Disusun oleh
Ayu setyana
Imroatus soliha
Sahrul ali
yoga harlian
2014-2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT.Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan karunia kepada kami,sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.Pada
kesempatan ini kami haturkan terima kasih kepada Ibu / Bapak Dosen pembimbing sehingga
makalah ini dapat tersususun. Tak lupa pula kepada teman-teman yang terus memberikan
motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan hasil maksimal.Harapan
kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Saran dan kritik yang bersifat
membangun selalu kami harapkan,demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjut
nya.
Terima Kasih,
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi &
melindungi permukaan tubuh (Depkes Ri, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2002).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang membatasinya dengan
dunia luar. Organ yang sangat essensial, vital, serta cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit juga sangat kompleks, elastic, dan sangat sensitive, bervariasi pada keadaan
iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Luas kulit kira-kira 1,5-2 m2, berat kulit kira-
kira 4kg. pada orang dewasa 7% dari berat badan, tebal 1,5-4 mm, berbeda pada setiap
bagian dari tubuh. Setiap 1 cm2 kulit mengandung 70 cm pembuluh darah, 55 cm
saraf, 100 kelenjar keringat, 15 kelenjar, 230 reseptor sensori, dan ½ juta sel mati dan
sel baru.
Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus & berguna
untuk merasakan sentuhan/sebagai alat peraba. Kulit merupakan organ hidup yang
mempunyai keadaan yang sangat bervariasi. Bagian kulit yang sangat tipis terdapat
disekitar mata & yang paling tebal terdapat ditelapak kaki & telapak tangan. Masing-
masing mempunyai cirri khas (dermatoglipic pattern) yang berbeda-beda pada setiap
orang yaitu berupa garis lengkung & berkelok-kelok. Hal ini berguna untuk
mengidentifikasi seseorang. Kulit dapat dibedakan menjadi 3 lapisan yaitu kulit ari
(epidermis), kulit jangat (dermis=kutis), dan hipodermis (sub kutis).
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM :
2. TUJUAN KHUSUS :
5. Dapat mengenal derajat luka bakar dan perhitungan cairan berdasarkan derajatnya
TINJAUAN KASUS
Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi,
Luka oleh karena kontak dengan agen bersuhu tinggi, seperti api, air panas,
listrik, bahan kimia radiasi, suhu sangat rendah ( Mansyoor, dkk, 2000).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
Cedera kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit
a. Air panas
b. Api
g. Sinar matahari
natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan terjadinya
edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Kehilangan
cairan tubuh pada klien luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
permeabilitas pembuluh darah, perbedaan tekanan osmotik intra dan ekstra sel.(Djuanda,A
2001).
yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan diikuti
dengan; penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada
Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan GFR
Sepertiga dari klien-klien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang
berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia (starvasi
oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh
klien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan repon
lokal.(Djuanda, A. 2001).
Karbonmonoksida mungkin merupakan gas yang paling sering menyebabkan cedera inhalasi
karena gas ini merupakan produk sampingan pembakaran bahan-bahan organik. Efek
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek repson hipovolemik dan
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat respon
imun akan dipengaruhi nsecara merugikan. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan
(limfositopenia). Imunosupresi membuat klien luka bakar berisiko tinggi untuk mengalami
sepsis.(Djuanda, A. 2001).
Karena itu klien-klien luka bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam
beberapa jam pertama pasca luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan hipermetabolisme
menyetel kembali suhu inti tubuh, klien luka bakar akan mengalami hipertermi selama
sebagian besar periode pasca luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.
b) Dijumpai bullae.
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.
a) Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
mengalami kerusakan.
d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya lebih
e) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
dasar luka.
tubuh yang terkena (Total Body Surface Area atau TBSA) yang dihitung
berdasarkan persentase, misalnya dengan cara Rule of Nine dari Wallace dan
Banyak cara menghitung luas luka bakar, tetapi yang banyak dipakai adalah cara Rule
TABEL 1
LUAS LUKA BAKAR BERDASARKAN RULE OF NINE
NO AREA %
1 Head and neck 9
2 Anterior trunk 18
3 Posterior trunk 18
4 Genitalia 1
5 Right arm 9
6 Left arm 9
7 Right thigh 9
8 Left thigh 9
9 Right leg 9
10 Left leg 9
Total 100
Perhitungan luas luka bakar untuk anak ≤ 15 tahun ditetapkan berdasarkan modifikasi dari
Rule of Nine sebagai berikut:
Tabel 2.
