Anda di halaman 1dari 7

LATIHAN PERNAPASAN

TERHADAP PENINGKATAN NILAI KAPASITAS PARU


PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Breathing Excercise to Lung Capacity Improvement
on Clients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease

Zuriati, Melti Suriya


Program Pendidikan Ners, STIKes Alifah Padang- Sumatera Barat, Indonesia
E-mail : yathie_zuriati13@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan
aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi
yang abnormal terhadap partikel dan gas berbahaya. Tujuan penelitian ini untuk menilai efektivitas pengaruh latihan
pernapasan dan jalan enam menit terhadap peningkatan kapasitas paru pada klien dengan gangguan pernapasan di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk Alung Sumbar. Metode. Desain penelitian Quasi Experiment. Jumlah
sampel 38 responden yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Latihan pernapasan ini dilakukan
3 kali dalam seminggu selama 12 minggu, evaluasi penelitian di nilai sebelum latihan dilakukan dan 12 minggu sesudah
latihan pernapasan jalan enam menit. Data dianalisis dengan uji paired t test dan uji t-independen. Hasil. Hasil penelitian
menujukan rata-rata nilai kapasitas paru meningkat dengan selisih rata-rata sebelum dan sesudah latihan rerata 133,33 ml/
min, dan terdapat perbedaan latihan pernapasan p value (0,00) sesudah diberikan latihan pernapasan jalan enam menit.
Diskusi. Diharapkan klien mampu melaksanakan latihan pernapasan jalan enam menit secara mandiri di rumah.

Kata Kunci: PPOK, latihan pernapasan, kapasitas paru

ABSTRACT
Introduction. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic lung disease characterized by the air flow
resistance in the airway that is not fully reversible, progressive and associated with an abnormal inflammatory response
to noxious particles and gases. The purpose of this study was to assess the effectiveness of the influence of breathing
exercises and the six minutes-walk to increase lung capacity in clients with respiratory problems in the Central Treatment
for Lung Disease (BP4) Lubuk Alung West Sumatra. Methods. The research design was Quasi Experiment. The numbers
of samples were 38 respondents divided into intervention group and control group. Breathing exercises was done three
times a week for 12 weeks, research evaluation exercises valued before and 12 weeks after the six minutes-walk breathing
exercise. Data were analysis with paired t test and t-independent test. Results. The results of research showed that the
average of lung capacity value average increased with a difference before and after exercise about 133.33 ml/min, and
there was a different breathing exercises p value (0.00) after being given six minutes of breathing exercises. Discussion.
It is expected that clients are able to implement the six minutes of breathing exercises independently at home.

Keywords: COPD, breathing exercises, lung capacity

PENDAHULUAN diperkirakan menduduki peringkat ke-4 di


dunia (American Thoracic Society 2013).
Peningkatan pelayanan kesehatan,
PPOK di Indonesia meningkat dari waktu
hygiene dan sanitasi lingkungan serta
ke waktu, berdasarkan hasil Riset Kesehatan
taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat
Dasar (Rikesdas) tahun 2013, dari 33 propinsi
cenderung menurunkan angka kematian
di Indonesia. Perkembangan wilayah perkotaan
(mortalitas) beberapa penyakit kronis. Penyakit
dan perdesaan ini juga berdampak pada gaya
paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu
hidup masyarakat yang penuh dengan stress
kondisi yang irreversible di mana terjadi
dan meningkatnya kebiasaan merokok pada
penyempitan saluran udara, peningkatan
masyarakat.
tahanan aliran udara, air trapping dan
Faktor resiko dari PPOK adalah
hilangnya recoil elastic paru (Smeltzer & Bare
interaksi genetik dengan lingkungan. Merokok,
2008). Menurut World Health Organization
terpaparnya asap, debu, bahan kimia, polusi
(WHO) 2012, saat ini angka kematian PPOK

