SKRIPSI
Oleh :
Veronika Yuni Candra Sari
NIM : 068114051
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM PROSES
MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium) DENGAN APLIKASI
SIMPLEX LATTICE DESIGN
SKRIPSI
Oleh :
Veronika Yuni Candra Sari
NIM : 068114051
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
gâ{tÇ `xÇ|à|Ñ~tÇ ^xÄxu|{tÇ Ñtwt fxà|tÑ
^x~âÜtÇztÇ wtÇ`xÇ}tw|~tÇÇçt
SEMPURNA
Dan kini aku bisa terbang bebas seperti merpati yang dilepas
I am a pharmacist,
this is my calling, this is my pride
(Howard C. Ansel)
Bapak Budi Yuwono dan Ibu Sri Rahayu, atas cinta, doa,
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Unversitas Sanata Dharma :
Nama : Veronika Yuni Candra Sari
NIM : 068114051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
OPTIMASI KOMPOSISI ETANOL DAN AIR DALAM
PROSES MASERASI DAUN SINGKONG (Manihotis Folium)
DENGAN APLIKASI SIMPLEX LATTICE DESIGN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 April 2010
Yang menyatakan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
dan Air dalam Proses Maserasi Daun Singkong (Manihotis Folium) dengan
Aplikasi Simplex Lattice Design” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
dan Manihotis Folium” yang dibiayai Hibah Bersaing Dikti tahun 2009. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Pada
kasih kepada :
1. Bapak Albertus Budi Yuwono dan Ibu Christina Sri Rahayu yang selalu
menyertai saya dengan kasih sayang, doa, restu, dan dukungannya yang
menguatkan saya.
2. Rita Suhadi, M.Si. Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi yang telah
4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt selaku dosen Ketua Penelitian ini
vii
5. Reny Kusumastuti, M.P., atas bimbingan dan masukan yang telah diberikan
6. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak
5. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri, dan Mas Sarwanto, Mas Kunto, Mas
Bimo, Mas Parlan, Mas Kayat, Pak Iswandi, Mas Ottok, Mas Agung, dan
Fakultas Farmasi.
atas kerjasamanya dalam penelitian ini, suka dan duka yang telah kita lalui
bersama.
Omega Pravita Sari, dan Laurensia Vicky Yuwana Sari, atas dukungan, doa
dan semangatnya.
Prasetya, Robertus Satrio, Oktavianus Rico, dan teman-teman FST 06, yang
untuk mengejar cita-cita. Bersama kita bisa kawan. God bless us...
10. Endang Nurdianti, Martina Tri Handayani, Sisilia Novie, dan Mas Koko,
viii
11. Kakak Emil, Sekar, Siska, Dewati, Nisa, Nita, teman-teman KKNku yang
12. Segenap rekan dan pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung saya,
Akhir kata penulis menyadari bahwa karya penulisan skripsi ini jauh dari
Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diperlukan oleh
penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
Penulis
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
x
INTISARI
Pada penelitian ini dilakukan optimasi komposisi etanol dan air sebagai
penyari dalam proses maserasi Manihotis utillissima. Metode optimasi yang
digunakan adalah Simplex Lattice Design. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perbandingan pelarut antara etanol 96% dengan air yang optimum untuk
mendapatkan ekstrak dengan kadar rutin yang tertinggi dan apakah suhu pada
proses maserasi berpengaruh dalam mendapatkan kadar rutin yang tertinggi.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan aplikasi Simplex Lattice Design yang menggunakan dua faktor
yaitu perbandingan etanol dan air. Penelitian ini diawali dengan melakukan
determinasi tanaman, pembuatan simplisia, pembuatan serbuk, penyarian dengan
cara maserasi pada tiga suhu yang berbeda, yaitu 30oC, 40oC, dan 50oC. Analisa
kualitatif dilakukan dengan menggunakan KLT lempeng selulosa dengan fase
gerak butanol:asam asetat:air (4:1:5) v/v, dan deteksi bercak menggunakan uap
amonia dan sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Penetapan kadar rutin
dengan menentukan luas area bawah kurva (AUC) menggunakan program Image
J.
Hasil analisa menunjukkan bahwa komposisi etanol pelarut yang
menghasilkan kadar rutin tertinggi adalah 100% etanol 96% tanpa ditambah
dengan air, dengan rata-rata kadar rutin 5,9664µg/µl ± 2.4718. Suhu yang
menghasilkan rata-rata kadar rutin tertinggi adalah suhu 30oC.
Kata kunci: rutin, Manihotis Folium, maserasi, Simplex Lattice Design, Image J
xi
ABSTRACT
Key words: rutin, Manihotis Folium, maseration, Simplex Lattice design, Image J
xii
DAFTAR ISI
xiii
D. Ekstrak …………………………………………………………………….. 10
E. Kromatografi Lapis Tipis ............................................................................. 11
F. Image J ....................................................................................................... 14
G. Simplex Lattice Design ................................................................................. 14
H. Landasan Teori .............................................................................................. 16
I. Hipotesis ....................................................................................................... 17
xiv
H. Analisis kualitas ekstrak ................................................................................ 36
xv
DAFTAR TABEL
Tabel V. Harga Rf dan warna bercak baku rutin dan sampel ekstrak rutin di
Tabel VI. Kadar rutin dari tiap replikasi dari tiga peringkat
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 8. Kromatogram baku rutin dan sampel ekstrak rutin dideteksi dengan
uap ammonia...................................................................................... 35
Gambar 12. Grafik kadar rutin tertinggi pada suhu 30oC ...................................... 42
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini penyakit degeneratif menjadi salah satu penyakit yang berbahaya,
karena berimbas pada kualitas dan produktivitas seseorang. Jika penyakit tidak
ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kondisi komplikatif yang lebih parah.
Penyakit degeneratif biasanya muncul karena pola makan dan gaya hidup
yang tidak sehat. Penurunan kondisi kesehatan ini sering ditandai dengan
munculnya berbagai gejala awal yang apabila tidak segera ditangani dengan benar
dapat memicu ke kondisi yang lebih parah. Gejala dari penyakit degeneratif seperti
menurunnya daya ingat, mudah stress, sulit tidur, penuaan dini, dan meningkatnya
tekanan darah.
preventif yang dilakukan masyarakat adalah dengan mengkonsumsi obat dan food
supplement (Anonim, 2007). Obat merupakan zat kimia yang oleh tubuh dianggap
sebagai zat asing dan memiliki resiko efek samping terhadap kesehatan.
Masyarakat cenderung lebih memiliki food supplement yang berasal dari bahan
alam. Selain itu, saat ini juga sedang marak tren back to nature, karena bahan alam
memiliki banyak manfaat dan efek samping yang lebih rendah dibandingkan
dari tanaman yang ada disekitar kita. Salah satunya adalah daun singkong yang
umum digunakan oleh masyarakat pada singkong adalah daun dan umbi. Selain
seperti obat rematik, sakit kepala, demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun
senja, beri-beri, dan bisa meningkatkan stamina. Selain itu daun singkong
terjadinya penggumpalan trombosit, sehingga darah lebih encer dan sirkulasi darah
lancar, serta menjaga elastisitas kapiler pembuluh darah. Rutin yang terdapat dalam
pelarut etanol 96% dan air. Digunakan pelarut etanol 96% dan air karena rutin
mempunyai kelarutan yang baik terhadap etanol dan air (Anonim, 2007), sehingga
dari campuran pelarut tersebut dapat mengoptimalkan tersarinya rutin dari serbuk
Manihotis Folium. Bila pelarut yang digunakan seluruhnya etanol 96% maka
klorofil juga akan tersari dan ekstrak akan menjadi sangat kental dan sulit
dikeringkan.
