Anda di halaman 1dari 39

BAB I

GAMBARAN UMUM PASIEN

A. DATA IDENTITAS PASIEN


Nama Pasien : Mr. X

Tanggal Lahir : 31 Desember 1952

Umur : 75 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Br. Getar kawan buruan

Tanggal MRS : 7 April 2017

Ruang Perawatan : Nakula

Diagnosa Medis : DM + DF + CKD

Diet yang diberikan : Diet BB 1517,6 kkal

Bentuk Makanan : Makanan Bubur

Tanggal Pengamatan : 8 April – 10 April 2017

Tanggal Intervensi : 11 April– 13 April 2017

B. DATA SUBJEKTIF

1. Riwayat penyakit pasien

a. Riwayat penyakit sekarang

Saat ini pasien menderita penyakit DM+DF+CKD st III Pasien


mengalami luka di kaki dikarenakan ada benjolan yang tiba-tiba di
di kaki kiri, dan keadaan kaki sekarang berbau dan bernanah.
b. Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit DM sejak 11 tahun yang lalu.


Selain itu, pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi.

1
c. Riwayat penyakit keluarga

Pasien memiliki riwayat penyakit DM dari Ibu pasien


2. Riwayat personal
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik pasien SMR yaitu berat karena pasien bekerja
sebagai buruh bangunan.
b. Riwayat pola makan
- Riwayat pola makan dirumah
Sebelum sakit pasien mempunyai pola makan 3 kali dalam

sehari asupan makan pasien sangat baik.pasien biasa

mengkonsumsi makanan utama seperti nasi dan kentang ,lauk

hewani,lauk nabati,sayur dan buah jeruk dan pepaya, .lauk

nabati yang sering dikonsumsi yaitu tahu dan tempe, lauk

hewani misalnya ikan,daging ayam,daging sapi dengan cara

digoreng, telor dengan cara didadar , sedangkan sayuran

biasanya sayur bayam,sayuran wortel, kangkung,kool.

2
Tabel 1.1 food frequensi quesionary (FFQ)

Bahan Makanan Frekuensi Ket.


≥ 1x/hari 1- ≥1x/ tdk
3x/mg bulan pernah
1. KH
 Nasi √ 3 x sehari
 Roti 2 x sebulan
 Mie Tidak pernah
 Kentang √ 1-3x sehari

2. Lauk hewani
 Daging sapi √ 1x sehari
 Daging ayam √ 1-3x seminggu
 Ikan segar √ 1x sehari
 Telur √ 1xsehari

3. Lauk Nabati
 Tahu √ 1 x seminggu
 Tempe √ 2 x sehari
 Kacang2an 3 x sebulan

4. Sayuran
 Wortel 1–3 x seminggui
 Buncis √ 1 x sehari
 Bayam √ 1x sehari
 Sawi 1- 2 x sehari
 kangkung √ 1 x sehari
 Sayuran lain √ 3x sebulan

5. Buah 1 – 2 x sehari
 Papaya √ 1 x sehari
 Jeruk √

3
c. Perhitungan kebutuhan zat gizi menggunakan rumus Du Bois

- Energy

BMR = 1x69,3x24 =1663,2

Koreksi tidur =1,0x69,3 = 6,93 -

1656,2

Aktivitas =30%x1656,2 = 496,8 +

2.153

SDA = 10%x2.153 = 215,3 +

2368,3

- Protein = 0,8 x BBI

=0,8 x 69,3

=55,4 x 4

=221,7 g

- Lemak = 20% x 2368,3

=473,6 : 9

=52,6 g

- Karbohidrat = 2368,3 – (221,7+473,6)

=2368,3-695,3

=418,25 g

4
Tabel 1.2 tingkat konsumsi pasien sebelum masuk rumah sakit

Implementasi Energi (kkal) Protein Lemak KH


(gram) (gram) (gram)
Hasil recall 24 jam 1001,9 kkal 57,9 g 39,2 g 105,8 g

Kebutuhan pasien saat 2368,3 kkal 221,7 g 52,6 g 418,25 g


dirumah
% tingkat konsumsi 42,3% 21,6% 74,5% 25,2%

Kategori TK. Deficit berat Deficit Deficit Deficit


Konsumsi berat ringan berat
Kategori asupan makan Depkes RI 1996

 Di atas kecukupan : >120 %

 Normal : 90-199%

 Defisit sedang : 80-89%

 Defisit ringan : 70-79%

 Defisit berat : < 70%

Tabel 1.3 tingkat penerimaan makanan di rumah sakit

Karbohidrat
Tanggal Keterangan Energi(kkal) Protein (g) Lemak (g)
(g)
Kebutuhan 2368,3kkal 221,7 g 52,6g 418,25g
8 Maret
Asupan RS 352,6kkal 11,7g 5,7g 61,3g
2017
% Asupan 14% 5,2% 10,8% 14,6%
Keterangan Buruk Buruk Buruk Buruk

