Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai transaksi jual-beli, tidak bisa kita lepaskan dari peran pasar , yang
merupakan salah satu fasilitas utama yang menyediakan kebutuhan sehari-hari. Menurut Kotler
(2002) Pasar merupakan suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk
mempertukarkan barang dan jasa. Dalam hal ini ,produk barang atau jasa yang di minta konsumen
sesuai dengan yang ditawarkan produsen. Apabila tidak sesuai dengan permintaan, maka pihak
konsumen dapat membatalkan transaksi atau terjadi transaksi dengan perjanjian (kontrak) antara
pembeli dan penjual. Apabila mekanisme pasar tidak dapat berfungsi secara efisien dalam
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada dalam masyarakat , maka akan menimbulkan
terjadinya “kegagalan pasar (market failure)” . Dalam hal ini, mekanisme pasar akan
menyebabkan barang yang dihasilkan terlalu sedikit atau terlalu banyak , dan pada kemungkinan
lebih ekstrim kegagalan pasar akan menyebabkan pasar tidak terjadi sehingga barang dann jasa
tertentu tidak di hasilkan oleh pasar tersebut.

Kegagalan pasar dapat terjadi karena adanya faktor-faktor seperti ; adanya barang bersama,
unsur ketidaksempurnaan pasar, barang public, eksternalitas, pasar tidak penuh, kegagalan
informasi, ketidakpastian (uncertainty). Dalam beberapa kasus berdasarkan jurnal nasional
maupun internasional yang akan di bahas dalam makalah ini , terjadi kegagalan pasar disebabkan
oleh adanya kegagalan informasi, eksternalitas, barang publik, dan pasar tidak penuh (incomplete
market). Adanya kegagalan pasar merupakan salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun
tangan dalam mengatasi kegagalan pasar pada perekonomian agar kesejahteraan masyarakat dapat
tercapai secara optimal. Walaupun demikian , tidak selamanya campur tangan pemerintah
menyebabkan kesejahteraan masyarakat., bahkan secara sistematis terjadi kegagalan pemerintah
(market failure). Adapun salah satu kasus jurna yang kami temui, membahas mengenai contoh
kegagalan pemerintah, yang akan di bahas lebih lanjut pada bab berikutnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di bahas sebelumnya, maka dapat di rumuskan
masalah sebagai berikut :
1) Apa yang di maksud dengan kegagalan pasar dan faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan pasar?
2) Apakah pemerintah memiliki andil dalam mengatasi kegagalan pasar?
3) Bagaimana contoh studi kasus “Kegagalan pasar & Campur tangan pemerintah”yang
terjadi di masyarakat nasional maupun internasional?
4) Bagaimana upaya pemecahan masalah studi kasus yang di temui?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini , yaitu sebagai berikut :


1) Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor penyebab kegagalan pasar
2) Untuk mengetahui campur tangan pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar
3) Untuk mengetahui contoh kasus-kasus mengenai “Kegagalan pasar & campur tangan
pemerintah” yang terjadi di sekitar kita
4) Untuk mengetahui dan mencari upaya pemecahan masalah studi kasus yang di temui

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kegagalan Pasar

Arifin (2007) mengatakan bahwa kegagalan pasar (market failure) adalah


suatu istilah yang menyebutkan ketidakmampuan pasar dalam mencapai alokasi
atau pembagian sumber daya yang optimum. Hal ini khususnya dapat terjadi
apabila pasar di dominasi oleh para pemasok monnopoli atau apabila produksi atau
konsumsi dari sebuah produk mengakibatkan dampak eksternalitas seperti
pencemaran lingkungan.
Menurut Kanisius (2003) Kegagalan pasar adalah dimana suatu pasar tidak
dapat menjalankan secara sempurna sesuai dengan fungsi awal sebagai pasar dan
situasi dimana semua kekuatan pasar yang ada dalam pasar , permintaan dan
penawaran berada dalam keadaan ketidakseimbangan.

Mangkoebroto (1993) menguraikan bahwa kegagalan pasar dapat terjadi


karena adanya faktor faktor sebagai berikut :
1) Adanya Common Goods (Barang bersama)
Dasar adanya sistem pasar persaingan sempurna adalah adanya hak
pemilikan yang memberikan hak pemilikan kepada setiap individu atas
suatu barang sehingga ia dapat mengecualikan orang lain untuk
memanfaatkan barang tersebut. Untuk beberapa jenis barang , hak
pemilikan tidak dapat diberikan kepada satu individu melainkan diberikan
kepada suatu kelompok masyarakat. Masalah yang ditimbulkan yaitu
indivisibility yang menyebabkan suatu kekayaan tidak dapat diberi hak
pemilikannya kepada setiap anggota kelompok. Dan adanya permasalah
jumlah anggota kelompok yang semakin banyak maka biaya untuk
memperoleh persetujuan semakin besar dan mahal. Selain perlunya campur

3
tangan pemerintah dalam mengatur kekayaan bersama , pemerintah juga
harus menetapkan sistem pembayaran yang sifatnya dipaksakan (Pajak).

