Oleh
NANDA PUSPITA SARI
NPM. 15144600203
A. Latar Belakang
Pembelajaran Bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan
kebahasaan dan ketrampilan berbahasa. Pengetahuan bahasa meliputi
pembelajaran mengenai asal usul bahasa, tata bahasa, kebakuan dan
sebagainya. Dalam pembelajaran pengetahuan bahasa mendapatka porsi yang
lebih banyak dibandingkan dengan ketrampilan berbahasa. Hal ini
menyebabkan ketrampilan berbahasa siswa cendurung sangat rendah.
Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dalam rangka
memenuhi sifat dasar manusia sebagai mahkluk sosial yang perlu berinteraksi
dengan sesama manusia. Seorang yang mempunyai ketrampilan berbahasa
yang memadai akan lebih mudah menyampaikan dan memahami informasi
baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Harris dalam Tarigan (2008: 1)
ketrampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu ketrampilan
menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, dan ketrampilan
menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil
berbahasa. Dengan demikian, pembelajarran ketrampilan berbahasa di
sekolah dasar tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, tetapi siswa
dituntut pula untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana mestinya,
yaitu sebagai alat komunikasi.
1
1
Salah satu aspek bahasa yang harus dikuasai siswa adalah berbicara, sebab
ketrampilan berbicara menunjang ketrampilan lainnya menurut Tarigan
(2008: 86) Ketrampilan bahasa bukan suatu jenis yang dapat diwariskn secara
turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat
berbicara. Namun ketrampilan berbicara secara formal memerlukan latihan
dan pengarahan yang intensif. Siswa tang mempunyai ketrampilan berbicara
yang baik, pembicaraanya akan lebih mudah dipahami oleh pendengarnya.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tarigan dalam Santiaji (2014) mengemukakan bahwa keadaan pembelajaran
berbahasa khususnya tentag ketrampilan berbicara belum memuaskan.
Ketrampilan berbicara para siswa belum memadai, terbukti dengan masih
kurangnya peran aktif siswa dalam diskusi, ataupun ceramah.
Sesuai kenyataannya yang ada di lapangan, pembelajaran ketrampilan
berbicara masih dianaktirikan karena pembelajaran lebih difokuskan pada
materi ujian. Artinya, jika siswa memiliki nilai yang tinggi pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia, belum tentu siswa memiliki ketrampilan
berbicara yang baik. Sebagai dampaknya, siswa cenderung malu dan tidak
percaya diri dalam mengutarakan setiap pendapat atau pernyataan apa yang
ada dalam benak siswa.
Kenyataan di Sekolah Dasar Negeri 2 Pedes masih banyak siswa kelas
IV menggunakan bahas yang tidak baik dan benar. Siswa masih banyak
berbicara dengan guru menggunakan Bahasa Daerah Jawa yaitu Ngoko.
Siswa berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
secara bersamaan. Ketrampilan siswa dalam berbicara masih sangat minim
dan terbatas, dalam berbicara dengan guru didalam kelas saat pembelajaran
maupun diluar kelas. Bahkan ada segelintir siswa yang jika berbicara dengan
guru masih menggunakan Bahasa Daerah.
Berdasarkan masalah diatas, untuk meningkatkan ketrampilan
berbicara siswa dalam berbahasa indonesia dengan baik dan benar di sekolah
dasar dapat digunakan sebuah metode pembelajaran yang inovatif dan
menarik bagi siswa agar lebih bersemangat dan termotivasi dalam
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Pembelajaran ketrampilan berbicara masih dianaktirikan,
pembelajaran masih difokuskan untuk materi ujian saja.
2. Siswa menjadi malu dan tidak percaya diri untuk mengutarakan
pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan.
3. Minimnya ketrampilan berbicara siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Pedes Argomulyo Sedayu Bantul
4. Kurangnya pemahaman arti pada kata Bahasa Indonesia pada siswa
kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pedes Argomulyo Sedayu Bantul
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi masalah
pada aspek ketrampilan berbicara siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2
Pedes Argomulyo Sedayu Bantul yang masih rendah.
D. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, penulis
merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh metode sosiodrama terhadap ketrampilan
berbicara siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pedes?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan ketrampilan berbicara siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 2 Pedes.
