfosis
dari batuan metamorf.
3. Kandungan Mineral yang terdapat pada batuan metamorf.
4. Menjelaskan batuan hidrotermal dan mineral

1.4. Metode Pengumpulan Data


Para penulis mendapatkan data tersebut dari beberapa situs internet dan dari
beberapa buku.

2
1.5. Sistematika
1. Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I: PENDAHULUAN
4.1 Latar belakang
4.2 Tujuan
4.3 Pembatasan masalah
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.5 Sistematika
5. BAB II: PEMBAHASAN
5.1 Batuan Metamorf
5.2 Proses Pembentukan Batuan Metamorf
5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Batuan Metamorf
5.4 Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf
5.5 Mineral yang terdapat pada batuan metamorf
5.6 Batuan Hidrologi dan Mineral
6. BAB III: PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
7. Daftra Pustaka

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Batuan Metamorf

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama
batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah
ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Batuan asal atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150
°Celsius) dan tekanan ekstrem (1500 bar), akan mengalami perubahan fisika dan/atau
kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan
metamorf lain yang lebih tua.

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya, ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur, dan
struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid state) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan, dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers & Blatt, 1982).

Batuan metamorf membentuk bagian yang cukup besar dari kerak bumi dan
diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain juga oleh susunan mineral dan susunan
kimianya (fasies metamorfik). Batuan jenis ini dapat terbentuk secara mudah akibat
berada dalam kedalaman tinggi, mengalami suhu tinggi dan tekanan besar dari lapisan
batuan di atasnya. Mereka dapat terbentuk dari proses tektonik seperti tabrakan benua,
yang menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan distorsi. Mereka juga terbentuk
ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari batuan cair dan panas yang disebut magma
dari interior bumi. Studi tentang batuan metamorf ( yang sekarang tersingkap di
permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan informasi tentang suhu
dan tekanan yang terjadi pada kedalaman yang besar dalam kerak bumi.

4
2.2 Proses Pembentukan Batuan Metamorf (Metamorfisme)
Batuan metamorf terbentuk dari batuan lainnya yang mengalami suhu tinggi,
umumnya disertai dengan tekanan keliling tinggi. Meskipun rekristalisasi berlangsung
dalam keadaan padat, air, yang biasanya hadir, membantu reaksi metamorf. Foliation
dalam batuan metamorf adalah karena diferensial stres (baik tegangan tekan atau geser).
Slate, phyllite, sekis, dan gneiss yang foliated batuan yang menunjukkan kelas kian
meningkat dari metamorfosis regional. Mereka dibedakan dari satu sama lain oleh jenis
foliation.
Dua jenis yang paling umum dari metamorfosis adalah metamorfosis kontak
dan metamorfosis regional. proses hidrotermal, di mana air panas memainkan utama
selama metamorphosis.

1. Metamorfosa Regional (Dinamothermal)

Metamorfosa regional yang juga dikenal dengan sebutan


dinamothermal merupakan proses metamorfosa yang terjadi di daerah yang
sangat luas. Adapun metamorfosa ini dibagi menjadi 3 macam, diantaranya:

 Metamorfosa Orogenik – Metamorfosa orogenik ini terjadi pada


daerah sabuk orogenik, di mana terjadi proses deformasi yang
menyebabkan rekristalisasi. Pada umumnya, batuan metamorf yang
dihasilkan dari metamorfosa ini mempunyai butiran mineral yang
terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar atau terbentang dari
ratusan hingga ribuan kilometer. Proses metamorfosa yang satu ini
biasanya memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu berkisar antara
puluhan juta tahun.
 Metamorfosa Burial – Metamorfosa burial ini terjadinya akibat adanya
kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang
mengalami sedimentasi intensif, di mana kemudian akan terlipat. Proses
yang terjadi pada metamorfosa ini ialah proses rekristalisasi dan reaksi
antara mineral dengan fluida.
 Metamorfosa Dasar Samudera (ocean floor) – Metamorfosa dasar
samudera yang dikenal dengan sebutan ocean floor ini terjadi akibat

5
adanya perubahan pada kerak samudera, tepatnya di sekitar punggungan
tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang
dihasilkan dari proses metamorfosa ini umumnya memiliki komposisi
basa dan ultrabasa. Selain itu, adanya pemanasan air laut juga
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dengan air
laut tersebut.

