Anda di halaman 1dari 16

PERILAKU KEORGANISASIAN

RPS 8
(KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN)

Oleh :
Kelompok I

Nyoman Yustianan Sumandari (1707522118)


Gusti Ayu Krisna (1707522121)
Yordan Teli (1707522125)
Putu Ratih Argita Dewi (1707522128)
Ni Made Ayu Sutariningsih (1707522130)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-Nya
lah penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa
tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa buku
yang terkait, dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang isi dari paper ini.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penyusunan paper ini di masa mendatang.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
Bab II Pembahasan 2
2.1 Pengertian Kepemimpinan 2
2.2 Teori munculnya/lahirnya pemimpin/kepemimpinan 2
2.3 Teori-teori Kepemimpinan 3
2.4 Pemimpin vs Manager 6
2.5 Peran Pemimpin 7
2.6 Pemimpin yang efektif 9
2.7 Faktor yang mempengaruhi fungsi Kepemimpinan 9
2.8 Isu-isu kontemporer dalam Kepemimpinan 10
2.9 Implikasi Manajerial dalam Kepemimpinan 10
Bab III Penutup 12
3.1 Kesimpulan 12
Refrensi 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di lingkungan masyarakat dalam organisasi formal maupun informal selalu ada seorang
yang dianggap lebih dari yang lain. Semua orang memiliki tujuan dalam hidupnya. Namun
keterbatasan yang mereka miliki antara satu dengan yang lainnya adalah menjadi alasan
mereka untuk membentuk suatu organisasi. Dimana semua orang berkumpul dalam suatu
wadah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan.Seorang
yang memiliki kemampuan lebih tersebut akan diangkat menjadi pemimpin dan mengatur
orang lain.
Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatatasan dan kelebihan
yang dimiliki oleh manusia sehingga dalam setiap organisasi harus memiliki pemimpin
agar dapat berjalan dengan baik. Tanpa adanya pemimpin tentu tidak mudah dalam
menjalankan semua elemen dan komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Ada
beragam teori kepemimpinan dengan cara pandang yang berbeda dalam organisasi. Maka
dari itu dalam paper ini kami akan membahas mengenai konsep dasar kepemimpinan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Bagaimana teori munculnya/lahirnya pemimpin/kepemimpinan?
3. Apa saja teori-teori kepemimpinan?
4. Apa perbedaan antara pemimpin dan manager?
5. Bagaimana peran pemimpin dalam organisasi?
6. Bagaimana seorang pemimpin yang efektif?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi fungsi kepemimpinan?
8. Apa isu-isu kontemporer dalam kepemimpinan?
9. Bagaimana implikasi manajerial dalam kepemimpinan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagimana konsep dasar dari kepemimpinan dalam perilaku
organisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Banyak ahli manajemen yang merumuskan tentang definisi-definisi kepemimpinan.
Seperti Kepemimpinan menurut Gareth Jones and Jennifer George (2003:440).
Menurutnya, Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu mempunyai pengaruh
terhadap orang lain dan mengilhami, memberi semangat, memotivasi dan mengarahkan
kegiatan-kegiatan mereka guna membantu tercapai tujuan kelompok atau organisasi.
Menurut Stephen P. Robbins (2003:40), Kepemimpinan adalah Kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.Sedangkan definisi
Kepemimpinan menurut Richard L. Daft (2003:50) adalah Kemampuan mempengaruhi
orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan. Dari beberapa definisi tersebut, sangat
jelas dikatakan bahwa kepemimpinan adalah fungsi manajemen yang erat keterkaitannya
dengan pencapaian tujuan organisasi.
Dari beberapa pendapat para ahli ,kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan,
proses , dan seni mempengaruhi orang dan kelompok orang agar memiliki kemauan untuk
mencapai tujuan organisasi. Definisi ini mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan, proses dan seni. Hal ini mengacu pada suatu kegiatan atau aktivitas yang harus
dilakukan untuk mempengaruhi orang lain supaya berperilaku tertentu. Seni berarti cara,
metode, atau strategi mempengaruhi untuk mendapatkan kepengikutan. Seorang pemimpin
dapat melakukan dengan cara membujuk , mendesak, memaksa atau dengan cara lain
sehingga orang lain menjadi mau melakukan. Secara implisit definisi ini memberi arti
bahwa kepemimpinan tidak selalu mengacu pada kedudukan, misalnya manajer atau
direktur, Dekan, Rektor. Kepemimpinan lebih terfokuskan pada kemampuan , pengaruh,
dan seni mempengaruhi. Sedangkan manajer lebih terfokus pada kedudukan hirarki dalam
suatu organisasi.

