Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR MANAJEMEN BIAYA

TERM PAPER

ANALISIS AKTIVITAS RANTAI NILAI PADA USAHA MIKRO KECIL


DAN MENENGAH (UMKM) KERIPIK INYAK

Oleh:
KELOMPOK 3
Devinda Sari 1610536018
Dwi Kiki Intan Sari 1610536021
Tisa Tantri 1610536033
Annisa Ghasanni Y. 1610536049

DOSEN PENGAMPU : SRI DEWI EDMAWATI, SE, M.Si, Akt

JURUSAN AKUNTANSI INTAKE DIII


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

0
2018

Latar belakang
Globalisasi yang terjadi akibat dari pemberlakuan era perdagangan bebas membuat
persaingan bisnis semakin ketat dalam meraih keunggulan kompetitif. Hal ini menimbulkan
tantangan sekaligus peluang bagi perkembangan dunia bisnis, sehingga memotivasi bahkan
memaksa manajemen perusahaan untuk terus berinovasi dalam menentukan strategi yang
tepat agar perusahaan mampu bertahan dan unggul berada dalam posisi strategis dan bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Mencapai keunggulan yang kompetitif
bukan hal yg hanya ingin diraih oleh perusahaan besar saja, tetapi termasuk perusahaan kecil
dalam hal ini UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Daya saing industri dalam meraih
keunggulan kompetitif salah satunya dipengaruhi oleh rantai nilai (value chain) yang efektif.
Rantai nilai yang efektif merupakan kunci keunggulan kompetitif yang dapat menghasilkan
nilai tambah bagi suatu industri (Porter, 1985 dan Kaplinsky & Moris 2002).

Rantai nilai (value chain) merupakan suatu pengelolaan dimana usaha dilihat sebagai
rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan (Pearce
dan Robinson, 2008). Rantai nilai secara nyata semakin diakui dan memiliki peranan penting
dalam suatu perusahaan terutama bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dimana
UMKM sendiri merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berdiri sendiri dan berskala kecil
serta dikelola oleh kelompok masyarakat atau keluarga. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
UMKM merupakan sebuah aktivitas ekonomi yang memberi kontribusi positif terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga perlu untuk meningkatkan kualitas UMKM di
Indonesia agar memiliki keunggulan kompetitif di era perdagangan bebas seperti saat ini.

Value chain pada UMKM dijadikan sebagai alat pertimbangan strategis untuk
mencapai keunggulan kompetitif. Maka salah satu UMKM di Kota Padang yang akan
dianalisis aktivitas rantai nilainya adalah usaha Keripik Inyak. UMKM Keripik Inyak ini
dimulai sejak tahun 2013, yang beralamat di Kelurahan Tanah Sirah Piai Nan XX Kecamatan

1
Lubuk Begalung Kota Padang. Sejak berdiri hingga sekarang UMKM ini terus mengalami
kenaikan penjualan sebanyak 20% setiap tahunnya. Usaha rumahan ini berawal dari hobi
masak yang dimiliki oleh pemiliknya, yang awalnya hanya memproduksi untuk memenuhi
kebutuhan pasar di sekitar lingkungan rumah. Namun kini telah berkembang dan sudah
memiliki karyawan sebanyak dua orang.

UMKM Keripik Inyak ini merupakan binaan dari “Rumah Zakat” sejak tahun 2017
hingga sekarang, yang sebenarnya sangat potensial untuk bisa lebih berkembang menjadi
usaha berskala Provinsi. Produk dipasarkan lebih kurang ke 50 swalayan dengan lokasi yang
tersebar di Kota Padang. Sebenarnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan UMKM
Keripik Inyak cukup banyak, namun karena masih adanya keterbatasan pada SDM dan
berbagai masalah lain yang masih harus dihadapi, membuat belum terjangkaunya semua
pangsa pasar yang ada di Kota Padang. Sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar
secara menyeluruh masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan oleh UMKM ini.

Konsep Value Chain Analysis menyatakan bahwa dengan fokus di dalam rantai
nilainya sendiri perusahaan dapat benar-benar mengetahui aktivitas-aktivitas apa saja yang
memberi nilai tambah bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat fokus dalam
mengembangkan kompetensi inti perusahaan. Selain fokus dalam rantai nilainya sendiri,
perusahaan harus mencari keunggulan bersaing di luar rantai nilainya sendiri, sampai ke
rantai pemasok, penyalur, dan akhirnya pelanggannya. Pemasaran UMKM masa kini, tidak
boleh hanya berorientasi mendapatkan keuntungan saat ini namun harus juga berfikir jauh
untuk pencapaian keberhasilan jangka panjang (competitive advantage). Pola kemitraan saat
ini dikembangkan untuk mendapatkan nilai tertinggi yang tidak mudah terkalahkan oleh
pesaing.