2. Metamorfosa Lokal

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi di


daerah yang sempit, yaitu diantara kisaran beberapa meter hingga kilometer
saja. Adapun metamorfosa ini dibagi menjadi 6 macam, diantaranya:

 Metamorfosa Kontak – Metamorfosa kontak ini terjadi pada batuan


yang mengalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku
intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh
panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta deformasi
akibat gerakan massa. Adapun zona metamorfosa kontak disebut juga
contact aureole. Proses yang terjadi pada zona ini umumnya ialah
rekristalisasi, reaksi kimia antara mineral, reaksi kimia antara mineral
dan fluida, serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang
dihasilkan pada proses metamorfosa kontak ini umumnya memiliki
butir-butir halus.
 Metamorfosa Kaustik/Thermal/Optalic (Pirometamorfosa)
– Metamorfosa kaustik ini sebenarnya merupakan jenis khusus dari
metamorfosa kontak yang menunjukkan suatu efek hasil temperatur
yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik. Adapun contohnya ialah pada xenolith atau pada
zone dike.
 Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
– Metamorfosa kataklastik ini terjadi pada daerah yang mengalami
deformasi intensif, seperti pada pahatan. Proses yang terjadi murni ini
disebabkan karena adanya gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan sranulasi batuan. Adapun batuan yang dihasilkan

6
pada metamorfosa kataklastik ini memiliki sifat non-foliasi, di mana
juga dikenal sebagai fault breccia, fault gauge ataupun milonit.
 Metamorfosa Hidrotermal (Metasotisme) – Metamorfosa
hidrotermal ini terjadi akibat adanya perlokasi fluida atau gas yang
panas pada jaringan antar butir atau pada retakan-retakan batuan.
Sedemikian sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan
kimia. Selain itu, perubahan juga dipengaruhi karena adanya
confining pressure.
 Metamorfosa Impact – Metamorfosa impact ini terjadi akibat
adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Adapun kisaran
waktunya hanya sekitar beberapa mikrodetik, di mana pada umumnya
ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Selain
itu, metamorfosa impact ini berkaitan erat dengan panas bumi
(geothermal).
 Metamorfosa Retrogade (Diaropteris) – Metamorfosa retrogade ini
terjadi akibat adanya penurunan temperatur. Sedemikian sehingga
kumpulan mineral metamorfosa tingkat tingginya berubah menjadi
kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah dari
sebelumnya.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karakteristik Batuan


Metamorf
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adadalah perubahan
temperature, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluidaatau gas. (Huang, 1962)
1. Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara
lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien
geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau
friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas
bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C + 500C yang
ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg - carpholite, Glaucophane,
Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas

7
terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C,
tergantung pada jenis batuan asalnya. (Bucher & Frey, 1994)
2. Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya.
Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan
yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu
kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar. (Bucher &
Frey, 1994)
3. Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak
berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta
bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.(Huang WT, 1962)

2.4 Struktur Dan Tekstur Batuan Metamorf


Seperti kita catat sebelumnya, jenis batuan metamorf yang terbentuk ditentukan
oleh lingkungan metamorf (terutama kombinasi tertentu tekanan, stres, dan suhu) dan
oleh kandungan kimia dari batuan induk. Banyak jenis batuan metamorf ada karena
banyak kemungkinan kombinasi dari faktor-faktor ini. Ini diklasifikasikan berdasarkan
kesamaan yang luas.

1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi
karena adanya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty),
orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau
kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970). Struktur foliasi yang ditemukan
adalah :
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang
sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

8
b. Phylitic

Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

9
c. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau


lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai
kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

d. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang


mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral
ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan
terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

10
2. Struktur Non Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari


butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:

a Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan


umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

b. Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan


umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi
akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

11
c. Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik.


Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan
goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral
primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

d. Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi


umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap
sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut
phyllonite (filonit).

 Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk


dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf.
Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan
blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya.
(Jacson, 1997).

12
1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan


metamorf dapat dibedakan menjadi:

a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada
batuan metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami
rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya
menggunakan akhiran blastik.

3. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan


menjadi:

1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata


2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

4. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan


menjadi:

1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal


itu sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan
kristal lain disekitarnya.

13
5. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk


euhedral.
2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal
berbentuk anhedral.

6. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat


dibedakan menjadi:

1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.


2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur)
dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya


diantaranya adlah sebagai berikut:

 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar


tersebut sering disebut porphyroblasts.
 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih
kecil.
 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat
padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang
terkena pemecahan (crhusing).
 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik
yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.

14
 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti
gula pasir.
 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering
disebut berstektur homeoblastik.

Berdasarkan komposisi kimianya batuan metamorf terbagi menjadi 5 kelompok,


yaitu:

Calcic Metamorphic Rock


adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur
Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih. Contoh: batusabak dan
Phyllite.

Quartz Feldsphatic Rock


adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa
dan feldspar. Contoh : Gneiss

Calcareous Metamorphic Rock


adalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh :
Marmer

Basic Metamorphic Rock


adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semibasa dan
menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan
kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.

Magnesia Metamorphic Rock


adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan Mg. Contoh :
serpentit, sekis.

15
2.5 Mineral yang terdapat pada Batuan Metamorf

Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan
tekanan tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal sebagai
mineral - mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit, dan beberapa
garnet.