5
Kategori asupan makan (Gibson 2005) (ADA)

 Baik ≥80%

 Kurang 51-79%

 Buruk <51%

C. DATA OBJEKTIF

1. Antropometri

 BB : 75 kg
 TB : 177 cm
 BBI
=(177-100) – 10 %
= (177– 100) – 10 %
=69,3 kg
 IMT
BB (kg) 75 kg 75 Kg
= TB (m)2= (1,77 m)2= 3,13 m2= 23,9 kg/ m2

Keterangan :

Klasifikasi IMT (WHO,PGS 1994)


 Kurus tingkat ringan : <17,0
 Kurus tingkat berat : 17,0-18,5
 Normal : >18,5-25,0
 Gemuk >25,0

6
2. Biokimia

Data biokimia merupakan data hasil pemeriksaan laboratorium pasien.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur

pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita,

dapat berupa urine (air kecing), darah, dan sebagainya untuk menentukan

diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama

dengan tes penunjang lainnya. Berikut adalah hasil pemeriksaan

laboratorium pasien yang diperoleh dari sampel darah pasien.

Tabel 1.4 hasil pemeriksaan laboratorium

Jenis Nilai normal Keterangan


No Hasil pemeriksaan
pemeriksaan
1 Hb 8,4 g/dl 12-14 g/dl Rendah
2 Ureum 57,9 mg/dl 17-43 mg/dl Tinggi
3 Kreatinin 2,0 mg/dl 0,8 – 1,3 mg/dl Tinggi
4 GDA 270 mg/dl 80-120 mg/dl Tinggi
Sumber data rekam medis 2017

7
3. Fisik dan klinis

a. Klinis

Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan dengan pengamatan dan

pencatatan rekam medis selama pengamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5 hasil pemeriksaan fisik

Hari/tanggal Hasil pemeriksaan


Tanggal 08April 2017 Keadaan umum : lemah
Kesadaran : CM (Cospomentis)

b. Klinis

Pemeriksaan klinis pada pasien meliputi pemeriksaan nadi, respirasi

dan suhu tubuh. Pemeriksaan klinis dilakukan oleh perawat untuk

mengetahui perkembangan kesehatan pasien. Hasil Pemeriksaan klinis

dicatat dengan melihat rekam medis pasien.

Tabel 1.6 hasil pemeriksaan klinis

Jenis Nilai normal Keterangan


No Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan
1 TD 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
2 Nadi 80x/mnt 60-100x/mnt Normal
3 Suhu 380C 36-37 0C Tinggi

8
BAB II

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

A. ASSESMENT GIZI
1. Antropometri

 BB : 75 kg
 TB : 177 cm
 BBI
=(177-100) – 10 %
= (177– 100) – 10 %
=69,3 kg
 IMT
BB (kg) 75 kg 75 Kg
= TB (m)2= (1,77 m)2= 3,13 m2= 23,9 kg/ m2

Keterangan :

Klasifikasi IMT (WHO,PGS 1994)


 Kurus tingkat ringan : <17,0
 Kurus tingkat berat : 17,0-18,5
 Normal : >18,5-25,0
 Gemuk >25,0

9
2. Biokimia

Data biokimia merupakan data hasil pemeriksaan laboratorium pasien.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur

pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita,

dapat berupa urine (air kecing), darah, dan sebagainya untuk menentukan

diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama

dengan tes penunjang lainnya. Berikut adalah hasil pemeriksaan

laboratorium pasien yang diperoleh dari sampel darah pasien.

Tabel 2.1 hasil pemeriksaan laboratorium

Jenis Nilai normal Keterangan


No Hasil pemeriksaan
pemeriksaan
1 Hb 8,4 g/dl 12-14 g/dl Rendah
2 Ureum 57,9 mg/dl 17-43 mg/dl Tinggi
3 Kreatinin 2,0 mg/dl 0,8 – 1,3 mg/dl Tinggi
4 GDA 270 mg/dl 80-120 mg/dl Tinggi
Sumber data rekam medis 2017

3. Fisik dan klinis

a. Klinis

Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan dengan pengamatan dan

pencatatan rekam medis selama pengamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 hasil pemeriksaan fisik

Hari/tanggal Hasil pemeriksaan


Tanggal 08April 2017 Keadaan umum : lemah
Kesadaran : CM (Cospomentis)

10
b. Klinis

Pemeriksaan klinis pada pasien meliputi pemeriksaan nadi, respirasi

dan suhu tubuh. Pemeriksaan klinis dilakukan oleh perawat untuk

mengetahui perkembangan kesehatan pasien. Hasil Pemeriksaan klinis

dicatat dengan melihat rekam medis pasien.

Tabel 2.3 hasil pemeriksaan klinis

Jenis Nilai normal Keterangan


No Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan
1 TD 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
2 Nadi 80x/mnt 60-100x/mnt Normal
3 Suhu 380C 36-37 0C Tinggi

B. DIAGNOSIS GIZI
1. N1.2.1 Kurangnya intake makanan secara oral di bawah kebutuhan

berkaitan dengan patofisiologis dan kurangnya pengetahuan tentang gizi

ditandai dengan tingkat konsumsi pasien defisit yaitu Energi 14%,Protein

5,2% Lemak 10,8%, Karbohidrat 14,6%.