Dapat kita ketahui dengan menggunakan Value Chain Analysis, perusahaan dalam hal
ini UMKM Keripik Inyak akan mampu melakukan penghematan biaya dan meningkatkan
nilai pelanggan. Dengan pengeluaran biaya yang efisien, artinya perusahaan dapat menekan
cost terhadap suatu produk yang dihasilkan, dengan mencari keunggulan bersaing di luar
rantai nilainya perusahaan akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Kondisi
menciptakan produk berbiaya rendah, dapat diterima pasar dan memberikan nilai kepuasan
pelanggan, sehingga akhirnya penjualan terus meningkat berdampak pada peningkatan
profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
2
Berdasarkan uraian yang ada, untuk menjadikan UMKM Keripik Inyak sebagai
UMKM yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar, penting untuk mengetahui
bagaimana aktivitas rantai nilai yang ada pada UMKM Inyak dan apakah aktivitas rantai nilai
yang ada memberikan nilai tambah terhadap UMKM tersebut agar mampu meraih
keunggulan kompetitif. Dengan menganalisis aktivitas rantai nilai pada UMKM Keripik
Inyak diharapkan UMKM ini dapat menemukan keunggulan bersaingnya, sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah pada setiap rantai aktivitasnya, meningkatkan efisiensi biaya, dan
akhirnya profit juga meningkat serta bertahan dalam jangka panjang.

Pembahasan
Value Chain Analysis merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk
suatu nilai (Shank dan Govindarajan, 2000). Sedangkan value chain itu sendiri merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari pembelian bahan baku sampai dengan diterima produk oleh
pelanggan. Semakin cepat produk sampai ditangan pelanggan maka semakin cepat perputaran
persediaan terhadap barang dagang, yang artinya semakin cepat modal dapat kembali.
Dengan persaingan yang kompetitif di era digital ini setiap perusahaan terus bersaing agar
produk yang mereka hasilkan adalah produk yang akan menciptakan kepuasan pelanggan.
Selanjutya menurut Porter (1985) menjelaskan, bahwa Value Chain Analysis merupakan alat
analisis strategik yang digunakan untuk memahami lebih terhadap keunggulan kompetitif,
untuk mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya dan
untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan
perusahaan lain dalam industri.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa apakah setiap aktivitas yang ada dalam
rantai nilai yang dalam perusahaan kita tersebut sudah memberikan hasil yang baik untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif dan harga yang dikeluarkan konsumen adalah sesuai
dengan apa yang dibutuhkannya. Sehingga nantinya akan berujung pada loyalitas pelanggan
terhadap perusahaan dan menambah jumlah konsumen sehingga terjadi peningkatan terhadap
profit perusahaan dalam jangka panjang.

Adapun model Value Chain Analysis yang banyak digunakan oleh perusahaan, yaitu
Porter’s Value Chain Model yang diperkenalkan oleh Michael Porter pada tahun 1985.
Dimana dalam model ini aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai bagi perusahaan terdiri
3
dari primary activities dan secondary activities. Dengan menggunakan Porter’s Value Chain
Model kami akan menganalisis aktivitas rantai nilai pada UMKM Keripik Inyak.

Aktivitas utama pada UMKM Keripik Inyak dimulai dari inbound logistic, yaitu
berhubungan dengan aktivitas pengadaan sampai dengan bahan baku siap untuk diproduksi.
Dalam pengadaan bahan baku UMKM Keripik Inyak membeli langsung bahan baku ke pasar
yang berlokasi tidak jauh dari tempat produksi, dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Pemilihan bahan baku yang berkualitas langsung dilakukan pada saat pembelian, dan
dilakukan langsung oleh pemilik UMKM Keripik Inyak. Dengan pembelian bahan baku 30
kg-100 kg per tiga hari sekali, pemilik sendiri yang mengangkut seluruh bahan baku sampai
ke tempat produksi. Bahan baku yang dibeli langsung dikupas dan dicuci hingga bersih.
Namun setelah proses pengupasan bahan baku tidak langsung diolah lebih lanjut, melainkan
disimpan terlebih dahulu selama satu malam di gudang penyimpanan. Hal ini dilakukan
karena proses produksi lanjutan tidak mungkin dilakukan pada hari yang sama, dikarenakan
keterbatasan waktu dan sumber daya tenaga kerja yang ada. Selanjutnya proses produksi
lanjutan baru akan dilakukan pada keesokan harinya, dari mulai pemotongan, pembumbuan,
penggorengan, pengecekan barang jadi sampai dengan pengemasan produk, yang hanya
dikerjakan oleh dua orang tenaga kerja.

