Umur : 75 Tahun
B. DATA SUBJEKTIF
1
c. Riwayat penyakit keluarga
2
Tabel 1.1 food frequensi quesionary (FFQ)
2. Lauk hewani
Daging sapi √ 1x sehari
Daging ayam √ 1-3x seminggu
Ikan segar √ 1x sehari
Telur √ 1xsehari
3. Lauk Nabati
Tahu √ 1 x seminggu
Tempe √ 2 x sehari
Kacang2an 3 x sebulan
4. Sayuran
Wortel 1–3 x seminggui
Buncis √ 1 x sehari
Bayam √ 1x sehari
Sawi 1- 2 x sehari
kangkung √ 1 x sehari
Sayuran lain √ 3x sebulan
5. Buah 1 – 2 x sehari
Papaya √ 1 x sehari
Jeruk √
3
c. Perhitungan kebutuhan zat gizi menggunakan rumus Du Bois
- Energy
1656,2
2.153
2368,3
=0,8 x 69,3
=55,4 x 4
=221,7 g
=473,6 : 9
=52,6 g
=2368,3-695,3
=418,25 g
4
Tabel 1.2 tingkat konsumsi pasien sebelum masuk rumah sakit
Normal : 90-199%
Karbohidrat
Tanggal Keterangan Energi(kkal) Protein (g) Lemak (g)
(g)
Kebutuhan 2368,3kkal 221,7 g 52,6g 418,25g
8 Maret
Asupan RS 352,6kkal 11,7g 5,7g 61,3g
2017
% Asupan 14% 5,2% 10,8% 14,6%
Keterangan Buruk Buruk Buruk Buruk
5
Kategori asupan makan (Gibson 2005) (ADA)
Baik ≥80%
Kurang 51-79%
Buruk <51%
C. DATA OBJEKTIF
1. Antropometri
BB : 75 kg
TB : 177 cm
BBI
=(177-100) – 10 %
= (177– 100) – 10 %
=69,3 kg
IMT
BB (kg) 75 kg 75 Kg
= TB (m)2= (1,77 m)2= 3,13 m2= 23,9 kg/ m2
Keterangan :
6
2. Biokimia
dapat berupa urine (air kecing), darah, dan sebagainya untuk menentukan
7
3. Fisik dan klinis
a. Klinis
b. Klinis
8
BAB II
A. ASSESMENT GIZI
1. Antropometri
BB : 75 kg
TB : 177 cm
BBI
=(177-100) – 10 %
= (177– 100) – 10 %
=69,3 kg
IMT
BB (kg) 75 kg 75 Kg
= TB (m)2= (1,77 m)2= 3,13 m2= 23,9 kg/ m2
Keterangan :
9
2. Biokimia
dapat berupa urine (air kecing), darah, dan sebagainya untuk menentukan
a. Klinis
10
b. Klinis
B. DIAGNOSIS GIZI
1. N1.2.1 Kurangnya intake makanan secara oral di bawah kebutuhan
11
C. INTERVENSI GIZI
1. Tujuan
Membantu menormalkan kadar Glukosa,Ureum dan Kreatinin
pasien sampai mencapai batas normal
Membantu meningkatkan asupan makan pasien
2. Prinsip
3 J (Jumlah, Jenis, Jadwal)
Rendah Protein
Rendah Serat
3. Macam diet
Diit diberikan yaitu diit bubur 2368,3 kkal
4. Bentuk makanan
Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan bubur
5. Cara pemberian
Pemberian makanan di berikan melalui oral karena pasien tidak
mengalami masalah menelan.
6. Syarat diet
Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
12
dari total energi dan lemak tidak jenuh di berikan 9% dari total
energi
Karbohidrat di berikan dari perhitungan total energi di kurang
dengan hasil tambah protein dan lemak kemudian di bagi dengan 4
kkal.
