Anda di halaman 1dari 15

Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu

1. Definisi Persepsi

Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan,


pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Jadi
persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh
individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari
kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas,
dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku
organisasi.

2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi

1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)

Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan
atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan
akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-
contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada
seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan
perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita.
Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita
mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.

2. Target (Characteristics of the perceived)

Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk
cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-
sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat
membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya
adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang
sama atau serupa.

3. Situasi ( Situation Context)

Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia
berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan


kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan kemampuan dalam
menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera merupakan filter masuknya
stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk
diberi arti. Namun perhatian seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek
tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.

3. Teori Atribusi

Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda,
bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa
ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan apakah itu
disebabkan dari internal atau eksternal.

 Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal sikap,
sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak memperoleh
nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu malas, terlalu banyak
main, atau bodoh.
 Atribusi eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar diri
orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang jelek, maka
sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang tuanya bercerai,
hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman, ataupun gurunya yang
tidak menarik.

4. Tiga Penentu Teori Atribusi


a) Konsensus
Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau peristiwa
tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu perilaku cenderung
dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin banyak yang melakukannya,
makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.

b) Konsistensi
Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang
sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama. Kalau “ya”, konsistensinya
tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.
c) Distingsi atau kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus atau
peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang
memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan
orang yang bersangkutan memiliki distingsi yang rendah.

5. Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum

a) Persepsi Selektif (Selective Perpection)


Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang liat dalam
basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena itu, tidak
mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita dapat mengambil
hanya rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita membaca orang lain dengan
cepat, tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang tidak akurat. Kita dapat
menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin dari sebuah keadaan yang ambigu.

b) Efek Halo (Halo Effect)


Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang indivdu
berdasarkan karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan sebuah daftar-
daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta hangat. Subjek diminta
untuk mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai orang itu
bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif. Ketika daftar yang sama menggantukan
“dingin” dengan “hangat”, satu gambaran yang benar-benar berbeda muncul. Subjek
membuat sebuah sifat tunggal yang mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang
lain yang mereka nilai.

Contoh : Ketika seseorang kritikus diminta untuk mengatakan 10 hal baik dari orang yang
dikritiknya maka hal itu akan sulit. Demikian juga ketika seorang pengagum diminta untuk
mengatakan 10 hal buruk dari orang yang dikaguminya. Maka hal itu akan sangat sulit.

c) Efek Kontras (Contrast Effect)

Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain
yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam karakteristik yang
sama.
Contoh :
Ketika seseorang dalam tahap wawancara kerja. Kemungkinan ia akan diterima
akan lebih besar jika yang diwawancara sebelum ia adalah seseorang yang biasa-biasa saja.
Namun sebaliknya, jika yang diwawancara sebelumnya adalah seseorang yang luar biasa
dan sangat baik. Maka kemungkinan ia diterima akan lebih kecil.
d) Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-kalimat
seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih tua tidak dapat
mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja keras dan hati-hati”,
merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.
Jadi stereotyping adalah menilai sesuatu secara menyeluruh atau general atau secara
mayoritasnya.
Contohnya : Orang-orang yang berpenampilan rock dan punk pasti berkepribadian buruk.
Padahal hal ini belum tentu benar karena sangat banyak pula orang-orang yang
berpenampilan rapih dan berdasi tetapi berperilaku buruk.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah alam
sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip adalah adanya
generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenaran ketika
diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.

Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :
1.Wawancara Kerja
Riset membuktikan kita dapat membentuk kesan atas orang lain hanya dalam 10 detik,
berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa intuisi individual kita
mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja,
tetapi bahwa mengumpulkan semua masukan dari banyak elevator independen dapat
menjadi lebih prediktif. Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit
sesudah 4 atau 5 menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh
dari awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang
diperoleh sedudahnya.

