PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Polimer
Suatu golongan bahan kimia yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari
adalah polimer. Polimer meliputi plastik, karet, kapas, wol, serat dan nilon.
Beberapa senyawa yang penting dalam tubuh makluk hidup juga merupakan
polimer yaitu polisakarida, protein, dan asam nukleat.
Nama polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly = banyak dan meros
= unit/bagian. Jadi, polimer adalah suatu senyawa yang besar dan dibangun dari
pengulangan unit-unit. Molekul sederhana yang membentuk unit-unit pengulangan
tersebut dinamakan monomer. Sedangkan reaksi pembentukkan polimer dikenal
dengan istilah polimerisasi.
Jenis-jenis polimer :
1. Berdasarkan Asal Polimer
a. Polimer alam
Jenis polimer ini terdapat pada makhluk hidup. Contoh dari polimer
alam adalah protein, amilum, selulosa, karet alam, wol, sutera dan
katun. Polimer alam mudah mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh mikroorganisme atau ulap/rayap.
b. Polimer sintesis
Jenis polimer ini terbentuk sebagai hasil reaksi dari bahan-bahan
kimia. Contoh dari polimer sintesis ini adalah polivinilklorida
(PVC), teflon, dan karet sintesis.
II.2. Urea
Urea adalah suatu senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat
gugus amida. Urea merupakan amida yang bersifat basa karena karbonil tunggalnya
tidak cukup untuk mengkompensasi dua gugus amino. Urea adalah senyawa
kovalen yang memiliki tiga atom iner (dalam). Berat molekulnya 60,06 gram/mol.
Urea merupakan zat padat, berwarna putih, berhablur, mudah larut dalam air dan
alcohol, tidak larut dalam eter, bersifat basa dan titik lelehnya 132oC, dengan rumus
kimia (NH2)2CO.
Urea dengan formaldehid akan bereaksi membentuk kopolimer yang
disebut urea formaldehid.
Urea disintesis di industri dari amonia dan karbon dioksida untuk
digunakan sebagai bahan dasar dalam sintesa polimer,obat-obatan, sumber nitrogen
non-protein bagi ternak ruminansia, dan untuk pupuk nitrogen .
II.3. Formaldehid
Formaldehid adalah gas yang mudah terbakar, tak berwarna, gas beracun
dengan bau yang menusuk dan menyesakkan. Formaldehid mempunyai rumus
HCHO dengan nama IUPAC Metanal dan mempunyai titik didih sebesar -21oC dan
titik leleh sebesar -117oC. Formaldehida pertama kali disintesa oleh kimiawan yang
berasal dari Rusia pada tahun 1859 yang bernama Aleksander Butlerov, tetapi
didefinisikan oleh Hoffman pada tahun 1867.
2. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan
produk akhir dari polimer.
3. Tahap curing
Tahap curing merupakan tahap akhir dari polimerisasi. Pada tahap ini
dilakukan pemanasan dan akhirnya resin diubah sifatnya menjadi
thermosetting yang mempunyai sifat tidak dapat larut, tidak dapat meleleh
dan tahan terhadap asam dan basa.
2. Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama
proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan terbentuk
senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga molekul
polimer yang dihasilkan rendah.
Senyawa Goldsmith :
H N CH2 N CH2OH
C O C O
H N CH2 N H
3. Katalis
Katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tetapi zat itu tidak
mengalami perubahan kimia yang permanent. Katalis menimbulkan lindasan
alternatif bagi jalannya reaksi, dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
yang biasa digunakan dalam percobaan ini adalah NH3. Katalis ini menyerap
panas reaksi (pada proses curing) sehingga dapat menurunkan energi aktivasi
agar temperatur reaksi tidak melebihi titik leleh dari resin yang terbentuk.
4. Temperatur reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea
yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Menurut Kadowaki dan
Hasimoto, temperatur optimum reaksi adalah 85oC. Sedangkan titik lelehnya
menurut De Chensne adalah 150 oC. Dan menurut Einhorn adalah 126 oC.
Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi, hal ini dapat ditunjukkan
dengan persamaan Arrhenius yaitu :
K = A e-Ea/RT
5. Buffer
Buffer ( larutan penyangga ) adalah larutan yang dapat menahan perubahan
pH larutan bila asam atau basa ditambahkan, atau bila larutan diencerkan.
Buffer ini berpengaruh untuk menjaga agar reaksi tetap berlangsung pada
rentang pH antara 8 sampai 10 sehingga reaksi dapat berjalan stabil. Buffer
yang dipakai dalam percobaan ini adalah Na2CO3.H2O .
1. Reaksi Metilolasi
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 7 sampai 10
merupakan reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea
yang menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah,
karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati – hati karena turunan metilol
berkondensasi secara cepat dalam suasana asam. Pengaturan suasana basa ini dapat
dilakukan dengan penambahan amonia, larutan NaOH dalam air . Reaksi ini berada
dalam keadaan mono atau di yang dihasilkan dalam keadaan basa.
Mula-mula polimer yang dihasilkan mempunyai rantai lurus dan masing-
masing dapat larut dalam air. Proses polimerisasi mulai membentuk rantai tiga
dimensi dan kelarutannya dalam air semakin berkurang. Rantai tiga dimensi ini
merupakan salah satu perbedaan antara termosetting dan termoplastik.
Reaksinya :
Air keluar
Kolom refluks
Motor listrik
Air masuk
Seal gliserin
termometer
Pengambilan sampel
Pemanas listrik
III.3
1. Menyusun alat seperti gambar diatas.
2. Memasukkan formalin (40 %) ke dalam labu bundar sebanyak 600 mL.
3. Memasukkan katalis NH3 dengan volume 7,1 ml dan buffer (Na2CO3.H2O)
sebanyak 6,3 gram ke dalam labu bundar, diaduk dengan motor pengaduk sampai
Na2CO3.H2O melarut dalam formalin dan NH3, dan diambil sampel no 0 dan
dianalisis.
4. Memasukkan 330 gram urea (setelah dihitung dari perbandingan umpan) ke dalam
labu bundar, dan pemanas langsung dihidupkan sampai waktu, kemudian diambil
sampel 1 dicatat suhunya dan dianalisis.
5. Campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu yang telah ditentukan (85-100
o
C), kemudian sampel di ambil setiap 12 menit sekali (dianalisis) sampai sampel
menghasilkan volume titrasi konstan (pada percobaan ini diambil sampel sebayak
18 kali).
6. Pada waktu proses berlangsung, amati waktu terjadinya refluks dan catat waktu
serta suhunya.
7. Dilakukan analisa terhadap semua sampel yang diambil.
2) Analisa pH larutan
Kertas pH dicelupkan ke dalam larutan sampel, warna yang terbentuk disesuaikan
dengan warna standar. Dicatat pH sesuai dengan warna pada standar.
3) Analisa viskositas larutan dengan Viscometer Ostwald
a. Dilakukan kalibrasi dengan memasukkan sejumlah tertentu aquadest yang telah
diketahui temperaturnya ke dalam viskometer.
b. Dicatat waktu alir yang diperlukan aquadest untuk menempuh jarak tertentu
pada viskometer tersebut.
c. Dimasukkan sejumlah resin yang akan ditentukan viskositasnya ke dalam
viskometer sejumlah sama dengan aquadest.
d. Mencatat waktu alir yang diperlukan untuk menempuh jarak tertentu dalam
viskometer tersebut.
e. Analisa viskositas dilakukan pada setiap sample.