48
Latihan Pernapasan terhadap Peningkatan Nilai Kapasitas Paru (Zuriati, Melti Suriya)

udara perkotaan, uap padat saat bekerja yang pernapasan terhadap peningkatan nilai
lama dan terus menerus juga dapat memberikan kapasitas vital paru pada klien PPOK di Balai
konstribusi terjadinya PPOK (Smetlzer & Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk
Bare 2013). Keluhan utama PPOK antara lain Alung Sumbar.
sesak napas, batuk kronis dengan sputum,
penurunan kapasitas kerja dan keterbatasan
METODE
aktivitas. Ketidakmampuan beraktivitas
pada klien PPOK terjadi bukan hanya akibat Desain penelitian Quasi Exsperimental
sesak napas yang dialaminya bertahun-tahun, dengan bentuk rancangan non equivalent
tetapi diperburuk oleh penurunan fungsi control group pre test – post test. Penelitian
otot skeletal akibat berkurangnya aktivitas ini bertujuan untuk melihat pengaruh efek
klien (deconditioning syndrome) (PDPI perlakuan subjek yang kelompok kontrol latihan
2010). Kondisi tersebut dapat menyebabkan pernapasan jalan enam menit selama 6 minggu
penurunan fungsi ventilasi paru, di mana dengan kelompok subjek yang diberikan
fungsi ventilasi paru adalah kemampuan dada intervensi latihan jalan 6 menit selama 12
dan paru untuk menggerakkan udara masuk minggu terhadap peningkatan kapasitas vital
dan keluar alveoli (Smeltzer & Bare 2013). paru. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 29
Rehabilitasi paru merupakan program Juni s/d 19 September 2015. Populasi dalam
penatalaksanaan klien PPOK. Komponen penelitian ini adalah klien PPOK derajat
dari rehabilitasi paru adalah edukasi, terapi sedang yang rawat jalan di poliklinik Balai
fisik (latihan pernapasan, fisoterapi dada, Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk
postural drainase). Latihan rekondisi (jalan Alung Sumbar dengan teknik pengambilan
kaki, bersepeda, lari) dan bantuan psikososial. sampel purposive sampling dengan kriteria
Terdapat bukti dari randomised controlled inklusi: klien PPOK dengan derajat sedang
trials (RCTS) terhadap manfaat rehabilitasi (VEP1/KVP > 70%), klien bersedia menjadi
paru yang menunjukkan perbaikan sesak responden, klien dapat membaca dan
napas, kapasitas latihan dan kualitas hidup. kooperatif, dan jenis kelamin laki-laki.
National Institute for Health and Clinical Penelitian ini setiap kelompok yang diperlukan
Excellence telah merekomendasikan bahwa adalah 20 orang. Dengan demikian jumlah
rehabilitasi paru harus diberikan pada seluruh sampel secara keseluruhan adalah 40 orang.
klien PPOK yang mengalami gangguan fungsi Pada saat dilakukan penelitian responden yang
paru (Depkes 2010). mengikuti penelitian sampai selesai berjumlah
Salah satu komponen rehabilitasi paru sebanyak 38 orang. Pasien yang tereksklusi
adalah exercise (latihan). Latihan merupakan adalah kelompok perlakuan sebanyak 2 orang
dasar dari program rehabilitasi paru, untuk karena tidak teratur melakukan terapi sesuai
meningkatkan ventilasi seseorang harus dengan jadwal.
melakukan aktivitas fisik yang melibatkan Alat pengumpulan dalam penelitian ini
otot-otot besar yaitu otot-otot pada ekstremitas adalah observasi dan kuesioner. Pengumpulan
bawah dan dapat menimbulkan respons data menggunakan lembar pengumpulan data
kardiorespirasi (Ciftci, et. al 2014). Untuk yang isi oleh peneliti tentang karakteristik
menghasilkan rekondisi yang sesuai dengan responden yang terdiri dari umur, jenis
latihan, maka program latihan pernapasan kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok.
latihan jalan 6 menit merupakan latihan yang Sedangkan untuk latihan pernapasan jalan 6
spesifik pada klien PPOK sebagai program menit dengan menggunakan panduan book
rehabilitasi dikarenakan klien telah mempunyai fleat dan alat pengukur kapasitas vital paru
keterbatasan dalam fungsi paru (Medicine dengan menggunakan feak flow meter. Untuk
Australia 2014). mengetahui nilai kapasitas vita paru dari feak
Penelit ian i n i ber t ujuan u nt u k flow meter yang diidentifikasi dari nilai FEV1
mengetahui efektivitas pengaruh latihan adalah normal (warna hijau) 80–100% (≥ 400

