Anda di halaman 1dari 27

TUGAS AKHIR K3 LINGKUNGAN

OLEH :
NAMA : HIKO DEVIES PAKIDING
NIM : D211 16 324
KELAS : K3 LINGKUNGAN A

DEPARTEMENT TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019
1. Bagaimana Keterkaitan antara K3 dengan produktifitas perusahaan ?
Motivasi akan timbul dari diri karyawan untuk bekerja sebaik mungkin apabila
mereka merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya tanpa ada
resiko yang dapat mengancam keselamatan jiwanya, selain itu karyawan juga
akan senang karena mereka merasa diperhatikan oleh perusahaan tempat
mereka bekerja. Akan tetapi sebaliknya, apabila program keselamatan kerja
tidak dijalankan secara intensif dan optimal, maka dapat menurunkan
produktivitas kerja karyawan, yaitu penurunan semangat dan gairah kerja
karyawan akibat mereka merasa takut mengambil resiko untuk membahayakan
jiwanya dan tentunya karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh
perusahaan tempat mereka bekerja.
Perihal mengenai uraian di atas semakin diperkuat oleh beberapa teori yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Sebagaimana disebutkan oleh Andriana
Pusparini, Jusuf, dan Sugeng Budiono (2008 : 5), bahwa program keselamatan
kerja salah satu tujuannya adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi dan produktivitas.
Kemudian, ditambahkan pula oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2007 : 162),
bahwa dengan adanya program keselamatan kerja, maka akan meningkatkan
kegairahan, produktivitas, dan partisipasi kerja dari tenaga kerja. Senada
dengan yang disampaikan oleh Andriana Pusparini, Jusuf, Sugeng Budiono,
dan Anwar Prabu Mangkunegara, ditegaskan pula oleh Sedarmayanti (2009 :
109-110) bahwa program keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas
kerja dari tenaga kerja.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat disimpulkan bahwa
program keselamatan kerja erat hubungannya terhadap harapan akan
peningkatan produktivitas kerja, karena salah satu tujuan dari diadakannya
program keselamatan kerja itu adalah demi tercapainya peningkatan
produktivitas kerja.
2. Jelaskan Domino Teori Model ?
Untuk memahami bagimana dan apa alasan seseorang mau atau tidak
mau berperilaku selamat dalam bekerja, ada beberapa pendekatan teori atau
model yang dapat menjelaskannya. Terdapat beberpa pandangan ahli mengenai
sebab-sebab individu berperilaku selamat :
 Teori Domino Heinrich
Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan diakibatkan oleh rantai peristiwa
berurutan seperti domino jatuh dan ketika salah satu domino jatuh, memicu
kecelakaan yang berikutnya. Lima faktor kecelakaan berurutan yang
menyebabkan cedera:
 Social Environment and Ancestry
 Fault of Person
 Unsafe Act and/or Unsafe Condition
 Accident
 Injury