3
proses ekstraksi yang paling mudah dan sederhana. Peredaman dan penggojogan
serbuk Manihotis Folium dengan di pelarut, maka rutin yang larut dalan pelarut
Optimasi komposisi pelarut campuran ini dilakukan karena sampai saat ini
belum diketahui komposisi etanol dan air yang menghasilkan kadar rutin tertinggi
etanol dan air dapat diketahui dengan aplikasi Simplex Lattice Design, untuk
mengurangi trial and error. Berdasarkan metode aplikasi Simplex Lattice Design,
ekstrak dengan kenampakan fisik dan kandungan rutin yang berbeda. Ekstrak yang
dihasilkan dari kelima perbandingan tersebut ditetapkan kadar rutin secara KLT
dengan analisis Image J. Dari hasil penetapan kadar tersebut akan diketahui
kenaikan suhu 10oC akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar.
Maka dalam penelitian ini digunakan tiga peringkat suhu dalam proses maserasi
untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kadar rutin di dalam ekstrak Manihotis
Folium.
4
1. Perumusan Masalah
sebagai berikut:
2. Keaslian Penelitian
tentang optimasi komposisi etanol dan air pada proses maserasi dengan 3
peringkat suhu 30oC, 40 oC, dan 50 oC dari daun singkong untuk mendapatkan
kadar rutin yang tertinggi dengan aplikasi Simplex Lattice Design belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
aplikasi Simplex Lattice Design pada optimasi komposisi etanol dan air dalam
b. Manfaat Praktis
pengaruh komposisi etanol dan air dalam proses maserasi daun singkong
serta komposisi cairan penyari etanol 96% dan air paling optimal untuk
B. Tujuan
1. Mengetahui suhu maserasi yang dapat menghasilkan kadar rutin tertinggi dari
peringkat suhu yang digunakan dalam proses maserasi yaitu 30oC, 40 oC, dan
50 oC.
2. Mengetahui komposisi etanol 96% dan air sebagai pelarut dalam proses
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Singkong
1. Keterangan Botani
berasal dari Brazilia. Tanaman ini termasuk jenis perdu yang mempunyai
Perdu tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi 2-7 meter. Batang
dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang, dengan
kulit berwarna coklat suram. Tangkai daun 6-35 cm, helaian daun sampai dekat
pangkal menjari 3-9 cm (daun yang tertinggi kerapkali tertepi rata). Daun
penumpu kecil dan mudah rontok. Tumbuh pada ketinggian 5 sampai 1300 meter
glikosida flavonoid utama yaitu rutin dan dua isomer mengandung kemferol. Juga
hampir lima kali lipat kadar total asam amino (Leru dan Calatayud, 1994).
Metabolit sekunder lain yang ada antara lain beta-carotene equivalent (0,16
mg/100 g).
B. Rutin
rutin adalah suatu glikosida flavonol terdiri dari flavonol dan disakarida rutinosa
(Anonim, 2007). Rutin adalah suatu substansi padatan, berwarna kuning pucat dan
sedikit larut dalam air. Rutin lebih larut dalam air dibandingkan aglikonnya,
(Anonim, 2007).
terdapat di dalam daun singkong, dapat menekan tumor yang mengarah pada
pada herpes oral. Daun singkong juga mengandung vitamin C dan A dalam
Dosis umum untuk rutin dan hesperidin adalah 100 mg tiga kali sehari.
Untuk mengatasi alergi, arthritis atau peradangan digunakan dosis yang terbagi
dalam satu hari antara 600-1200 mg pada perut kosong. Untuk menjaga atau
melawan penyakit hati dan kanker, 300-600 mg per hari, sedangkan pada kanker
C. Maserasi
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia atau daun segar
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar
sel, maka larutan yang pekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang
sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel
(Anonim, 1986).
beberapa kali pengojogan atau pengadukan pada suhu ruangan (kamar). Secara
meresap dan melemahkan susunan sel sehingga zat-zat yang mudah larut segera
akan larut. Dalam proses maserasi, bahan yang berupa serbuk simplisia yang biasa
disari, biasanya ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar, ditutup
rapat, dan isinya digojog berulang-ulang selama 1-4 hari. Penggojogan yang
10
peralatan yang digunakan sederhana, dan mudah dilakukan. Adapun kerugian cara
maserasi adalah waktu pengerjaan yang lama dan penyarian kurang sempurna.
Cara maserasi ini dapat dipercepat dengan menggunakan mesin pengaduk yang
D. Ekstrak
Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Sebagai
cairan penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol dan air. Penyarian
simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, atau penyeduhan
dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan
dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara
menggunakan cairan penyari (menstruum) yang cocok, lalu diuapkan semua atau
1. Ekstrak kental
Ekstrak kental merupakan hasil penguapan ekstrak cair pada tekanan rendah
dan suhu tidak lebih dari 50oC hingga konsistensi yang dikehendaki (Anonim,
1986). Menurut Voigt (1994) ekstrak ini liat dalam keadaan dingin dan tidak
2. Ekstrak kering
3. Ekstrak cair
Sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau
yang memuhi syarat. Ekstrak cair cenderung membentuk endapan yang dapat
fisikokimia, yang artinya pada saat pendeteksian lokasi bercak dari komponen
yang terpisah yang tidak berwarna umumnya dilakukan dengan cara fisika dan
kimia. Cara fisika yaitu dengan melihat senyawa beRfluoresensi di bawah lampu
substansi kimia yang akan memberikan noda atau bercak baik yang terlihat pada
cahaya tampak ataupun sebagai noda yang tampak pada lampu ultraviolet
(Hardjono, 1983).
Menurut Stahl (1985) zat yang akan dipisahkan dengan kromatografi lapis
tipis biasanya berupa larutan dan ditotolkan pada fase diam menjadi sebuah
bercak. Fase diam dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk
KLT yang biasanya ditopang dengan logam atau kaca. Panjang lapisan tersebut
200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis, tebalnya 0,1-0,3 mm,
biasanya 0,2 mm. Sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang
tidak lembab atau bebas dari uap. Silika gel merupakan fase diam yang paling
banyak digunakan dalam KLT. Material ini dapat langsung digunakan atau
dicampur dengan pengikat misalnya kalsium sulfat untuk membuat lapisan yang
lebih kohesif. Bila digunakan pengikat CaSO4 maka pada namanya diberi tanda
G, misalnya silika gel G, dan bila dicampur dengan indikator fluoresensi diberi
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Pelarut bergerak di dalam fase diam yang berupa lapisan berpori karena
ada gaya kapiler. Kecepatan perambatan tergantung viskositas pelarut dan struktur
lapisan. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran
Sistem pelarut untuk KLT dapat dipilih dari pustaka, tapi lebih sering kita
mencoba-coba saja karena waktu yang diperlukan sebentar. Sistem yang paling
13
molekul yang mempunyai satu dan atau dua gugus fungsi. Faktor yang harus
gerak) adalah pelarut yang mempunyai kepolaran yang serupa yang dapat
dicampur dimana kepolaran campuran tidak merupakan fungsi linier dari susunan
Penotolan dimulai 1,5 cm dari tepi lempeng bagian bawah, jarak antara 2
totolan 1cm dan diameter totolan 2-5mm. Sampel ditotolkan pada lempeng yang
lapisan. Jarak pengembangan normal yaitu jarak antara mulai penotolan dan
daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika senyawa
gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini senyawa tidak dapat
dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia. Pertama tanpa pemanasan lalu
Angka Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
F. Image J
Image J adalah suatu software java yang digunakan untuk memproses dan
dirancang dan dibuat menjadi program yang lebih mudah dipahami dan digunakan
menghitung area, statistic, nilai pixel, dan intesitas dari suatu obyek gambar,
dinyatakan dengan beberapa bagian) yang jumlah totalnya dibuat tetap yaitu sama
dengan satu bagian. Penerapan Simplex Lattice Design dapat digambarkan dalam
dua komponen pelarut pada berbagai komposisi yang berbeda. Dari hasil
berbagai kombinasi pelarut dengan banyaknya zat yang terlarut. Dasar penerapan
15
Simplex Lattice Design adalah penelitian dasar terdiri dari berbagai kelarutan zat
pada pelarut A saja (100% - 1 bagian), pada pelarut B saja (100% - 1 bagian, dan
pelarut B, dan III menggunakan 50% pelarut A dan 50% pelarut B. Contoh
anatara campuran biner pelarut terhadap jumlah zat yang terlarut. Dari profil
16
beberapa bagian pelarut B yang dapat menghasilkan jumlah zat yang terlarut
secara optimum. Hasil teoritis ini perlu dicek dengan percobaan (Bolton, 1997).