LUAS LUKA BAKAR BERDASARKAN RULE OF NINEUNTUK USIA ≤ 15 TAHUN
NO DAERAH PERMUKAAN TUBUH 0-1 TH 5 TH 15 TH
1 Kepala, muka dan leher 18 % 14 % 10 %
2 Badan sebelah depan 18 % 18 % 18 %
3 Badan sebelah belakang 18 % 18 % 18 %
4 Alat gerak atas kanan 9% 9% 9%
5 Alat gerak atas kiri 9% 9% 9%
6 Alat gerak bawah kanan 14 % 16 % 18 %
7 Alat gerak bawah kiri 14 % 16 % 18 %
Jumlah total 100 % 100 % 100 %
Antaraumur 1-5 tahun, tiaptahuntiaptungkaibertambah 0,4 % danantaraumru 5-15
dariluastubuhnya.
Disamping dengan cara Rule of Nine, ada cara yang kadang dipaka iuntuk menghitung
luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar sesuai dengan golongan usia. Cara ini
TABEL 3
LUAS LUKA BAKAR BERDASARKAN LUND AND BROWDER CHART
AGE-YEARS
NO AREA
0-1 1-4 4-9 10-15 ADULT
1 Head 19 17 13 10 7
2 Neck 2 2 2 2 2
3 Anterior trunk 13 17 13 13 13
4 Posterior trunk 13 13 13 13 13
5 Right buttock 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
6 Left buttock 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
7 Genitalia 1 1 1 1 1
8 Right upper arm 4 4 4 4 4
9 Left upper urm 4 4 4 4 4
10 Right lower arm 3 3 3 3 3
11 Left lower arm 3 3 3 3 3
12 Right hand 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
13 Left hand 2½ 2½ 2½ 2½ 2½
AGE-YEARS
NO AREA
0-1 1-4 4-9 10-15 ADULT
14 Right thigh 5½ 6½ 8½ 8½ 9½
15 Left thigh 5½ 6½ 8½ 8½ 9½
16 Right leg 5 5 5½ 6 7
17 Left leg 5 5 5½ 6 7
18 Right foot 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
19 Left foot 3½ 3½ 3½ 3½ 3½
Berdasarkan berat / ringan luka bakar, diperoleh beberapa kategori penderita (Yefta
Moenadjat, 2003):
a) Derajat II-III > 20% pada klien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun.
b) Derajat II-III > 25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.
d) Adanya trauma pada jalan napas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar.
a) Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat III < 10%.
b) Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
c) Luka bakar dengan derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak
c) Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia; tidak mengenai muka, tangan, kaki
dan perineum.
a. Zona koagulasi
pengaruh panas.
b. Zona statis
berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan
nekrosis jaringan.
c. Zona hiperemi
a. Fase darurat/resusitasi
cairan. Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas
karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi
dan dimulai 48 hingga 72 jam setelah terjadi luka bakar. Selama fase ini,
pengendalian nyeri merupakan prioritas pada tahap ini. Pada tahap ini sudah
c. Fase rehabilitasi
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa
parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karapuhan jaringan
keparahan cedera luka bakar yang dideritanya. Berikut ini adalah kondisi dimana klien
b. Luka bakar derajat II pada muka, leher, tangan, kaki dan perineum.
c. Luka bakar derajat III > 2% pada dewasa dan setiap derajat III pada anak.
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif dan penanganan
klien luka bakar di bangsal perawatan atau unit luka bakar (Christantie Effendi, S.Kp.,
1999).
1) Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan
korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang
3) Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support) dan
4) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20
o
C (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama 15-20
menit segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah pada jalan
napas korban).
5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak-
6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera lain
7) Segera bawa penderita ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut (tutup
tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah sakit).
trauma inhalasi).
5) Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
ginjal, dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui
6) Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya
diberikan sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24
jam pertama. Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16
10) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan . pada klien yang mengalami trauma
obat bronkodilator.
dll.
Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan secara
intensif di unit perawatan intensif terutama klien yang membutuhkan alat bantu
pernapasan (ventilator). Hal yang harus diperhatikan selama klien dirawat di unit ini
meliputi:
2) Observasi tanda-tanda vital; tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam dan suhu
setiap 4 jam.
4) Amati GCS.
10) Pengisapan lendir (suction) minimal setiap 2 jam dan jika perlu.
12) Perawatan mata dengan memberi salep atau tetes setiap 2 jam.
15) Perawatan daerah invasif seperti daerah pemasangan CVP, kateter, tube setiap hari.
19) Periksa lab darah: elektrtolit, ureum/creatinin, AGD, protein (albumin), gula darah
Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang luas dan
dalam.
Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka bakar yaitu
Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan tertutup.
Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan setelah diberi obat
topikal. Perawatan tertutup dengan menggunakan balutan gaas steril setelah diberikan
obat topikal atau tulle yang mengandung chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist)
dengan NaCl 0,9% dan gaas kering. Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan
zalf mata, sedangkan luka bakar grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.
bersih, penggunaan handschoen, masker, topi, baju steril; teknik bersih dan aseptik).