3
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis:
Upaya memperkaya temuan bidang pendidikan tentang
meningkatkan partisipasi siswa dengan metode pembelajaran sosiodrama
terhadap ketrampilan berbicara siswa.
2. Secara Praktis:
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan peneliti dalam membuat karya ilmiah
dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi guru, untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
tanpa membuat siswa mengalami kejenuhan dan terbebani.
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi
siswa dalam pembelajara sehingga siswa dapat lebih termotivasi
dalam belajar Bahasa Indonesia. Dengan demikian siswa mampu
meningkatkan ketrampilan berbicara.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kajian Ketrampilan Berbicara
a. Pengertian Ketrampilan
Akbar Sutawidjaja, dkk (1992:2) menyatakan bahwa kata
ketrampilan sama sepert artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau
cekatan adalah kepandaiana melakukan suatu pekerjaan dengan benar
dan cepat. Sesorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi
lambat, tidak dikatakan temapil. Demikian pula apabila seseorang
yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah juga tidak
dapat dikatakan terampil. Sesorang yang terampil dalam suatu bidang
tidak ragu-ragu dalam melakukan perkerjaan tersebut, seakan-akan
tidak perlu dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya, tidak ada lagi
kesulitan kesulitan yang menghambatnya.
Pengertian ketrampilan juga diungkap oleh St. Vembrianto
(1981:52) mengemukakan ketrampilan (skill) dalam arti sempit
diartikan sebagai kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah
laku motorik yang juga disebut normal skill. Sedangkan dalam arti
luas, ketrampilan meliputi aspek normal skill, intelectual skill, dan
social skill. Sedangkan, Nana Sudjana (1996: 17) menjelaskan
pengertian ketrampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang
memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.
Pendapat lain dari W.J.S. Poerwadarminta (1984: 1088)
mengutarakan keterampilan adalah kecekatan, kecakapan atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat
(dengan keahlian). Pengertian keterampilan juga diungkap oleh Yudha
dan Rudyantro (2005: 7) sebagai kemampuan anak dalam melakukan
berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial emosional,
kognitif, dan afektif (niali-nilai moral).
4
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ketrampilan adalah kemampuan dalam melakukan
suatu kegiatan yang bertujuan dengan cekatan, cepat, dan tepat
meliputi aspek normal skill, intelectual skill, dan social skill.
Ketrampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya dimasa
yang akan datang anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya
diri, berani, dan dapat memecahkan permasalahan hidupnya. Selain
itu, anak akan memiliki keahlian yang bermanfaat bagi orang-orang
disekitarnya.
b. Pengertian Berbicara
Tarigan (2008: 15) mengungkapkan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,
serta perasaan. Sama hal nya dengan, Kartini dalam Hesti (2013)
mengatakan bahwa berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian
maksud, gagasan, pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut
dipahami oleh orang lain.
Pendapat lain dari Ahmadi (2005: 9) memberikan pengertian
berbicara sebagai suatu ketrampilan memproduksi arus sistem bunyi
artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan
keinginan kepada orang lain. Sedangkan, Badudu dan Zain (1994:
180) mengartikan berbicara dengan kata-kata, pidato, dan bercakap-
cakap. Sementara itu, menurut Harris menerangkan bahwa berbicara
merupakan aktivitas berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
lisan. Berbicara merupakan ketrampilan berbahasa yang bersifat
produktif yang melibatkan aspek kebahasaan (pelafalan, kosakata, dan
struktur) dan aspek non kebahasaan (siapa lawan bicaranya,
bagaimana situasinya, latarnya, peristiwanya, serta tujuannya).
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa berbicara merupakan kemampuan manusia dalam
mengucap bunyi untuk mengeskpresikan, menyatakan, dan
menyampaikan maksud pikiran, gagasan, perasaan sesorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan.
c. Pengertian Ketrampilan Berbicara
Sugiarta dalam Hesti (2013) menyatakan bahwa ketrampilan
berbicara merupakan ketrampilan dalam menggunakan bahasa lisan.