H. Landasan Teori
pelarut campuran etanol dan air. Perbandingan antara jumlah etanol dan air yang
Folium karena adanya perbedaan konsentrasi antara di dalam sel dan di luar sel,
kandungan dari Manihotis Folium. Rutin adalah senyawa flavonoid yang larut
etanol dan air ini diharapkan akan meningkatkan kadar rutin yang terekstraksi.
Digunakan variasi komposisi etanol dan air dalam proses ekstraksi melalui
metode aplikasi Simplex Lattice Design diperoleh formula optimum yang akan
Suhu menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam proses
maserasi. Berdasarkan Hukum Arrhenius bahwa adanya kenaikan suhu 10oC akan
meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar, maka adanya kenaikan suhu
dalam proses maserasi akan meningkatkan ekstraksi rutin dari Manihotis Folium.
I. Hipotesis
1. Dari peringkat suhu maserasi yang digunakan yaitu 30oC, 40oC, dan 50oC,
diperoleh suhu maserasi yang menghasilkan kadar rutin yang tertinggi, yaitu
2. Pelarut campuran etanol dan air pada berbagai perbandingan komposisi dapat
untuk menghasilkan ekstrak Manihotis Folium dengan kadar rutin yang tinggi.
18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
adanya intervensi atau perlakuan terhadap subjek uji, dengan rancangan penelitian
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Komposisi etanol dan air yang dibuat berdasarkan formula dari metode
Simplex Lattice Design dan suhu shaker untuk penyarian diatur pada 30, 40,
dan 50 oC.
2. Variabel Tergantung
C. Definisi Operasional
dan akuades dengan maserator yang bisa diatur suhunya, yaitu 30oC, 40oC,
dan 50oC.
maserasi dengan perbandingan volume etanol dan akuades yang berasal dari
c. Ekstrak kental adalah ekstrak dengan kadar air kurang dari 30%.
f. Respon dalam penelitian ini adalah kadar rata-rata rutin dari tiga replikasi.
h. Penetapan kadar rutin dengan menghitung luas area bawah kurva (AUC) yang
D. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: simplisia Manihotis
Folium dan lempeng KLT selulosa p.a. Merck. Bahan kimia kualitas teknis berupa
etanol 96%, air, dan ammonia 25%. Bahan kimia kualitas analitik meliputi asam
asetat p.a, butanol p.a, standar rutin p.a, methanol p.a, etanol p.a.
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa Grinder, Shaker Inkubator
Memmert, Oven Memmert, Krus silikat, Pipet Mikro Volume, dan alat-alat gelas.
20
(1992).
Daun singkong muda dipetik dari tanaman singkong yang berumur delapan
3. Pembuatan Simplisia
diaduk dalam shaker incubator yang telah diatur suhunya, yaitu 30oC, 40oC,
21
ulang dengan pelarut campuran yang baru. Setelah diperoleh maserat, pelarut
oven pada suhu 50oC untuk mendapatkan berat ekstrak yang konstan, yaitu
selisih penimbangan tiap jamnya tidak lebih dari 0,25%. Timbang ekstrak
6. Validasi Metode
Sebanyak 1.5µl, 2.5µl, 3.5µl, 4.5µl, dan 5.5µl ditotolkan pada lempeng
selulosa yang telah diaktifkan sebelumnya pada oven dengan suhu 60oC
fase gerak butanol : asam asetat : air (4:1:5) v/v, dengan jarak
22
ammonia. Scan plat dan kemudian gambar ktomatogram dikur nilai areanya
Dibuat tiga seri volume penotolan yaitu 1.5 µl; 3,5 µl; dan 5.5µl ditotolkan
pada lempeng selulosa yang telah diaktifkan sebelumnya pada oven dengan
dikembangkan pada chamber yang telah jenuh dengan fase gerak butanol :
asam asetat : air (4:1:5) v/v, dengan jarak pengembangan 10 cm. Bercak
254 nm dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh dengan uap ammonia.
terukur pada kurva baku dibandingkan dengan kadar yang telah diketahui
presisi.
Sebanyak 1,5 µl; 2,5 µl; 3,5 µl; 4,5 µl; dan 5,5 µl seri baku rutin dan 0,5 µl
lempeng selulosa yang telah diaktifkan sebelumnya pada oven dengan suhu
60oC selama 30 menit. Bercak yang telah diperoleh dideteksi dengan sinar UV
23
dengan panjang gelombang 254 nm dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh
a. Pemeriksaan organoleptis
daun singkong.
b. Preparasi sampel
pelarut etanol dan air masing-masing ditimbang lebih kurang seksama 0,1
p.a.
sebelumnya pada oven dengan suhu 60oC selama 30 menit. Bercak yang
dan dimasukkan dalam bejana yang jenuh dengan uap ammonia. Scan plat
d. Cara analisis
secara statistik dengan uji F untuk melihat validitas dari persamaan yang
BAB IV
A. Determinasi Tanaman
pada tanaman sesuai dengan kunci determinasi yang terdapat pada buku acuan.
digunakan dalam penelitian ini adalah Manihot utillissima Pohl (Lampiran I).
B. Pengumpulan daun
daun singkong dari tanaman singkong yang berumur delapan bulan yang telah
siap untuk panen. Daun singkong diambil tiga ruas dari atas dan empat ruas dari
bawah untuk mendapatkan daun singkong yang tidak terlalu muda maupun terlalu
tua. Menurut Bahruddin, Sirait, Moesdarsono (1990) kadar rutin yang ditetapkan
secara KLT dan dianalisa dengan densitometer yang terdapat pada daun singkong
muda adalah 0,71 % (b/b), daun singkong tua 0,35% (b/b), dan daun singkong
digunakan daun singkong yang masih muda untuk mendapatkan kadar rutin yang
tinggi.