2. NC. 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan


patologi penyakitnya ditandai dengan hasil laboratorium GDA pasien 270
mg/dl dan kreatinin 2,0 mg/dl dengan kategori tinggi.
3. NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan pasien
mengalami anemia ditandai dengan hasil pemeriksaan Hb yaitu 8,4g/dl
4. NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait gizi berkaitan dengan pasien belum
pernah mendapatkan informasi gizi ditandai dengan pola makan pasien 2-
3x sehari dan pasien menyukai mengkonsumsi makan utama dengan
makanan yang mengandung zat gizi yang sama (kentang)

11
C. INTERVENSI GIZI
1. Tujuan
 Membantu menormalkan kadar Glukosa,Ureum dan Kreatinin
pasien sampai mencapai batas normal
 Membantu meningkatkan asupan makan pasien
2. Prinsip
 3 J (Jumlah, Jenis, Jadwal)
 Rendah Protein
 Rendah Serat
3. Macam diet
Diit diberikan yaitu diit bubur 2368,3 kkal
4. Bentuk makanan
Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan bubur
5. Cara pemberian
Pemberian makanan di berikan melalui oral karena pasien tidak
mengalami masalah menelan.
6. Syarat diet
 Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

perhitungan menggunakan perkeni 2011 dengan memperkirakan

faktor koreksi BB,koreksi Umur dan Koreksi Aktifitas, yaitu 2079

kkal. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan selama sakit

dan untuk membantu proses penyembuhan.

 Protein diberikan rendah yaitu 0,8 g/kg BBI agar tidak


memberatkan kinerja ginjal
 Lemak 20% dari total energi untuk melarutkan vitamin yang larut
dalam lemak seperti vitamin ADEK, dan memperhitungakan
lemak jenuh dan lemak tidak jenuh , lemak jenuh di berikan 7%

12
dari total energi dan lemak tidak jenuh di berikan 9% dari total
energi
 Karbohidrat di berikan dari perhitungan total energi di kurang
dengan hasil tambah protein dan lemak kemudian di bagi dengan 4
kkal.
 Asupan serat diberikan rendah yaitu < 25 gr/hr , pemberian rendah
serat adalah untuk mengurangi frekuensi diare
 Harus memperhatikan 3 J yaitu (Tepat jumlah,jenis,jadwal)
 Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhan di AKG
7. Perhitungan kebutuhan zat gizi
1. Kebutuhan Zat Gizi (Perkeni 2011):

a. Energi Basal = BBI x 30 kkal


= 69,3kg x 30kkal
= 2079 kkal

Koreksi umur = 20% x 2079 kkal

= 415,8 kkal

Koreksi aktivitas = 10% x 2079 kkal

= 207,9 kkal

Koreksi BB = 20% x 2079 kkal

= 415,8 kkal

Koreksi suhu = 13%x2079 kkal

= 270,2 kkal

TEE = Energi basal – koreksi BB-KU + FA + koreksi suhu

TEE = (2079-623,7-415,8+207,9+270,2) kkal = 1517.6 kkal

13
b. Perhitungan Protein

Protein = 0,8 gr/kg BBI

=0,8 x 69,3 kg

= 55,4 gr

Kalori protein = 55,4 gr x 4 kkal/gr


= 221,6 kkal
% protein = 221,6 kkal x 100%
1517,6 kkal
= 14,6%
c. Perhitungan Lemak
Lemak = 20 % x TEE

= 20 % x 1517,6 kkal

= 303,5 kkal

303,5 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 33,7 g

- Lemak Jenuh =7% x TEE

=7% x 1517,6 kkal

= 106,2 kkal

106,2𝑘𝑘𝑎𝑙
= 9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 11,8g

14
- Lemak tidak Jenuh = 9% x TEE

=9% x 1517,6 kkal

= 136,4 kkal

136,4𝑘𝑘𝑎𝑙
= 9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 15,15 g

d. Karbohidrat
= 65% x TEE
=65%x 1517,6 kkal
=246,6 g
2. Cara menghitung CCT (Creatinine Clearance Test)menurut
rumus Cockcroft-Gault.
=(140-Umur)x BB
72 x Creatinin darah
= (140-75)x 75
72 x 2,0 mg/dl
= 4875
144
=33,8 ml/min

Keterangan :

1. Stadium 1 :>90
2. Stadium 2 :60-89
3. Stadium 3 :30-59
4. Stdium 4 ;15-29
5. Stadium 5 :<15

15
 Penilaian : Berdsarkan perhitungan Creatinin Clearance diperoleh
hasil 33,8 ml/min termasuk dalam stadium 3 karena rentan nya 30-
59.
3. Perhitungan vitamin dan mineral sesuai dengan AKG
Vitamin A : 387,1 mcg
Vitamin D : 9,67 mcg
Vitamin E : 9,67 mcg
Vitamin K : 41,97 mcg
Asam folat : 258,06 mg
Besi : 13 mg