2) Adanya unsur ketidaksempurnaan pasar.


Alokasi sumber-sumber ekonomi yang efisien tidak dapat diserahkan pada
mekanisme pasar oleh karena adanya monompoli, atau adanya usaha yang
mempunyai biaya marjinal nol.

3) Adanya barang publik


Beberapa jenis barang sangat dibutuhkan oleh masyarakat , akan tetapi tidak
seorangpun yang bersedia menghasilkannya atau mungkin dihasilkan oleh
pihak swasta dalam jumlah yang terbatas. Maka pemerintahlah yang harus
menghasilkannya agar kesejahteraan masyarakat meningkat.

4) Adanya Eksternalitas
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak
mempunyai pengaruh terhadap pihak yang menyebabkan atau kompensasi
yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut. Jadi ada dua syarat
terjadinya eksternalitas yaitu ; adanya pengaruh dari suatu tindakan dan
tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima.

5) Adanya pasar tidak lengkap


Ada beberapa jenis jasa yang tidak diusahakan oleh swasta dalam jumlah
yang cukup walaupun penyediaan jasa tersebut lebih kecil dari apa yang
mau dibayar masyarakat. Kondisi seperti ini disebut sebagai pasar tidak
lengkap.

6) Adanya kegagalan informasi


Pada beberapa kasus masyarakat sangat membutuhkan informasi yang tidak
disediakan oleh pihak swasta misalnya saja prakiraan cuaca . para petani
dan pelaut sangat membutuhkan informasi mengenai prakiraain cuaca.

4
Dalam hal ini , maka pemerintah yang harus menyediakan informasi yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

2.1.2 Peran & Campur tangan Pemerintah

Barton ( 2000 ) menyebutkan peran utama pemerintah secara garis besar


adalah : peran alokasi sumber daya, peran regulator, peran kesejahteraan sosial, peran
mengelola ekonomi makro. Penjelasan kempat peran pemerintah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Dalam peran alokasi sumber daya tercakup soal penentuan ukuran absolut
dan relative pemerintah dalam perekonomian (keseimbangan sektor publik
dan sektor swasta) dan penyediaan barang-barang publik serta pelayanan
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
2. Peran regulator. Hal ini mencakup undang-undang dan tata tertib yang
dibutuhkan masyarakat termasuk undang-undang yang mengatur dunia
bisnis yang memadai untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dan hak-hak
kepemilikan pribadi.
3. Peran kesejahteraan sosial. Mencakup kebijakan-kebijakan yang
mendorong pemerataan sosial di negara yang bersangkutan seperti
perpajakan, jaminan sosial (transfer payment) dan penyediaan sejumlah
barang publik campuran bagi masyarakat.
4. Peran mengelolan ekonomi makro yang memfasilitasi stabilitas secara
umum dan kemakmuran ekonomi negara melalui kebijakan-kebijakan yang
didesain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, full
employment, inflasi yang rendah, dan stabilitas neraca pembayaran.

Dalam menjalankan peran-perannya sebagaimana di atas, pemerintah tidak selalu


berhasil. Secara sitematis malah sering terjadi kegagalan pemerintah (governmentfailure).
Dalam istilah Krueger (1990) telah terjadi kegagalan pemerintah secara kolosal (colossal
government failures). Hal ini tidak jarang memunculkan pula pendapat bahwa Negara
(pemerintah) merupakan penyebab utama dari persolaan-persoalan di negara modern,dan
bukannya sebuah penyelesaian.

5
Kegagalan pasar hanyalah salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun tangan
dalam perekonomian agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secaraoptimal
(Mangkusoebroto, 1999). Kegagalan pasar barulah merupakan syarat perlu(necessary
condition) bagi campur tangan pemerintah (Malpezzy, 2000 Jackson, 1999).

Barton (2000) menyebutkan pula bahwa dalam ekonomi pasar yang dikendalikan
oleh pemerintahan yang dipilih secara demokratis, hanya da dua alasan bagi pemerintah
untuk masuk ke dalam aktivitas masyarakat, yaitu : social equity dan kegagalan pasar.

Merujuk pada Krueger (1990) kegagalan pemerintah dapat dikelompokkan menjadi


dua jenis : omossion failures dan commision failures. Commision failures misalnya pada
BUMN yang ongkosnya mahal dan tidak efisien, ketidakefisienan dan pemborosan dalam
program-program investasi pemerintah, kontrol pemerintah yang terlalu jauh dan mahal
biayanya atas aktivitas sektor swasta, maupun defisit anggaran pemerintah yang
disebabkan oleh defisit BUMN dan mendorong inflasi yang tinggi dengan konsekuensi
lanjutannya adalah terhadap alokasi sumber daya, perilaku tabungan maupun alokasi
investasi swasta. Sedangkan failures of omossion misalnya memburuknya fasilitas
transportasi dan komunikasi yang menyebabkan naiknya biaya aktivitas sektor swasta
maupun sektor publik, pemeliharaan fixed nominal exchange rate berhadapan dengan Iaju
inflasi yang begitu cepat yang disokong dengan exchange control dan lisensi impor,
kegagalan memelihara fasilitas infrastruktur yang ada.