2.2 Teori munculnya/lahirnya pemimpin/kepemimpinan


Teori tentang asal mula pemimpin:
1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut :
1) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami
yang luar biasa sejak lahirnya.

2
2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi-kondisi yang bagaimanapun
juga, yang khusus.
3) Secara filsafi, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
2. Teori Sosial
Pemimpin ada karena proses pembelajaran dan pelatihan sehingga membentik
pribadi yang pantas dijadikan sebagai pemimpin.
3. Teori Sosio Genetis
Teori gabungan antara teoro genetis dan teori social. Teori ini adalah teori yang
saling melengkapi. Menurit teori ini pemimpin yang baik adalah seseorang yang
memang telah ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin, kemudian semasa
hidupnya dia dilatih dan didik, sehingga watakkepemimpinannya bisa tumbuh dan
perproses seiring berjalannya waktu

2.3 Teori-teori Kepemimpinan


1. Teori Sifat (Trait Theory)
Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno
dan zaman Roma. Pada waktu itu orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan,
bukannya dibuat. Teori Great Man menyatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai
pemimpin akan menjadi pemimpin tanpa memperhatikan apakah ia mempunyai sifat
atau tidak mempunyai sifatsebagai pemimpin.
Teori great man barangkali dapat memberikan arti lebih realistis terhadap
pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi adalah suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan
itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga lewat suatu pendidikan dan
pengalaman
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin dalam suatu organisasi dibutuhkan latar belakang pendidikan dan
pengalaman disuatu organisasi. Dengan pendidikan dan dan pengalaman tersebut,
pemimpin bisa menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang berkompetensi dan
mempunyai pengalaman yang tinggi intuk memimpin organisasi yang menaunginya.
2. Teori Kelompok
Teori kelompok dalam kepemimpinan ini memiliki dasar perkembangan yang
berakar pada psikologi sosial. Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya
kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, harus terdapat suatu pertukaran yang positif
3
di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Hal tersebut melibatkan pula konsep-
konsep sosiologi tentang keinginan-keinginan mengembangkan peranan. Penelitian
psikologi sosial dapat digunakan untuk mendukung konsep-konsep peranan dan
pertukaran yang diterapkan dalam kepemimpinan.
Hasil dari suatu penemuan, dalam penelitiannya ini menyatakan bahwa para
bawahan juga dapat mempengaruhi para pemimpinnya, seperti pemimpin dapat
memengaruhi pengikut-pengikutnya/para bawahannya. Suatu contoh penemuan
Greene menyatakan bahwa ketika para bawahan tidak melaksankana pekerjaan secara
baik, maka pemimpin akan memberikan penekanan struktur pengambilan inisiatif
(perilaku tugas). Tetapi ketika para bawahan dapat melaksanakan pekerjaan secara
baik, maka pemimpin akan menaikkan pada penekanannya pada pemberian perhatian
(perilaku tata hubungan). Barrow dalam peneliatanna menemukan bahwa produktivitas
kelompok mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap gaya kepemimpinan
dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan tehadap produktivitasnya.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa para bawahan dapat
memengaruhi pemimpinnya. Jika kinerja bawahannya baik maka akan dapat
memengaruhi produktivitas perusahaan, sehingga pemimpin akan merasa untung
dengan kinerja bawahannya. Hal tersebut dapat dibuktikan jika pemimpin memberikan
penghargaan pada bawahannya yang kinerjanya baik, maka bawahan akan lebih
meningkatkan kinerjanya, otomatis pemimpin mendapatkan untung dan produktivitas
perusahaan meningkat.
3. Teori Situasional dan Model Kontijensi
Pada sekitar tahun 1940 ahli-ahli psikologi sosial memulai meneliti beberapa
variabel situasional yang mempunyai pengaruh terhadap peranan kepemimpinan,
kecakapan, dan perilakunya, berikut pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya.
Berbagai variabel situasional diidentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh teori
situasional ini. Kemudian sekitar tahun 1967, Fred Fiedler mengusulkan suatu model
berdasrkan situasi untuk efektivitas kepemimpinanaya. Konsep model ini dituangkan
dalam bukunya yang terkenal A Theory of Leadership Effectiveness.
Fiedler mengembangkan suatu teknik yang unik untuk mengukur gaya
kepemimpinan. Pengukuran ini diciptakan dengan memberikan suatu skor yang dapat
menunjukkan Dugaan Kesamaan diantara Keberlawanan (Assumed Similaritybetween
Opposites, ASO) dan Teman Kerja yang paling sedikit disukai (Least Preferred
Coworker, LPC). ASO memperhitungkan derajat kesamaan di antara persepsi-persepsi
4
pemimpin mengenai kesenangan yang paling banyak dan paling sedikit tentang kawan-
kawan kerjanya.
Dua pengukuran tersebut ada hubungannya dengan gaya kepemimpinan,
sebagai berikut:
1) Hubungan kemanusiaan dihubungkan pemimpin yang tidak melihat perbedaan
yang besar di antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit disukai
(ASO) atau memberikan suatu gambaran yang relatif menyenangkan kepada
teman kerja yang paling sedikit disenangi (LPC).
2) Gaya yang berorientasi tugas dihubungkan dengan pemimpin yang melihat suatu
perbedaan besar di antara teman kerja yang paling banyak dan paling sedikit
disenangi (ASO) dan memberikan suatu gambaran yang paling sedikit diskusi
(LPC).
Dari beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan yang dikombinasikan dengan situasi akan mampu menentukan
keberhasilan pelaksanaan kerja.
4. Teori Jalan kecil – Tujuan (Path-Goal Theory)
Dalam teori ini menggunakan kerangka teori motivasi merupakan pengembangkan
yang sehat karena kepemimpinan di satu pihak sangat berhubungan erat dengan motivasi
kerja dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan. Dalam terori ini memiliki empat tipe
gaya kepemimpinan :
1) Kepemimpinan direktif
Dalam model ini bawahan tahu dengan pasti apa yang diharapkan darinya dan
pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak ada
partisipasi bawahan.
2) Kepemimpinan yang mendukung
Model ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah
didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para
bawahannya.
3) Kepemimpinan partisipatif
Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-
saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berada
padanya.
4) Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi

5
Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang para
bawahannya untuk berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada para
bawahannya bahwa mereka mampu melaksanakan tugas mencapai tujuan yang secara
baik.

2.4 Pemimpin vs Manager


Pimpinan (leader) yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan personality atau authority
(berwibawa). Pimpinan dapat memimpin organisasi formal maupun informal dan menjadi
panutan bagi bawahannya. Sedangkan seorang manajer juga seorang pimpinan yang dalam
praktek kepemimpinannya hanya berlandaskan “kekuasaan atau authority formalnya” saja
dan hanya bisa memimpin secara formal.
Berdasarkan sumber kekuasaan yang diperoleh, seorang pimpinan (leader) kekuasaan
yang dimiliki berdasarkan kontrak sosial dengan anggota atau bawahan. Sedangkan
manajer dipilih melalui jalur formal (dipilih oleh komisaris atau direktur) dengan dasar
yuridis yaitu adanya surat keputusan atau surat pengangkatan.
Berkaitan dengan bawahan. Pemimpin memiliki bawahan yang biasanya disebut
sebagai pengikut. Bawahan atau pengikut menjalankan perintah dari pimpinan atas dasar
kewibawaan pimpinan terhadap bawahan karena kecapakan dan kemampuan serta
perlakuannya yang baik. Sedangkan manajer memiliki bawahan yang disebut sebagai staf
atau karyawan yang memiliki posisi formal dan struktur hierarki organisasi. Bawahan atau
karyawan menuruti perintah-perintahnya, karena takut dikenakan hukuman oleh manajer.
Berkaitan dengan segi lingkungan, pimpinan dapat memimpin lingkungan kerja
organisasi secara formal maupun informal dan bertanggungjawab kepada anak buahnya.
Sedangkan manajer hanya dapat memimpin pada lingkungan kerja organisasi formal saja
dan bertanggungjawab kepada atasan.
Maka dari itu pimpinan (leader) memiliki fungsi dasar mengarahkan dan menggerakan
seluruh bawahan untuk bergerak pada arah yang sama yaitu tujuan. Pimpinan lebih
menekankan pengaruh atau karisma yang dimilikinya sehingga bawahan secara sabar
mengikuti arahan sang pimpinan. Pimpinan menstimulasi, memfasilitasi dan berpartisipasi
dalam setiap kegiatan yang menginginkan bawahan untuk mengikutinya. Sedangkan fungsi
manajer berkaitan dengan manajemen seputar POAC. Dalam menjalankan fungsinya
manajer lebih sering memanfaatkan wewenang dan kekuasaan jabatan secara struktual
yang memiliki kekuatan mengikat dengan dapat melakukan paksaan atau hukuman untuk
mengarahkan bawahan.
6
Pimpinan dan manajer merupakan salah satu intisari, sumber daya pokok, dan titik
sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan.
Bagaimana kreativitas dan dinamika seorang pimpinan datau manajer dalam menjalankan
wewenangnya akan sangat menentukan apakah tujuan organisasi atau perusahaan tersebut
tercapai atau tidak. Perlunya kombinasi dan campuran yang tepat diantara keduanya sangat
dibutuhkan dalam organisasi pada tingkat jabatan yang berbeda-beda. Sehingga organisasi
yang tengah dijalani dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2.5 Peran Pemimpin