Dalam teri domino ini pencegahan kecelakaan berfokus pada penghilangkan


faktor utama (the central factor), yaitu tindakan tidak aman atau bahaya, yang
mendasari 98% dari semua kecelakaan. Heinrich beranggapan bahwa
kecelakaan dapat dicegah dengan menghilang kedua faktor, yaitu meniadakan
unsafe act dan unsafe condition. Atau dengan kata lain dengan cara
mengendalikan situasinya (thing problem) dan masalah manusianya
(people problem). Sayangnya teori ini terlalu melimpahkan kesalahan pada
manusia dan kecelakaan bisa terjadi hanya karena ada kesalahan manusia.
Namun dibalik kekeurangan Heinrich dalam teorinya, Heinrich melihat adanya
sejumlah faktor yang memunculkan efek domino kondisi yang menyebabkan
kegiatan pekerjaan menjadi tidak aman. Teori Domino Heinrich ini
juga menjadi teori ilmiah pertama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan
kerja karena kecelakaan tidak lagi dianggap sebagai sekedar nasib sial atau
karena peristiwa kebetulan.
3. Jelaskan Sistem Manajemen K3 bahwa merupakan Pelaksanaan K3
berdasarkan kesistiman !
Penerapan Sistem Manajemen K3
Dalam pasal 87 (1) : UU No 13 Tahun 2003 Tentang ketenaga kerjaan
dinyatakan bahwa : setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen
K3yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Selanjutnya
ketentuanmengenai penerapan sistem manajemen K3 diatur dalam Permenaker
RI. NO.Per.05 / MEN / 1996 tentang sistem Manajemen K3. Pada pasal 3 (
1dan 2 )dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan Tenaga
kerja sebanyak100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan olehkarakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengekibatkan kecelakaankerja seperti peledekan, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan Penyakit AkibatKerja WAJIB menerapkan Sistem Manajemen
K3.Dengan demikian kewajiban penerapan Sistem Manajemen K3
didasarkan pada dua hal yaitu ukuran besarnya perusahaan dan potensi bahaya
yangditimbulkan. Meskipun perusahaan hanya mempekerjakan tenaga
kerja kurangdari 100 orang tetapi apabila tingkat resiko bahayanya besar juga
berkewajibanmenerapkan Sistem Manajemen K3 di perusahaannya.
Berdasarkan hal tersebutmaka, penerapan Sistem Manajemen K3 bukanlah
suka rela (voluntary), tetapikeharusan yang dimandatkan oleh peraturan
perundangan (Mandatory).Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen
K3 seperti yangtertuang dalam pasal 4 Permennaker RI. No. Per.
05/MEN/1996 beserta pedoman penerapan pada lampiran 1 maka organisasi
perusahaan diwajibkan untukmelaksanakan 5 ketentuan pokok yaitu :
1. Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan
Sistem Manajemen K3.
2. Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan ditanda tangani
oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dantekat melaksanakan K3, kerangka dan program Kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Didalam membuat
kebijakan K3 harusdikonsultasikan dengan perwakilan pekerja dan disebar
luaskan kepada semuatenaga kerja, pemasok, pelanggan dan kontraktor.
Kebijakan perusahaan harusselalui ditinjau ulang atau di review untuk
peningkatan kinerja K3.
3. Adanya komitmen dari pucuk pimpinan (top management ) terhadap K3
dengan menyediakan sumber daya yang memadai yang diwujudkan
dalam bentuk (a) penempatan organisasi K3 pada posisi strategis; (b)
penyediaananggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya
dalam bidang K3; (c)menempatkan personil dengan tanggung jawab,
wewenang dan kewajiban secara jelas dalam menangani K3; (d)
perencanaan K3 yang terkoordinasi ; dan (e) penilaian kinerja dan tindak
lanjut K3.
4. Adanya tinjauan awal ( Initial Review) kondisi K3 di perusahaan,
yangdilakukan dengan cara:
(a) identifikasi kondisi yang ada, selanjutkandibandingkan dengan
ketentuan yang berlaku ( pedoman Sistem Manajemen K3 )sebagai bentuk
pemenuhan terhadap peraturan perundangan ( Law Enforcement );
(b) identifikasi sumber bahaya di tempat kerja;
(c) penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3;
(d) meninjau sebab akibat kejadian yangmembahayakan, kompensasi
kecelakaan, dan gangguan yang terjadi;
(e) Meninjauhasil penilaian K3 sebelumnya; dan
(f) menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya yang disediakan.
5. Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
sistemmanajemen K36)
6. Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian
dan pengendalianresiko.7)
7. Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan
dan persyaratan lainnyayang berkaitan dengan K3.
8. Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan dalam bidang
K3yang mencakup criteria kebijakan sebagai berikut dapat diukur, satuan /
indikator pengukuran, sasaran pencapaian, dan jangka waktu pencapaian.
9. Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur.
10. Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang
sedang berlangsung

Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan
saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaandengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada
( Sucofindo, 1999).Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau
biasa disebutSMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputistruktur organisasi perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur prosesdan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan pencapaian , pengkajiandan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempatkerja yang aman
(Permenaker No : PER. 05/MEN/1996).Jadi, sistem manajemen K3 merupakan
rangkaian kegiatan yang teraturdan saling berhubungan secara
keseluruhan yang berguna dalam pengendalianresiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja agar dapat menciptakan suasanatempat kerja yang aman.Sistem
manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola tahapandalam kosep
dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar
tersebut disebut “Plan-Do-Check-Action”, yang meliputi:
a. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan
menjamikomitmen terhadap penerapan SMK3. b.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
SMK3.c.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara
efektifdengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung
yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.d.
d. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dankesehatan kerja serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.
4. Jelaskan kewajiban pengurus, pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan
UU No.1 1970 !
Menurut UU No.1 Tahun 1970 Tentang keselamatan kerja.
Kewajiban pengurus atau perusahaan :
 pemeriksaan kesehatan sesuai ( Pasal 8 )
 Menjelaskan dan menunjukan K3 kepada tk baru +kondisi, cara kerja, APD
( Pasal 9 )
 memperkejakan jika yakin pekerja telah memahami K3 ( Pasal 9 )
 memberikan pembinaan K3 ( Pasal 9 )
 Wajib Memenuhi dan Mentaati Syarat - syarat K3 ( Pasal 9 )
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja :
sesuai pasal 12 UU No.1 tahun 1970 Kewajiban :
 Memberikan Keterangan pada pegawai pengawas
 Memakai APD
 Memenuhi dan mentaati syarat K3