Aktivitas produksi tidak dilakukan setiap hari, tetapi hanya setiap tiga hari sekali. Hal
ini dikarenakan keterbatasan tenaga kerja dan penggunaan peralatan untuk mendukung
pelaksanaan setiap aktivitas yang ada. Setiap bulan UMKM Keripik Inyak mampu
memproduksi hingga 300 kg bahan baku basah dan menghasilkan 60 kg barang jadi. Produk
yang dihasilkan bisa bertahan selama enam bulan, namun untuk menjaga kualitas UMKM ini
mengganti produk lama yang belum terjual dengan produk baru setiap dua minggu sekali.

Dalam aktivitas outbond logistic UMKM Keripik Inyak menitipkan produk-


produknya ke 50 minimarket/swalayan yang tersebar di wilayah Kota Padang. UMKM ini
mengantar langsung produknya ke masing-masing minimarket tersebut. Sistem pengantaran
produk dilakukan berdasarkan area minimarket dengan rute jalan yang sama, karena jaraknya
bervariasi. Jumlah produk yang dititipkan ke minimarket minimal 10 bungkus dan maksimal
50 bungkus. Waktu yang diperlukan untuk pengantaran produk ke lokasi penjualan sebanyak
tiga hari. Dimana pengantaran produk hanya dilakukan sekali dua minggu untuk tiap

4
minimarket, dan dilakukan langsung oleh pemilik UMKM dengan menggunakan kendaraan
pribadinya.

Aktivitas marketing UMKM Keripik Inyak masih sangat terbatas, hanya pemasaran
dari mulut ke mulut. Walaupun UMKM ini telah memiliki label di setiap kemasannya, namun
pemasaran bentuk lainnya masih belum dilakukan. UMKM Keripik Inyak tidak menetapkan
potongan harga untuk pembelian produk dalam jumlah besar, namun harga yang ditawarkan
akan menjadi lebih murah dari pada produk dalam kemasan standar (kecil). Konsumen dari
UMKM Keripik Inyak tidak hanya berasal dari kota Padang, namun juga berasal dari luar
Kota Padang.

Selain aktivitas utama terdapat aktivitas pendukung pada UMKM Keripik Inyak.
UMKM ini masih memiliki keterbatasan tenaga kerja, sehingga beberapa aktivitas harus
dilakukan oleh satu tenaga kerja. Karena UMKM ini masih dikelola oleh keluarga, dimana
tenaga kerja juga beranggotakan keluarga maka belum ada pembagian tugas secara jelas.
Walaupun tenaga kerja masih merupakan anggota keluarga, namun tetap terdapat spesialisasi
pekerjaan dalam aktivitas produksi. Dimana untuk tahap pengupasan telah ditunjuk satu
tenaga kerja yang memang mampu melakukannya sesuai standar. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kualitas mutu dari produk yang akan dihasilkan. Sedangkan pekerjaan pemotongan
sampai dengan pengemasan dilakukan secara bersama-sama, dan setiap tenaga kerja diberi
upah Rp. 900.000,-/bulan. Namun untuk pengadaan bahan baku dan pengantaran produk ke
lokasi penjualan dilakukan langsung oleh pemilik UMKM. Untuk mendukung proses
produksi UMK Keripik Inyak belum menggunakan teknologi canggih, karena keterbatasan
modal pemilik. Untuk pemasaran produk UMKM Keripik Inyak juga masih manual belum
ada pemasaran secara online maupun menggunakan media lainnya. Dalam pengelolaan
keuangannya UMKM ini juga belum memiliki pencatatan yang terstruktur sesuai SAK
UMKM yang berlaku di Indonesia. Karena UMKM ini juga belum memiliki tenaga kerja
yang berkompeten untuk mengurus pembukuannya.

Setiap kegiatan dalam rantai nilai pada UMKM Keripik Inyak harusnya memiliki nilai
tambah yang berpengaruh pada hasil akhir produk. Berdasarkan analisis pada aktivitas rantai
nilai UMKM Keripik Inyak diketahui bahwa aktivitas pembelian bahan baku langsung ke
pasar tidak memberikan nilai tambah bagi UMKM tersebut. Aktivitas ini dapat dihilangkan
jika UMKM memiliki pemasok yang berkualitas dan mampu menyediakan bahan baku yang
5
diperlukan serta dapat mengantarnya langsung ke tempat produksi. Sehingga aktivitas yang
tidak bernilai tambah ini dapat dialihkan untuk melaksanakan aktivitas yang bernilai tambah
seperti mempercepat proses produksi. Aktivitas penyimpanan barang dalam proses setelah
dikupas selama semalam membuat UMKM Keripik Inyak memperpanjang waktu produksi,
karena adanya waktu tunggu untuk pengolahan bahan baku yang disebabkan keterbatasan
SDM. Jika permasalahan terkait pengadaan bahan baku akibat belum adanya pemasok
berkualitas dan keterbatasan jumlah tenaga kerja teratasi, maka UMKM Keripik Inyak dapat
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut dan dapat mempercepat aktivitas
produksi sehingga berdampak pada pengiriman produk ke lokasi penjualan yang dapat segera
dilakukan. Dengan cepatnya produk sampai ke lokasi penjualan, maka semakin cepat pula
produk sampai ke tangan pelanggan dan berdampak pula pada percepatan profit yang
diperoleh.