2. Ekspektasi Kinerja
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana perilaku
seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi menjadi realita

3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian bisa jadi
objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif. Tentu ini adalah peikiran
yang keliru.
6. Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih alternatif.
Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting dari perilaku
organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas pilihanya sangat
dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang dihadapi.
Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan, yang mengharuskan
kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan yang harus dilakukan untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut. Terkadang masalah yang kita alami dapat
menjadi kondisi yang menyenangkan bagi orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi
informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber yang
perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana
yang tidak ? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan
alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses
perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan, kesalahan
perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis dan kesimpulan.
7. Membandingkan Model Rasional, Rasional terbatas dan Instuisi
a) Pengambilan keputusan rasional
Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan
nilai dalam batasan-batasan tertentu.

Enam langkah model pengambilan keputusan rasional :


1) Mendefinisikan masalahnya
Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan dihadapi

2) Mengidentifikasikan kriteria keputusan


Pembuat keputusan menentukan apa yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah ini
memproses berbagai minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat
keputusan

3) Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya


Dalam langkah ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar dalam
mengambil keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria

4) Membuat alternatif
Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif yang mungkin bisa berhasil
menyelesaikan masalah

5) Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria


Pembuat keputusan harus menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif dengan seksama.
Kelebihan dan kekurangaan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternafif tersebut
dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh dari langkah kedua dan ketiga

6) Memperhitungkan keputusan yang optimal


Dibuat dengan mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria berbobor dan
memilih alternatif dengan skror total tertinggi

b) Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )


Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model yang
disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa menangkap
semua kompleksitasnya.

Contoh : Manajer Tingkat Atas Pada Nike Inc. membuat sebuah fasilitas baru di China
dengan berinvestasi 100 juta USD agar mengurangi waktu pendistribusian sebanyak 14%
ke 3000 tokonya di China. Hal ini membuat China menduduki peringkat ke-2 sebagai pasar
terbesar nike dibawah Amerika Serikat.

c) Intuisi ( Intiutive decision making )


Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh pengambilan
keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan
antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan secara efektif di bebankan
berarti melibatkan emosi.

Contoh : Ketika dollar mencapai angka 14.000 di tahun ini banyak spekulan rupiah yang
menukarkan dollar ke rupiah tanpa berpikir panjang karena tanpa sadar memiliki intuisi
bahwa rupiah akan semakin melemah ke depannya. Selain itu intuisi ini dipengaruhi
potongan pengalaman-pengalaman pada krisis multi-dimensi tahun 1998.

8. Bias umum dan Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan

1. Overconfidence Bias

Individu yang kemampuan intelektual dan interpersonalnya lemah adalah orang


yang sering melebih-lebihkan kinerja serta kemampuannya.Ada juga dampak negative
yang timbul terhadap kinerja usaha apabila seorang pengusaha terlalu optimis.Kepercayaan
diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika anggota-anggota organizational
mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalah yang berada diluar bidang keahlain
mereka.

Contoh :

Ketika diadakan sebuah survey dikatakan bahwa 90% orang dewasa ingin berada
di surge ketika meninggal. Tetapi ketika diadakan survey lain hanya 86% yang berpikir
bahwa Mother Theressa masuk surga.

2. Anchoring bias

Kecenderungan untuk terpaku pada informasi awal,kemudian kita gagal untuk


menyesuaikan diri dengan informasi berikutnya. Anchoring bias biasanya digunakan oleh
individu yang berkecimpung dalam pekerjaan seperti periklanan, manajemen, politik,
realsted dan hukum dimana ketrampilan persuasi sangat penting.

3. Confirmation bias

Kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan kembali pilihan masa


lalu dan mengurangi informasi yang bertentangan dengan penilaian-penilaian masa lalu.
Proses rational decision making menganggap kita mengumpulkan informasi secara
objektif, tetapi kita sebetulnya mengumpulkannya secara selektif.

4. Availability bias
Kecenderungan seseorang untuk mendasarkan penilaian mereka pada informasi
yang tersedia bagi mereka.

Contoh, orang lebih takut naik pesawat daripada menyetir mobil, karena media
lebih memberikan sorotan pada kecelakaan pesawat udara dibandingkan kecelakaan darat,
jadi kita cenderung melebih-lebihkan risiko naik pesawat terbang. Padahal menurut data
keselamatan perjalananan. Resiko kecelakaan ketika naik pesawat relative sangat kecil.

5. Escalation of commitment

Sikap yang mempertahankan sebuah keputusan meskipun terdapat bukti nyata


bahwa keputusan tersebut salah.