C. Pembuatan simplisia
Tujuan penutupan kain ini juga untuk menghindari kontaminasi dari luar, baik
berupa debu dan kerikil. Selain itu supaya panas matahari merata di seluruh
dalam oven pada suhu 400C–500C sampai daun benar-benar kering dan bisa
dihancurkan dengan tangan, dengan asumsi bahwa kadar air yang ada di dalam
simplisia kurang dari 10%. Simplisia dengan kadar air lebih dari 10% bisa
mengalami reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif, yang akan
yang rusak dan pengalami penurunan mutu akan diketahui pada saat penetapan
kadar zat aktifnya yang tidak sesuai dengan standar yang sudah ada. Suhu
lebih baik pada suhu kurang dari 60oC, maka dalam penelitian ini suhu
Pada saat pengeringan di dalam oven tumpukan daun tidak boleh terlalu
tinggi supaya mendapatkan simplisia dengan kadar air yang sama. Faktor-faktor
D. Pembuatan serbuk
yang besar sehingga kontak dengan pelarutnya akan semakin besar sehingga
proses ekstraksi akan bertambah baik dan dan kadar rutin yang diperoleh juga
Serbuk yang dihasilkan adalah serbuk halus yang berwarna hijau. Serbuk
terekstraksi karena luasnya area kontak pelarut dengan serbuk, tetapi dalam
E. Pembuatan ekstrak
kadar rutin paling besar. Kemudian di maserasi pada shaker inkubator pada suhu
30oC, 40oC, dan 50oC. Perbedaaan suhu ini untuk mengetahui perbedaan kadar
peningkatan suhu 10oC akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar
(Petruci dan Suminar, 1985). Rentang suhu pada proses maserasi yang digunakan
berada di bawah 60oC karena rutin rusak pada suhu di atas 60oC.
Proses maserasi dilakukan dengan dua kali ekstraksi yang sesuai kaidah
ekstraksi berulang yang akan meningkatkan kadar rutin yang terekstraksi. Setelah
proses maserasi, maserat yang telah ditampung dipisahkan dari pelarutnya dengan
lebih 10 ml. Prinsip dari vaccum rotary evaporator adalah ekstrak diputar di atas
air hangat, sehingga pelarut dari ekstrak akan menguap, adanya sistem vakum
akan menyebabkan tekanan pada sistem turun mencapai tekanan yang telah diatur
sehingga pelarut yang menguap bisa menetes di tempat tampungan. Ekstrak yang
telah dipisahkan dari pelarutnya, diuapkan di atas waterbath pada suhu 50oC, hal
ini bertujuan untuk menghilangkan residu etanol yang masih ada di dalam ekstrak.
Kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50oC dan ditimbang setiap
satu jam sampai diperoleh ekstrak dengan berat konstan. Berat konstan ekstrak
diperoleh dari perbedaan berat setiap penimbangan tiap jamnya tidak lebih dari
0,25 %. Bila dilanjutkan pengeringan di dalam oven tidak akan ada perbedaan
berat yang berarti dan kadar air yang ada di dalam ekstrak sudah seimbang dengan
kadar air yang ada di lingkungan, tetapi jika terus dilakukan pengeringan maka
29
akan merusak ekstrak yang akan ditetapkan kadar rutinnya. Penetapan bobot
konstan ini merupakan salah satu tahap standarisasi ekstrak, yaitu susut
pengeringan karena menghilangkan kandungan air yang ada di dalam ekstrak dan
Keterangan gambar:
T1 = pelarut 100% etanol 96%
T2 = pelarut 75% etanol 96% dan 25% air
T3 = pelarut 50% etanol 96% dan 50% air
T4 = pelarut 25% etanol 96% dan 75% air
T5 = pelarut 100% air
F. Validasi metode
menggunakan Image J dari lima seri konsentrasi larutan baku rutin dengan
tiga kali pembuatan kurva baku. Tujuan pembuatan kurva baku ini adalah
untuk mengetahui linearitas antara volume totolan dengan nilai area yang
dihasilkan dari standar rutin. Pada kurva baku dengan nilai linearitas yang
bagus digunakan untuk menetapkan kadar rutin. Hasil pengukuran kurva baku
yang diperoleh :
30
tahun 2004 menyatakan bahwa nilai korelasi (r) yang baik adalah lebih dari 0.99.
Berdasarkan tabel II diketahui bahwa ketiga persamaan kurva baku tidak ada yang
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya, akurasi dari suatu
metode.
Nilai recovery yang baik pada kurva baku adalah 98-102% (Mulja dan Hanwar,
2003), maka berdasarkan nilai tersebut hanya larutan uji konsentrasi 3 (5.5 µl)
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individu dan rata-rata dari
dengan nilai CV yang baik adalah < 2 % (Mulja dan Hanwar, 2003).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada volume totolan yang memenuhi
persyaratan presisi kurang dari 2%. Berdasarkan analisis tersebut, bisa dikatakan
lapis tipis (KLT). Analisis kualitatif ini untuk memastikan bahwa ekstrak yang
Digunakan fase diam selulosa karena sifatnya yang non polar sehingga
bisa memisahkan rutin dari ekstrak yang bersifat polar. Pemisahan senyawa
senyawa rutin menggunakan silika gel menghasilkan bercak yang tidak memisah
dan mengekor.
mendapatkan bercak yang terpisah baik dari ekstrak yang ditotolan dan tidak
mengekor. Fase gerak yang digunakan adalah butanol:asam asetat:air (4:1:5) v/v.
Butanol dan asam asetat yang bersifat non polar akan menurunkan kepolaran dari
air sehingga perambatan dari fase gerak menjadi lambat dan bisa memisahkan
rutin dari zat-zat lain yang terdapat dalam ekstrak Manihotis Folium. Jika hanya
menggunakan air maka perambatan dari fase gerak akan sangat cepat dan tidak
memisahkan rutin dari senyawa lain yang terdapat dalam ekstrak Manihotis
Folium.
baku rutin pada lempeng selolusa, lalu dielusi dalam bejana yang telah dijenuhkan
dengan fase gerak butanol:asam asetat:air (4:1:5) v/v dengan jarak pengembangan
10 cm. Bercak dideteksi secara fisika dengan lampu UV pada panjang gelombang
deteksi kimia dengan uap ammonia dengan meletakkan lempeng yang telah
dielusi ke dalam bejana yang telah jenuh dengan uap ammonia sampai bercak
bercak untuk mengetahui kedekatan hasil antara nilai Rf baku dengan nilai Rf
sampel.
35
Gambar 8. Kromatogram baku rutin dan sampel ekstrak rutin di deteksi dengan
uap amonia
Keterangan:
Konsentrasi baku rutin : 1,04 µg/µl
Fase diam: selulosa
Fase gerak : n-butanol : asam asetat : air (4:1:5) % v/v
Deteksi : uap amonia
Volume totolan:
a. Baku 1 (1.5 µl), massa rutin (1.56 µg)
b. Baku 2 (2.5 µl), massa rutin (2.60 µg)
c. Baku 3 (3.5 µl), massa rutin (3.64 µg)
d. Baku 4 (4.5 µl), massa rutin (4.68 µg)
e. Baku 5 (5.5 µl), massa rutin (5.72 µg)
f. Sampel 5 (formula 100% air) : 0.5 µl
g. Sampel 4 (formula 75% air dan 25% etanol) : 0.5 µl
h. Sampel 3 (formula 50% air dan 50% etanol) : 0.5 µl
i. Sampel 2 (formula 25% air dan 75% etanol) : 1 µl
j. Sampel 1 (formula 100% etanol) : 1 µl
36
Tabel V. Harga Rf dan warna bercak baku rutin dan rutin dalam sampel ekstrak di
deteksi dengan uap amonia.