Hak :
 Meminta Pengurus untuk melaksanakan syarat K3
 Menyatakan Keberatan, Jika Syarat K3 belum terpenuhi.
Harus kita pahami bahwa jika anda belum memiliki persyaratan K3 maka
perusahaan wajibmenyediakan sesuai pasal 9 UU No.1 tahun 1970
5. Jelaskan Tugas dan Fungsi serta sebutkan landasan hukumnya panitia
pembina keselamatan kerjaa (P2K3)
Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) ialah Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja. Disebutkan pada pasal 2 (dua) bahwa tempat kerja dimana
pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih, atau
tempat kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100
(seratus) tenaga kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3. Pada
pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari
pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan
anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan kerja dari perusahaan
yang bersangkutan.
Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di
tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja
untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan K3.
Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ialah
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada
pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI
Nomor PER.04/MEN/1987).
Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain:
1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja
mengenai :
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
menanggulanginya.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
a. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
b. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
c. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
(PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
d. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan
kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
e. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan.
6. Sebutkan hak dan kewajiban serta jenis kegiatan perusahaan Jasa K3 (PJK3)
 Jenis Bidang Jasa Perusahaan Jasa K3
Berdasarkan Peraturan Mentri Ketenagakerjaan No. 4 Tahun 1995
tentang PJK3, jenis-jenis PJK3 meliputi :
1. Jasa konsultan K3
2. Jasa pabrikasi, pemeliharaan, reparasi dan instalasi teknik K3
3. Jasa pemeriksaan dan pengujian teknik
a) Pesawat uap dan bejana tekan
b) Listrik
c) Penyalur petir dan peralatan elektronik
d) Lift
e) Instalai proteksi kebakaran
f) Konstruksi bangunan
g) Pesawat angkat dan angkut dan pesawat tenaga dan priduksi
h) Pengujian merusak (destructive test) dan tidak merusak (non-
destructive test).
4. Jasa pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja
5. Jasa audit K3
6. Jasa pembinaan K3
 Tugas Perusahaan Jasa K3
Berdasarkan Peraturan Mentri Ketenagakerjaan No. 4 Tahun 1995
tentang PJK3, ahli K3 atau dokter pemeriksa yang bekerja pada PJK3
mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dan pengujian teknik atau
pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan
keputusan penunjukannya.
 Hak, Kewajiban, dan Sanksi
a. Hak
PJK3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja c.q. Direktur
Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan berhak:
 Melakukan kegiatan sesuai dengan Keputusan Petunjuknya
 Menerima imbalan jasa sesuai dengan kontrak diluar biaya
retribusi pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Kewajiban
PJK3 yang telah ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja berkewajiban:
 Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Mengutamakan pelayanan dalam rangka pelaksanaan pemenuhan
syarat-syarat K3 sesuai dengan Peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
 Membuat kontrak kerja dengan pemberi kerja yang isinya antara
lain memuat secara jelas hak dan kewajiban
 Memelihara dokumen kegiatan untuk sekurang-kurangnya 5 tahun
 Melaporkan dan berkonsultasi dengan Kepala kantor Departement
atau Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja setempat
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan menyerahkan
laporan teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku
c. Sanksi
PJK3 apabila dalam melaksanakan kewajibannya tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri ini dapat dikenakan sanksi
Pencabutan Keputusan penunjuk sebagai PJK3. PJK3 yang telah
mendapatkan Keputusan Penunjukan dari Menteri Tenaga Kerja c.q.
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep. 1261/Men/ 1998 tetap berlaku sampai berakhirnya Keputusan
Penunjukan yang lama.
7. Sebutkan dan Jelaskan kewenagan ahli K3 Umum
WEWENANG AHLI K3 :
 Memasuki tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
 Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-
syarat K3 di tempat kerja sesuai sengan penunjukan.
 Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi :
o Keadaan dan fasilitas tenaga kerja
o Keadaan mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan
lainnya
o Penanganan bahan-bahan
o Proses produksi
o Sifat pekerjaan
o Cara kerja
o Lingkungan kerja