(Sumber : Peruturan menteri kesehatan republic Indonesia nomor 75 tahun 2013


tentang angka kecukupan gizi yang di anjurkan bagi bangsa indonesi)

 Aturan pemberian makan


Karena pasien belum bisa menghabiskan makanan dari rumah sakit ≥80%,
maka dilakukan pemberian makan secara bertahap, yaitu :
1) Hari Pertama :
Energi : 75 % x 1517,6 kkal = 1138,2 kkal
Protein : 75 % x 55,4 gr = 41,5gr
Lemak : 75 % x 38,3 gr = 28,7gr
Karbohidrat : 75 % x 289,7 gr = 217,2gr
2) Hari Kedua
Energi : 85 % x1517,6 kkal = 1289,9kkal
Protein : 85 % x 55,4gr = 47,09gr
Lemak : 85 % x 38,3 gr = 32,5gr
Karbohidrat : 85 % x 289,7 gr = 246,2gr

16
3) Hari Ketiga
Energi : 90% x 1517,6 kkal = 1365,8 kkal
Protein : 90% x 55,4 gr = 49,8gr
Lemak : 90% x 38,3 gr = 34,4gr
Karbohidrat : 90% x 289,7 gr = 260,7gr
D. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Tabel 2.4 rencana monitoring dan evaluasi
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan 1. Asupan pasien Setiap hari
harus berada di
kategori normal
Biokimia 1. Menurunkan kadar Setiap hari
glukosa darah
mencapai batas
normal
2. Menurunkan kadar
Hb sampai
mencapai nilai
normal
E. RENCANA EDUKASI
Edukasi dan konseling gizi dilakukan di ruang rawat inap pasien dengan

berdiri di samping tempat tidur pasien antara konselor, pasien dan

keluarganya. Materi yang diberikan yaitu perubahan diet sesuai dengan

kebutuhan pasien serta makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan

. Edukasi dan konseling dilakukan selama ± 10 menit.

17
1. Tujuan
 Memberikan informasi mengenai makanan yang dianjurkan dan

tidak dianjurkan

 Memberikan motivasi untuk meningkatkan asupan makan

2. Materi

Materi yang di berikan yaitu tentang Diabetes Millitus dan CKD

3. Sasaran

Keluarga Pasien

4. Metode

Ceramah dan diskusi

5. Tempat

Ruang Nakula kamar 4

6. Waktu

12.0 – selesai

7. Materi konsultasi

 Diet DM+CKD

Diet DM+CKD biasanya diberikan adalah diet rendah energi dan

protein yang bertujuan untuk penurunan kerja ginjal.

 Tujuan diet

- Membantu menormalkan kadar Glukosa,Ureum dan Kreatinin

pasien sampai mencapai batas normal

- Membantu meningkatkan asupan makan pasien

18
 Syarat diet

a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

perhitungan menggunakan perkeni 2011 dengan memperkirakan

faktor koreksi BB,koreksi Umur dan Koreksi Aktifitas dan

koreksi suhu yaitu 1517,6 kkal. Energi diberikan untuk

memenuhi kebutuhan selama sakit dan untuk membantu proses

penyembuhan.

b. Protein diberikan rendah yaitu 0,8 g/kg BBI agar tidak


memberatkan kinerja ginjal
c. Lemak 20% dari total energi untuk melarutkan vitamin yang larut
dalam lemak seperti vitamin A,vitamin D,vitamin E,vitamin K,
dan memperhitungakan lemak jenuh dan lemak tidak jenuh ,
lemak jenuh di berikan 7% dari total energi dan lemak tidak
jenuh di berikan 9% dari total energi
d. Karbohidrat di berikan 65% dari total kebutuhan kemudian dibagi
dengan 4 kkal.
e. Asupan serat diberikan rendah yaitu < 25 gr/hr , pemberian
rendah serat adalah untuk mengurangi frekuensi diare
f. Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas . gula
alternative adalah bahan pemanis selain sukrosa.
g. Harus memperhatikan 3 J yaitu (Tepat jumlah,jenis,jadwal)

19
Tabel 2.5 tabel makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan Dianjurkan Tidak dianjurkan

makanan

Sumber Beras,ubi,singkong,kentang,roti Sumber karbohidrat tinggi natrium

karbohidra tawar,tepung terigu,sagu,dan tepung seperti cake,biscuit,dan kreakers

t singkong

Sumber Daging sapi,daging ayam,ikan,telur,susu Daging dan ikan yang diawetkan

protein dan hasil olahan nya seperti ikan asin,dengan sarden dan

hewani kornet

Sumber Semua jenis kacang-kacangan dan

protein hasilnya yang merupakan sumber

nabati protein bernilai biologic rendah

Sayuran Rendah kalium,seperti Tinggi kalium,seperti

caisim,kangkung,sawi,wortel dan terong tomat,kool,bayam,bir,daun

bawang,tauge kacang hijau,kacang

buncis,kembang kool,waluh,dan

rebung

Buah- Rendah kalium seperti Tinggi kalium seperti

buahan jambu,kedondong,mangga,markisa,melo anggur,arbei,belimbing,duku,jamb

n semangka,pir,salak,sawo u biji,jeruk papaya dan pisang

Minuman Berbagai minuman bersoda dan

beralkohol

Bumbu Semua jenis makanan selain gula Semua jenis gula dan madu

20
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes militus
1. Diabetes militus
a) Gambaran umum penyakit
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang di sebabkan karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
absolute maupun relative.