49
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 Juni 2016: 48–54

mL/min), kurang baik (warna kuning) 50– Tabel 3. Rerata Nilai Kapasitas Vital Paru
< 80% (250– < 400 mL/min), jelek (warna Sesudah Latihan Jalan Enam Menit
merah) < 50% (< 250 Ml/min). Klien PPOK
Analisis data menggunakan uji statistik Variabel N Mean SD Min-
uji t dependen (paired t-test) yaitu menguji Max
perbedaan peningkatan kapasitas paru Kapasitas
sebelum dan sesudah latihan pernapasan Vital Paru
jalan 6 menit. Sedangkan uji Independen Kelompok 38 298,33 21,21 270-340
T-independen dilakukan untuk menguji Intervensi
perbedaan peningkatan kapasitas vital paru Kelompok 38 222,25 30,108 170-275
sesudah latihan pada kelompok kontrol dengan Kontrol
kelompok intervensi. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
rata-rata responden memiliki usia 58,68 tahun
dengan standar devisiasi sebesar 7,18 dengan
HASIL usia termuda 39 tahun dan tertua 77 tahun.
Tabel 1. Distribusi Rerata Karakteristik Rata-rata IMT pada 19,55 kg/m 2 dengan
Klien PPOK di Balai Pengobatan standar devisiasi sebesar 2,05 dengan IMT
Penyakit Paru-Paru (BP4)Lubuk terendah 16,00 kg/m2 dan tertinggi 25,00 kg/
Alung Sumbar m2. Rata-rata riwayat merokok 15,05 batang/
Variabel N Mean SD Min-Max hari dengan standar devisiasi sebesar 6,36
Usia 38 58,68 7,18 39-77 dengan merokok terendah 5 batang/hari dan
IMT 38 19,55 2,05 16,00-25,00 terbanyak 28 batang per hari.
Riwayat 38 15,05 6,36 5-28 Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
Merokok nilai kapasitas vital paru sebelum latihan jalan
enam menit pada kelompok intervensi rata-rata
165,00 ml/min dengan standar deviasi 11,50,
Tabel 2. Rata-Rata Nilai Kapasitas Vital
min 150 ml/min, max 180 ml/min, sedangkan
Paru Sebelum Latihan Jalan Enam
pada kelompok kontrol 162,50 ml/min dengan
Menit pada Klien PPOK di Balai
standar deviasiasi 13,72 ml/min, minimum 130
Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Lubuk Alung Sumbar dan maximun 180 ml/mi.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata
Variabel N Mean SD Min- Max nilai kapasitas vital paru sesudah latihan jalan
Kapasitas enam menit pada kelompok intervensi adalah
Vital Paru 298,33 ml/min dengan standar deviasi 21 21,
Kelompok 38 165,00 11,50 150-180
min 270 ml/min, max 340 ml/min. Sedangkan
Intervensi
pada kelompok kontrol 222 25 ml/min dengan
Kelompok 38 162,50 13,72 130-180
standar deviasiasi 30,108 ml/min, min 170 dan
Kontrol
max 275 ml/mi.

Tabel 4. Perbedaan Rata-rata Nilai Kapasitas Vital Paru Sebelum dan Sesudah Latihan Jalan Enam
Menit pada Klien PPOK
Kelompok N Sebelum Sesudah T P value Selisih
Intervensi Intervensi
Mean SD Mean SD Pre Post
Intervensi 38 165,00 11,504 298,33 21 213 -25,151 0,00 133,33
Kontrol 38 162,50 13,717 222, 25 30,108 -10,994 0,00 59,75