8. Jelaskan perbedaan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja !


Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja ( Permennaker No. Per.
01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun
cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian
anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total
adalah keadaan tenaga kerja tidak mampu bekerja sama sekali untuk selama-
lamanya Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja:
1. Faktor Fisik
 Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian,
 Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat
Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.
 Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan katarak,
ultraviolet menyebabkan konjungtivitis, radioaktrif/alfa/beta/gama/X
menyebabkan gangguan terhadap sel tubuh manusia.
 Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease
 Getaran :menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses
metabolisme, Polineurutis.
2. Golongan Kimia
 Asal : bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil
(produk), sisa produksi atau bahan buangan.
 Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.
 Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, kulit dan mukosa
 Masuknya dapat secara akut dan secara kronis
 Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan
sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius
(narkose), Pengaruh genetic.
3. Golongan Biologi
 Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll
 Golongan Ergonomi/fisiologi
 Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
Kontruksi salah.
 Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang,
perubahan bentuk, dislokasi.
4. Golongan mental Psikologi
 Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja
kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
 Manifestasinya berupa stress.
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
Penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat
karena pekerjaan. Terdapat jaminan seperti kecelakaan kerja,
Contoh : asma, TBC, hipertensi.
Prinsip : kedua penyakit adalah sama. Pada dasarnya penyakit akibat kerja
adalah sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Perbedaannya :
Penyakit Akibat Kerja (PAK): terjadi hanya diantara populasi pekerja,
penyebab spesifik, adanya paparan di tempat kerja, diatur
oleh kep.men.No.01/MEN/1981 , meliputi 30 jenis penyakit , dasar :
keselamatan kerja.
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) : terjadi juga pada populasi
penduduk, penyebab multifaktor, pemaparan di tempat kerja mungkin salah
satu faktor, diatur dalam kep.pres.No.22/KEPRES/1993 , meliputi 31 jenis
penyakit , dasar : mungkin dapat kompensasi ganti rugi. 31 jenis penyakit 30
jenis penyakit + 1 klausul = penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia
lainnya termasuk obat.
Bidang konstruksi adalah satu bidang produksi yang memerlukankapasitas
tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat besar, bahaya yang
seringditimbulkan umumnya dikarenakan faktor fisik, yaitu : terlindas dan
terbenturyang disebabkan oleh terjatuh dari ketinggian, kejatuhan barang dari
atas ataubarang roboh.
9. Sebutkan dan jelaskan tentang bahaya yang mungkin terjadi di kegiatan
proyek konstruksi !
Kemungkinan jatuh dari ketinggian terjadinya lebih besar, kerusakan
yangditimbulkannya lebih parah. Penyebab jatuh dari ketinggian umumnya
adalah : pekerja pada saat bekerja di tempat kerja memiliki kepercayaan dirinya
berpengalaman atau mencari jalan cepat, mulai bekerja tanpamengenakan alat
pelindung apapun atau baju pelindung, sehingga begitu terjatuh tidak ada sabuk
pengaman atau jaring pengaman bisa mengakibatkan kematian. Selain
kurangnya pemahaman pekerja tentangkeamanan, perlindungan tenaga kerja
yang dilakukan pemilik usahasering tidak mencukupi, sebagai contoh bila
bekerja di kerangka yangtinggi, harus dipasang balok menyilang, disamping
untuk menjagakestabilan, selain itu untuk memberikan topangan yang kuat
bagi tenagakerja; pada saat pekerja tidak hati-hati terjatuh, ada satu
lapisanpengaman, untuk mengurangi dampak yang terjadi. Pemilik usaha
tidakseharusnya mengabaikan hidup para pekerjanya demi untuk
mengejarkeuntungan.
Penyebab kejatuhan benda dari atas seringkali karena kecerobohan pekerja;
seperti pada saat mengoperasikan mesin penderek, mesin penggali lubang atau
mesin pendorong, semestinya ada pagar pembatasdi sekelilingnya, guna
mencegah masuknya pekerja, apabila tetapdiperlukan pekerja lain untuk
memberikan bantuan operasional, maka disampingnya perlu ada seorang
mandor yang memberikan komando danpengawasan; selain pagar pembatas
pekerja di area tersebut harus memakai secara benar perlengkapan pelindung
seperti helm, sarungtangan dan sepatu pengaman dan lain-lain. Selain itu pada
saatmemindahkan barang berat, sebaiknya menggunakan kekuatan mesin
sebagai pengganti tenaga manusia, demi menghindari terjadinya kecelakaan
pada saat pemindahan.
Tertimpa barang yang roboh biasanya terjadi karena tidak adanya paga
rpembatas di area yang mudah runtuh, karena keruntuhan itu biasanyaterjadi
dalam waktu sekejap tanpa peringatan terlebih dahulu, olehkarena itu
dibuatkan demi mengurangi resiko kecelakan terhadap pekerjayang memasuki
area tersebut. Benturan atau tabrakan biasanya terjadidikarenakan kecerobohan
pekerja, mesin penggerak dan kendaraan yangdigunakan berukuran sangat
besar, pandangan petugas operator tidakmudah mencapai luasnya batas area
kerjanya sehingga terjadi benturan.
Cara pencegahan benturan adalah dengan memperdalam pengetahuan
keselamatan pekerja, di sekeliling area penempatan mesin dibuatkan pagar
pembatas, pekerja tidak diperkenankan berada di sekitar areatersebut; selain itu
jumlah mandor lapangan ditambah, dan membantu mengawasi pengoperasian
mesin bermotor atau kendaraan, sehinggabisa mengurangi resiko benturan
10. Jelaskan latar belakang pengawasan K3 tentang pesawat uap dan bejana
tekan didalamnya terdapat dasar hukum, pengertian, ruang lingkup
pengawasan norma K3 sumber potensi bahaya dan tatacara sertifikasi
alat !
a. Pengertian Ketel Uap
Menurut Stoom Ordonantie ( Undang-undang Uap 1930 ) pasal 1 ayat (2)
dinyatakan bahwa :
“ Ketel Uap ialah suatu Pesawat dibuat guna menghasilkan uap atau stoom
yang dipergunakan diluar pesawatnya “. Pada prinsipnya, semua Ketel
Uap didalamnya terdapat air yang dipanaskan oleh pelat dan atau pipa Ketel
Uap dimana pelat dan atau pipa tersebut dipanaskan oleh gas panas hasil
pembakaran bahan bakar sehingga air tersebut mendidih dan berubah
menjadi uap ( steam ) yang tekanannya melebihi tekanan udara atmosfer.
b. SUMBER BAHAYA DAN AKIBAT YANG DAPAT DITIMBULKAN
OLEH BEJANA
 Sumber-sumber bahaya dan akibatnya yang dapat ditimbulkan antara
lain :
 Mamometer tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan
ledakan.
 Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekana yang
berlebihan.
 Gelas duga tidak berfungsi mengakibatkan jumlah air tidak