Menurut Mangkusoebroto (1999) kegagalan pemerintah disebabkan oleh empat


hal, yaitu : informasi yang terbatas, pengawasan yang terbatas atas reaksi pihak swasta,
pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat, hambatan dalam proses politik.

1. Informasi yang terbatas, diungkapkan bahwa banyak kebijakan pemerintah yang


tidak dapat dilihat dampaknya karena sangat rumit dan sulit untuk diperhitungkan
sebelumnya. Misalnya, kebijakan pemerintah untuk menghapuskan subsidi pupuk
bagi petani sangat sulit untuk diperhitungkan secara akurat dampaknya bagi seluruh
masyarakat.

6
2. Pengawasan yang terbatas atas reaksi swasta juga merupakan penyebab kegagalan
pemerintah. Suatu kebijakan pemerintah akan menimbulakn reaksi pihak swasta
dan sering sekali pemerintah tidak dapat menghambat reaksi tersebut.

3. Kegagalan pemerintah juga disebabkan oleh pengawasan yang terbatas atas


perilaku birokrat. Pemerintah tidak dapat mengawasi secara ketat perilaku para
birokrat, sedangkan pelaksanaan kebijakan pemerintah umumnya didelegasikan
pada berbagai tingkatan birokrat yang mempunyai persepsi dan kepentingan yang
berbeda-beda, sehingga kebijakan pemerintah mungkin menimbulkan hasil yang
berbeda dengan apa yang dinginkan.

4. Selain itu, kegagalan pemerintah juga bisa di sebabkan oleh adanya hambatan
dalam proses politik. Dalam suatu negara demokratis terdapat pemisahan
wewenang antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Sering terjadi
kebijakan yang akan dilaksanakan oleh eksekutif terhambat oleh proses
pengambilan keputusan karena harus disetujui dahulu oleh pihak legislatif.

Menurut Sukirno (2013) ,keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dapat


dibedakan dalam tiga bentuk sebagai berikut :

a) Membuat Peraturan-peraturan
Tujuan pokok dari peraturan-peraturan pemerintah adalah agar kegiatan ekonomi
dijalankan secara wajar dan tidak merugikan khalayak ramai. Peraturan yang dibuat
oleh pemerintah meliputi pengaturan terhadap berbagai aspek kegiatan ekonomi.

b) Menjalankan kebijakan fiskal dan Moneter


Kebijakan fiskal adalah strategi dan langkah-langkah pemerintah dalam
pengeluarannya dan dalam sistem dan cara-cara mengumpulkan pajak. Sedangkan
kebijakan moneter adalah langkah-langkah pemerintah untuk mempengaruhi
situasi keuangan dalam perekonomian, yaitu mempenngaruhi suku bunga, operasi
bank, dan mengatur jumlah uang yang beredar dalam masyarakat.

7
c) Melakukan kegiatan ekonomi secara langsung
Kegiatan—kegiatan yang biasa dilaksanakan pemerintah dengan tujuan untuk
mengurangi keuntungan perorangan dan memaksimumkan keuntungan sosial
seperti kegiatan pengangkutan kereta api, listrik dan telpon, perusahaan pos.
campur tangan seperti itu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan yang akan
diperoleh masyarakat dari berbagai kegiatan tersebut.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1 : Penelitian Terdahulu mengenai Kegagalan Pasar & Campur tangan
Pemerintah berkisar tahun 2012-2016

NO. NAMA JUDUL METODE HASIL PENELITIAN


PENELITIAN PENELITIAN ANALISIS
1. Siti Amalia, La- Analisis kegagalan Analisi Kegagalan pasar
Onu La Ola, pasar komoditi Desktiptif pegiriman komoditi gurita
Sjamsu Alam ikan di pasar antar Kualitatif dari PPS Kendari ke
Lawelle (2016) pulau (Studi Kasus pelabuhan Gresik
: PT. Kelola Mina berdasarkan ukuran setiap
Laut) kali pengiriman terjadi
karena faktor musim, dan
di ikuti faktor lainya
2. Raisa Karina Hadi Studi Eksploratif Metode Implementasi kebijakan
(2017) tentang faktor- penelitian relokasi pedagang pasar
faktor kegagalan Kualitatif, dan Waru berpindah ke pasar
implementasi tipe penelitian Tudung Rejo tidak
kebijakan relokasi Eksploratif berjalan dengan baik .Dan
pedagang pasar hasil yang di harapkan
Waru, kec.Waru, pemerintah untuk
kab.Sidoarjo pedagang dan masyarakat
belum tercapai.