50
Latihan Pernapasan terhadap Peningkatan Nilai Kapasitas Paru (Zuriati, Melti Suriya)

Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat antara kapasitas vital paru dengan VO2 maks
perbedaan yang bermakna rata-rata nilai p=0,046. Onset usia dari PPOK adalah usia
kapasitas vital paru sebelum dan sesudah pertengahan (GOLD 2007). Penurunan fungsi
diberikan intervensi latihan jalan enam menit paru akan memperburuk berbagai perubahan
pada kelompok intervensi maupun pada fisiologis yang berkaitan dengan penuaan
kelompok kontrol dengan p value= 0,00 (Smeltzer & Bare 2008). Pada orang normal
FEV1 menurun 25–30 ml pertahun dimulai
usia 35 tahun. Menurut Yunus (2001), yaitu
PEMBAHASAN
faal paru klien PPOK mengalami penurunan
Nilai Kapasitas Paru pada Klien PPOK VEP1 sekitar 52 ml/tahun sedangkan orang
Sebelum dan Sesudah Latihan Jalan Enam normal terjadi penurunan VEP1 sekitar 30
Menit pada Kelompok Intervensi dan ml/tahun.
Kelompok Kontrol Responden dalam penelitian ini
Hasil penelitian rerata nilai kapasitas mempunyai riwayat merokok 10 batang
paru sebelum dan sesudah latihan jalan enam perhari. Separuh dari semua orang yang
menit meningkat baik pada kelompok intervensi merokok berpeluang terjadi kerusakan/
maupun kelompok kontrol. Peningkatan pada obstruksi saluran nafas dan 10–20 persennya
kelompok intervensi lebih tinggi dibanding berkembang secara signifikan menjadi PPOK
kelompok kontrol. Hal ini disebabkan karena (Devereux 2006). Seseorang yang merokok
meningkatnya fungsi neuromuskular, difusi gas dalam kurun waktu 20–25 tahun berpeluang
O2 dan CO2 menjadi lebih baik. Begitu pula terkena PPOK (Teramoto 2007). Asap rokok
untuk volume (isi) semenit jantung yang sama, merupakan faktor terpenting terjadinya PPOK
O2 yang diambil dan CO2 yang dikeluarkan di mana terjadi kondisi hambatan udara
(difusi gas) meningkat. Dengan latihan teratur progresif dan irrevesibel. Merokok dikaitkan
terus menerus, efisiensi otot-otot pernapasan dengan penurunan fungsi paru yaitu kecepatan
meningkat. Pada saat melakukan latihan secara longitudinal FEV1. Usia merokok, jumlah
teratur setiap hari dapat memperkuat otot-otot bungkus rokok yang dikonsumsi per tahun,
pernapasan. Otot pernapasan menyebabkan dan perokok aktif berhubungan dengan angka
ventilasi paru mengempis dan mengembang kematian. Di mana pengguna tembakau di
secara bergantian yang kemudian menyebabkan Indonesia diperkirakan menyebabkan 70%
peningkatan dan penurunan tekanan pada kematian karena penyakit paru kronis (Depkes
alveolus. RI 2010).
Latihan pernapasan dengan jalan 6 menit Konsumsi rokok di Indonesia yang
merupakan suatu uji kemampuan latihan yang meningkat lebih cepat dibandingkan negara-
dilakukan sebagai standar yang dinilai dalam negara lain, akan berakibat pada tingginya
program rehabilitasi paru. Uji ini mengevaluasi prevalensi penyakit obstruksi saluran napas
respon keseluruhan dan terintegrasi pada yang salah satunya adalah PPOK (Yunus
seluruh sistem yang terlibat selama latihan, 2001). Di samping itu, status gizi seseorang
meliputi sistem kardiovaskuler dan pulmonal, dapat juga mempengaruhi kapasitas vital paru.
sistem sirkulasi, darah, neuromuskular dan Rata-rata IMT responden dalam penelitian ini
metabolisme otot. Latihan pernapasan yang adalah dalam rentang normal. Orang kurus
dilakukan dalam satu minggu akan terjadi panjang biasanya kapasitasnya lebih dari
efek positif pada klien PPOK. Bila latihan ini orang gemuk pendek. Price & Wilson (2006)
dilakukan selama 20–30 menit dalam sehari menyatakan bahwa IMT berpengaruh terhadap
dapat meningkatkan efek maksimal (Rochester fungsi ventilasi. IMT rendah menggambarkan
2003; ATS 2014). karakteristik seseorang mempunyai BB rendah
Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti, dan TB tinggi dengan kemampuan compliance
dkk (2013) tentang hubungan kapasitas dada dan paru lebih leluasa.
vital paru terhadap VO2 maksimal dengan Masalah kekurangan dan kelebihan
uji jalan 6 menit yaitu terdapat hubungan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun ke