Asupan serat diberikan rendah yaitu < 25 gr/hr , pemberian rendah
serat adalah untuk mengurangi frekuensi diare
Harus memperhatikan 3 J yaitu (Tepat jumlah,jenis,jadwal)
Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhan di AKG
7. Perhitungan kebutuhan zat gizi
1. Kebutuhan Zat Gizi (Perkeni 2011):
= 415,8 kkal
= 207,9 kkal
= 415,8 kkal
= 270,2 kkal
13
b. Perhitungan Protein
=0,8 x 69,3 kg
= 55,4 gr
= 20 % x 1517,6 kkal
= 303,5 kkal
303,5 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
= 33,7 g
= 106,2 kkal
106,2𝑘𝑘𝑎𝑙
= 9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
= 11,8g
14
- Lemak tidak Jenuh = 9% x TEE
= 136,4 kkal
136,4𝑘𝑘𝑎𝑙
= 9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
= 15,15 g
d. Karbohidrat
= 65% x TEE
=65%x 1517,6 kkal
=246,6 g
2. Cara menghitung CCT (Creatinine Clearance Test)menurut
rumus Cockcroft-Gault.
=(140-Umur)x BB
72 x Creatinin darah
= (140-75)x 75
72 x 2,0 mg/dl
= 4875
144
=33,8 ml/min
Keterangan :
1. Stadium 1 :>90
2. Stadium 2 :60-89
3. Stadium 3 :30-59
4. Stdium 4 ;15-29
5. Stadium 5 :<15
15
Penilaian : Berdsarkan perhitungan Creatinin Clearance diperoleh
hasil 33,8 ml/min termasuk dalam stadium 3 karena rentan nya 30-
59.
3. Perhitungan vitamin dan mineral sesuai dengan AKG
Vitamin A : 387,1 mcg
Vitamin D : 9,67 mcg
Vitamin E : 9,67 mcg
Vitamin K : 41,97 mcg
Asam folat : 258,06 mg
Besi : 13 mg
16
3) Hari Ketiga
Energi : 90% x 1517,6 kkal = 1365,8 kkal
Protein : 90% x 55,4 gr = 49,8gr
Lemak : 90% x 38,3 gr = 34,4gr
Karbohidrat : 90% x 289,7 gr = 260,7gr
D. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Tabel 2.4 rencana monitoring dan evaluasi
Parameter Target Pelaksanaan
Asupan 1. Asupan pasien Setiap hari
harus berada di
kategori normal
Biokimia 1. Menurunkan kadar Setiap hari
glukosa darah
mencapai batas
normal
2. Menurunkan kadar
Hb sampai
mencapai nilai
normal
E. RENCANA EDUKASI
Edukasi dan konseling gizi dilakukan di ruang rawat inap pasien dengan
17
1. Tujuan
Memberikan informasi mengenai makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan
2. Materi
3. Sasaran
Keluarga Pasien
4. Metode
5. Tempat
6. Waktu
12.0 – selesai
7. Materi konsultasi
Diet DM+CKD
Tujuan diet
18
Syarat diet
penyembuhan.
19
Tabel 2.5 tabel makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
makanan
t singkong
protein dan hasil olahan nya seperti ikan asin,dengan sarden dan
hewani kornet
buncis,kembang kool,waluh,dan
rebung
beralkohol
Bumbu Semua jenis makanan selain gula Semua jenis gula dan madu
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes militus
1. Diabetes militus
a) Gambaran umum penyakit
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang di sebabkan karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
absolute maupun relative.
b) Patofisiologi
Pada diabetes perubahan pertama yang terlihat pada ginjal
adalah pembesaran ukuran ginjal dan hiperfiltrasi. Glukosa yang
difiltrasi akan direabsorbsi oleh tubulus dan sekaligus membawa
natrium, bersamaan dengan efek insulin (eksogen pada IDDM dan
endogen pada NIDDM) yang merangsang reabsorpsi tubuler
natrium, akan menyebabkan volume ekstrasel meningkat,
terjadilah hiperfiltrasi. Pada diabetes, arteriola aferan, dan
mungkin inilah yang dapat menerangkan mengapa pada diabetes
yang tidak terkendali tekanan intraglomeruler naik dan ada
hipelfitrasi glomerulus(Rindiastuti,2012)
c) Klasifikasi
Diabetes Millitus Tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin
Dependent Diabetes Millitus (IDDM),terjadi karena
kerusakan sel B pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan
sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai
muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada
anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM
21
tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya
proses autoimun dan sebagian kecil tidak terjadi proses
autoimun.