8
NO. NAMA JUDUL METODE HASIL PENELITIAN
PENELITIAN PENELITIAN ANALISIS
3. Andri G. Wibisana Campur tangan Analisis Campur tangan
(2017) pemerintah dalam Kualitatif pemerintah dalam
pengelolaan pengelolaan lingkungan,
lingkungan : misalnya berupa
Sebuah pembuatan regulasi,
penelusuran termasuk regulasi
teoritis mengenai berbagai
berdasarkan macam bakumutu,
analisis ekonomi pengenaan kewajiban
atas hokum perizinan, termasuk
persyaratan pemberian
izin.

4. Joseph Boniface Market efficiency kegagalan pasar yang


Ajefu & Faith and government disebabkan oleh
Borde (2015) intervention - eksternalitas dan barang
revisited : What do public, persaingan tidak
recent evidence sempurna
tell us?
5. William R. Keech Markets and Peran pemerintah dan
, Michael C. Government : pasar dalam mekanisme
Munger, dan Carl Realizing the - pasar sangat penting untuk
P. Simon promise of gains mengatasi kegagalan
(2012) from exchange and pasar.
cooperation
Sumber : Berbagai data

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identitas Kasus

Adapun studi kasus-studi kasus yang bersumber dari jurnal nasional maupun internasional
berkisar tahun 2012-2015 yang meneliti mengenai “Kegagalan pasar & Campur tangan
pemerintah” kami uraikan sebagai berikut :

3.1.1 Analisis Kegagalan pasar komoditi ikan di pasar antar Pulau . Studi Kasus :
PT Kelola Mina Laut Unit Kendari (oleh Siti Amalia, La Onu La Ola, Sjamsu
Alam Lawelle) tahun 2016

PT Kelola Mina Laut Unit Kendari merupakan salah satu industry perikanan
yang berada di pelabuhan perikanan Samuera Kendari. Dalam kegiatan pemasaran
produk , pihak perusahaan selalu menyesuaikan dengan jumlah permintaan
konsumen. Rata-rata permintaan tiap bulannya berbeda yaitu berkisar antara 1300-
1310 MC/kg dengan ukuran yang berbeda. Kegagalan pasar komoditi ikan terjadi
ketika jumlah permintaan dari konsumen (buyer) tidak dapat di penuhi atau tidak
sesuai dengan kriteria permintaan konsumen.

Setelah di analisis lebih lanjut, ditemukan beberapa faktor yang


menyebabkan PT KML mengalami kegagalan pasar dalam memenuhi permintaan
buyer sebagai berikut :

PERTAMA Ketersediaan bahan baku dari pihak supplier pada bulan Juli-
Agustus tidak terpenuhi di karenakan musim panceklik, dan pada bulan September-
Oktober stok bahan baku melebihi permintaan yang menyebabkan kegagalan pasar
di akibatkan oleh “adanya kegagalan informasi”.

KEDUA, Suplier bahan baku kadang berpindah untuk menjual produk ke


perusahaan lain karena memilih harga yang lebih tinggi, menyebabkan kegagalan
pasar yaitu produsen yang memiliki kekuatan pasar (monopoli), memilih

10
mengenakan harga yang lebih tinggi sebesar satu satuan dari pada biaya marjinalnya
dengan tetap memperoleh keuntungan.

KETIGA, Kualitas produk yang kadang tidak memenuhi standar ,akan


mengalami penurunan harga. Pada bulan Oktober-Juli berlimpahnya stok bahan baku
melebihi permintaan , menyebabkan perusahaan harus menyimpan dan membuat
produk mengalami penurunan kualitas.

3.1.2 Studi Eksploratif tentang faktor-faktor kegagalan implementasi kebijakan


relokasi pedagang pasar Waru, kec.Waru, kab.Sidoarjo
(Oleh Raisa Karina Hadi) tahun 2015

Kabupaten Sidoarjo dikenal sebagai salah satu kota perdagangan dan


industry di provinsi Jawa Timur, dengan populasi penduduk terbanyak menempati
posisi ke-4 di Jawa Timur. Kondisi ini membutuhkan kelancaran distribusi bahan
pokok hingga kebutuhan tersier. Sehingga Sidoarjo menjadi kawasan yang
menjanjikan dalam perkembangan usaha . Namun, pasar modern di Sidoarjo lebih
banyak dari pada pasar tradisional yang dikelola masyarakat. Pasar modern di
Sidoarjo lebih banyak hingga mencapai 90,47%, sedangkan pasar tradisional yang
dikelola pemerintah hanya 9,52%. Maka pemerintah melakukan perbaikan pada
pasar tradisional untuk menjaga eksistensinya agar dapat bersaing dengan pasar
modern. Salah satunya melakukan relokasi pasar Waru ke pasar Kedung Rejo yang
berlokasi di jalan Brigjen Katamso. Kasus ini bermula dari adanya keberadaan
pedagang pasar Waru yang belum tertata rapi dengan baik dan menganggu
lingkungan sekitar dengan menciptakan kesan kumuh.