1. Bersikap adil (Arbitrating) Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan
diantara para anggotanya adalah mutlak. Sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya
merupakan pencerminan dari kesepakatan antar sesama bawahan, maupun antar
pemimpin dengan bawahan, dalam mencapai tujuan organisasi.Tetapi dalam hal-hal
tertentu mungkin akan terjadi ketidaksesuaian/timbul persoalan dalm hubungan
diantara para bawahan. Apabila diantara mereka tidak biasa memecahkan persoalan
tersebut, pemimpin perlu turun tangan untuk segera menyelesaikan. Dalam hal ini
memecahkan persoalan hubungan diantara bawahan, pemimpin harus bertindak adil
dan tidak memihak.
2. Memberikan sugesti (Suggesting) Sugesti bisa disebut sarana atau anjuran. Dalam
rangka kepemimpinan, sugesti merupakan kewibawaan atau pengaruh yang seharusnya
mampu menggerakan hati orang lain. Sugesti mempunyai peranan yang sangat penting
dalam memilihara dan membina rasa pengabdian, partisipasi dan harga diri, serta rasa
kebersamaan diantara para bawahan.

3. Mendukung tercapainya tujuan (Supplying Objectives) Tercapainya tujuan


organisasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan harus didukung oleh berbagai
sumber. Oleh sebab itu, agar setiap organisasi dapat efektif dalam arti mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, serta pendayagunaan sumberdaya manusianya secara optimal,
perlu disiapkan sumber pendukungnya yang memadai seperti : mekanisme dan tata
kerja, sarana, serta sumber yang lain.

4. Pemimpin Adalah Katalisator (Catalyzing) Secara kimiawi, arti kata “Katalis” atau
“Katalisator” ialah saat yang tidak ikut bereaksi, tetapi mempercepat reaksi (kimia).
Dalam dunia kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai seorang

7
katalisator apabila pemimpin tersebut berperan selalu meningkatkan penggunaan segala
sumberdaya manusia yang ada, berusaha memberikan reaksi yang memberikan
semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin, serta selalu tampil sebagai
pelopor dan pembawa perubahan.

5. Menciptakan rasa aman (Providing Security) Setiap pemimpin berkewajiban


menciptakan rasa aman bagi para bawahannya. Fungsi ini hanya dapat dilaksanakan
apabila setiap pemimpin selalu mampu memilihara hal-hal yang positif, sikap
optimisme dalam menghadapi setiap permasalahan, sehingga dengan demikian dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, bawahan merasa aman, bebas dari segala perasaan
gelisah, kekhawatiran, dan merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.

6. Sebagai wakil organisasi (Representing) Setiap bawahan yang bekerja pada unit
organisasi apapun selalu memandang atasan atau pemimpinnya mempunyai peranan
dalam segala bidang kegiatan, lebih-lebih kepemimpnan yang menganut prinsip
“keteladanan atau panutan”. Seorang pemimpin adalah segala-segalanya, oleh
karenanya segala perilaku, perbuatan dan kata-katanya akan selalu memberikan kesan
tertentu terhadap organisasinya. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang pemimpin
akan memberikan gambaran yang positif pula terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Dengan demikian setiap pemimpin tidak lain juga diakui sebagai tokoh yang mewakili
dalam segala hal dari organisasi yang dipimpinnya.