terkontrol.
 Air pengisi ketel tidak berfungsi mengakibatkan terjadinya
pembengkaan bejana karena tidak adanya transfer panas.
 Sumber Bahaya dan Akibat yang Dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan
antara lain sebagai berikut :
 Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana
tekan, bila tercampur dengan udara serta sumber panas dapat
menimbulkan kebakaran atau ledakan.
 Keracunan dan iritasi. Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-
sifat beracun yang sangat membahayakan bagi makluk hidup karena
dapat meracuni darah dalam tubuh melalui sistem pernapasan maupun
jaringan tubuh lainya.
 Pernapasan tercekik (Aspisia). Sejumlah gas tertentu yang
tampaknya tidak berbahaya karena tidak beracun dan tidak dapat
terbakar. tetapi dapat mengakibatkan kematian apabila gas tersebut
telah memenuhi ruangan tertutup sehingga oksigen dalam ruangan
tersebut tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan pernapasan.
 Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam
botol baja maupun tangki gas mempunyai bahaya meledak karena
ketidakmampuan kemasan dalam menahan tekanan gas yang ada
didalamnya.
 Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan
yang sangat dingin, maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas
tubuh yang terkena sehingga mengakibatkan luka seperti terkena luka
bakar dan merusak jaringan tubuh, dan luka yang parah dapat
menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan segera.
c. DASAR HUKUM
Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, bahwa penggunaan
mesin uap di bidang industri dan jasa, dapat mengakibatkan kerugiaan baik
harta dan jiwa akibat kecelakaan atau peledakan mesin uap yang salah
satunya adalah dikarenakan kurang pahamnya operator akan cara
pemakaian mesin uap, pengamanan, dan perlengkapan yang kurang baik.
Untuk itu kepada operator mesin uap yang mengoperasikan perlu diberikan
pelatihan yang memadai untuk mengatur tentang kualifikasi dan syarat-
syarat operator mesin uap.
o UU Uap tahun 1930
o Peraturan Uap tahun 1930
o UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
o Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
o Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
o Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap
d. RUANG LINGKUP
 Pertimbangan-pertimbangan Desain
 Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang
cukup dan dapat dibaca dengan jelas
 Data ukuran-ukuran pesawat serta bagian-bagiannya harus dituliskan
secara jelas
 Gambar bagian (detail) konstruksi penyambungan antara satu bagian
ke bagian lain harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat
diketahui secara jelas
 Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai
dengan standar yang jelas
 Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang
berlaku
Penempatan ketel uap:
 Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus dimana di dalamnya
tidak pasti untuk bekerja
 Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan
tersendiri yang terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya
 Penggolongan Bejana & pesawat Uap
Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dan
operasinya. Ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedangkan bejana
uap adalah sebagai penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang
menggunakan instalansi uap.
 Pemasangan & Pengoperasian Pesawat uap
Agar pemeliharaan ketel uap dapat terlaksana dengan baik, maka perlu
diadakan pendidikan dan latihan terhadap operator ketel uap, juru las untuk
pesawat uap, yaitu:
 Pendidikan operator ketel uap
 Pendidikan dan latihan juru las Pemeriksaan dan Pengujian
11. Sebutkan serta jelaskan faktor yang memengaaruhi kesehatan terhadap
produktifitas !
Pada dasarnya ada faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya
produktivitas kerja seorang pegawai. Menurut Panji dan Anoraga (Nimas,
2007) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, antara lain :
(1) Pendidikan
Pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan
mempunyai produktivitas kerja yang lebih baik. Dengan demikian pendidikan
merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan produktivitas kerja
karyawan. Tanpa bekal pendidikan mustahil orang akan mudah dalam
mempelajari hal-hal yang bersifat baru.
(2) Motivasi
Pimpinan perusahaan perlu mengetahui dan memahami motivasi kerja dari
setiap karyawannya. Dengan mengetahui motivasi itu, maka pimpinan dapat
membimbing dan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.
(3) Disiplin kerja
Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa
berkehendak untuk mengikuti dan memahami segala peraturan yang telah
ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang erat dengan motivasi.
Kedisiplinan dapat dibina melalui latihan-latihan antara lain dengan bekerja
menghargai waktu dan biaya yang akan memberikan pengaruh positif terhadap
produktivitas karyawan.
(4) Ketrampilan merupakan faktor penting Produktivitas Kerja
Ketrampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja
karyawan.Ketrampilan kerja karyawan dalam perusahaan dapat ditingkatkan
melalui kursus-kursus atau latihan kerja.
(5) Sikap dan etika kerja
Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang di dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok
lain dan etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya, dengan tercapainya
hubungan dalam proses produksi akan meningkatkan produktivitas.
12. Jelaskan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
didalamnya terdapat petugas P3K dan Fasilitas P3K di tempat kerja
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah pertolongan dan
perawatan sementara yang dilakukan kepada korban kecelakaan di tempat kerja
menggunakan peralatan sederhana sebelum korban mendapatkan pertolongan
yang sempurna. Meski hanya menggunakan peralatan sederhana, P3K bisa
menjadi salah satu solusi untuk memberi pertolongan secara cepat dan tepat.
Meski pertolongan pertama bukanlah penanganan yang sempurna, tapi dengan
adanya P3K di tempat kerja akan memiliki banyak manfaat dalam mencegah
keparahan cidera, mengurangi penderitaan dan bahkan menyelamatkan nyawa
korban. Jika tindakan P3K tidak dilakukan saat terjadi kecelakaan di tempat
kerja, akibatnya dapat memperburuk keadaan korban bahkan menimbulkan
kematian.
Kecelakaan dalam pekerjaan memang bukan sesuatu yang diinginkan oleh
siapapun, termasuk pekerja. Meski demikian, perusahaan wajib menyediakan
berbagai sarana prasarana untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan di
tempat kerja.
Bagi perusahaan yang peduli dengan keselamatan dan kesehatan pekerjanya,
menyediakan fasilitas dan petugas P3K merupakan kewajiban yang pasti ada.
Dengan adanya fasilitas dan petugas P3K maka perusahaan dapat mengurangi
berbagai konsekuensi yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja.
Fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan di Tempat Kerja :
1. Ruang P3K