Untuk mendapatkan suatu ketrampilan berbicara yang baik diperlukan
suatu proses. Murcia & Olshtain dalam Hesti (2013) menyebutkan
bahwa lisan terjadi karena dihasilkan dan diproses secara langsung,
tidak ada pengulangan dan perubahan atau penataan kembali kata-kata
sebagaimana didalam menulis, tidak ada waktu istirahat dan berfikir,
dan selagi berbicara atau menyimak, kita dapat mengulang dan
memperhatikan sebuah wacana.
Pendapat lain dari Brown dalam Hesti (2013) menyatakan
bahwa ketrampilan berbicara tidak dapat dipisahkan dari pemahaman
menyimak. Secara umum, semakin baik pemahaman menyimak siswa
akan tercermin ketrampilan berbicara yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, maka dapat
disimpukan bahwa ketrampilan berbicara adalah kemampuan untuk
mengeskpresikan, menyatakan, serta menyampaikan maksud,
gagasan, serta perasaan kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa lisan yang dapat dipahami oleh pendengarnya.
d. Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan oleh manusia selalu
mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (2008: 15) tujuan
utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan, dia
harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya,
dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Pendapat lain dari Djago, dkk. (1997: 37) memaparkan tujuan
pembicaraan biasanya biasanya dapat dibedakan atas lima golongan
yaitu: 1) menghibur, 2) menginformasikan, 3) menstimulasi, 4)
meyakinkan, dan 5) menggerakkan. Sedangkan Ochs and Winker
(dalam Tarigan, 2008: 16) mengatakan bahwa pada dasarnya berbicara
mempunyai tiga tujuan umum sebagai berikut:
1) Memberitahukan, melaporkan (to inform).
2) Menjamu, menghibur (to entertain).
3) Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to
persuade).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa berbicara memiliki tujuan untuk berkomunikasi,
mempengaruhi, dan menyampaikan informasi kepada pendengar.
Adanya hubungan timbal bali secara aktif dalam kegiatan berbicara
antara pembicara dan pendengar akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
B. Penelitian Relevan
Ketrampilan berbicara sangat penting dan berpengaruh terhadap
perkembangan diri siswa. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hesti Ratna Sari (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran menggunakan
metode sosiodram yang dilaksanakan secara berkala pada siswa kelas VB
Sekolah Dasar Negeri Keputran I Yogyakarta dapat meningkatkan
ketrampilan siswa juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan
ketrampilan berbicara pada siklus I sebesar 7,38 dari kondisi awal 60,35
mengingkat menjadi 67,73. Pada siklus II meningkat sebesar 16,17 dari
kondisi awal 60,35 meningkat menjadi 76,52. Untuk itu guru disarankan
menggunakan metode pembelajaran sosiodrama supaya siswa menjadi lebih
termotivasi dalam pembelajaran. Siswa diberikesempatan untuk bermain
peran bersama dengan teman-temannya.
Penelitian selanjutnya, peneliti akan mengadakan penelitian
menggunakan metode sosiodrama untuk meningkatkan ketrampilan berbicara
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pedes Argomulyo Sedayu Bantul.
Penelitian ini diadakan untuk mengetahui apakah metode sosiodrama dapat
berpengaruh terhadap ketrampilan berbicara siswa kelas IV di Sekolah Dasar
Negeri 2 Pedes yang pembelajarannya masih menggunakan pembelajaran
konvensional sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin memberikan
metode berupa permainan peran kepada siswa. Misalnya seperti bermain
drama, wawancara, dan membaca teks buku cerita didepan kelas. Metode ini
akan dilakukan beberapa kali sesuai dengan tujuan ketuntasan nilai
ketrampilan berbicara yang telah ditetapkan. Apabila ketuntasan nilai
ketrampilan berbicara siswa sudah tercapai penelitian ini akan dihentikan.
C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat
ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara siswa. Siswa yang tidak
mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Ketrampilan berbicara siswa
sekolah dasar sangat penting untuk dikuasai agar siswa mampu
mengembangkan kemampuan pola berpikir, membaca, menulis, dan
menyimak setiap pembelajaran.