b) Patofisiologi
Pada diabetes perubahan pertama yang terlihat pada ginjal
adalah pembesaran ukuran ginjal dan hiperfiltrasi. Glukosa yang
difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus dan sekaligus membawa
natrium, bersamaan dengan efek insulin (eksogen pada IDDM dan
endogen pada NIDDM) yang merangsang reabsorpsi tubuler
natrium, akan menyebabkan volume ekstrasel meningkat,
terjadilah hiperfiltrasi. Pada diabetes, arteriola aferan, dan
mungkin inilah yang dapat menerangkan mengapa pada diabetes
yang tidak terkendali tekanan intraglomeruler naik dan ada
hipelfitrasi glomerulus(Rindiastuti,2012)
c) Klasifikasi
 Diabetes Millitus Tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin
Dependent Diabetes Millitus (IDDM),terjadi karena
kerusakan sel B pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan
sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai
muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada
anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM

21
tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya
proses autoimun dan sebagian kecil tidak terjadi proses
autoimun.
 Diabetes Millitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes millitus yang di
sebabkan oleh kurangnya respon tubuh terhadap
insulin,sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi
tidak efektif. Kekurangmampuan tubuh dalam merespon
insulin mengakibatkan tubuh tidak mampu memanfaatkan
oleh tubuh secara efektif. Tubuh bersifat resisten terhadap
hormon insulin (Fitriana,Rahmatul 2016)
 Diabetes Millitus Tipe 3
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder
atau DM tipe lain. Etiologi diabetes jenis ini,meliputi :
1. Penyakit pada pankreas yang merusak sel
ß,seperti
hemokromatosis,pankreatitis,fibrosis kistik
2. Sindrom hormonal yang menganggu sekresi
dan menghambat kerja insulin,seperti
akromegali,feokromositoma,dan sindrom
cushing.
3. Kondisi tertentu yang jarang terjadi seperti
kelainan reseptor insulin
4. Sindrom genetik
 Diabetes Millitus kehamilan
Setiap intoleransi glukosa yang timbul atau terdeteksi pada
kehamilan pertama,tanpa memandang derajat toleransi
serta memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap
selepas melahirkan. Diabetes tipe ini mncul pada
kehamilan trimester kedua dan ketiga.

22
d) Gejala diabetes millitus
Gejala klasik dari Diabetes Millitus biasanya , yaitu :
 Haus dan banyak minum
 Lapar dan banyak makan
 Sering kencing
 Berat badan menurun
 Mata kabur
 Luka lama sembuh
 Mudah terjadi infeksi atau gatal-gatal pada kulit,sauran
kencing dan gusi
 Nyeri atau baal pada tangan dan kaki
 Badan terasa lemah
 Mudah mengantuk

2. Diabetic Foot ( Kaki Diabetic )


Diabetic Foot (Kaki Diabetic) adalah kaki pada pasien dengan
diabetes melitus yang mengalami perubahan patologis akibat
infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan abnormalitas
neurologis, penyakit vaskular perifer dengan derajat bervariasi, dan
atau komplikasi metabolik dari diabetes pada ekstrimitas bawah
(Wesnawa, 2012)
Gold standard untukterapi ulkus kaki diabetik meliputi
debridement luka, tatalaksana infeksi, prosedur revaskularisasi atas
indikasi, dan off-loading ulkus. Debridement harus dilakukan pada
semua luka kronis untuk
Tindakan debridement ini dilakukan untuk membuang jaringan
yang mati serta membantu mempercepat penyembuhan luka.
Debridement dapat dilakukan secara surgical, kimia, mekanik,
biologis, atau autolisis. Tindakan ini dilakukan melalui
pembuangan dasar luka abnormal dan jaringan tepi luka seperti

23
epidermis hiperkeratosis(kalus) dan jaringan dermal nekrotik,
debris, dan element bakteri yang dapat menghambat penyembuhan
luka. Dari beberapa penelitian uji klinis didapatkan bahwa
debridement berperan dalam membantu penyembuhan luka
melalui produksi jaringan granulasi (Wesnawa, 2012).
3. Chronic Kidney Diasses (CKD)
a) Gambaran umum Chronic Kidney Diasses (CKD)
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu bentuk kerusakan
ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan secara berturut-
turut. Dan menurut kelainan patologis atau juga gejala dari
gagal ginjal misalnya adalah proteinuria. Dan jika tidak ada
suatu tanda dari kerusakan ginjal, maka diagnosis dari penyakiit
ginjal kronik biasanya ditegakkan jika nilai dari laju filtrasi atau
penyaringan glomerulus/ GRF < 60 ml/menit/1,73m2. Tes
kreatinin klirens dapat membedakan berat ringannya gangguan
fungsi ginjal
b) Pembagian stadium gagal ginjal kronik
Tabel 2.6 pembagian stadium pada CKD
Stage Description Range
Stadium 1 Kidney damage with normal or >90
increased GFR
Stadium 2 Mild descrease in GFR 60-89
Stadium 3 Moderate descease in GFR 30-59
Stadium 4 Severe descease in GFR 15-29
Stadium 5 Kidney failure < 15 or
dialysis