Diabetes Millitus Tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes millitus yang di
sebabkan oleh kurangnya respon tubuh terhadap
insulin,sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi
tidak efektif. Kekurangmampuan tubuh dalam merespon
insulin mengakibatkan tubuh tidak mampu memanfaatkan
oleh tubuh secara efektif. Tubuh bersifat resisten terhadap
hormon insulin (Fitriana,Rahmatul 2016)
Diabetes Millitus Tipe 3
Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder
atau DM tipe lain. Etiologi diabetes jenis ini,meliputi :
1. Penyakit pada pankreas yang merusak sel
ß,seperti
hemokromatosis,pankreatitis,fibrosis kistik
2. Sindrom hormonal yang menganggu sekresi
dan menghambat kerja insulin,seperti
akromegali,feokromositoma,dan sindrom
cushing.
3. Kondisi tertentu yang jarang terjadi seperti
kelainan reseptor insulin
4. Sindrom genetik
Diabetes Millitus kehamilan
Setiap intoleransi glukosa yang timbul atau terdeteksi pada
kehamilan pertama,tanpa memandang derajat toleransi
serta memperhatikan apakah gejala ini lenyap atau menetap
selepas melahirkan. Diabetes tipe ini mncul pada
kehamilan trimester kedua dan ketiga.
22
d) Gejala diabetes millitus
Gejala klasik dari Diabetes Millitus biasanya , yaitu :
Haus dan banyak minum
Lapar dan banyak makan
Sering kencing
Berat badan menurun
Mata kabur
Luka lama sembuh
Mudah terjadi infeksi atau gatal-gatal pada kulit,sauran
kencing dan gusi
Nyeri atau baal pada tangan dan kaki
Badan terasa lemah
Mudah mengantuk
23
epidermis hiperkeratosis(kalus) dan jaringan dermal nekrotik,
debris, dan element bakteri yang dapat menghambat penyembuhan
luka. Dari beberapa penelitian uji klinis didapatkan bahwa
debridement berperan dalam membantu penyembuhan luka
melalui produksi jaringan granulasi (Wesnawa, 2012).
3. Chronic Kidney Diasses (CKD)
a) Gambaran umum Chronic Kidney Diasses (CKD)
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu bentuk kerusakan
ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan secara berturut-
turut. Dan menurut kelainan patologis atau juga gejala dari
gagal ginjal misalnya adalah proteinuria. Dan jika tidak ada
suatu tanda dari kerusakan ginjal, maka diagnosis dari penyakiit
ginjal kronik biasanya ditegakkan jika nilai dari laju filtrasi atau
penyaringan glomerulus/ GRF < 60 ml/menit/1,73m2. Tes
kreatinin klirens dapat membedakan berat ringannya gangguan
fungsi ginjal
b) Pembagian stadium gagal ginjal kronik
Tabel 2.6 pembagian stadium pada CKD
Stage Description Range
Stadium 1 Kidney damage with normal or >90
increased GFR
Stadium 2 Mild descrease in GFR 60-89
Stadium 3 Moderate descease in GFR 30-59
Stadium 4 Severe descease in GFR 15-29
Stadium 5 Kidney failure < 15 or
dialysis
24
c) Patofisiologis
25
mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan
diare
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status
uremik memburuk. Asidosis metabolic akibat ginjal tidak
mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan
sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi
ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-
). Penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi.
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak
memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi
nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien terutama dari saluran pencernaan.
Eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum
tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi
eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat
yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan
gangguan metabolism. Kadar kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat
maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya
filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar
fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi
parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh
tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon sehingga kalsium ditulang menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.
(Nurlasam, 2007).
26
BAB IV
Kurang : ≥ 20% (sisa makanan ≤ 80% dari standar makanan RS/ asupan
kurang)
Baik : ≤ 20% (sisa makanan ≥80% dari standar makanan RS/ asupan baik)
27
B. PERKEMBANGAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Selama pelaksanaan studi kasus, ada pemeriksaan ulang laboratorium yaitu
pemeriksaan GDa pada tanggal 10-13 Maret 2017
Tabel 4.2 perkembangan hasil laboratorium
28
a. Data fisik
Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan fisik
b. Data klinis
Tabel 4.4 Data hasil pemeriksaan klinis
29
D. PERKEMBANGAN HASIL EDUKASI DAN KONSLING
Edukasi diberikan setiap hari selama perawatan pasien, edukasi yang
diberikan yaitu mengenai diet yang diberikan yaitu berupa diet DM 1517,6
kkal, dan pemberian saran untuk tidak mengkonsumsi makanan dari luar
rumah sakit selama perawatan.
Konseling gizi diberikan kepada pasien dan keluarga pasien dilakukan pada
hari senin, 10 Maret 2017. Materi yang disampaikan adalah tentang Diet DM
tentang penguturan makanan tepat 3 J ( jenis jumlah dan jadwal), dan
pemberian diet rendah protein.
Setelah dilakukan konseling dan edukasi hasil yang diperoleh yaitu pasien
mau menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit tetapi pasien
tidak hanya menghabiskan ½ dari makanan yang di berikan
E. PERKEMBANGAN DIET
Perkembangan diet pada hari pertama studi kasus sampai hari terakhir
studi kasus yakni pasien tidak mengalami perubahan diet pasien selama
pemberian asuhan gizi , yaitu tetap diberikan dalam bentuk makanan lunak
(bubur) dari tanggal 10 Maret sampai dengan 13 Maret 2017.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata tingkat penerimaan
makanan yang disajikan di rumah sakit selama intervensi dilakukan,rata-rata
tergolong kategorikurang karena asupan makan pasien dari hari 1 sampai hari
3 rata-rata 51 - 79 %, namun pada asupan Fe dan Vitamin C sangat rendah
hal ini disebabkan kondisi pasien yang lemah sehingga mengalami penurunan
nafsu makan dan makanan tidak dapat dikonsumsi dengan baik.
30
1. Tingkat asupan energy
41% 37%
21%
90%
80%
75%
kebutuhan asupan
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi pasien selama
intervensi dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan energy dari sebelum intervensi
ke hari ke-1 intervensi tidak mengalami peningkatan asupan setelah hari ke- 2 dan
hari ke-3 asupannya tetap tidak meningkat., tidak mencapai standar kebutuhan
energi selama sehari yaitu diperoleh hasil 1 intervensi : 41% , hari 2 intervensi :
31
2. Tingkat asupan protein
kebutuhan asupan
31%
0%
90%
80%
0%
75%
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein pasien dari
sehari sebelum intervensi mengalami penurunan asupan protein pada hari 1 sampai
hari ke 3, selama intervensi dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan protein belum
mencapai standar kebutuhan protein selama sehari yaitu diperoleh hasil hari 1
intervensi : 31%% , hari 2 intervensi : 28,5 %, hari 3 intervensi : 20,9% dari hasil
32
3. Tingkat asupan lemak
kebutuhan asupan
19,5% 16,9%
0%
90%
80%
75%
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi lemak pasien sebelum
dalam 3 hari menunjukkan bahwa asupan lemak belum mencapai standar kebutuhan
lemak selama sehari yaitu diperoleh hasil hari 1 intervensi; 31% , hari 2 intervensi :
16,9%, hari 3 intervensi : 15,9% , dari hasil persentase, tingkat konsumsi tergolong
33
4. Tingkat asupan karbohidrat
kebutuhan asupan
41,3% 36,6%
19,8%
90%
80%
75%
diperoleh hasil hari 1 intervensi: 46,3%% , hari 2 intervensi : 36,6%, hari 3 intervensi
: 19,8% , dari hasil persentase, tingkat konsumsi masih tergolong kategori kurang
34
5. Tingkat asupan vitamin c
100%
75% 80% 90%
80%
60%
40% 9,8%
8,26%
91,8
20%
0%
hari 1
hari 2
hari 3
kebutuhan asupan
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi Vitamin C pada saat
intervensi hari 1 sampai hari 3 intervensi masih belum mencapai standar dari
sebelumnya asupan Vitamin C pada hari 1 : 9,8%, hari 2: 8,26%, hari 3 : 91,8%. Dari
hasil tersebut persentase tingkat konsumsi tergolong kategori buruk, karena kurang
dari 51%,tetapi pada hari ketiga kategori vitamin c mulai membaik karena pada hari
terakhir pasien mengkonsumsi sayuran dan buah yang di berikan dari rumah sakit.