51
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 Juni 2016: 48–54

atas) merupakan masalah penting, karena nilai kapasitas paru mulai pada minggu ke 11
selain mempunyai faktor risiko penyakit- dan 12. Ini berarti latihan jalan enam menit
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi efektif dalam meningkatkan kapasitas paru.
produktivitas kerja. Oleh karena itu, Ketidakmampuan beraktivitas pada klien
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan PPOK terjadi bukan hanya akibat dari adanya
secara berkesinambungan. Salah satu cara kelainan obstruksi saluran napas pada parunya
adalah dengan mempertahankan berat saja, tetapi juga akibat pengaruh beberapa
badan ideal atau normal. Berat badan yang faktor, salah satunya yaitu penurunan fungsi
berada di bawah batas minimum dinyatakan otot skeletal. Penurunan aktivitas pada
sebagai under weight atau kekur usan kehidupan sehari-hari akibat sesak napas yang
dan berat badan yang berada di atas batas dialami klien PPOK, akan mengakibatkan
maksimum dinyatakan sebagai over weight makin memperburuk kondisi tubuhnya
atau kegemukan. Orang-orang yang berada di (deconditioning syndrome).
bawah ukuran berat normal mempunyai risiko Me nu r ut si s t e m In t e r n a t i o n a l
terhadap penyakit infeksi, sementara yang Classification of Impairment Disability
berada di atas ukuran normal mempunyai and Handicap (ICIDH)-WHO, penyakit
risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. paru diklasifikasikan menjadi tiga tingkat
Penurunan indeks masa tubuh menjadi yaitu impairment, disability dan handicap.
faktor prognostik negatif berdasarkan derajat Impairment merupakan keadaan patologis
disfungsi saluran pernapasannya, yang artinya dan dapat ditentukan dengan pengukuran
semakin berat disfungsi saluran pernapasan laboratorium. Pada penyakit saluran napas
pada klien PPOK maka indeks massa tubuhnya impairment menunjukkan penurunan VEP1
akan semakin berkurang. Pemeliharaan status dan udara yang terperangkap pada uji faal paru
gizi yang memadai sangat penting bagi klien atau penurunan kekuatan otot quadriceps pada
PPOK untuk menjaga berat badan dan masa uji fungsi otot. Disability, klien mengalami
jaringan otot (Sharma 2010). sesak napas, kapasitas fisik menurun sehingga
Analisis peneliti dalam mengelola terjadi penurunan kemampuan berjalan, naik
klien PPOK diperlukan rehabilitasi paru yang tangga dan melakukan aktivitas harian.
ditujukan untuk mempertahankan fungsi paru, Handicap, klien mengalami gangguan tidur,
mencegah eksaserbasi, mencegah suatu kondisi berkurang rasa percaya diri dan terjadi
yang membuat keterbatasan aktivitas dan gangguan aktivitas sosial. Handicap adalah
pergerakan pada klien PPOK oleh karena sesak suatu keadaan akibat impairment dan disability
napas yang dialaminya. Latihan pernapasan sehingga klien tidak mampu berperan dalam
dengan jalan enam menit merupakan salah satu masyarakat seperti yang diharapkan (Donner
bagian dari rehabilitasi paru. Latihan otot-otot CF, et.al 1997 & Yunus 2001).
pernapasan dapat dilakukan sebagai salah satu Hasil penelitian McGravin dkk yang
alternatif untuk meningkatkan kapasitas vital pertama kali melaporkan hubungan yang
paru. Program latihan yang dilakukan dengan jelek antara jauhnya berjalan dengan VEP1
intensitas cukup dapat meningkatkan kekuatan (r=0 28). Penjelasan yang terbaik untuk
otot pernapasan, akan terjadi peningkatan pengamatan ini adalah uji jalan 6 menit tidak
volume paru dan kapasitas paru. hanya tergantung pada fungsi pernapasan tapi
juga kardiovaskular, nutrisi dan kondisi otot
Perbedaan Rata-Rata Nilai Kapasitas Paru perifer. VEP1 menggambarkan keterlibatan
pada Klien PPOK Sebelum dan Sesudah sistem pernapasan sedangkan uji jalan 6
Latihan Jalan Enam Menit pada Kelompok menit menggambarkan efek sistemik dari
Intervensi dan Kelompok Kontrol penyakit. Uji jalan 6 menit mempunyai
korelasi bermakna dengan komsumsi oksigen
Hasil penelitian diperoleh terdapatnya
maksimum dan mempunyai korelasi bermakna
perbedaan nilai kapasitas paru antara
dengan pengukuran kualitas hidup. Jika
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
dibandingkan dengan pengukuran VEP1
Kedua kelompok menunjukkan peningkatan

