1. Definisi Persepsi
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh
individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari
kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas,
dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku
organisasi.
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan
atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan
akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-
contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada
seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan
perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita.
Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita
mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk
cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-
sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat
membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya
adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang
sama atau serupa.
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia
berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
3. Teori Atribusi
Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda,
bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa
ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan apakah itu
disebabkan dari internal atau eksternal.
Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap,
sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak memperoleh
nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu malas, terlalu banyak
main, atau bodoh.
Atribusi eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri
orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka
sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang tuanya bercerai,
hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang
tidak menarik.
b) Konsistensi
Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang
sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”, konsistensinya
tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.
c) Distingsi atau kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau
peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang
memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan
orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.
Contoh : Ketika seseorang kritikus diminta untuk mengatakan 10 hal baik dari orang yang
dikritiknya maka hal itu akan sulit. Demikian juga ketika seorang pengagum diminta untuk
mengatakan 10 hal buruk dari orang yang dikaguminya. Maka hal itu akan sangat sulit.
Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain
yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam karakteristik yang
sama.
Contoh :
Ketika seseorang dalam tahap wawancara kerja. Kemungkinan ia akan diterima
akan lebih besar jika yang diwawancara sebelum ia adalah seseorang yang biasa-biasa saja.
Namun sebaliknya, jika yang diwawancara sebelumnya adalah seseorang yang luar biasa
dan sangat baik. Maka kemungkinan ia diterima akan lebih kecil.
d) Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat
seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih tua tidak dapat
mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja keras dan hati-hati”,
merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.
Jadi stereotyping adalah menilai sesuatu secara menyeluruh atau general atau secara
mayoritasnya.
Contohnya : Orang-orang yang berpenampilan rock dan punk pasti berkepribadian buruk.
Padahal hal ini belum tentu benar karena sangat banyak pula orang-orang yang
berpenampilan rapih dan berdasi tetapi berperilaku buruk.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah alam
sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip adalah adanya
generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika
diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.
Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :
1.Wawancara Kerja
Riset membuktikan kita dapat membentuk kesan atas orang lain hanya dalam 10 detik,
berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita
mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja,
tetapi bahwa mengumpulkan semua masukan dari banyak elevator independen dapat
menjadi lebih prediktif. Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit
sesudah 4 atau 5 menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh
dari awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang
diperoleh sedudahnya.
2. Ekspektasi Kinerja
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku
seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi menjadi realita
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian bisa jadi
objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif. Tentu ini adalah peikiran
yang keliru.
6. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih alternatif.
Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku
organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihanya sangat
dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang dihadapi.
Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan, yang mengharuskan
kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang masalah yang kita alami dapat
menjadi kondisi yang menyenangkan bagi orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi
informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber yang
perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana
yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan
alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses
perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan
perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
7. Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi
a) Pengambilan keputusan rasional
Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan
nilai dalam batasan-batasan tertentu.
4) Membuat alternatif
Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin bisa berhasil
menyelesaikan masalah
Contoh : Manajer Tingkat Atas Pada Nike Inc. membuat sebuah fasilitas baru di China
dengan berinvestasi 100 juta USD agar mengurangi waktu pendistribusian sebanyak 14%
ke 3000 tokonya di China. Hal ini membuat China menduduki peringkat ke-2 sebagai pasar
terbesar nike dibawah Amerika Serikat.
Contoh : Ketika dollar mencapai angka 14.000 di tahun ini banyak spekulan rupiah yang
menukarkan dollar ke rupiah tanpa berpikir panjang karena tanpa sadar memiliki intuisi
bahwa rupiah akan semakin melemah ke depannya. Selain itu intuisi ini dipengaruhi
potongan pengalaman-pengalaman pada krisis multi-dimensi tahun 1998.
1. Overconfidence Bias
Contoh :
Ketika diadakan sebuah survey dikatakan bahwa 90% orang dewasa ingin berada
di surge ketika meninggal. Tetapi ketika diadakan survey lain hanya 86% yang berpikir
bahwa Mother Theressa masuk surga.
2. Anchoring bias
3. Confirmation bias
4. Availability bias
Kecenderungan seseorang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi
yang tersedia bagi mereka.
Contoh, orang lebih takut naik pesawat daripada menyetir mobil, karena media
lebih memberikan sorotan pada kecelakaan pesawat udara dibandingkan kecelakaan darat,
jadi kita cenderung melebih-lebihkan risiko naik pesawat terbang. Padahal menurut data
keselamatan perjalananan. Resiko kecelakaan ketika naik pesawat relative sangat kecil.
5. Escalation of commitment
6. Randomness Error
Yaitu kecenderungan seseorang untuk lebih memilih hal yang pasti dibandingkan
hal yang beresiko tinggi, walaupun ada kalanya hal yang lebih beresiko ini menghasilkan
keuntungan yang lebih banyak.
Seorang CEO juga sangat berusaha untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi
pada strategi dan investasi yang ada dalam perusahaannya.
Disamping itu ada juga individu yang berani untuk mengambil kesempatan saat
mereka berusaha untuk mencegah hasil negatif, yaitu Risk Preference (Mengambil resiko).
Keadaan yang membuat stress akan menjadikan orang-orang yang berani mengambil
resiko ini menjadi lebih kuat. Kebanyakan orang cenderung berani mengambil resiko
saat menghadapi hal yang negatif dan menghindari resiko untuk hal yang positif.
Yaitu kecenderungan seseorang untuk melihat suatu hasil sebagai sesuatu yang
tidak terhindarkan, serta melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam memprediksikan hal
tersebut sebelumnya. Terus memandang ke masa lampau ini menyebabkan seseorang
justru kehilangan kemampuannya untuk belajar dari masa lampau. Contohnya adalah saat
kira mendengar sesuatu dan tau hasilnya, seseorang akan cenderung mengatakan “Kok bisa
begitu, padahal kan harusnya seperti ini?”
a) Perbedaan Individu
• Kepribadian
• Jenis Kelamin
• Kemampuan Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi
mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin
mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan
umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam menghindari kesalahan
logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.
• Perbedaan Budaya
b) Batasan Organisasi
• Evaluasi Kinerja
• Sistem Imbalan
• Peraturan Baku
• Contoh Historis
a) Kriteria Utilitarianisme
Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil
atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan
kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi keputusan
bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi.
Contoh :
1. Penggusuran Kampung Pulo di Jakarta dilakukan agar bantaran sungai yang
dipakai pemukiman warga dapat direhabilitasi dan menjadi fungsi yang semestinya
untuk tanggul di kala banjir datang. Dengan begini diharapkan banjir Jakarta dapat
teratasi.
2. Pembuatan Tol Cipali yang mengharuskan menggusur warga yang ada pada
jalan tol. Proyek ini dilakukan untuk memecah kemacetan di kala arus mudik lebaran
dan yang terpenting adalah mempercepat pereknomian dan distribusi barang.
a) Pengertian Kreativitas
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses
timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang
untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam
bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan
hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
c) Perilaku Kreatif
Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku kreatif :
1. Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan sebuah
masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.
2. Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang
mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3. Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan solusi –
solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang relevan.
4. Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik.
d) Penyebab perilaku kreatif
Terbagi menjadi tiga sebab :
1) Potensi Kreatif
2) Lingkungan Kreatif
3) Keluaran dari Kreatif (inovasi)