24
c) Patofisiologis

Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai


penyebab pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron. Bila
nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi
glomerolus dan terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang
mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan
fungsi non-eksresi. Gangguan fungsi non-eksresi diantaranya
adalah gangguan metabolism vitamin D yaitu tubuh mengalami
defisiensi vitamin D yang mana vitamin D berguna untuk
menstimulasi usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka
absorbsi kalsium di usus menjadi berkurang akibatnya terjadi
hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang
akhirnya tulang menjadi rusak.
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting
dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi
anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin
(oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami
keadaan lemas dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah
glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan
memeriksa clerence kretinin urine tampung 24 jam yang
menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan
kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat
megakibatkan edema, CHF dan hipertensi. Hipotensi dapat
terjadi karena aktivitasbaksis rennin angiostenin dan kerjasama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam

25
mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan
diare
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status
uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat ginjal tidak
mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan
sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi
ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-
). Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak
memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi
nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien terutama dari saluran pencernaan.
Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum
tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi
eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat
yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan
gangguan metabolism. Kadar kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat
maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya
filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar
fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh
tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon sehingga kalsium ditulang menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.
(Nurlasam, 2007).

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN ASUPAN MAKAN


Pada studi kasus ini dilakukan pengamatan dan penimbangan sisa makanan
pasien selama 1x24 jam selama 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan
gambaran asupan gizi yag lebih akurat. Data asupan makan pasien dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1. Asupan Makan Pasien Selama 3 Hari Pemberian Asuhan Gizi

Energi Lemak Vit C Serat Fe


Tanggal Keterangan Protein (g) Kh (g)
(kkal) (g)
Kebutuhan 1517,6 56,4 38,3 289,7 58,06 2,2 13
11/04/17 Asupan RS 625,9 17,6 7,5 119,7 5,7 2,3 1,4
% Asupan 41% 31% 19,5% 41,3% 9,8% 104,5% 10,7%
Kebutuhan 1517,6 56,4 38,3 289,7 58,06 2,2 13
Asupan RS 565,0 16,1 6,5 106,3 4,8 1,2 1,4
12 /04/2017
8,26% 54,5% 10,7%
% Asupan 37,2% 28,5% 16,9% 36,6%

Kebutuhan 1517,6 56,4 38,3 289,7 58,06 2,2 13


13 /04/17
Asupan RS 333,4 11,8 6,1 56,4 53,3 2,0 1,0
% Asupan 21,9% 20,9% 15,9% 19,4% 91,8% 90,9% 7,6%
Rata-rata jumlah asupan 33,4% 66,4% 41,7% 84,3% 48,6% 83,3% 9,6%
Kategori Kurang Kurang Kurang baik Kurang Baik Kurang
Sumber : Data Terolah, 2017

Kriteria tingkat konsumsi (SK Menkes No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang

standar pelayanan minimum rumah sakit) :

 Kurang : ≥ 20% (sisa makanan ≤ 80% dari standar makanan RS/ asupan

kurang)

 Baik : ≤ 20% (sisa makanan ≥80% dari standar makanan RS/ asupan baik)

27
B. PERKEMBANGAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Selama pelaksanaan studi kasus, ada pemeriksaan ulang laboratorium yaitu
pemeriksaan GDa pada tanggal 10-13 Maret 2017
Tabel 4.2 perkembangan hasil laboratorium

Nilai Tanggal pemeriksaan


Pemeriksaan
No normal
laboratorium 10/04/2017 11/04/2017 12/04/2017 13/04/2017

1 GDA 80-120mg/dl 270mg/dl 170mg/dl 146mg/dl 212mg/dl

2 Ureum 17-43mg/dl 118mg/dl - - 57mg/dl

3 Kreatinin 0,9-1,3mg/dl 2,0mg/dl - - 1,6mg/dl

4 Hemoglobin 12-14g/dl 8,5g/dl 8,7g/dl - -

C. PERKEMBANGAN HASIL HASIL FISIK DAN KLINIS


Pengamatan terhadap perkembangan fisik pasien dilakukan setiap hari dari
tanggal 10 s/d 13 Maret 2017 melalui pengamatan langsung (observasi) dan
mengkaji buku rekam medis / status pasien. Adapun variabel dalam pengamatan
perkembangan fisik yakni meliputi keadaan umum serta keluhan pasien. Berikut
ini akan disajikan data pemeriksaan fisik pasien.