Baku Sampel
Bercak a B c D e f g h i j
Rf 0.60 0.59 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.61 0.61 0.61
Warna kuni Kun kuni Kun Kun kuni kuni kuni kuni Kuni
bercak ng ing ng ing ing ng ng ng ng ng
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari KLT (gambar 11 dan tabel V), diketahui
bahwa sampel ekstrak mengandung rutin. Hal ini ditunjukkan dari kelima bercak
sampel ekstrak yang mempunyai harga Rf mirip dengan Rf baku rutin yaitu 0.60
a. Pemeriksaan organoleptis
organoleptis berupa bau yang ciri khas singkong, warna hitam, rasa agak
p.a karena dari hasil percobaan kelarutan rutin lebih baik dalam metanol p.a
dibandingkan dalam air dan etanol p.a. Sehingga dengan dilarutkan dengan
37
metanol p.a banyak rutin yang terlarut. Volume totolan untuk setiap
memiliki sifat ekstrak yang semakin pekat sehingga saat dielusi tidak bisa
yang bersifat nonpolar dengan fase gerak yang bersifat cenderung polar,
sehingga bisa memisahkan rutin dari ekstrak karena rutin akan terelusi oleh
penotolan lempeng dimasukkan dalam bejana yang telah jenuh dengan uap
Image J menggunakan gambar dari lempeng yang telah discan. Nilai area
tersebut digunakan untuk mengetahui kadar rutin yang terdapat pada sampel
Tabel VI. Kadar rutin (µg/µl) dari tiap replikasi dari tiga peringkat suhu
proses maserasi
Suhu 30oC Suhu 40oC Suhu 50oC
Sampel Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 1 Rep 2 Rep 3
1 8.2777 8.5953 1.0261 7.8025 4.1364 1.2038 -0.3822 5.3142 -0.5367
2 3.2311 4.0761 1.3604 2.019 -0.0266 -2.1951 0.8525 7.0142 0.0401
3 2.4965 4.708 1.5168 5.1832 4.0329 -0.1369 0.7426 2.1789 -0.5367
4 2.545 2.6023 -0.2667 -5.0864 -4.2777 -1.6804 -1.5843 11.5653 -1.4151
5 -2.5538 1.9954 -0.4061 -7.67 -4.2926 -4.2594 -5.0700 -0.3170 -2.6271
Keterangan:
Sampel 1 = etanol 100%
Sampel 2 = etanol 75% dan air 25%
Sampel 3 = etanol 50% dan air 50%
Sampel 4 = etanol 25% dan air 75%
Sampel 5 = air 100%
38
meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lebih besar, tetapi kelarutan rutin
tertinggi pada suhu 30oC, ditunjukkan dengan kadar yang lebih tinggi di setiap
replikasinya. Maka perlu dilakukan uji untuk mengetahui perbedaan kadar dari
Berdasarkan tabel VII, diketahui bahwa kadar rutin dari setiap suhu maserasi,
yaitu suhu 30oC, 40oC, 50oC berbeda tidak bermakna. Perbedaaan kadar rutin
Adanya nilai kadar yang minus (-), secara analisis dapat disimpulkan
bahwa sampel tidak mengandung zat yang akan ditetapkan kadarnya, yaitu
rutin. Sampel lima adalah sampel yang sebagian besar kadarnya bernilai
minus, dengan komposisi pelarut 100% air. Meskipun rutin larut dalam air,
tidak menjadi jaminan bahwa rutin akan terekstraksi dengan pelarut air. Nilai
minus juga disebabkan karena konsistensi dari ekstrak yang sangat liat
sehingga ekstrak sulit untuk dilarutkan dalam metanol, sehingga rutin yang
39
terlarut dalam metanol sangat kecil, sehingga nilai area saat dianalisis dengan
komposisi terbaik dari suatu pelarut campuran untuk mendapatkan kadar rutin
larutan penyari rutin yang akan diekstraksi pada tiga peringkat suhu yang
suhu mana yang menghasilkan kadar rutin tertinggi. Suhu yang digunakan
adalah 30oC, 40oC, dan 50oC. Dalam metode ini ada lima perbandingan
campuran pelarut yang akan menghasilkan ekstrak dan akan diukur kadar
volume pelarut etanol 96% dan air yang paling optimum untuk mengekstraksi
rutin dari Manihotis Folium dengan cara maserasi. Dari data yang diperoleh.
Persamaan umum :
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
maserasi 30oC menunjukkan kadar rutin dari hasil percobaan yang terletak di
daerah persamaan SLD. Menurut Bahrudin et al., (1990), rendemen rutin dari
Manihotis Folium yang diperoleh dari proses maserasi adalah 0.71% (b/b),
dari gambar 9 diketahui bahwa rendemen rutin tertinggi diperoleh dari suhu
dari suhu 30oC yang menghasilkan rendemen terbesar dari ekstrak Manihotis
Folium dilihat dari grafik yang persamaan SLD suhu 30oC. Dari gambar 9
diketahui bahwa semakin besar komposisi etanol sebagai pelarut dalam proses
Gambar 12. Grafik kadar rutin dan rata-rata kadar rutin pada tiap replikasinya
rutin tertinggi adalah pelarut dengan komposisi 100% etanol 96%, dengan kadar
BAB V
A. Kesimpulan
1. Diantara kadar rutin yang dihasilkan pada peringkat suhu maserasi, suhu 300C
menghasilkan kadar rutin yang paling tinggi dibandingkan 400C dan 500C.