6. Randomness Error

Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempercayai bahwa dia dapat


memprediksikan apa yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang. Pembuatan
keputusan dengan ini sering kali menjadikan suatu hal yang mustahil menjadi suatu
kepercayaan mereka. Perilaku seperti ini akan menyebabkan terjadinya bias dan
mempengaruhi pada cara seseorang menilai sesuatu.

7. Risk Aversion (Menghindari resiko),

Yaitu kecenderungan seseorang untuk lebih memilih hal yang pasti dibandingkan
hal yang beresiko tinggi, walaupun ada kalanya hal yang lebih beresiko ini menghasilkan
keuntungan yang lebih banyak.

Kebanyakan pegawai memilih untuk bekerja sesuai dengan keseharian yang


mereka lakukan, dibandingkan dengan melakukan inovasi dan berkreativitas.

Seorang manajer yang ambisius akan cenderung menghindari resiko.

Seorang CEO juga sangat berusaha untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi
pada strategi dan investasi yang ada dalam perusahaannya.

Disamping itu ada juga individu yang berani untuk mengambil kesempatan saat
mereka berusaha untuk mencegah hasil negatif, yaitu Risk Preference (Mengambil resiko).
Keadaan yang membuat stress akan menjadikan orang-orang yang berani mengambil
resiko ini menjadi lebih kuat. Kebanyakan orang cenderung berani mengambil resiko
saat menghadapi hal yang negatif dan menghindari resiko untuk hal yang positif.

8. Hindsight Bias (Memandang ke masa lampau),

Yaitu kecenderungan seseorang untuk melihat suatu hasil sebagai sesuatu yang
tidak terhindarkan, serta melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam memprediksikan hal
tersebut sebelumnya. Terus memandang ke masa lampau ini menyebabkan seseorang
justru kehilangan kemampuannya untuk belajar dari masa lampau. Contohnya adalah saat
kira mendengar sesuatu dan tau hasilnya, seseorang akan cenderung mengatakan “Kok bisa
begitu, padahal kan harusnya seperti ini?”

9. Perbedaan Individu dan Batasan Organisasi

a) Perbedaan Individu

• Kepribadian

Tentu setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini


mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari kepribadian yg
memiliki kehati-hatian dan harga diri. Kehati-hatian bisa mempengaruhi eskalasi
komitmen, khususnya aspek kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan
kepatuhan. Harga diri juga juga mempengaruhi pengambilan keputusan pada
dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi sangat termotivasi untuk
mempertahankan keputusannya, sehingga mereka menggunakan bias pemenuhan
diri untuk mempertahankannya, mereka menyalakan orang lain atas kegagalannya
dan mengambil kredit atas kesuksesannya.

• Jenis Kelamin

Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan jenis


kelamin dala pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam
waktu yang lama, dari segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu memikirkan
masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan lebih banak waktu
dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa kini, dan masa depan,
wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.

• Kemampuan Mental

Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi
mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin
mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan
umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam menghindari kesalahan
logis seperti silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.

• Perbedaan Budaya

Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas,


kepercayaan dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan prefensi
pengambilan keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan
masalah, sedangkan yang lain fokus pada menerima situasi sebagaimana adanya,
Amerika Serikat masuk dalam kategori memecahkan masalah sedangkan Thailand
dan Indonesia termasuk dalam negara yang menerima situasi sebagaimana adanya.

b) Batasan Organisasi

• Evaluasi Kinerja

Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi.


Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di bawah
tanggung jawabnya beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita
akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan banyak waktu untuk
memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai padanya.

• Sistem Imbalan

Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan dengna


menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika
organisasi menghargai pengindraan risiko, manajer lebih mungkin untuk
mengambil keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an General Motors secara
konsisten memberikan promosi dan bonus pada manajer yang tetap low profile dan
menghindari kontroversi. Eksekutif ini menjadi ahli dalam menghindari isu-isu dan
menyerahkan keputusan-keputusan kontroversial pada komite.

• Peraturan Baku

Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram


keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan. Dalam
melakukan hal demikian, mereka membaasi pilihan-pilihan keputusan.

• Batasan Waktu Akibat Sistem

Hampir smeua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit.


Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap ditinjau
komite eksklusif tanggal pertama bulan tersebut. Kondisi-kondisi demikian sering
membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk memperoleh semua
informasi sebelum mengambil keputusan.

• Contoh Historis

Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah


konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus pilihan;
yang dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-
pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu terbesar dari ukuran
dari anggaran tahun ini adalah anggaran tahun lalu. Pilihan yang dibuat hari ini
sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

10. Tiga Kriteria Keputusan Ethis

a) Kriteria Utilitarianisme
Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil
atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan
kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi keputusan
bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan laba tinggi.

Contoh :
1. Penggusuran Kampung Pulo di Jakarta dilakukan agar bantaran sungai yang
dipakai pemukiman warga dapat direhabilitasi dan menjadi fungsi yang semestinya
untuk tanggul di kala banjir datang. Dengan begini diharapkan banjir Jakarta dapat
teratasi.

2. Pembuatan Tol Cipali yang mengharuskan menggusur warga yang ada pada
jalan tol. Proyek ini dilakukan untuk memecah kemacetan di kala arus mudik lebaran
dan yang terpenting adalah mempercepat pereknomian dan distribusi barang.

b) Kriteria Etis yang Terfokus Pada Hak


Kriteria etis yang terfokus pada hak adalah membuat keputusan yang konsisten
dengan kemerdekaan dan hak fundamental. Sebuah penekanan pada hak dalam
pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak asasi manusia seperti
hak pribadi, berbicara dengan bebas, dan berhubungan dengan proses. Penggunaan
kriteria ini dapat melindungi pembocor rahasia (whistle-brower) individu yang
melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis atau ilegal dari pemberi kerja mereka
kepada pihak luar ketika mereka mengungkapkan perbuatan-perbuatan tidak etis oleh
organisasi mereka kepada pers atau agensi-agensi pemerintahan dengan dasar hak
untuk berbicara dengan bebas.

c) Kriteria Terfokus pada Keadilan


Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan individu untuk menentukan
dan menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan adil sehingga terdapat distribusi
laba dan biaya secara adil. Anggota-anggota serikat kerja biasanya menyukai
pandangan ini , pandangan ini membenarkan pemberian bayaran yang sama untuk
setiap individu atas pekerjaan tertentu, tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan
kinerja,dan penggunaan senioritas sebagai penentu utama dalam membuat keputusan-
keputusan pemberhentian.

Tiap-tiap kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan. Kriteria utilitarianisme


meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi padat mengakibatkan pengabaian hak-hak
beberapa individu, terutama individu-individu yang memiliki perwakilan minoritas dan
organisasi. Penggunaan hak sebagai kriteria melindungi individu dari luka dan konsisten
dengan kebebasan dan privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan sebuah lingkungan
kerja yang terlalu sesuai dengan hukum yang menghalangi produktivitas dan efisiensi.
Kriteria fokus pada keadilan melindungu kepentingan individu-individu yang tidak
mempunyai perwakilan yang cukup dan tidak begitu kuat, tetapi kriteria ini bisa
mendorong rasa pemberian hak yang mengurangi pengambilan resiko, inovasi, dan
produktivitas. Para pembuat keputusan, terutama organisasi-organisasi pencari laba,
cenderung merasa aman dan nyaman ketika mereka menggunakan utilitarianisme. Banyak
tindakan yang meragukan bisa dibenarkan ketika disusun dalam kepentingan organisasi
dan pemegang saham.

11. Kreativitas dan Model Tiga Tahap dari Kreativitas

a) Pengertian Kreativitas

Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau proses
timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang
untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam
bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude,dalam karya baru maupun kombinasi dengan
hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

b) Model tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )


 Sebab ( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)
 Perilaku kreatif, dan
 Hasil kreatif ( inovasi)

c) Perilaku Kreatif
Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku kreatif :
1. Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan sebuah
masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum diketahui.
2. Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi yang
mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3. Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan solusi –
solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan pengetahuan yang relevan.
4. Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik.
d) Penyebab perilaku kreatif
Terbagi menjadi tiga sebab :
1) Potensi Kreatif
2) Lingkungan Kreatif
3) Keluaran dari Kreatif (inovasi)

Anda mungkin juga menyukai