Namun terelokasinya pasar Waru tidak diringin berhasilnya relokasi para


pedagang pasar Waru ke pasar Kedang Rejo , hal itu dapat di lihat masih sepinya
pasar Kedang Rejo dan masih ex pasar Waru oleh para pedagang.

11
Setelah di analysis ketidakberhasilan kebijakan relokasi , disebabkan oleh :
a. Tidak ada batas waktu tertentu dari pemerintah setempat yang
mengharuskan kebijakan relokasi pedagang eks pasar Waru harus selesai.
b. Baru 60% pedangan eks pasar Waru yang memiliki stand di pasar Kedung
Rejo.
c. Akses jalan menuju pasar Kedung Rejo yang lebih jauh 1 km dari pasar
Waru menyebabkan masyarakat kesulitan atau merasa terlalu jauh.

3.1.3 Campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan : Sebuah


penelusuran teoritis berdasarkan analisis ekonomi atas hokum
( Oleh Andre G. Wibisana) tahun 2017

Campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, misalnya


berupa pembuatan regulasi, termasuk regulasi mengenai berbagai macam baku
mutu, pengenaan kewajiban perizinan, termasuk persyaratan pemberian izin.
Seandainya campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan memang
tidak bisa dihindari, maka tulisan ini memperlihatkan pula bahwa campur tangan
pemerintah dalam kerangka instrumen CAC ternyata dapat memiliki sifat yang
berbeda berdasarkan tingkatan intervensinya, mulai dari tingkatan yang kurang
sampai paling intervensionis. Pada tingkatan paling tidak intervensionis, campur
tangan pemerintah dapat berupa adanya berbagai ketentuan mengenai kewajiban
pembukaan informasi dan kontrol terhadap informasi yang menyesatkan. Pada
tingkatan intervensi yang lebih tinggi lagi, campur tangan pemerintah dapat
mengambil bentuknya sebagai standar/baku mutu. Baku mutu ini dapat dibedakan
pula ke dalam baku mutu target (misalnya baku mutu ambien), baku mutu kinerja
(misalnya baku mutu emisi), dan baku mutu spesifikasi (misalnya baku mutu yang
menjelaskan syarat spesifikasi sebuah proses atau alat). Intrumen yang paling
banyak memerlukan campur tangan pemerintah adalah instrumen perizinan.

12
3.1.4 Market efficiency and government intervention revisited : What do recent
Evidence tell us? (oleh Joseph Boniface Ajefu & Faith Borde) tahun 2015

Jurnal ini membahas efisiensi pasar dalam hal apa yang diperlukan agar
pasar menjadi efisiensi dan situasi dimana bisa terjadi kegagalan pasar. Membahas
mengenai kegagalan pasar yang disebabkan oleh eksternalitas dan barang public,
persaingan tidak sempurna, dan informasi asimetris. Terlihat dari efisiensi dan
kesetaraan yang biasanya di abaikan pasar tetapi sangat penting bagi masyarakat.
Karena permintaan yang efisien didukung oleh kemampuan membayar, distribusi
pendapatan yang tidak adil mempengaruhi pemintaan dan oleh karena itu
diperluksn intervensi pemerintah . Ini menunjukan pemerintah memberikan andil
dalam mekanisme pasar.

3.1.5 Markets and Government : Realizing the promise of gains from exchange and
Cooperation (oleh William R. Keech , Michael C. Munger, dan Carl P.Simon)
tahun 2012

Perdebatan kebijakan baru-baru ini berfokus pada batas antara pemerintah


dan pasar, seolah-olah seseorang dapat mempartisi mereka. Penempatan batas ini
telah diperdebatkan dengan menggunakan teori kegagalan pasar dan teori
kegagalan pemerintah yang berkembang. Tetapi pertanyaan yang diajukan
pendekatan ini tidak di ajukan dengan baik, dan kehilangan beberapa poin penting.

PERTAMA, pasar dan pemerintah telah bersama-sama dapat mencapai dan telah
mencapai keberhasilan besar dalam 200 tahun terakhir dalam memperluas
pengaturan geografis.

KEDUA, pasar membutuhkan pemerintah dan pemerintah membutuhkan pasar


untuk memungkinkan masyarakat menangkap keuntungan dari kerjasama dan
pertukaran.

13
KETIGA, kami menantang relevansi kesetimbangan kompetetif yang diidealkan
sebagai titik referensi untuk membandingkan hasil yang sebenarnya.