52
Latihan Pernapasan terhadap Peningkatan Nilai Kapasitas Paru (Zuriati, Melti Suriya)

pada PPOK, uji jalan 6 menit mempunyai Penelitian (Griffiths 2000 dalam Celli
reproduksibiliti lebih baik. B.R 2004) mengatakan rehabilitasi paru pada
200 klien PPOK selama 6 minggu, menunjukan
Perbedaan Selisih Rata-Rata Nilai Kapasitas hal yang subtansial dimana terjadi perbaikan
Paru pada Klien PPOK Sebelum dan Sesudah tampilan latihan dan kualitas hidup, lama
Latihan Jalan Enam Menit pada Kelompok perawatan di rumah sakit lebih pendek. Menurut
Intervensi dan Kelompok Kontrol penelitian (Bourbeau, dkk 2003; dalam Celli
B.R 2004) melaporkan terjadi peningkatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
status kesehatan, angka kunjungan ke rumah
terdapat perbedaan bermakna antara selisih
sakit dan sarana kesehatan lain juga berkurang
rata-rata nilai kapasitas paru sebelum dan
yang mendapat program rehabilitasi paru.
sesudah dilakukan intervensi baik pada
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Latihan otot pernapasan merupakan latihan SIMPULAN
dasar dari proses rehabilitasi paru. Latihan
Latihan pernapasan dan jalan enam
mengacu pada otot-otot tertentu yang terlibat
menit dapat meningkatkan nilai kapasitas paru
dalam aktifitas kesehariannya, terutama otot
klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
lengan dan otot kaki (Sharma 2010). Uji jalan
(PPOK).
6 menit merupakan suatu uji kemampuan
latihan yang dilakukan sebagai standar yang
dinilai dalam program rehabilitasi paru. Uji SARAN
jalan 6 menit merupakan salah satu modalitas
Intervensi teknik latihan pernapasan
uji latih yang sangat populer karena mudah
jalan 6 menit dengan jangka waktu selama 12
dilakukan, tidak memerlukan alat canggih dan
minggu dapat dijadikan salah satu intervensi
hasilnya mampu memberikan evaluasi obyektif
keperawatan mandiri pada klien gangguan
kapasitas fungsional pada klien PPOK dan
pernapasan. Petugas kesehatan khususnya
dapat memprediksi morbiditas serta mortalitas
keperawatan dapat memberikan edukasi seperti
penyakit (Ciftci et,al 2014, Medicine Australia
memberikan juga panduan (booklet), lembar
2014).
balik dan leaflet dengan menerapkan teknik
Sedangkan latihan pernapasan tujuannya
ini sebagai intervensi keperawatan khususnya
adalah untuk mengurangi dan mengontrol
sistem pernapasan pada klien PPOK dalam
sesak nafas, mengatur frekuensi dan pola
meningkatkan otot-otot pernapasan agar klien
pernapasan sehingga menggurangi air trapping,
dapat melaksanakan aktivitas mandiri.
memperbaiki diafragma, memperbaiki
Intervensi latihan pernapasan dan jalan
ventilasi alveoli, unt uk memperbaiki
enam menit dapat dipertimbangkan sebagai
pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja
evidence based practice untuk dijadikan
pernapasan, memperbaiki, mengatur dan
materi yang diajarkan kepada para mahasiswa
mengkoordinasikan kecepatan pernapasan
dan termotivasi untuk melakukan penelitian
sehingga lebih efektif dan mengurangi kerja
dalam meningkatkan fungsi kapasitas paru.
pernapasan sehingga sesak nafas berkurang
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan
dan dapat meningkatkan kemampuan dalam
kajian, dan rujukan dengan sampel lebih besar
melakukan aktifitas sehari-hari. Pernapasan
dan kriteria inklusi yang lebih ketat, karena
merupakan pergerakan oksigen dari atmosfer
penelitian ini bersifat aplikatif sehingga layak
menuju ke sel untuk proses metabolisme dalam
untuk dikembangkan lebih lanjut dilingkup
rangka menghasilkan energi dan keluarnya
keperawatan medikal bedah baik di institusi
karbondioksida sebagai zat sisa metabolisme
pelayanan maupun pendidikan, dengan
dari sel ke udara bebas (Price & Wilson
melakukan penelitian yang mengembangkan
2006).
kulaitas hidup klien PPOK.