7. Sumber inspirasi (Inspiring) Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah sumber


semangat bagi para bawahannya. Oleh karena itu setiap pemimpin harus selalu dapat
membangkitkan semangat para bawahan, sehingga para bawahan menerima dan
memahami tujuan organisasi secara antusias, dan bekerja secara efektif kea rah
tercapainya tujuan organisasi.

8. Bersikap Menghargai (Praising) Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya


pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam
suatu organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan dari atasannya. Oleh
karena itu, menjadi kewjiban pemimpin harus mau memberikan penghargaan atau
pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.

8
2.6 Pemimpin yang efektif
1. Pengertian Pemimpinan Yang Efektif
Dari berbagai penjelasan diatas, maka seorang pemimpin yang efektif adalah
yang tidak hanya bekerja sendiri tanpa melibatkan siapapun. Melainkan mampu
memanfaatkan berbagai potensi yang mengelilinginya. Kepemimpinan efektif bukan
sekedar pusat kedudukan atau kekuatan akan tetapi merupakan interaksi aktif antar
komponen yang efektif.
2. Sifat Kepemimpinan Yang Efektif
Sifat kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis adalah:
1) Intelegensi yang tinggi (Intellegence)
2) Kematangan jiwa social (social Maturity)
3) Motivasi terhadap diri dan hasil (Inner motivation and achievement drives)
4) Menjalin hubungan kerja manusiawi (Human relation attitudes)
Menurut Ki Hajar Dewantara, sifat kepemimpinan meliputi 3 hal yaitu:
1) Ing Ngarso Sung Tulodho (pemimpin dimuka harus memberi teladan)
2) Ing Madyo Mangun Karso (pemimpin ditengah harus membangun prakarsa)
3) Tut Wuri Handayani (pemimpin mengikuti mendorong dari belakang)
3. Fungsi Kepemimpinan Yang Efektif
1) Membantu mencapai sasaran organisasi
2) Menggerakan anggota menuju sasaran
3) Mewujudkan interaksi dan keterikatan antar individu
4) Memelihara kekuatan dan kohesi anggota.

2.7 Faktor yang mempengaruhi fungsi Kepemimpinan


1. Karatkeristik pribadi pemimpin
Yang sangat meninjol adalah intelegensi. Umumnya pemimpin akan
mempunyai taraf intelegensi yang lebih tinggi daripada yang dipimpin. Ia
membutuhkan kesanggupan analitis untuk dapat melihat problema yang luas dan
hubungan-hubungan yang rumit, yang menghadangnya.
Ia juga mempunyai keterampilan bahasa yang baik untuk dapat menyatakan
pendapatnya dengan jelas, untuk dapat memotivasi bawahannya dan untuk dapat
berkomunikasi secara baik dengan orang lain.

9
Karakteristik lainnya adalah kedewasaan sosial dan sikap yang luas. Pemimpin
yang sukses umumnya mempunyai aktivitas yang luas. Emosional stabil dan tidak
banyak punya sikap-sikap yang negatif. Serta mempunyai rasa percaya diri yang cukup.
2. Kelompok yang dipimpin
Kumpulan daripada karakteristik pribadi seorang pemimpinan seperti yang
duraikan di atasitu belum berarti apa-apa, sebelum ia menggunakannya sebagai alat
untuk menginterpretasi tujuan yang harus dicapai olehnya.
3. Situasi
Setiap pemimpin akan berfungsi pada suatu situasi, yang berupa situasi
manusia, fisik dan waktu. Tiap-tiap perubahan situasi membutuhkan peubahan dalam
macam kemampuan memimpin. Dengan pengertian bahwa tiap situasi adalah unik. Jadi
seseorang pemimpin harus fleksibel serta punya kemampuan yang dahsyat untuk
mengadaptasi diri.