Keterbatasan aktivitas pemasaran dan service yang dilakukan UMKM Keripik Inyak
juga membuat terlambatnya peningkatan nilai pelanggan dan pencapaian profit yang
diharapkan. Seharusnya UMKM Keripik Inyak dapat memperluas pemasaran produknya
dengan menggunakan media online, sehingga lebih mudah dan cepat dalam mencapai
konsumen. Keterbatasan dalam hal pengantaran produk ke konsumen atau ke lokasi
penjualan disebabkan keterbatasan tenaga kerja, dapat diatasi dengan penggunaan jasa kurir
yang sekarang sedang ramai melalui aplikasi online seperti aplikasi Gojek atau Grab.
Walaupun mungkin akan ada peningkatan cost, dalam hal biaya jasa kurir online namun jika
produk dapat segera sampai ke konsumen, maka akan mempercepat produk terjual dan
akhirnya mempercepat perolehan profit UMKM. Terlebih dari itu jika produk dan layanan
yang diberikan UMKM dapat optimal, membuat konsumen puas maka akan ada pembelian
berulang dari konsumen, yang artinya peningkatan nilai pelanggan.

Analisis rantai nilai terhadap aktivitas pendukung pada UMKM Keripik Inyak
menunjukkan bahwa banyak aktivitas pendukung yang belum dilaksanakan secara maksimal.
Aktivitas infrastruktur UMKM Keripik Inyak terlihat masih sangat lemah dan belum
memberi nilai tambah disetiap aktivitas dalam rantai nilainya. Hal dikarenakan manajemen
dengan sistem kekeluargaan yang belum memiliki pembagian tugas dengan jelas, tidak
adanya perencanaan produksi secara matang, proses akuntansi yang masih belum berjalan.
UMKM ini juga masih belum optimal dalam penerapan teknologi canggih pada aktivitas
produksi dan pemasarannya yang disebabkan keterbatasan modal pemilik. UMKM Keripik
6
Inyak yang belum memiliki tenaga akuntansi yang berkompeten untuk membuat pembukuan
sampai ke penyusunan laporan keuangan, juga menyebabkan rendahnya daya saing UMKM
ini. Padahal seharusnya jika UMKM Keripik Inyak mempunyai laporan keuangan yang
sesuai SAK UMKM, maka menjadi peluang untuk dapat mengajukan pembiayaan ke Bank
atau lembaga keuangan lainnya untuk mengatasi permasalahan modal dalam penerapan
teknologi yang mendukung aktivitas produksi dan pemasaran produk sehingga meningkatkan
nilai aktivitas pada setiap rantai nilainya. Terkait pengembangan human resources
management, sebenarnya UMKM Keripik Inyak sudah mengikuti beberapa pelatihan yang
diselenggarakan pemerintah Kota Padang, yang seharusnya cukup membantu UMKM untuk
bisa memperbaiki proses bisnis dan peningkatan kualitas tenaga kerjanya.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa aktivitas rantai nilai pada
UMKM Keripik Inyak terdiri dari aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Dimana aktivitas
utama terdiri dari aktivitas pengadaan bahan baku, aktivitas produksi, aktivitas logistik
produk, aktivitas pemasaran, dan aktivitas service namun belum terlaksana. Sedangkan pada
aktivitas pendukungnya terdiri dari aktivitas procurement, technology development, human
resource management dan firm infrastructure. Aktivitas rantai nilai pada UMKM ini belum
terlaksana seluruhnya, baik untuk aktivitas utama maupun aktivitas pendukungnya.

Berdasarkan analisis aktivitas rantai nilai pada UMKM Keripik Inyak dapat
disimpulkan bahwa dalam aktivitas rantai nilai UMKM ini masih banyak terdapat aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah bagi UMKM itu sendiri. UMKM Keripik Inyak masih
memiliki keterbatasan dalam hal berinteraksi dengan pemasok dan konsumen.

Referensi
7
https://sis.binus.ac.id/2017/04/20/value-chain-analysis

Porter, M.E. 1998. Compettive Advantage. New York, USA: The Free Press

John K. Shank dan Vijay Govindarajan. Strategic Cost Manajemen and the Value Chain.

James M. Reevee. 2000. Reading and Issues In Cost Management, Second Edition. Thomson

Learning: South-Western College Publishing

Anda mungkin juga menyukai