28
a. Data fisik
Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan fisik

Hari/tanggal Hasil pemeriksaan


Tanggal 11 Maret 2017 Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Conposmentis (CM)
Keluhan : muntah (-), mual (-), diare (-)
Tanggal 12 Maret2017 Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Conposmentis (CM)
Keluhan : muntah (-), mual (-), diare (-)
Tanggal 13 Maret 2017 Keadaan umum : membaik
Kesadaran : Conposmentis (CM)
Keluhan : muntah (-), mual (-), diare (-)
Sumber :Data Rekam Medis, 2017

b. Data klinis
Tabel 4.4 Data hasil pemeriksaan klinis

Nilai Tanggal pemeriksaan


Pemeriksaan
No Normal 10/04/201 12/04/201 13/04/20
klinis 11/04/2017
7 7 17
140/60
120/80 120/80 120/70 130/80
1 TD mmH
mmHg mmHg mmHg mmHg
g
60-
2 Nadi 80x/m 80x/m 80x/m 80x/m
100x/mnt
3 Suhu 36-37 0C 380C 36,50C 370C 37,30C

29
D. PERKEMBANGAN HASIL EDUKASI DAN KONSLING
Edukasi diberikan setiap hari selama perawatan pasien, edukasi yang
diberikan yaitu mengenai diet yang diberikan yaitu berupa diet DM 1517,6
kkal, dan pemberian saran untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar
rumah sakit selama perawatan.
Konseling gizi diberikan kepada pasien dan keluarga pasien dilakukan pada
hari senin, 10 Maret 2017. Materi yang disampaikan adalah tentang Diet DM
tentang penguturan makanan tepat 3 J ( jenis jumlah dan jadwal), dan
pemberian diet rendah protein.
Setelah dilakukan konseling dan edukasi hasil yang diperoleh yaitu pasien
mau menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit tetapi pasien
tidak hanya menghabiskan ½ dari makanan yang di berikan

E. PERKEMBANGAN DIET
Perkembangan diet pada hari pertama studi kasus sampai hari terakhir
studi kasus yakni pasien tidak mengalami perubahan diet pasien selama
pemberian asuhan gizi , yaitu tetap diberikan dalam bentuk makanan lunak
(bubur) dari tanggal 10 Maret sampai dengan 13 Maret 2017.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata tingkat penerimaan
makanan yang disajikan di rumah sakit selama intervensi dilakukan,rata-rata
tergolong kategorikurang karena asupan makan pasien dari hari 1 sampai hari
3 rata-rata 51 - 79 %, namun pada asupan Fe dan Vitamin C sangat rendah
hal ini disebabkan kondisi pasien yang lemah sehingga mengalami penurunan
nafsu makan dan makanan tidak dapat dikonsumsi dengan baik.

30
1. Tingkat asupan energy

41% 37%
21%

90%
80%
75%

hari 1 hari 2 hari 3

kebutuhan asupan

Gambar Tabel 4.5 tingkat Asupan Energi

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi pasien selama

intervensi dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan energy dari sebelum intervensi

ke hari ke-1 intervensi tidak mengalami peningkatan asupan setelah hari ke- 2 dan

hari ke-3 asupannya tetap tidak meningkat., tidak mencapai standar kebutuhan

energi selama sehari yaitu diperoleh hasil 1 intervensi : 41% , hari 2 intervensi :

37%%, hari 3 intervensi : 21 % , dari hasil persentase, tingkat konsumsi tergolong

kategori kurang karena < 80%.

31
2. Tingkat asupan protein

kebutuhan asupan

31%

0%
90%
80%
0%
75%

hari 1 hari 2 hari 3

Gambar 4.6 Grafik Asupan Protein

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein pasien dari

sehari sebelum intervensi mengalami penurunan asupan protein pada hari 1 sampai

hari ke 3, selama intervensi dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan protein belum

mencapai standar kebutuhan protein selama sehari yaitu diperoleh hasil hari 1

intervensi : 31%% , hari 2 intervensi : 28,5 %, hari 3 intervensi : 20,9% dari hasil

persentase, tingkat konsumsi tergolong kategori kurang karena < 80%.

32
3. Tingkat asupan lemak

kebutuhan asupan

19,5% 16,9%
0%
90%
80%
75%

hari 1 hari 2 hari 3

Gambar tabel 4.7 tingkat asupan lemak

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi lemak pasien sebelum

intervensi sampai pada intervensi hari 1 mengalami peningkatan, selama intervensi

dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan lemak belum mencapai standar kebutuhan

lemak selama sehari yaitu diperoleh hasil hari 1 intervensi; 31% , hari 2 intervensi :

16,9%, hari 3 intervensi : 15,9% , dari hasil persentase, tingkat konsumsi tergolong

kategori kurang karena masih kurang dari <80%.