2.8 Isu-isu kontemporer dalam Kepemimpinan


1. Isu gender dan kepemimpinan
Bahwa kesamaan antara peria dan wania dalam kepemimpinan lebih besar dari
pada perbedaannya. Perbedaan yang nampak adalah hal gaya kepemimpinan, dimana
wanita lebih senang dengan gaya demokratis atau partisipatif dan kurang otokratis
sementara pria lebih cenderung menggunakan gya pegarahan komando dan kendali.
2. Isu kepemimpinan tim
Ketika peran tim semakin populer, peran pemimpin dalam memandu anggota
tim mendapat arti yang amat penting. Peranan yang menonjol pemimpin tim adalah
sebagai penghubung dengan pihak luar, penyelesaian masalah, manajer konflik dan
sebagai pembina

2.9 Implikasi Manajerial dalam Kepemimpinan


Kepemimpinan memainkan suatu bagian yang sentral dalam memahami perilaku
kelompok karena pemimpinlah yang biasanya memberikan pengarahan menuju pencapaian
tujuan. Oleh karena itu, suatu kemampuan perencanaan diharapkan dapat memperbaiki
kinerja kelompok.
Suatu terobosan besar dalam pemahaman akan kepemimpinan muncul ketika
mengenali kebutuhan untuk memasukan faktor-faktor situasional meliputi struktur
pekerjaan, tingkat stress, dukungan kelompok, kecerdasan, pengalaman pemimpin, serta
10
bagaimana karakteristik pengikut seperti kepribadian, pengalaman, kemampuan dan
motivasi. Usaha terbaru telah bergerak jauh dari sekedar pengankuan menuju ke upaya
khusus untuk memilah variable situasional ini. Kita dapat mengharapkan tercapainya
kemajuan lebih jauh dengan model-model kepemimpinan. Membuat perencanaan yang
cukup efektif dapat menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi.
Telaah kepemimpinan telah berkembang luas mencangkup pendekatan yang lebih
terhadap kepemimpinan. Seperti kita belajar lebih banyak mngenai karakteristik pribadi.
Para manajer tidak harus mengendalikan bahwa pemerdayaan karyawan adalah gaya
kepemimpinan yang ideal untuk segala kesempatan. Kepemimpinan itu tidak bebas nilai.
Maka hendaknya memperhatikan muatan moral dari tujuan pemimpin dan sasaran yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Jadi kesimpulannya, implikasi manajerial dalam kepemimpinan adalah keterlibatan
berbagai komponen dari suatu manajemen seperti sumber daya ( seperti kualitas, kapasitas,
efektivitas dan efisiensi ), kebijakan, aktivitas tertentu yang bisa memberikan kontribusi
sekaligus mempengaruhi tingkat produktifitas suatu organisasi dalam perusahaan.
Diharapkan mencipkatan pemimpin yang berkualitas karena adanya proses manajemen
yang direncanakan. Dalam suatu perusahaan pemimpin merupakan induk dari perusahaan
tersebut karena dapat memimpin perusahaan tersebut dan apabila pemimpin memiliki
kualitas baik maka perusahaan dan karyawan yang ada diperusahaan akan cenderung
mengikuti pemimpinnya, selain itu pemimpin juga sebagai model dalam organisasi

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan, proses , dan seni mempengaruhi
orang dan kelompok orang agar memiliki kemauan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pimpinan (leader) yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan personality atau authority
(berwibawa). Pimpinan dapat memimpin organisasi formal maupun informal dan menjadi
panutan bagi bawahannya. Sedangkan seorang manajer juga seorang pimpinan yang dalam
praktek kepemimpinannya hanya berlandaskan “kekuasaan atau authority formalnya” saja
dan hanya bisa memimpin secara formal.
Seorang pemimpin yang efektif adalah yang tidak hanya bekerja sendiri tanpa
melibatkan siapapun. Melainkan mampu memanfaatkan berbagai potensi yang
mengelilinginya. Kepemimpinan efektif bukan sekedar pusat kedudukan atau kekuatan
akan tetapi merupakan interaksi aktif antar komponen yang efektif.
Implikasi manajerial dalam kepemimpinan adalah akan mencipkatan pemimpin yang
berkualtis karena adanya proses manajemen yang direncanakan. Dalam suatu perusahaan
pemimpin merupakan induk dari perusahaan

12
REFERENCES
Robbins, Stephen P., 2002, Perilaku Organisaasi Jilid 2, Edisi 8, Jakarta : Prenhallindo
Prof. Dr. Badeni, M.A., 2014. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Bandung :
Alfabeta
Thoha, Miftah. 2012. Kepemimpinan dalam Manajemen Jakarta:Rajawali Pers.

13

Anda mungkin juga menyukai