Ruang P3K merupakan ruangan yang disediakan dan dirancang khusus oleh
perusahaan untuk penanganan pertama tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan maupun tempat merawat pekerja yang sedang sakit saat bekerja.
Perusahaan yang mempekerjakan 100 orang atau lebih dan perusahaan yang
mempekerjakan kurang dari 100 orang namun memiliki potensi bahaya
tinggi WAJIB memiliki ruang P3K.
Lokasi yang ideal untuk ruang P3K adalah ruangan yang dekat dengan
toilet/kamar mandi, dekat jalan keluar, mudah dijangkau dari area kerja, dan
dekat dengan tempat parkir kendaraan.
Syarat utama ruang P3K adalah bersih/steril dan memiliki luas yang cukup
untuk menampung tempat tidur, lemari/kotak obat P3K, timbangan badan,
tempat menyimpan tandu dan kursi roda, tempat sampah, air minum,
penyejuk ruangan, meja dan kursi. Selain itu, ruang P3K yang baik juga
terdapat petugas kesehatan yang telah terlatih P3K.
2. Lemari atau Kotak P3K dan isinya

Lemari atau kotak P3K adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
berbagai peralatan dan obat pertolongan pertama pada kecelakaan. Selain
dipasang di ruang P3K, kotak ini biasanya juga dipasang di beberapa tempat
yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pekerja.
Kotak P3K yang baik harus kuat dan mudah diangkat/dipindah. Biasanya
kotak ini terbuat dari bahan kayu atau logam, berwarna putih, diberi
lambang palang merah dan tulisan “P3K” atau “First Aid” dibagian kaca
pintu kotak K3 sebagai penanda.
Kotak P3K memiliki ukuran yang beragam, penggunaannyapun juga
tergantung kebutuhan. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang ada di
perusahaan maka akan semakin besar pula kotak obat yang dibutuhkan.
Bahkan bagi perusahaan dengan karyawan yang banyak, kotak P3K bisa
dibuat lebih banyak dan ditempatkan di berbagai tempat yang rawan terjadi
kecelakaan.
3.Petugas P3K
Petugas P3K yang mimiliki pengetahuan dan keterampilan penanganan
korban kecelakaan kerja sangat dibutuhkan di perusahaan. Petugas yang
cekatan dan mampu mengatasi berbagai situasi kecelakaan kerja, akan dapat
mengurangi resiko akibat kecelakaan.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Per.15/Men/VIII/2008 Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja; Idealnya rasio jumlah petugas
P3K untuk perusahaan yang memiliki resiko rendah terhadap kecelakaan,
setidaknya memiliki satu petugas P3K untuk menangani 150 tenaga kerja.
Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang
tinggi, setidaknya memiliki satu petugas untuk setiap 100 orang atau kurang.

Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :


1. Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja;
2. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
3. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan; dan
4. Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Saat terjadi kecelakaan kerja, petugas P3K wajib segera menolong korban.
Demi kebaikan bersama, petugas P3K harus perhatikan prinsip dasar dalam
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, yaitu :
1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.
Saat terjadi kecelakaan kerja biasanya timbul situasi panik. Sebagai petugas
P3K usahakan tetap tenang dan lihatlah situasi dengan cermat sehingga
Anda tidak menjadi korban kecelakaan berikutnya. Pastikan diri Anda
dalam posisi aman untuk bisa menolong orang lain.
2. Pakailah metode pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Untuk menangani pertolongan pertama pada kecelakaan, lakukan sesegera
mungkin dengan berbagai peralatan dan sumber daya yang ada.
3. Catat semua usaha pertolongan yang telah dilakukan.
Pencatatan ini berfungsi untuk memberikan data secara falid kepada pihak
lain (misalanya rumah sakit/rujukan) tentang identitas korban, kronologi
kejadian, dan gejala penyakit yang diderita.
13. Jelaskan dari segi teknik mengapa pesawat tenaga, pesawat produksi, alat
angkat dan angkut perlu dilakukan pengawasan sebutkan pula peraturan
perundang-undangannya !
 SUMBER BAHAYA
1. Pesawat Tenaga dan Produksi
 Konstruksi Mesin:
a) Semua mesin harus dibuat dan dipelihara sedemikian rupa sehingga
bilamana berjalan dengan kecepatan tinggi atau lamban mesin-mesin
bebas dari kebisingan yang berlebih-lebihan dan getaran-getaran yang
membahayakan.
b) Semua mesin kecuali yang dapat dibawa atau yang bersifat mobil, harus
dipasang teguh pada lantai atau pondasi lain yang sesuai untuk
menghilangkan semua "gerak" atau "jalan wollking".
c) Permukaan kerja dari mesin harus pada ketinggian yang akan memberikan
sedikit mungkin keletihan kepada yang menjalankan mesin (operator).
Penyesuaian harus diadakan bilamana operator lebih tinggi atau lebih
rendah dari ketinggian rata-rata.
d) Semua ban (belts), lubang (shait), roda gigi dan banian lain yang bergerak
harus ditutup seluruhnya atau diberi penganianan sedemikian rupa
sehingga seorang pekerja tidak dapat menyentuhnya. Perlindungan harus
dibuat sesuai dengan aturan keselamatan kerja yang sudah diterima.
Adalah sering sulit, sungguhpun perlu untuk memberikan perlindungan
pada titik kerja dilakukan (point of operation) Pada kebanyakan alat
perlindungan mesin pada titik kerja dilakukan harus dapat digerakkan,
harus diseimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak mengganggu kerja
operator dan harus sedemikian kuat, sehingga dapat tahan akan tekanan-
tekanan dan kekuatan yang diarahkan kepadanya.
 Kelistrikan
a) Pentanahan (grounding) mesin-mesin yang mapan adalah nomor satu.
b) Harus ada sakitar listrik untuk memutuskan aliran listrik yang dapat
dikunci pada posisi putus untuk pemeliharaan perbaikan atau
keselamatan.
c) Saklar pemutus harus kembali secara otomatis ke posisi "putus" (off).
d) Setiap mesin harus mempunyai satu atau lebih sakelar "berhenti" yang
ditempatkan secara tepat untuk dipergunakan oleh operator.
e) Pada beberapa mesin sebaiknya dipasang suatu rem otomatis
(automatic brake) yaitu suatu rem listrik untuk menghentikan aliran di
swicth putus (swicth off).
f) Kabel dan sakelar harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
 Pengamanan Mesin
Mesin biasanya dibagi dalam sejumlah kategori antara lain mesin-mesin
penggerak utama, mesin-mesin transmisi dan mesin kerja yang semuanya
memperlihatkan keanekaragamannya masing-masing.
Pengamanan suatu mesin dapat lebih ruwet apabila mesin tersebut
mempunyai sabuk-sabuk (belt) roda gigi dan sejumlah peralatan, yang
berbeda-beda. Dalam penjelasan ini kita akan membatasi pada masalah
pengaman mesin-mesin secara umum.
Dalam rangka usaha pencegahan kecelakaan mesin-mesin perlu diberi
pengaman. Pada awal revolusi industri, mesin-mesin merupakan factor
penyebab khusus dari kecelakaan-kecelakaan dalam pabrik, sehingga
menimbulkan berbagai opini dalam masyarakat. Revolusi Industri ini
pulalah yang menyebabkan adanya usaha-usaha untuk membuat
peraturan-peraturan keselamatan kerja dan direncanakan pula pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan tersebut, dimana usahausaha ini adalah
untuk mengurangi bahaya kecelakaan akibat mesin.
Ditinjau dari segi pencegahan kecelakaan, mesin-mesin perlu mendapat
perhatian utama. Walaupun dewasa ini di negara-negara industri, mesin-
mesin hanya merupakan bagian kecil dari factor penyebab kecelakaan
kerja (biasanya antara 15 dan 25%), tetapi tingkat keparahan dari
kecelakaan akibat mesin pada umumnya masih tinggi.
2. Pesawat Angkat dan Angkut
Secara umum sumber bahaya yang terdapat pada pesawat angkat dan angkut
adalah:
Peralatan angkat, pita transport, pesawat angkutan dan diatas landasan dan
diatas permukaan dan alat angkut jalan kecil. Kesalahan design
- Kesalahan pemasangan
- Kesalahan pemakaian
- Kesalahan Derawatan
- Tidak pernah diperiksa dan diuji (tidak layak pakai)
Daerah lingkungan tidak aman
Tenaga kerja yang melakukan kegiatan antara lain meliputi cara Sifat
pekerjaan.
Sumber-sumber bahaya diatas yang memungkinkan dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan antara lain:
a. Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya.
b. Konstruksi tidak kuat/memenuhi syarat.
c. Safety devices/alat pengaman tidak berfungsi
d. Tenaga kerja tidak terampil
e. Lingkungan kerja tidak memenuhi syarat.
14. Jelaskan beberapa metode pemadaman kebakaran
4 Cara atau Metode memadamkan Api/ Kebakaran
Api hanya bisa terbentuk jika tetrahedron api terbentuk, oleh karenanya, untuk
memadamkan api berarti kita harus memutus pembentukan tetrhedron api. 4
Cara atau metode memadamkan api/kebakaran dijelaskan sebagai berikut:
 Cooling, yaitu mendinginkan bahan bakar dengan mengusir panas.
Misalnya, menyiram air pada bahan bakar seperti kayu yang terbakar.
 Smothering, yaitu memotong pasokan oksigen. Misalnya, dengan
memberikan foam atau karbon dioksida.
 Starving, yaitu dengan memotong pasokan bahan bakar (fuel). Misalnya
dengan memberhentikan pasokan gas yang terbakar di dalam pipa.
 Inhibition, yaitu dengan menghentikan reaksi kimia. Misalnya, dengan
memberikan dry chemical powder.

15. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi kebakaran dan media pemadam api !
Kelas Kebakaran Yang Ada Di Indonesia. Menurut menteri tenaga kerja dan
transmigrasi tertera jelas telah mengeluarkan peraturan nomor 04/MEN/1980
yang menjelaskan mengenai kelas kebakaran yang ada di Indonesia, dalam
surat tersebut menerangkan terdapat 4 kategori kelas kebakaran, yaitu:
Kelas Kebakaran Yang Ada Di Indonesia
1.Kelas kebakaran A:
kelas kebakaran ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda yang
padat terkecuali logam.
Contohnya: Kayu, kertas, kain, plastic dll
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder, tabung pemadam api
media Foam, tabung pemadam api media Gas Av 141b.
2.Kelas kebakaran B:
kelas kebakaran ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh bahan bakar cair
yang mudah terbakar
Contohnya: Bensin (premium), solar, kerosene, minyak goring, dll
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder, tabung pemadam api
media foam, tabung pemadam api media Carbon dioxide (CO2), tabung
pemadam api media Gas Av 141b.
3.Kelas kebakaran C:
kelas kebakaran ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh korsleting
instalasi listrik, Gas dan kimia
Contohnya: benda elektronik dan benda-benda lain yang menggunakan
listrik serta kimia
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder, tabung pemadam api
media Carbon dioxide (CO2), tabung pemadam api media Gas Av 141b.
4.Kelas kebakaran D:
kelas kebakaran ini adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda padat
logam
Contohnya: Alumunium, natrium, magnesium, kalium, dll
Tabung pemadam api yang cocok untuk kelas kebakaran ini adalah tabung
pemadam api dengan media Dry chemical powder khusus.

Anda mungkin juga menyukai