Namun dalam kenyataan di lapangan, pembelajaran ketrampilan
berbicara kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Pedes masih sangat rendah karena
pembelajaran lebih mementingkan pada materi ujian. Guru lebih banyak
memberikan ceramah kepada siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, Guru
dapat memilih metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dikelas
agar aspek-aspek yang mempengaruhi ketrampilan berbicara siswa dapat
dikuasai dengan baik. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru dikelas adalah dengan menggunakan metode sosiodrama. Dengan
menggunakan metode sosiodrama, siswa dapat meningkatkan ketrampilan
berbicaranya saat berlatih sosiodrama, memainkan sosiodrama, dan saat
mengkaji isi sosiodrama yang telah dimainkan.
Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat diasumsikan bahwa
metode sosiodrama dapat membantu siswa untuk meningkatkan ketrampilan
berbicaranya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun rancangan
penelitian berdasarkan kerangka berpikir sebagai berikut:
Siswapelajaran
Pembelajaran ketrampilan berbicara mata cenderung malu Indonesia
Bahasa dan tidak masih
percaya dii dalam mengutarakan
dianaktirikan. Pembelajaranpendapat.
difokusk
KONDISI
AWAL
Meningkatkan ketrampilan berbicara siswa dengan memberikan siswa pengalaman secara langsung pada mata pelaj
Siswa diberikan metode pembelajaran sosiodrama pa
TINDAKAN
KELAS
Metode soiodrama berupa bermain drama, wawancara, dan membaca teks buku cerita didepan kelas yang disusun se
Ketrampilan berbicara siswa dapat meningkat. Siswa mencapai nilai ketuntas (KKM) dan siswa dapat menyampaikan penda
TINDAKAN
KELAS
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Pedes
Argomulyo Sedayu Bantul.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus
sampai 20 September 2018 pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Tabel 1
Siklus Pelaksanaan Tindakan Waktu Pelaksanaan
Siklus I Observasi Senin, 6 Agustus 2018
Tindakan I Kamis, 9 Agustus 2018
Tindakan II Kamis, 16 Agustus 2018
Tindakan III Kamis, 20 Agustus 2018
Post Test I Kamis, 23 Agustus 2018
Siklus II Tindakan I Kamis, 30 Agustus 2018
Tindakan II Kamis, 6 September 2018
Tindakan III Kamis, 13 September 2018
Post Test II Kamis, 20 September 2018
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 2 Pedes yang
terdiri dari 28 siswa. Ada tiga alasan pemilihan peneliti mengambil kelas IV
sebagai subyek penelitian.
1. Guru kelas IV berniat untuk meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa indonesia siswa
2. Guru kelas IV berniat memperbaiki pelaksanaan pembelajaran
yang selama ini telah dilaksanakannya.
3. Siswa kelas IV kesulitan, tidak percaya diri, dan malu dalam
menyatakan setiap pendapat dan mengutarakan apa yang ada dalam
benaknya sehingga kemampuan berbicara siswa sangat lemah.
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian
tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Sukardi (2003:
215) seperti gambar berikut ini.
Keterangan:
Siklus I
1. Perencanaan I
2. Pelaksanaan
tindakan I
3. Observasi I
4. Refleksi I
G. Analisis Data
Analisis data sangat diperlukan guna memperoleh wujud dan hasil dari
penelitian yang dilakukan. Dalam analisis data dilakukan tiga tahapan, yakni
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Pada tahapan reduksi data, data yang diperoleh di lapangan
kemudian dipilih untuk dikumpulkan secara lebih sederhana agar
mudah diolah.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap dimana data yang telah
direduksi dipilih kembali sesuai dengan kebutuhan penelitian untuk
mempermudah dalam pengambilan kesimpulan.
3. Verifikasi Data
Tahap terakhir yakni verifikasi data dimana pada tahap ini
setelah data dianalisis akan memunculkan kesimpulan yang akurat
dan mendalam dari hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan
masalah yang telah ditentukan.
H. Kriteria Keberhasilan
Sesuai dengan penelitian tindakan kelas, keberhasilan penelitian
tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Indikator
keberhasilan pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai rerata kelas
minimal atau lebih dari 70 (KKM).
DAFTAR PUSTAKA
Badudu dan Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Belajar Siswa Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
24
25