Mineral lainnya, seperti olivin, piroksen, ampibol, mika, feldspar, dan kuarsa
dapat ditemukan dalam batuan metamorf, tetapi belum tentu merupakan hasil dari
proses metamorfisme. Mineral ini terbentuk selama kristalisasi batuan beku. Mereka
stabil pada suhu dan tekanan tinggi yang secara kimia tidak berubah ketika selama
terjadinya proses metamorfisme. Namun, semua mineral stabil hanya dalam batas-batas
tertentu, dan adanya beberapa mineral dalam batuan metamorf menunjukkan perkiraan
suhu dan tekanan di mana mereka terbentuk.

Perubahan ukuran partikel batuan selama proses metamorfisme disebut


rekristalisasi. Misalnya, kristal kalsit kecil pada batugamping berubah menjadi kristal
yang lebih besar di marmer pada batuan metamorf, atau dalam batupasir yang
termetamorfosis, rekristalisasi dari kuarsa asal butir-butir pasir menghasilkan kuarsit
yang sangat kompak, atau biasa disebut dengan metakuarsit, di mana kristal kuarsa
yang lebih besar biasanya saling bertautan. Baik suhu maupun tekanan yang tinggi
berkontribusi terhadap rekristalisasi. Temperatur yang tinggi memungkinkan atom dan
ion dalam kristal padat untuk bermigrasi, sehingga membentuk suatu susunan pada
kristal, sementara tekanan tinggi menyebabkan pelarutan kristal dalam batuan di titik
kontak mereka.

2.6 Batuan Hidrotermal Dan Mineral


Seperti air panas yang berjalanan ke atas ke arah permukaan bumi, suhu dan
tekanan berkurang. Ion-ion yang lebih sedikit dapat dilakukan dalam larutan sehingga
mineral akan memicu pada retaknya dinding. Jika, silika (𝑆𝑖𝑂2) yang larut dalam air
yang sangat panas, maka bagian di celah-celah dinding membentuk urat kuarsa. Vena
yang terdiri dari kuarsa adalah yang paling luas, meskipun beberapa urat kuarsa

16
mengandung mineral lainnya. Vena dengan kuarsa tidak ada tidak biasa dan terdiri
dari kalsit atau beberapa mineral lain.

17
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang


telah ada sebelumnya, ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi
mineral, tekstur, dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid state)
akibat adanya perubahan temperatur, tekanan, dan kondisi kimia di kerak bumi.

Batuan metamorf terbentuk dari batuan lainnya yang mengalami suhu


tinggi, umumnya disertai dengan tekanan keliling tinggi. Meskipun
rekristalisasi berlangsung dalam keadaan padat, air, yang biasanya hadir,
membantu reaksi metamorf. Dua jenis yang paling umum dari metamorfosis
adalah metamorfosis kontak dan metamorfosis regional. proses hidrotermal, di
mana air panas memainkan utama selama metamorphosis.

Tekstur batuan metamorf dipisahkan ke dalam kategori foliasi dan non


foliasi. Batuan ber-foliasi adalah produk stress diferential yang men-deformasi
batuan dalam satu bidang, kadang-kadang menciptakan sebuah bidang belahan.
Misalnya, batusabak adalah batuan metamorf ber-foliasi, yang berasal dari
serpih. Batuan non-foliasi tidak memiliki pola strain planar.

Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk hanya pada suhu dan
tekanan tinggi terkait dengan proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal
sebagai mineral - mineral indeks, termasuk silimanit, kyanit, staurolit, andalusit,
dan beberapa garnet.

18
1.2 Saran
Penulis masih memiliki kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Hendaknya pembaca dapat memberikan saran yang membangun tentang
makalah ini kepada penulis.

19
DAFTAR PUSTAKA
Bitar. Pengertian, Jenis, Dan Contoh Batuan Malihan (Metamorf) Secara Lengkap
(Online) Available from < http://www.gurupendidikan.com/pengertian-jenis-
dan-contoh-batuan-malihan-metamorf-secara-lengkap/> (11 Februari 2017)
Ilmu Geografi. Batuan Metamorf (Online) available from
http://ilmugeografi.com/geologi/batuan-metamorf> (11 Februari 2017)
Ilmu Geografi. Proses Terbentuknya Batuan Metamorf (Online) Available from
http://ilmugeografi.com/geologi/proses-terbentuknya-batuan-metamorf >
(11 Februari 2017)
Plummer, Carlson. Physical Geology, Earth Revealed, Eighth Edition. Mc. Graw Hill
International Edition.
Prastian, Andi Heri. 2013. Batuan Metamorf (Online) available from <
http://ayobelajargeologi.blogspot.co.id/2013/04/1_11.html > (13 Februari
2017)
Wikipedia. Batuan metamorf (Online) available from <
https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf> (10 Februari 2017)
Wikipedia. Tipe Metamorfosisme (Online) Available from <
https://id.wikipedia.org/wiki/Tipe_metamorfisme> (10 Februari 2017)

20

Anda mungkin juga menyukai