33
4. Tingkat asupan karbohidrat

kebutuhan asupan

41,3% 36,6%
19,8%

90%
80%
75%

hari 1 hari 2 hari 3

Gambar tabel 4.7 tingkat asupan karbohidrat


Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi karbohidrat pasien

sebelum intervensi tidak mengalami perubahandari awal intervensi sampai hari

terakhir intervensi,selama intervensi dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan

karbohidrat belum mencapai standar kebutuhan karbohidrat selama sehari yaitu

diperoleh hasil hari 1 intervensi: 46,3%% , hari 2 intervensi : 36,6%, hari 3 intervensi

: 19,8% , dari hasil persentase, tingkat konsumsi masih tergolong kategori kurang

karena tingkat asupannya masih<80%.

34
5. Tingkat asupan vitamin c

100%
75% 80% 90%
80%
60%
40% 9,8%
8,26%
91,8
20%
0%
hari 1
hari 2
hari 3

kebutuhan asupan

Gamabar 4.7 tabel tingkat asupan vitamin c

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi Vitamin C pada saat

intervensi hari 1 sampai hari 3 intervensi masih belum mencapai standar dari

kebutuhan,tetapi pada pemberian hari ke 3 vitamin c meningkat dari 2 hari

sebelumnya asupan Vitamin C pada hari 1 : 9,8%, hari 2: 8,26%, hari 3 : 91,8%. Dari

hasil tersebut persentase tingkat konsumsi tergolong kategori buruk, karena kurang

dari 51%,tetapi pada hari ketiga kategori vitamin c mulai membaik karena pada hari

terakhir pasien mengkonsumsi sayuran dan buah yang di berikan dari rumah sakit.

35
6. Tingkat asupan serat

100%
75% 80% 90%
80%
60%
40% 104,5%
54,5%
90,0%
20%
0%
hari 1
hari 2
hari 3

kebutuhan asupan

Gamabar 4.8 tabel tingkat asupan serat

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi serat pada saat

intervensi baik, namun setelah intervensi hari 1 sampai hari 3 intervensi sudah

mencapai standar dari kebutuhan, karena asupan serat pada hari 1 : 104,5%, hari 2:

54,5%, hari 3 : 90,0%. Dari hasil tersebut persentase tingkat konsumsi tergolong

kategori baik, karena kurang dari >51%. Hal ini disebabkan karena selama

pelaksanaan intervensi pasien sering mengkonumsi sayur dan buah.

36
7. Tingkan asupan Fe

100%
75% 80% 90%
80%
60%
40% 104,5%
54,5%
90,0%
20%
0%
hari 1
hari 2
hari 3

kebutuhan asupan

Gambar 4.9 tabel tingkat asupan Fe

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi Fe tidak stabil,

namun setelah intervensi hari 1 sampai hari 3 intervensi sudah mencapai standar

namun pada hari kedua mengalami penurunan masih belum mencapai standar dari

kebutuhan, karena asupan Fe pada hari 1 : 104,5%, hari 2: 54,5%, hari 3 : 90,0%.

Dari hasil tersebut persentase tingkat konsumsi tergolong kategori baik, karena

kurang dari <51%. Hal ini disebabkan karena selama pelaksanaan intervensi pasien

sering mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung Fe.

37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai proses asuhan gizi selama 3 hari
berturut-turut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pasien saat ini terdiagnosis DM+DF+CKD.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis diperoleh keadaan umum
pasien membaik.
3. Pasien tidak mengalami perkembangan hasil lab selama studi kasus yaitu
hasil nilai GDA hari pertama sebelum intervensi 207 g/dl ,dan pada 3 hari
intervensi nilai GDA pasien naik turun dan pada hari trakhir intervensi nilai
GDA pasien meningkat menjadi 212 g/dl
4. Perkembangan diet pasien selama kegiatan intervensi 3 hari tidak
menunjukkan perubahan yaitu tetap mendapatkan Diet DM 2349,2 kkal.
5. Edukasi dan konseling gizi dilakukan pada hari Senin tanggal 10 Maret
2017 di ruang Nakula yang berisi materi mengenai Diet DM+CKD dengan
pengaturan makanan tepat 3 J (Jenis, Jumlah dan Jadwal)

B. Saran
Diharapkan pasien dan keluarga pasien membantu berpartisipasi dalam
memberikan motivasi serta dukungan kepada pasien agar pasien terbujuk dan
mau mematuhi diet yang diberikan sehingga mempercepat penyembuhan
penyakit pasien dan nilai GDS pasien tetap dalam nilai normal dan terkontrol.

38
DAFTAR PUSTAKA
Adisty,Cynthia.2011.Nutritional Care Process. Gramedia :Jakarta

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Darmarini, F dan Triyani, K. 2004. Penatalaksanaan Diet Pada Nefropati Diabetik.


RSCM: Jakarta

KEMENKES RI. 2013. Proses Asuhan Gizi Terstandar. KEMENKES RI : Jakarta

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


di Indonesia : Jakarta

Rindiastuti, Y. 2012. Nefropati Diabetik. Fakultas Kedokteran UNS

39

Anda mungkin juga menyukai