Selain hal-hal di atas, perlu juga diperhatikan teknik memandikan pasien luka
bakar.
WOC:
Burning agent
Cederalukabakarse
dang&berat
Ggnperfusijaring ↓
anperifer ↓ volume darah yang tekosmotikkoloidkapil
bersirkulasi er
Tek hidrostatik
↓ curahjantung Edema
vaskuler kelebihan
umum tekanan osmotik
Syok koloid
Paru Ginjal GI T
Lambung Usus
Insufisiensipulmo ATN
nal PK : Perdarahan PK : Ileus
PK :
GI paralitik
AR DS Insufisiensiginjal
Translokasikuma
Kerusakanpertuk n
aran gas
PK : Sepsis
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN LUKA
BAKAR (COMBUSTIO)
Asuhan keperawatan pada klien luka bakar disesuaikan dengan fase luka bakar.
a. Pengkajian
1. Airway
ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat
berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011).
endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada.
Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas? Pada kasus luka bakar kaji jalan pernafasan
ü Agitasi (hipoksia)
ü Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
ü Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas
ü Muntahan
ü Perdarahan
ü Gigi palsu
ü Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien
terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien
sesuai indikasi :
Airway
ü Lakukan intubasi
dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak
open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
lain :
oksigenasi pasien.
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
c.Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
oksigenasi:
ü Bag-Valve Masker
procedures
3. Circulation
lain :
ü Regularity
AVPU :
yang diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisa dimengerti
merespon)
dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan
dilakukan:
a. Anamnesis
Association, 2007):
plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
(kejadian yang
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Karakteristik kulit normal
Keterampilan perawat dalam pengkajian fisik dan pemahamannya terhadap
anatomi dan fungsi kulit dapat menjamin bahwa setiap penyimpangan dari
keadaan normal akan dapat dikenali, dilaporkan, dan didokumentasikan.
Warna
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya,
dan berkisar dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang
terbuka, khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya
matahari, cenderung lebih berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek
vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam, sengatan matahari, dan inflamasi
akan menimbulkan bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat
merupakan keadaan tidak adanya atau berkurangnya tonus, serta vaskularitas
kulit yang normal dan paling jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan
pada sianosis menunjukkan hipoksia seluler dan mudah terlihat pada
ekstremitas, dasar kuku, bibir, serta membran mukosa. Ikterus, yaitu kulit yang
menguning, berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin serum dan
sering kali terlihat pada sklera, serta membran mukosa.
Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Pajanan matahari, proses
penuaan, dan perokok berat akan membuat kulit sedikit lembut. Normalnya
kulit adalah elastis dan dapat cepat kembali apabila dilakukan pencubitan yang
sering disebut turgor kulit baik.
Suhu
Suhu kulit normalnya hangat, walaupun pada beberapa kondisi pada bagian
perifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat suatu kondisi
vasokontriksi.
Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh. Pada beberapa kondisi
seperti adanya peningkatan aktivitas dan pada peningkatan kecemasan,
kelembapan akan meningkat.
Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakkan. Bau yang
tajam secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat
terutama pada area aksila dan lipat paha.
Efloresensi
Efloresensi adalah pengkajian kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata
telanjang (secara objektif), dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan.
Terdapat dua macam pengkajian efloresensi, meliputi :
1. Efloresensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permulaan penyakit.
Lesi karakteristik
Makula Perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentuk
bervariasi tanpa disertai peninggian atau cekungan (bila diameter
> 1 cm disebut patch).
Papula Peninggian kulit yang solid dengan diamter <1 cm dan bagian
terbesarnya berada di atas permukaan kulit (bila papula
bergabung dengan diameter >1 cm dan permukaan datar disebut
plakat)/
Nodul Seperti papula, berbentuk kubah, ukuran >1cm dan lebih dalam.
Tumor merupakan istilah umum untuk menunjukkan adanya
suatu massa baik jinak maupun ganas yang ukurannya >2cm.
Tumor Seperti nodul tetapi lebih besar dari nodul
Vesikula Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran <1
cm, dapat pecah menjadi erosi, dapat bergabung menjadi bula.
Bula Peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan dengan ukuran >1
cm.
Pustula Seperti halnya vesikula, tetapi isinya pus dan berada di atas
kulit yang meradang.
Urtika Peninggian kulit yang datar oleh karena edema pada dermis
bagian atas. Bersifat gatal, timbulnya cepat, hilangnya cepat,
pori-pori melebar, warna pucat.
2. Efloresensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan penyakit.
Lesi Karakteristik
Skuama Partikel epidermal dapat kering atau berminyak, tipis ataupun
tebal dan dilapisi masa keratin. Warnanya bervariasi putih,
keabu-abuan, kuning atau cokelat.