2. Komposisi pelarut 100% etanol 96% menghasilkan kadar rutin tertinggi dari
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang cara ekstraksi rutin yang lain
dari Manihotis Folium untuk mendapatkan cara ekstraksi yang lebih tepat
untuk ekstraksi rutin dan mendapatkan kadar rutin yang lebih tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut cara penetapan kadar rutin dengan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Guidelines For The Validation of Analytical Methods For Active
Constituent, Agricultural And Veterinary Chemical Products,
http://www.apvma.gov.au, diakses tanggal 22 Maret 2010
Ansel, H., C,, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, 615, UI Press,
Jakarta
Ansel, H., C,, 1990, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems,
407-408, Lea and Febiger Press, London
Arifin, H., Anggaraini, D., Handayani,. D., Rasyid, R., 2006, Standarisasi Ekstrak
Etanol Daun Eugena cumini Merr., Jurnal Sains dan Teknologi Fakultas
Farmasi, Universitas Andalas, Sumatra Barat
Duke, J., A., 1999, Natural Product from Plants, 207, CRC Press, USA
45
Leru, B, and Calatayud, P,A., 1994, Interactions Between Cassava And Arthropod
Pests, African Crop Science Journal, Vol, 2, No,4, pp, 385-390, Uganda
Petruci, RH., dan Suminar, 1985, Kimia Dasar:Prinsip dan Terapan Modern,
166, Erlangga, Jakarta
Steenis, C,G,G,J., 1992, Flora untuk Sekolah di Indonesia, 45, 47, 73, 258, 264,
PT, Pradnya Paramita, Jakarta Pusat
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 564, 565, 577, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Zeligs, Michael A., and H. Leon Bradlow, 2006, Diindolymethane (DIM), formed
spontaneously from Indole-3-carbinol (I3C), is the dominant
antiproliferative indol in cell culture media after adding I3C,
http://www.aidic.it/IBIC2008/webpapers/86Alupuli.pdf, diakses tanggal 20
Maret 2010
LAMPIRAN
46
I. Surat Determinasi
47
a. suhu 30 oC
Replikasi 1
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 16.3148 16.4829 20.0474 18.3996 25.4772
Awal 19.7049 27.3087 29.5333 29.3072 33.0781
1 Jam 17.8415 26.1942 28.0792 28.0562 32.3950
2 Jam 17.3485 24.7467 27.2335 26.9382 31.5548
3 Jam 17.1936 23.3297 26.3840 26.0704 30.7598
4 Jam 17.1464 21.8081 25.2642 24.6895 30.0970
5 Jam 17.1164 20.9943 24.5499 23.8255 29.2781
6 Jam 17.1015 19.7193 23.7500 22.4299 28.5325
7 Jam 17.0776 18.1874 22.8369 21.6030 27.7307
8 Jam 17.5682 22.0963 20.8969 26.7561
9 Jam 17.2474 21.1602 19.8960 26.2078
10 Jam 17.2025 20.9501 19.4817 26.1480
11 Jam 17.1883 20.9083 19.4166
12 Jam 19.3908
Replikasi 2
Formula
Bobot Formula 1 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 17.9372 17.8586 19.5584 18.8865 24.8335
Awal 32.5896 20.0060 30.0739 25.7251 33.3449
1 Jam 31.6857 18.7958 28.6271 25.7040 32.5232
2 Jam 30.7068 18.4331 27.1774 31.6678
3 Jam 29.5705 18.3975 25.8683 30.9066
4 Jam 28.7628 25.1127 30.2690
5 Jam 27.6138 24.0028 29.4910
6 Jam 26.5380 23.0753 28.7424
48
Nilai rendemen
S Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
A
M
Lama Rendemen Lama Rendemen Lama Rendemen
P
pengeringan (%) pengeringan (%) pengeringan (%)
E
(jam) (jam) (jam)
L
1 7 13.3334 16 42.1539 4 5.2041
2 11 37.0592 3 8.0401 17 32.3569
3 11 29.2043 11 4.8994 16 36.6525
4 12 33.8360 1 0.0820 16 29.5691
5 10 20.9507 11 23.9725 13 32.0841
50
b. suhu 40 oC
Replikasi 1
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 17.9934 17.9378 18.3589 17.9565 24.3793
Awal 18.5556 25.2573 23.4776 26.2127 29.418
1 Jam 18.5252 23.9341 22.3955 25.0491 28.5793
2 Jam 23.0936 21.5099 23.9175 27.9884
3 Jam 21.9673 20.8765 23.0788 26.733
4 Jam 21.3106 20.1084 21.7187 26.0625
5 Jam 19.9954 19.4521 20.869 25.4907
6 Jam 19.3897 19.28 20.3045 25.2795
7 Jam 18.8856 19.2273 19.2953 25.2354
8 Jam 18.76 19.2032 18.8459
9 Jam 18.7365 18.7801
10 Jam 18.7563
Replikasi 2
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 18.228 24.3792 16.314 16.7569 17.9929
Awal 19.6296 29.9946 20.0518 20.6941 24.0813
1 Jam 19.3333 29.5516 19.5619 20.3472 23.6906
2 Jam 19.0754 29.1609 19.2008 20.0352 23.3865
3 Jam 18.9855 28.7238 18.7731 19.7443 233.0891
4 Jam 18.9398 28.2664 18.3763 19.4412 22.7199
5 Jam 27.9912 18.0265 19.1379 22.3317
6 Jam 27.4916 17.7568 18.8078 21.8475
7 Jam 26.987 17.4415 18.4481 21.3682
8 Jam 26.7163 17.2525 18.2535 20.9751
9 Jam 26.2523 17.1777 17.98 20.621
10 Jam 25.7956 17.1522 17.7679 20.2535
51
c. suhu 50 oC
Replikasi 1
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 20.4086 18.5446 17.1596 20.3587 19.4361
Awal 20.9714 21.4896 22.3806 23.7959 21.0933
1 Jam 20.8919 20.6449 21.6701 22.7936 20.6277
2 Jam 20.8583 19.9016 20.3694 21.0757 20.486
3 Jam 19.2208 19.6947 22.4259 20.4284
4 Jam 19.1883 19.0289 22.0504 20.4085
5 Jam 19.1771 18.608 21.6571
6 Jam 19.1701 18.2826 21.2305
7 Jam 17.9874 20.8934
8 Jam 19.952 20.8665
9 Jam 20.857
Replikasi 2
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 19.9576 20.4123 17.7740 20.3811 18.7611
Awal 20.4261 20.8843 20.4293 21.1109 19.6385
1 Jam 20.3306 20.8462 19.7858 21.0818 19.5845
2 Jam 20.3093 19.1305 21.0757 19.5653
3 Jam 18.8122
4 Jam 18.6041
5 Jam 18.5273
6 Jam 18.5022
Replikasi 3
Bobot Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5
Kosong 19.8632 20.2954 19.2929 17.8319 19.4762
Awal 20.1953 20.7964 20.1662 18.6604 21.2472
1 Jam 20.1858 20.7793 20.1174 18.5937 20.7133
2 Jam 18.5717 20.463
53
3 Jam 20.3629
4 Jam 20.331
Nilai rendemen
S Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