53
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1 Juni 2016: 48–54

KEPUSTAKAAN Chronic Obstruktif Pulmonary Disease


(GOLD). Available at: http://www.acofd.
Abidin, A. et al., Manfaat Rehabilitasi
org/education/LV_10_handout/willse_
Par u dalam Meningkatkan atau
sandara_copd.pdf.
Mempertahankan Kapasitas Fungsional
Indonesia, D.K.R. 2008. Pengendalian Penyakit
dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Jakarta:
Paru Obstruktif Kronik di RSUP
Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Persahabatan. pp. 1–13.
Penyehatan Lingkungan Penyakit Tidak
American Thoracic Society, 1995. Standards
Menular.
for the diagnosis and care of patients
Ken n, K. & Hein zelman n, I. 2012.
with chronic obstructive pulmonary
[Pulmonary rehabilitation]. Deutsche
disease., New York: American Thoracic
medizinische Wochenschrift (1946),
Society dan European Respiratory
137(31–32), pp. 1575–1578. Available
Society. Available at: http://www.ncbi.
at: http://emedicine.medscape.com/
nlm.nih.gov/pubmed/7582322.
articel/319885-overview.
American Thoracic Society Documents 2013.
Lubis, H.M. 2005. Fisioterapi Pada Penyakit
Update on Limb Muscle Dysfungtion
Paru Anak. Universitas Stuttgart, pp.
in Chronic Obstructive Pulmonary
1–6.
Disease. Am J Respir Crit Med, 189(9),
Mannino, D.M. 2003. Chronic obstructive
pp. 15–16.
pulmonary disease: definition and
Bourjeily, G. & Rochester, C.L. 2000.
epidemiology. Respir Care, 48(12),
Exercise training in chronic obstructive
pp.1183–1185. Available at: http://www.
pulmonary disease. Clin Chest Med
ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd
21(4), pp. 763–781.
=Retrieve&db=PubMed&dopt=Citation
C.F., D. et al., 1997. Methods of assessment of
&list_uids=14651759.
quality of life. European Respiratory
Ns, padila s. ke. 2012. Buku Ajar Keperawatan
Review, 7(42), pp.43–45. Available at:
Medikal Bedah 12th ed., Jakarta: EGC.
http://www.embase.com/search/results?
Poraddwita, V. 2013. Hubungan Kapasitas
subaction=viewrecord&from=export&i
Vital Paru Terhadap Volume Oksigen
d=L27361622\nhttp://sfx.library.uu.nl/u
Mak simal Dengan Uji Jalan 6
trecht?sid=EMBASE&issn=09059180&
Menit. Unissula Semarang. Available
id=doi:&atitle=Methods+of+assessmen
at: htt ps://www.researchgate.net/
t+of+quality+of+life&stitle=EUR.+RE
publication/258242314_HUBUNGAN_
SPIR.+REV.&title=European+Respirat
K A PA S I T A S _V I T A L _ PA R U _
ory+Review.
TERHADAP_VOLUME_OKSIGEN_
Ditjen PPPL, D.R. 2008. Pedoman Diagnosis
M A KSIM A L _DENGA N_UJ I_
dan Pe natala k sanaan Ka su s
JALAN_6_MENIT.
Penanggulangan Leptospirosis di
Price, A. & Wilson, M. 2005. Patofisiologi
Indonesia, JAKARTA: Balai Penerbit
Konsep klinis proses-proses penyakit
FKUI.
6th ed., Jakarta: EGC.
En, E.Ş. & Yildiz, Ö.A. 2014. Research Article
RISKESDAS 2007. Badan Penelitian dan
a Comparison of Cardiopulmonary
Pengembangan Kesehatan Kementerian
Exercise Test and 6 Minute Walking
Kesehatan RI, Jakarta.
Test in Determination of Exercise
Smeltzer SC, B.B. 2008. Brunner & Suddart’s
Capacity in Chronic Obstructive
textbook of medical surgical nursing.
Pulmonar y Disease., 62(4), pp.
7th ed. Lipincott Williams &Wilkins,
259–266.
ed., A Wolter Kluwer Business.
Fabbri, L.M. et al. 2003. Global strategy for the
Teramoto, S. 2007. 1. COPD pathogenesis from
diagnosis, management and prevention
the viewpoint of risk factors., Tokyo:
of COPD: 2003 update. European
Internal Medicine.
Respiratory Journal 22(1), pp. 1–2.
WHO 2012. Chronic Obstructive Pulmonary
Global Strategy for The Diagnosis 2007.
Disease, Available at: www.who.int/
Management, and Preventation of
mediacenter.

54

Anda mungkin juga menyukai