Anda di halaman 1dari 9

PRATIKUM HIDROLIKA II-64

II.4 LONCAT AIR


II.4.1 Maksud dan tujuan
Menunjukkan karakteristik loncat air pada aliran di bawah pintu
sorong.
II.4.2 Alat yang digunakan
a. Multi purpose teaching flume
b. Model pintu sorong
c. Point gauge
d. Stopwatch

II.4.3 Dasar teori


Apabila aliran berubah dari superkritik ke aliran sub kritik,
maka akan terjadi loncat air karena terjadi pelepasan energi.
Fenomena ini dapat terjadi apabila air meluncur di bawah pintu
sorong menuju kebagian hilir yang mempunyai kedalaman yang
sangat besar.
Loncatan yang bergelombang akan terjadi pada saat perubahan
kedalaman yang terjadi tidak besar. Permukaan air akan
bergelombang dalam rangkaian osilasi yang lam kelaman akan
berkurang menuju daerah dengan aliran sub kritik.

Gambar II.6 Loncat air pada pintu sorong

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-65

Dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada fluida di


kedua sisi loncat air, dapat ditunjukkan pada :

……..(2.12)
Karena maka persamaan diatas dapat
disederhanakan sbb :
𝑦 −𝑦1 2
∆𝐻 = ( 4𝑦3 ) ................................……(2.13)
1 𝑦3

Dengan : ΔH = total kehilangan energi sepanjang loncat air


Va = kecepatan rerata sebelum loncat air
Vb = kecepatan rerata setelah loncat air
ya = kedalaman aliran sebelum loncat air
yb = kedalaman aliran setelah loncat air
II.4.4 Prosedur percobaan

a. Pasang pintu sorong pada saluran,


b. Pasang point gauge pada saluran (di hulu dan di hilir),
c. Buka pintu sorong setinggi 2 cm dari dasar,
d. Pasang stop log di hilir saluran,
e. Alirkan air perlahan-lahan sehingga nanti akan terbentuk loncat air
terjadi di hilir,
f. Amati dan gambarkan sketsa aliran / lonct air yang terjadi,
g. Naikkan tinggi air di hulu dengan mengubah debit aliran dan
naikkan tinggi stop log. Amati loncat air yang terjadi dan
gambarkan sketsanya,
h. Ukur kedalaman di hulu dan di hilir loncat air, tinggi bukaan pintu
dan ukur debitnya (y1, y3, yg dan Q),
i. Ulangi lagi untuk debit aliran yang lain,
j. Hitung harga V1,
k. Gambarkan grafik hubungan antara V12/gy1 vs y3/y1,
l. Hitung harga ΔH / y1 dan gambarkan grafik hubungan antara
ΔH/y1 vs y3/

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-66

II.4.5. Data Hasil Pengamatan


Tabel II.18 Data Hasil Pengamatan

No Yg (m) Yo (m) Y1 (m) Y3 (m) V (m3) t (det)

1 0,03 0,051 0,039 0,024 0,005 11,030


2 0,03 0,069 0,048 0,032 0,005 6,750
3 0,03 0,052 0,052 0,037 0,005 4,620
4 0,03 0,055 0,055 0,039 0,005 3,720
5 0,03 0,095 0,057 0,043 0,005 3,590

II.4.6. Analisa Perhitungan


a. Menghitung Debit (Q)
V
Q 
t
0,005

11,03
= 0,00045 m3/s
b. Menghitung Luas

A1  b. y1
= 0,075 x 0,039
= 0,003 m2

c. Menghitung v1
Q
v1 
A1

0,00045

0,003
= 0,155 m/s

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-67

d. Menghitung ∆H
2
 y  y1 
∆H   3 
 4. y1 .y 3 
2
 0,024  0,039 
 
 4 . 0,039 .0,024 

= 16,051

e. Menghitung ∆H/y1

H
∆H/y1 
y1

16,051

0,039
= 411,572
f. Menghitung v12/gy1
v1
v12/gy1 
g. y1
0,155

9,81.0,039
= 0,063
g. Menghitung H0 (tinggi muka air di hulu)
 v02 
H0  y 0   

 2.g 

 0,119 2 
 0,051   
 2 x 9,81 
= 0,052 m

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-68

h. Menghitung H1 (tinggi muka air di hilir)


 v1 2 
H1  y 1   

 2.g 

 0,155 2 
 0,039   
 2 x 9,81 
= 0,040 m
i. Menghitung Luas

A0  b. y 0
= 0,075 x 0,051
= 0,004 m2

j. Menghitung Kecepatan di titk 0 (v0)


