Terkikisnya Kecintaan Generasi Muda Terhadap Bahasa Indonesia
MOCHAMMAD YUSRIL RIZKYAWAN
P17410181043 DIII PEREKAMEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
Generasi muda merupakan pilar utama sebagai keberlangsungan bangsa
indonesia sudah mulai luntur dan ternyataa saat ini mulai dipertanyakan keberadaannya.Tidak hanya ketika ide ataupun pemikirannya tetapi pengantar dan bahasa yang digunakan ikut menjadi bagian terpenting di dalamnya sudah mulai luntur. Dalam kelunturan itu sudah sangat jelas terdapat dalam segi bahasanya, memang bahasa yang dipakai generasi muda dalam berkomunikasi bermacam- macam ragamnya, bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang biasa kita pakai sehari-hari atau campuran antara bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Dari bahasa yang digunakan, ada sejumlah kosa kata yang dapat dipahami arti dan maknanya , tetapi ada yang tidak dapat kita dipahami artinya. Bahasa yang digunakan oleh generasi muda sering berubah, hal ini terkait dengan pribadi generasi muda yang masih labil. Salah satu ragam bahasa yang digunakan oleh generasi muda adalah bahasa prokem. Bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi ini merupakan bahasa sandi yang digunakan penuturnya sebagai bahasa khusus untuk kalangan mereka. Karena keberadaannya sebagai alat komunikasi inilah bahasa prokem banyak digunakan di kalangan generasi muda. Bahasa ini merupakan jenis variasi bahasa yang terdapat dalam masyarakat sehingga dapat dikaji dengan sosiolinguistik. Dahulu bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang tepat. Tetapi kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar, bahasa Indonesia rusak justru di tangan para generasi muda. Penggunaan bahasa Indonesia oleh generasi muda masa kini, terutama di kota-kota besar, tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Generasi muda saat ini mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa- bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosakata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam bahasa Indonesia. Semisal ‘gue’ yang berasal dari bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah- ibu’ dan muncul kosa kata yang tidak jelas artinya seperti ‘ jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan bermunculan partikel seperti ‘ -sih’ dan ‘dong’. Mirisnya, pemakaian ‘bahasa gaul’ tidak hanya di lingkungan pergaulan, tetapi sudah mendarah daging di generasi muda dalam situsasi dan kondisi apapun. Di lingkungan pelajar, bahkan ketika tes atau pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun, pelajar spontan berbicara atau menulis dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman maupun guru karena sudah terbiasa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dan menulissms. Dampak langsung yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan oleh generasi muda ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau lebih terhormat. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah akan merusak bahasa nasional itu sendiri.