PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Pencetakan
Uji organoleptik
Pembuatan coklat susu bahan yang digunakan meliputi pasta kakao, lemak
kakao, fine sugar, dan susu full cream yang telah disiapkan pada proses persiapan
bahan dicampur dan di masukkan ke dalam ball mill refiner dengan penggunaan
suhu 60oC. Penggunaan suhu tinggi agar lemak kakao dapat meleleh dan seluruh
bahan dapat tercampur rata. Kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran
partikel adonan coklat pada jam 0,5;2;4;6 jam untuk mengetahui ukuran partikel
coklat seiring dengan bertambahnya waktu refining. Hasil dari ball mill refiner
yaitu adonan coklat yang selanjutnya adonan tersebut dimasukkan dalam mesin
conching dengan suhu 60-70oC selama 4 jam. Dua jam sebelum proses conching
selesai, di tambahkan lesitin, vanili dan soda kue.
Lesitin berfungsi sebagai emulsifier sehingga antara lemak kakao dan
bahan lainnya dapat tercampur secara merata. Vanili digunakan untuk menambah
flavor dan cita rasa coklat yang dihasilkan. Penambahan soda kue digunakan
untuk penetral, karena soda kue bersifat basa dan pasta coklat bersifat asam.
Setelah conching, dilakukan tempering dan pengadukan. Tempering bertujuan
sebagai pengkondisian lemak kakao supaya membentuk kristal β atau β’.
Tempering pada praktikum kali ini dilakukan dengan variasi suhu yaitu 35°C,
30°C, dan 25°C untuk mengetahui pengaruh suhu tempering terhadap coklat yang
dihasilkan. Kemudian dilakukan pencetakan ke dalam pencetak coklat.
Pencetakan ini kemudian didiamkan selama satu hari hingga coklat memadat.
Setelah satu hari, keluarkan coklat dari cetakan, simpan dalam wadah
kedap udara supaya tidak terkontaminasi oleh jamur atau mikroba lainnya.
Penyimpanan ini dilakukan selama 1 minggu pada suhu ruang dan suhu kulkas
untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan tehadap coklat yang dihaslkan.
Terakhir dilakukan uji organoleptik yang meliputi kenampakan, warna, rasa,
aroma, tekstur, dan kecepatan leleh di mulut.
c. Kecepatan Leleh
BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah
dari hasil pengamatan praktikum cokelat dengan suhu 28°C tanpa pengadukan
lebih disukai oleh panelis dibandingkan dua perlakuan tempering lainnya.
6.2 Saran
Sebaikknya dalam setiap kelompok pembagian tugas dilakukan secara
merata dan saling menjelaskan tahapan yang dilakukan agar setiap praktikan
bertugas dan mengetahui setiap proses yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Dand, D. 1993. The Effect The Shear Rate, Temperature, Sugar, and Emulisifier,
on The Tempering of Cocoa Butter. Journal of Food Engineering. 77 (936-
942).
Djatmiko, B. dan T. Wahyudi, 1986. Aspek Pengolahan dan Mutu Coklat Lindak
dan Mulia. Jember : Balai Penelitian Perkebunan.
Faridah, A., Kasmita, S.P., Yulastri, A., Yusuf, L., 2008. Patiseri, jilid 3,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Jakarta.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Minyak dan Lenak Pangan. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Misnawi, dan J. Selamet. 2008. Cita Rasa, Tekstur, dan Warna Cokelat. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Mulato, 2002. Petunjuk Teknis Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia; edisi 2, Jember.
Mulato, Sri. 2004. Desain Teknologi Pengolahan Pasta, Lemak, dan Bubuk
Coklat untuk Kelompok Tani. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember
Tokocsc, 2007. Food Additive User’s Handbook. Van Nostrad Renihold, New
York.
Winarno, F.G.2001. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.