Sebagai alternative, kami mengusulkan bahwa patokan yang tepat untuk


perbandingan adalah peningkatan pareto melalui pemecahan masalah tindakan
kolektif . Dalam hal itu, kedua perusahaan yang beroperasi dipasar dan instansi
pemerintahan didalam pengaturan hokum harus dipertimbangkan bersama sebagai
organisasi.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Analisis Kegagalan pasar komoditi ikan di pasar antar Pulau . Studi Kasus : PT
Kelola Mina Laut Unit Kendari
(oleh Siti Amalia, La Onu La Ola, Sjamsu Alam Lawelle) tahun 2016

Faktor-faktor yang menyebabkan PT KML mengalami kegagalan pasar


dalam memenuhi permintaan buyer yang akan dihubungkan dengan teori kegagalan
pasar :

a. Ketersediaan bahan baku dari pihak supplier pada bulan Juli-Agustus tidak
terpenuhi di karenakan musim panceklik, dan pada bulan September-
Oktober stok bahan baku melebihi permintaan yang menyebabkan
kegagalan pasar.
Pemecahan Kasus : Faktor di atas merujuk pada permasalahan
yang di akibatkan oleh “adanya kegagalan informasi. Menurut
Mangkoesoebroto (1993) , pada beberapa kasus masyarakat sangat
membutuhkan informasi yang tidak dapat disediakan oleh pihak
swasta , misalkan saja prakiraan cuaca. Dalam hal ini, maka
pemerintah yang harus menyediakan informasi yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat.

14
b. Suplier bahan baku kadang berpindah untuk menjual produk ke perusahaan
lain karena memilih harga yang lebih tinggi, menyebabkan kegagalan pasar
yaitu produsen yang memiliki kekuatan pasar, memilih mengenakan harga
yang lebih tinggi sebesar satu satuan dari pada biaya marjinalnya dengan
tetap memperoleh keuntungan.
Pemecahan Kasus : Faktor di atas merujuk pada permasalahan
yang di akibatkan adanya “Monopoli”. Campur tangan pemerintah
sangat diperlukan , mengingat pemerintah memiliki peran
stabilisasi, yaitu dengan cara pengendalian harga maksimum dan
pengenaan pajak.

3.2.2 Studi Eksploratif tentang fakyor-faktor kegagalan implementasi


Kebijakan relokasi pedagang pasar Waru, kec.Waru, kab.Sidoarjo (Oleh
Raisa Karina Hadi) tahun 2015

Untuk menjawab rumusan masalah yang berupa untuk mengetahui faktor-


faktor kegagalan implementasi suatu kebijakan, maka penelitian ini menggunakan
Model Alur atau Proses yang digagas oleh Adam Smith. Model proses atau alur
Smith (1973) merupakan salah satu model implementasi yang paling klasik. Menurut
Smith, dalam proses implementasi ada empat variabel yang perlu diperhatikan.
Keempat variabel tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
yang saling mempengaruhi dan berinteraksi secara timbal balik, Ada 4 variabel yang
terkait dalam proses implementasi, yakni Idealized Policy, Target Groups,
Implementing Organization, dan Environmental Factors. Berikut ini akan dijelaskan
lebih jelasnya.

1. Badan Pelaksana (Implementing Organization)


Badan Pelaksana (Implementing Organization)yaitu badan pelaksana
yang bertanggung jawab dalam proses implementasi kebijakan. Pelaksana
tersebut dapat berupa organisasi ataupun perorangan yang melaksanakan
kebijakan di lapangan dengan bertugas sebagai pengelola, pelaksanaan serta
pengawasan. Karakteristik lembaga pelaksana sangat mempengaruhi

15
keberhasilan implementasi kebijakan. Dengan melihat karakteristik
lembaga-lembaga pelaksana, maka pembahasan ini tidak lepas oleh struktur
birokrasi. Struktur birokrasi diidentifikasi sebagai karakteristik-karakteristik,
norma-norma, serta pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam
badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun
nyata sebagai titik acuan dasar dalam menjalankan kebijakan.

2. Kelompok sasaran
Kelompok sasaran yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam
masyarakat yang akan menerima barang atau jasa atas dampak implementasi
suatu kebijakan. Mereka merupakan bagian dari stakeholders yang
diharapkan dapat menerima dan menyesuaikan terhadap pola literaksi yang
ditentukan oleh kebijakan. Keberhasilan suatu proses implementasi
kebijakan dilihat dari bagaimana respon atau daya tanggap kelompok
sasaran, jika kelompok sasarannya berlapang hati untuk menerima dan
menjalankan kebijakan yang ditetapkan tanpa ada yang mengeluh maka
kebijakan tersebut akan berhasil. Adapun yang mempengaruhi kelompok
sasaran untuk dapat mematuhi atau menyesuaikan diri terhadap kebijakan
yang diimplementasikan bergantung kepada (1) kesesuaian isi kebijakan
dengan harapan mereka; (2) partisipasi pedagang dalam menjalankan
program relokasi.

3. Kebijakan yang diidealkan


Kebijakan yang diidealkan (Ekowati 2009:61) yaitu pola interaksi
yang diidealkan oleh perumus dengan tujuan mendorong target group untuk
melaksanakan kebijakan. Prospek implementasi kebijakan yang efektif,
sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara
akurat dan konsisten (accuracy and consistency). Disamping itu, koordinasi
merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin
baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam
implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil.