Erosi Hilangnya lapisan kulit sebatas epidermis dan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut.
Ekskoriasi Hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare.
Ulkus Hilangnya kontinuitas jaringan pada dermis atau lebih dalam,
sembuh dengan meninggalkan jaringan parut.
Krusta Pengeringan cairan tubuh bercampur epitel debris bakteri.
Sikatriks Pembentukan jaringan baru yang sifatnya lebih banyak
mengandung jaringan ikat untuk mengganti jaringan yang rusak
akibat penyakit atau trauma pada dermis yang lebih dalam. Dapat
terjadi atrofi disebut sikatriks atrofi, bila membesar disebut
sikatriks hipertrofi.
Fisura Adalah retakan kulit yang linier sepanjang epidermis atau sampai
dermis, dapat multipel.
Diagnosa keperawatan
1) Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon monoksida, inhalasi
Batasan karakteristik
Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Gangguan penglihatan
Objektif
Gas darah arteri yang tidak normal
pH arteri yang tidak normal
ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
warna kulit tidak normal
konfusi
sianosis
karbondioksida menurun
diaphoresis
hiperkapnia
hiperkarbia
hipoksia
hipoksemia
iritabilitas
napas cuping hidung
gelisah
somnolen
2) Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan edema dan efek dari inhalasi
asap.
Batasan Karakteristik :
Dispneu, Penurunan suara nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Batasan karakteristik
Subjektif: Haus
Objektif
Perubahan status mental
Penurunan turgor kulit dan lidah
Penurunan haluaran urin
Penurunan pengisian vena
Kulit dan membrane mukosa kering
Kematokrit meningkat
Suhu tubuh meningkat
Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan volume dan tekanan nadi
Konsentrasi urin meningkat
Penurunan berat badan yang tiba-tiba
Kelemahan
4) Hipotermia yang berhubungan dengan gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Batasan karakteristik
Kulit dingin
Bantalan kuku sianosis
Hipertensi
Pucat
Merinding
Penurunan suhu tubuh dibawah normal
Menggigil
Pengisian kapiler lambat
takikardi
5) Nyeri yang berhubungan dengan cedera jaringan serta saraf dan dampak emosional dari luka
bakar.
Batasan karakteristik
Subjektif:
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat
Objektif:
Posisi untuk mengindari nyeri
Perubahan tonus otot dengan rentang lemas sampai tidak bertenaga
Respon autonomic misalnya diaphoresis, perubahan tekanan darah, pernapasan atau
nadi, dilatasi pupil
Perubaan selera makan
Perilaku distraksi missal, mondar-mandir, mencari orang atau aktifitas lain, aktivitas
berulang
Perilaku ekspresif missal; gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan, peka
terhadap rangsang, dan menghela napas panjang
Wajah topeng; nyeri
Perilaku menjaga atau sikap melindungi
Fokus menyempit, missal; gangguan persepsi waktu, gangguan proses piker, interaksi
menurun.
Bukti nyeri yang dapat diamati
Berfokus pada diri sendiri
Gangguan tidur, missal; mata terlihat layu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu
dan tidak menyeringai
b. Perencanaan
b. Diagnosa keperawatan
1) Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan pemulihan kembali integritas kapiler
2) Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya
respon imun.
5) Nyeri yang berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka
bakar.
6) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema luka bakar, rasa nyeri dan
kontraktur persendian.
7) Koping tidak efektif yang berhubungan dengan perasaan takut serta ansietas, berduka dan
11) PK : Perdarahan GI
13) PK : Sepsis
c. Perencanaan
kesembuhan luka dan penanganan luka bakar d.dklien mengeluh nyeri pada area luka,
pemulihan kembali integritas kapiler dan perpindahan cairan dari ruang interstisial ke
pola yang
diharapkan.
- Tanda vital
normal.
Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka
bakar terbuka d.d lesi pada kulit, kemerahan, bengkak pada luka bakar.
Awasi pemeriksaan
laboratorium, albumin
serum,
kreatinin,transferin.
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian d.d kaku pada persendian.
- Turut
berpartisipasi
5. Mempercepat kemandirian.
dalam aktivitas
sehari-hari.
- Mempertahankan 5. Dorong perawatan
posisi fungsi mandiri sesuai
dibuktikan oleh kemampuan klien.
tak adanya
kontraktur
- Menunjukkan
tehnik/perilaku
yg mampu
melakukan
aktivitas
Diagnosa keperawatan: Ansietas berhubungan dengan perasaan takut serta ansietas,
(nadi, TD)
anoreksia
4. Evaluasi
1. Fase Darurat/Resusitasi
2. Fase Akut
6. Ansietas berkurang
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-luka-bakar-combustio/
http://askeplukabakar.html.co.id