35
6. Tingkat asupan serat
100%
75% 80% 90%
80%
60%
40% 104,5%
54,5%
90,0%
20%
0%
hari 1
hari 2
hari 3
kebutuhan asupan
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat konsumsi serat pada saat
intervensi baik, namun setelah intervensi hari 1 sampai hari 3 intervensi sudah
mencapai standar dari kebutuhan, karena asupan serat pada hari 1 : 104,5%, hari 2:
54,5%, hari 3 : 90,0%. Dari hasil tersebut persentase tingkat konsumsi tergolong
kategori baik, karena kurang dari >51%. Hal ini disebabkan karena selama
36
7. Tingkan asupan Fe
100%
75% 80% 90%
80%
60%
40% 104,5%
54,5%
90,0%
20%
0%
hari 1
hari 2
hari 3
kebutuhan asupan
namun setelah intervensi hari 1 sampai hari 3 intervensi sudah mencapai standar
namun pada hari kedua mengalami penurunan masih belum mencapai standar dari
kebutuhan, karena asupan Fe pada hari 1 : 104,5%, hari 2: 54,5%, hari 3 : 90,0%.
Dari hasil tersebut persentase tingkat konsumsi tergolong kategori baik, karena
kurang dari <51%. Hal ini disebabkan karena selama pelaksanaan intervensi pasien
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai proses asuhan gizi selama 3 hari
berturut-turut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pasien saat ini terdiagnosis DM+DF+CKD.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis diperoleh keadaan umum
pasien membaik.
3. Pasien tidak mengalami perkembangan hasil lab selama studi kasus yaitu
hasil nilai GDA hari pertama sebelum intervensi 207 g/dl ,dan pada 3 hari
intervensi nilai GDA pasien naik turun dan pada hari trakhir intervensi nilai
GDA pasien meningkat menjadi 212 g/dl
4. Perkembangan diet pasien selama kegiatan intervensi 3 hari tidak
menunjukkan perubahan yaitu tetap mendapatkan Diet DM 2349,2 kkal.
5. Edukasi dan konseling gizi dilakukan pada hari Senin tanggal 10 Maret
2017 di ruang Nakula yang berisi materi mengenai Diet DM+CKD dengan
pengaturan makanan tepat 3 J (Jenis, Jumlah dan Jadwal)
B. Saran
Diharapkan pasien dan keluarga pasien membantu berpartisipasi dalam
memberikan motivasi serta dukungan kepada pasien agar pasien terbujuk dan
mau mematuhi diet yang diberikan sehingga mempercepat penyembuhan
penyakit pasien dan nilai GDS pasien tetap dalam nilai normal dan terkontrol.
38
DAFTAR PUSTAKA
Adisty,Cynthia.2011.Nutritional Care Process. Gramedia :Jakarta
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
39