16
4. Faktor Enviromental
Faktor enviromental (Sugandi, Yogi 2011:90) yaitu unsur
lingkungan yang dapat mempengaruhi implementasi. Lingkungan eksternal
yang tidak mendukung atau tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah
dari kegagalan proses implementasi kebijakan. Karena itu, upaya
implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang
kondusif.

Berdasarkan teori di atas , dapat di dirumuskan pemecahan kasus sebagai


berikut :
a) Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo sebagai instansi yang
memiliki wewenang penuh untuk melaksanakan kebijakan
relokasi pedagang Pasar Waru hendaknya sejak awal
memberikan informasi terkait rencana relokasi pedagang
Pasar Waru, selain itu juga hendaknya memberikan
informasi terkait kejelasan kelanjutan proses pendataan
pedagang eks Pasar Waru. Informasi tersebut bisa
disampaikan melalui upaya kegiatan sosialisasi yang rutin
dan berkesinambungan pada seluruh pedagang eks Pasar
Waru. Sosialisasi tersebut menjelaskan mengenai informasi
terkait Peraturan Bupati nomor 27 tahun 2011 dan prosedur
untuk memiliki stand di Pasar Kedungrejo.

b) Diperlukan sebuah tindakan tegas terhadap pejabat yang


mengeluarkan keputusan yang cenderung menghambat
kebijakan relokasi pedagang eks Pasar Waru. Maka
hendaknya Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo memberikan
surat peringatan kepada pejabat setempat seperti pihak Desa
Kedungrejo agar tidak memberikan ijin kepada pedagang
eks Pasar Waru untuk berjualan di sekitar eks Pasar Waru.

17
c) Hendaknya Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo bekerja sama
dengan Dinas PU (Dinas Pekerjaan Umum) Kabupaten
Sidoarjo untuk menyediakan akses jalan alternatif ke arah
Pasar Kedungrejo supaya pelanggan mudah datang ke Pasar
Kedungrejo, dengan pertimbangan agar pedagang tidak
kehilangan pelanggannya karena alasan susahnya akses
menuju Pasar Kedungrejo.

d) Hendaknya Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo melakukan


pendekatan – pendekatan dengan pedagang eks Pasar Waru
melalui forum musyawarah, yang bertujuan memberikan
pemahaman kepada pedagang eks Pasar Waru mengenai
kebijakan relokasi pedagang Pasar Waru. Selain itu juga
memberikan peluang kepada pedagang untuk
menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, hingga mencapai
sebuah konsensus diantara masing – masing pihak dan
mencapai sebuah mufakat dimana kedua pihak sama – sama
merasa tidak dirugikan. Hasil dari musyawarah tersebut bisa
diikuti dengan dikeluarkannya MoU. Dengan begitu dari
kedua belah pihak bisa mencapai win – win solution.

e) Sebaiknya Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo lebih


mengutamakan pedagang eks Pasar Waru daripada
pedagang kaki lima untuk menempati Pasar Kedungrejo. Hal
ini untuk menghindari terjadinya kekurangan stand untuk
pedagang eks Pasar Waru.

18
3.2.3 Campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan : Sebuah
penelusuran teoritis berdasarkan analisis ekonomi atas hokum ( Oleh Andre G.
Wibisana) tahun 2017

Campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, misalnya


berupa pembuatan regulasi, termasuk regulasi mengenai berbagai macam
bakumutu, pengenaan kewajiban perizinan, termasuk persyaratan pemberian izin.

Selain itu, campur tangan pemerintah dapat pula dijelaskan dari teori pilihan
publik. Tulisan ini menjelaskan tiga aliran dari teori pilihan publik yang masing-
masing menjelaskan mengapa campur tangan pemerintah ada. Pertama, campur
tangan pemerintah ada karena adanya kelompok kepentingan. Dalam konteks ini,
campur tangan ada dan diarahkan bukan untuk menguntungkan publik secara
keseluruhan, melainkan hanya untuk melayani kepentingan kelompok yang paling
dominan. Kedua, campur tangan ada karena untuk melayani kepentingan birokrat.
Ketiga, campur tangan ada dan berfungsi mirip seperti pintu tol (toll booth), yaitu
sebagai sumber pendapatan.

Seandainya campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan


memang tidak bisa dihindari, maka tulisan ini memperlihatkan pula bahwa campur
tangan pemerintah dalam kerangka instrumen CAC ternyata dapat memiliki sifat
yang berbeda berdasarkan tingkatan intervensinya, mulai dari tingkatan yang
kurang sampai paling intervensionis. Pada tingkatan paling tidak intervensionis,
campur tangan pemerintah dapat berupa adanya berbagai ketentuan mengenai
kewajiban pembukaan informasi dan kontrol terhadap informasi yang
menyesatkan. Pada tingkatan intervensi yang lebih tinggi lagi, campur tangan
pemerintah dapat mengambil bentuknya sebagai standar/baku mutu. Baku mutu ini
dapat dibedakan pula ke dalam baku mutu target (misalnya baku mutu ambien),
baku mutu kinerja (misalnya baku mutu emisi), dan baku mutu spesifikasi
(misalnya baku mutu yang menjelaskan syarat spesifikasi sebuah proses atau alat).
Intrumen yang paling banyak memerlukan campur tangan pemerintah adalah
instrumen perizinan.