Q
v0 
A0
0,00045

0,004
= 0,119 m/s
k. Menghitung Luas di Titik 3 (A3)
A3  b. y 3
= 0,075 x 0,024
= 0,002 m2
j. Menghitung Kecepatan di titik 3 (v3)
Q
v3 
A3
0,00045

0,002
= 0,252 m/s

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-69

Tabel II.19. Hasil Perhitungan Loncat Air pada Aliran melalui Pintu Sorong

Lebar pintu sorong (b) = 0,075 m

H0 (m) H1 (m) yg (m) yo (m) y1 (m) y3 (m) Q (m3/s) A0 (m2) A1 (m2) A3 (m2) v0 (m/s) v1 (m/s) v3 (m/s)

0,052 0,040 0,03 0,051 0,039 0,024 0,00045 0,004 0,003 0,002 0,119 0,155 0,252
0,070 0,050 0,03 0,069 0,048 0,032 0,00074 0,005 0,004 0,002 0,143 0,206 0,309
0,056 0,056 0,03 0,052 0,052 0,037 0,00108 0,004 0,004 0,003 0,278 0,278 0,390
0,060 0,060 0,03 0,055 0,055 0,039 0,00134 0,004 0,004 0,003 0,326 0,326 0,460
0,097 0,062 0,03 0,095 0,057 0,043 0,00139 0,007 0,004 0,003 0,195 0,326 0,432

∆H ∆H/y1 V (m3) t (s) y3/y1 v12/gy1

16,051 411,572 0,005 11,030 0,615 0,063


6,782 141,285 0,005 6,750 0,667 0,090
3,799 73,055 0,005 4,620 0,712 0,151
3,477 63,227 0,005 3,720 0,709 0,197
2,039 35,775 0,005 3,590 0,754 0,190

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-70

Tabel II.20 Hubungan Antara v12/gy1 vs y3/y1 Grafik II.8. Hubungan Antara v12/gy1 vs y3/y1

y3/y1 v12/gy1
Hubungan v12 /gy1 vs y3/y1
0.21

0.19
0,62 0,06 y = 1.0358x - 0.5781
0.17 R² = 0.8322

0.15
0,67 0,09

V12/GY1
0.13

0.11
0,71 0,15
0.09

0.07
0,71 0,20
0.05
0.60 0.62 0.64 0.66 0.68 0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.80
0,75 0,19 Y3/Y1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-71

Tabel II.21 Hubungan Antara ∆H/y1 vs y3/y1 Grafik II.9. Hubungan Antara ∆H/y1 vs y3/y1

ΔH y3/y1 Hubungan ΔH vs y3/y1


0.800
0.780 y = -0.0088x + 0.7479
16,051 0,615 R² = 0.8904
0.760
0.740
6,782 0,667 0.720

Y3/Y1
0.700
0.680
3,799 0,712
0.660
0.640
3,477 0,709
0.620
0.600
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000
2,039 0,754
ΔH

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017


PRATIKUM HIDROLIKA II-72

II.4.7. Kesimpulan
II.4.7.1 Analisa Grafik
a. Grafik v12/gy1 vs y3/y1
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai-nilai v12/gy1 dan y3/y1 yang
kemudian diplotkan pada grafik dan diperoleh hubungan antara
parameter v12/gy1 vs y3/y1 berupa suatu persamaan linear, dengan
persamaan sebagai berikut :
y = 1,0358 x - 0,5781
R² = 0,8322

b. Grafik ∆H y1 vs y3/y1
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai-nilai ∆H/y1 dan y3/y1 yang
kemudian diplotkan pada grafik dan diperoleh hubungan antara
parameter v12/gy1 vs y3/y1 berupa suatu persamaan linear, dengan
persamaan sebagai berikut :
y = -0.0088x + 0,7479
R² = 0,8904

II.4.7.2 Analisa Data


a. Nilai A3 memiliki nilai yang semakin naik
b. Nilai v1 dan v3 memiliki nilai yang tidak konstan tergantung dari
perhitungan di A1 dan A3.
c. Nilai y3/y1 berbanding lurus dengan v12/gy1

II.4.8 Saran
1. Ketelitian merupakan modal utama dalam melakukan praktikum,
baik faktor manusianya maupun ketelitian alat.
2. Di dalam pengambilan data, sebaiknya harus dilakukan dengan teliti,
agar hasil lebih akurat.
3. Lakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang ada di modul.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNTAN 2017

Anda mungkin juga menyukai