A
M
Lama Rendemen Lama Rendemen Lama Rendemen
P
pengeringan (%) pengeringan (%) pengeringan (%)
E
(jam) (jam) (jam)
L
1 2 0.5393 2 0.5718 1 0.0470
2 6 10.7936 1 0.1824 1 0.0822
3 8 10.8514 6 9.4330 1 0.2420
4 9 12.3504 2 0.1667 2 0.4754
5 4 3.2465 2 0.3727 4 4.3121
54
b. suhu 40 oC
Replikasi 1
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5
cawan kosong 13.5893 14.3955 13.6303 14.3957 14.2796
cawan+zat 13.7052 14.4996 13.7519 14.5004 14.3882
cawan+sisa 13.5933 14.3993 13.6365 14.4004 14.2857
Zat 0.1119 0.1003 0.1154 0.1000 0.1025
Replikasi 2
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5
55
c. suhu 50 oC
replikasi 1
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5
cawan kosong 14.0907 13.6422 14.2981 15.3449 14.1962
Cawan+zat 14.1965 13.7445 14.4008 15.4471 14.3013
cawan+sisa 14.0985 13.6444 14.3027 15.3502 14.2015
Zat 0.0980 0.1001 0.0981 0.0969 0.0998
Replikasi 2
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5
cawan kosong 15.3447 14.2981 13.6423 14.0907 14.1963
Cawan+zat 15.4513 14.4005 13.7448 14.1964 14.3137
cawan+sisa 15.3507 14.3008 13.3473 14.0972 14.2110
Zat 0.1006 0.0997 0.0975 0.0992 0.1027
Replikasi 3
Berat formula 1 formula 2 formula 3 formula 4 formula 5
cawan kosong 15.3448 14.1963 14.0906 13.6424 15.3448
Cawan+zat 15.4590 14.2983 14.1918 13.8151 15.4464
cawan+sisa 15.3584 14.1970 14.0910 13.7135 15.3450
Zat 0.1006 0.1013 0.1008 0.1016 0.1014
56
V. Validasi Metode
a. Uji linearitas
• Kurva Baku 1
Baku Jumlah totolan (µl) Jumlah rutin (µg) Area
1 1.5 1.56 27102.05
2 2.5 2.6 41606.51
3 3.5 3.64 49238.86
4 4.5 4.68 43686.28
5 5.5 5.72 43330.11
r = 0.6597; a= 28905.2005; b = 3320.5787
Y = 3320x + 28905.2005
• Kurva Baku 2
Baku Jumlah totolan (µl) Massa totolan (µg) Area
1 1.5 1.56 15562.6
2 2.5 2.6 24546.3
3 3.5 3.64 33224.7
4 4.5 4.68 36493.8
5 5.5 5.72 35951
r = 0.9283. a= 10702.1750. b = 5069.6442
Y = 5069.6442x + 10702.1750
• Kurva Baku 3
Baku Jumlah totolan (µl) Massa totolan (µg) Area
1 1.5 1.56 26001.2
2 2.5 2.6 37012.1
3 3.5 3.64 38070.7
4 4.5 4.68 39413.8
5 5.5 5.72 38491.5
r = 0.7809; a= 26214.055; b = 26329.9135
Y = 26329.9135x + 26214.055
58
b. Recovery
Variabel Massa Massa Recovery Rata-rata
sebenarnya terukur (%) recovery (%)
(µg) (µg)
Volume 1.56 3.2349 207.3654 154.0897
totolan 1.56 0.9587 61.4551
1.5µl 1.56 3.0178 193.4487
Volume 3.64 6.1232 168.2199 146.1932
totolan 3.64 4.4426 122.0495
3.5µl 3.64 5.3985 148.3104
Volume 5.72 6.4361 112.5192 98.4732
totolan 5.72 4.9804 87.0699
5.5µl 5.72 5.4815 95.8304
c. Presisi
Rata-rata massa SD SE KV
Variabel terukur (µg) (%)
Volume totolan 2.4038 1.2562 0.7253 30.1717
1.5µl
Volume totolan 5.3214 0.8429 0.4866 9.1451
3.5µl
Volume totolan 5.6327 0.7395 0.4269 7.5799
5.5µl
SE = SD / √n
KV = SE / rata-rata kadar X 100%
59
r = 0.9117
a = 25014.336
b = 3018.3677
Persamaan kurva baku
y = 3018.3677x +25014.336
• Replikasi 2
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan Jumlah totolan AUC
(µl) (µg)
Baku 1 1.5 1.56 16427.48
Baku 2 2.5 2.6 25669.09
Baku 3 3.5 3.64 28101.64
Baku 4 4.5 4.68 29147.46
Baku 5 5.5 5.72 31808.5
r = 0.9166
a = 14246.6905
b = 3292.3471
Persamaan kurva baku
y= 3292.3471x +14246.6905
• Replikasi 3
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan (µl) Jumlah totolan AUC
(µg)
Baku 1 1.5 1.56 12868.6
Baku 2 2.5 2.6 18800.9
Baku 3 3.5 3.64 27675.7
Baku 4 4.5 4.68 34078.7
Baku 5 5.5 5.72 37430.4
r = 0.9904
a = 3630.37
b = 6192.4423
Persamaan kurva baku
y= 6192.4423 x + 3630.37
b. Suhu 40oC
• Replikasi 1
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan (µl) Jumlah totolan AUC
(µg)
Baku 1 1.5 1.56 26950.5
Baku 2 2.5 2.6 35167.7
Baku 3 3.5 3.64 37648.8
Baku 4 4.5 4.68 38639.6
Baku 5 5.5 5.72 41506.9
r = 0.9306
a = 24578.055
b = 3133.1442
Persamaan kurva baku
Y= 3133.1442 x +24578.055
• Replikasi 2
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan (µl) Jumlah totolan (µg) AUC
Baku 1 1.5 1.56 21933.3710
Baku 2 2.5 2.6 25858.9900
Baku 3 3.5 3.64 35363.4420
Baku 4 4.5 4.68 36143.3420
Baku 5 5.5 5.72 37231.3920
r = 0.9305
a =16931.1353
b = 3940.5077
Persamaan kurva baku
y=3940.5077 x + 16931.13553
• Replikasi 3
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan Jumlah totolan AUC
(µl) (µg)
Baku 1 1.5 1.56 17718.6430
Baku 2 2.5 2.6 27378.5630
Baku 3 3.5 3.64 31390.5130
Baku 4 4.5 4.68 32315.3920
Baku 5 5.5 5.72 32740.2910
r = 0.8795
a =16065.6367
b = 3363.4736
Persamaan kurva baku
y = 3363.4736x +16065.6367
c. Suhu 50oC
• Replikasi 1
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan (µl) Jumlah totolan (µg) AUC
Baku 1 1.5 1.56 17818.865
Baku 2 2.5 2.6 27894.798
Baku 3 3.5 3.64 31175.170
Baku 4 4.5 4.68 31511.735
Baku 5 5.5 5.72 32661.978
r = 0.8669
a = 16556.4869
b = 3202.1789
Persamaan kurva baku
y = 32020.1789x +16556.4869
• Replikasi 2
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan (µl) Jumlah totolan (µg) AUC
Baku 1 1.5 1.56 11341.856
Baku 2 2.5 2.6 25968.191
Baku 3 3.5 3.64 41869.902
Baku 4 4.5 4.68 28050.061
Baku 5 5.5 5.72 22047.647
r = 0.3368
a = 17632.8232
b = 2258.9858
Persamaan kurva baku
y = 2258.9858x + 17632.8232
• Replikasi 3
Kurva baku standar rutin
Keterangan Volume totolan (µl) Jumlah totolan (µg) AUC
Baku 1 1.5 1.56 15103.5300
Baku 2 2.5 2.6 26885.0490
Baku 3 3.5 3.64 36128.7260
Baku 4 4.5 4.68 34228.2410
Baku 5 5.5 5.72 36037.3210
r = 0.8659
a = 12452.8025
b = 4731.8052
b. Replikasi 2
Formula 1 2 3 4 5
Kadar 8.5953 4.0761 4.7080 2.6023 1.9954
rutin (µg)
Berat 0.9146 0.5389 0.8524 6.8175 0.5178
ekstrak
(mg)
Rendemen 0.9398 0.7564 0.5523 0.0382 0.3854
(% b/b)
c. Replikasi 3
Formula 1 2 3 4 5
Kadar 1.0261 1.3604 1.5168 -0.2667 -0.4061
rutin (µg)
Berat 0.6092 0.4783 0.6089 0.7557 0.6275
ekstrak
(mg)
Rendemen 0.1684 0.2844 0.2491 -0.0353 -0.0647
(% b/b)
69
Suhu 40oC
a. Replikasi 1
Formula 1 2 3 4 5
Kadar 7.8025 2.0190 5.1832 -5.0864 -7.6700
rutin (µg)
Berat 0.5318 0.7987 0.8443 0.7998 0.8561
ekstrak
(mg)
Rendemen 1.4672 0.2528 0.6139 -0.6360 -0.8959
(% b/b)
b. Replikasi 2
Formula 1 2 3 4 5
Kadar 4.1364 -0.0266 4.0329 -4.2777 -4.2926
rutin (µg)
Berat 0.7118 0.6793 0.8382 0.8553 0.8907
ekstrak
(mg)
Rendemen 0.5811 - 0.4811 -0.5001 -0.4819
(% b/b) 3.9157.10-
3
70
c. Replikasi 3
Formula 1 2 3 4 5
Kadar -1.2038 -2.1951 -0.1369 -1.6804 4.2594
rutin (µg)
Berat 0.6021 0.9637 1.1381 1.2368 1.1273
ekstrak
(mg)
Rendemen -0.1999 -0.2278 -0.0120 -0.1359 -0.3778
(% b/b)
Suhu 50oC
a. Replikasi 1
Formula 1 2 3 4 5
Kadar -0.3822 0.8525 0.7426 -1.5843 -5.0700
rutin (µg)
Berat 0.4497 0.6255 2.7924 0.4983 0.9724
ekstrak
(mg)
Rendemen -0.0850 0.1363 0.0266 -0.3179 -0.5214
(% b/b)
71
b. Replikasi 2
Formula 1 2 3 4 5
Kadar 5.3142 7.0142 2.1789 11.5653 -0.3170
rutin (µg)
Berat 0.3517 0.4339 0.7282 0.6946 0.8042
ekstrak
(mg)
Rendemen 1.5110 1.6165 0.2992 1.6650 0.0394
(% b/b)
c. Replikasi 3
Formula 1 2 3 4 5
Kadar -0.5367 0.0401 -0.5376 -1.4151 -2.6271
rutin (µg)
Berat 0.3226 0.4839 0.8245 0.7398 0.8548
ekstrak
(mg)
Rendemen -0.1664 8.2868.10- -0.0652 -0.1913 -0.3073
3
(% b/b)
Formula 1 2 3 4 5
Etanol 96% (X1) 100 75 50 25 0
Air (X2) 0 25 50 75 100
a. Singkong suhu 30 OC
Formula 1
X1 = 1 X2 = 0
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
5.9664 = a.1 + b.0 + ab.1.0
5.9664= a
Formula 5
X1 = 0 X2 = 1
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
-0.3215= a.0 + b.1 + ab.0.1
-0.3215= b
Formula 3
X1 = 0.5 X2 = 0.5
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
2.9017= 5.9664 (0.5) – 0.3215 (0.5) + ab (0.5)(0.5)
ab = 0.3386
Formula 2
X1 = 0.75 X2 = 0.25
Y = 5.9664 (X1) - 0.3215 (X2) + 0.3386 (X1)(X2)
Y = 5.9664 (0.75) – 0.3215 (0.25) + 0.3386 (0.75)(0.25)
Y = 4.5383
Formula 4
X1 = 0.25 X2 = 0.75
Y = 5.9664 (X1) - 0.3215 (X2) + 0.3386 (X1)(X2)
Y = 5.9664 (0.25) – 0.32150.75) + 0.3886 (0.25)(0.75)
Y = 1.5551
Formula 5
X1 = 0 X2 = 1
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
-5.4073= a.0 + b.1 + ab.0.1
-5.4073 = b
Formula 3
X1 = 0.5 X2 = 0.5
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
3.0264 = 3.5784 (0.5) + (-5.4073) (0.5) + ab (0.5)(0.5)
15.7634 = ab
Formula 2
X1 = 0.75 X2 = 0.25
Y = 3.5784 (X1) - 5.4073 (X2) + 15.7634 (X1)(X2)
Y = 3.5784 (0.75) – 5.4073 (0.25) + 6.2224 (0.75)(0.25)
Y = 4.2876
Formula 4
X1 = 0.25 X2 = 0.75
Y = 3.5784 (X1) – 5.4073 (X2) + 15.7634 (X1)(X2)
74
Formula 5
X1 = 0 X2 = 1
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
-2.6714 = a.0 + b.1 + ab.0.1
-2.6714= b
Formula 3
X1 = 0.5 X2 = 0.5
Y = a (X1) + b (X2) + ab (X1)(X2)
0.7964 = 1.4651 (0.5) + (-2.6714)(0.5) + ab (0.5)(0.5)
5.5910= ab
Formula 2
X1 = 0.75 X2 = 0.25
Y = 0.7964 (X1) - 2.6714 (X2) + 5.5910 (X1)(X2)
Y = 0.7964 (0.75) – 2.6714 (0.25) + 5.5910 (0.75)(0.25)
Y = 1.4793
Formula 4
X1 = 0.25 X2 = 0.75
Y = 0.7964 (X1) - 2.6714 (X2) + 5.5910 (X1)(X2)
Y = 0.7964 (0.25) - 2.6714 (0.75) + 5.5910 (0.25)(0.75)
Y = -0.5890
75
a. Suhu 30oC
yij (yij)2 y y2
Formula 1 8.2777 68.5203 5.9664 35.5975
8.5953 73.8792 5.9664 35.5975
1.0261 1.0529 5.9664 35.5975
Formula 3 3.4965 12.2255 2.9071 8.4512
4.7080 22.1653 2.9071 8.4512
1.5168 2.3007 2.9071 8.4512
Formula 5 -2.5538 6.5219 -0.3215 0.1034
1.9954 3.9816 -0.3215 0.1034
-0.4061 0.1649 -0.3215 0.1034
Formula 2 3.2311 10.4400 2.8892 8.3475
4.0761 16.6146 2.8892 8.3475
1.3604 1.8507 2.8892 8.3475
Formula 4 2.5450 6.4770 1.6269 2.6468
2.6023 6.7720 1.6269 2.6468
-0.2667 0.0711 1.6269 2.6468
∑ 40.2041 233.0377 39.2042 1536.9693
Sources of F
error dF MS hitung F tabel
between 1434.5047 2 717.2523 -6.5741 3.89
within -1309.225 12 -109.102
total 125.2797
76
b. Suhu 40oC
yij (yij)2 y y2
Formula 1 7.8025 60.8790 3.5784 12.8047
4.1364 17.1098 3.5784 12.8047
-1.2038 1.4491 3.5784 12.8047
Formula 3 5.1832 26.8656 3.0264 9.1591
4.0329 16.2643 3.0264 9.1591
-0.1369 0.0187 3.0264 9.1591
Formula 5 -7.6700 58.8289 -5.4073 29.2389
-4.2926 18.4264 -5.4073 29.2389
-4.2594 18.1425 -5.4073 29.2389
Formula 2 2.0190 4.0764 -0.0676 0.0046
-0.0266 0.0007 -0.0676 0.0046
-2.1951 4.8185 -0.0676 0.0046
Formula 4 -5.0864 25.8715 -3.6815 13.5534
-4.2777 18.2987 -3.6815 13.5534
-1.6804 2.8237 -3.6815 13.5534
∑ -7.6549 273.8738 -7.6549 194.2821
Sources of F
error dF MS hitung F tabel
between 190.3756 2 95.1878 14.3514 3.89
within 79.5917 12 6.6326
total 269.9673
77
c. Suhu 50oC
yij (yij)2 y y2
Formula 1 -0.3822 0.1461 1.4651 2.1465
5.3142 28.2407 1.4651 2.1465
-0.5367 0.2880 1.4651 2.1465
Formula 3 0.7426 0.5515 0.7964 0.6343
2.1789 4.7476 0.7964 0.6343
-0.5376 0.2890 0.7964 0.6343
Formula 5 -5.0700 25.7049 -2.6714 7.1364
-0.3170 0.1005 -2.6714 7.1364
-2.6271 6.9017 -2.6714 7.1364
Formula 2 0.8525 0.7268 2.6356 6.9464
7.0142 49.1990 2.6356 6.9464
0.0401 0.0016 2.6356 6.9464
Formula 4 -1.5843 2.5100 2.8553 8.1527
11.5653 133.7562 2.8553 8.1527
-1.4151 2.0025 2.8553 8.1527
∑ 15.2378 255.1660 15.2430 75.0488
Sources of F
error dF MS hitung F tabel
between 59.5589 2 29.7794 1.9839 3.89
within 180.1278 12 15.0106
total 239.6866
78
BIOGRAFI PENULIS