19
3.2.4 Market efficiency and government intervention revisited : What do recent
Evidence tell us? (oleh Joseph Boniface Ajefu & Faith Borde)
tahun 2015

Jurnal ini membahas mengenai efisiensi pasar apa yang diperlukan pasar
agar tercipta efisiensi dan situasi dimana terjadinya kegagalan pasar. Akan
membahas mengenai barang public dan eksternalitas, pasar persaingan tidak
sempurna dan kegagalan informasi. Perlu diketahui bahwa prediksi pasar akan
mencapai efisiensi tergantung pada asumsi tertentu tentang cara pasar beroperasi.
Ketidaksempurnaan pasar mencegah terjadinya efisiensi pasar. Pemerintah dapat
andil/ campur tangan dalam beberapa faktor kegagalan pasar tersebut melalui
Peraturan pemerintah, pajak atau subsidi serta penyediaan barang dan jasa secara
langsung. Menurut Mangkoesoebroto (1993) Pemerintah dapat merubah distribusi
pendapatan secara langsung dengan pajak yang progresif, yaitu relative beban pajak
lebih besar kepada orang kaya dan relative lebih ringan bagi orang miskin, disertai
subsidi bagi golongan miskin, dan melakukan kebijaksanaan pengeluaran
pemerintah.

3.2.5 Markets and Government : Realizing the promise of gains from exchange
and Cooperation (oleh William R. Keech , Michael C. Munger, dan Carl
P.Simon) tahun 2012

Pasar memerlukan pemerintah, dan pemerintah memerlukan pasar. Dengan


adanya hubungan keduanya dalam mekanisme pasar secara tidak langsung akan
melibatkan seperangkat kebijakan yang lebih baikyang menjadikan pemerintah
lebih mengerti kondisi-kondisi yang di hadapi oleh pihak swasta dan public dalam
mekanisme pasar yang berjalan. Masalah adanya kebijakan ini untuk
menyelaraskan masalah-masalah pribadi antara pelaku-pelaku ekonomi dan pelaku
politik. Aturan sederhana yang dapat di simpulkan yaitu dalam hubungan pasar dan
pemerintah harus konsisten di terapkan dengan adil tanpa memihak satu pihak, dan
meningkatkan sistem pasar yang lebih baik.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis jurnal-jurnal yang telah di sajikan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut :

1) Analisis Kegagalan pasar komoditi dipasar antar pulau,Studi Kasus : PT Kelola Mina Laut
unit Kendari disimpulkan terjadi kegagalan pasar yaitu adanya kegagalan informasi dan
terjadinya monopoli. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk menyediakan informasi dan
melakukan pemungutan pajak serta penetapan harga maksimum untuk memecahkan kasus di
atas.

2) Studi Eksploratif tentang faktor-faktor kegagalan implementasi kebijakan relokasi pedagang


pasar Waru kabupaten Sidoarjo di simpulkan bahwa suatu kebijakan yang telah direncanakan
dengan sangat baik, dapat mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang
diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan dan tidak dilaksanakan sesuai
dengan teori implementasi adam smith.

3) Campur tangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan : Sebuah penelusuran teoristis


berdasarkan analisis ekonomi atas hokum disimpulkan bahwa Campur tangan pemerintah
dalam pengelolaan lingkungan, misalnya berupa pembuatan regulasi, termasuk regulasi
mengenai berbagai macam bakumutu, pengenaan kewajiban perizinan, termasuk persyaratan
pemberian izin.

4) Market efficiency and government intervention revisited : What do recent evidence tell us?
Dapat disimpulkan bahwa Pemerintah dapat andil/ campur tangan dalam beberapa faktor
kegagalan pasar tersebut melalui Peraturan pemerintah, pajak atau subsidi serta penyediaan
barang dan jasa secara langsung

5) Markets and Government : Realizing the promise of gains from exchange and cooperation
dapat disumpulkan bahwa Aturan sederhana yang dapat di simpulkan yaitu dalam hubungan

21
pasar dan pemerintah harus konsisten di terapkan dengan adil tanpa memihak satu pihak, dan
meningkatkan sistem pasar yang lebih baik.

4.2 Saran

Dalam mengatasi kegagalan pasar, diharapkan pemerintah harus menjalankan


wewenangnya melalui kebijakan-kebijakan yang ada dengan baik agar masalah kegagalan pasar
dapat diselesaikan dan perekonomian dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya demi
perkembangan ekonomi di Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai