Anda di halaman 1dari 36

: R74.

Upper respiratory infection acute

: J02.9 Acute pharyngitis, unspecified

pada faring dan tidak berespon dengan


pengobatan bakterial non spesifik.
Masalah Kesehatan 7. Bila dicurigai faringitis gonorea atau
Faringitis merupakan peradangan dinding faring faringitis luetika, ditanyakan riwayat
yang disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5- hubungan seksual, terutama seks oral.
40%), alergi, trauma, iritan, dan lain- lain.Anak- Faktor Risiko
anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-
5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas 1. Usia 3 – 14 tahun.
termasuk faringitis setiap tahunnya.
2. Menurunnya daya tahan tubuh.
Hasil Anamnesis (Subjective) 3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring
Keluhan 4. Gizi kurang
5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol,
1. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan makanan, refluks asam lambung, inhalasi
2. Demam uap yang merangsang mukosa faring.
3. Sekret dari hidung 6. Paparan udara yang dingin.
4. Dapat disertai atau tanpa batuk
5. Nyeri kepala Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
6. Mual Sederhana (Objective)
7. Muntah
Pemeriksaan Fisik
8. Rasa lemah pada seluruh tubuh
9. Nafsu makan berkurang 1. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu: faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus
1. Faringitis viral (umumnya oleh Rhinovirus): tidak menghasilkan eksudat). Pada
diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa coxsachievirus dapat timbul lesi vesikular di
hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain orofaring dan lesi kulit berupa
demam disertai rinorea dan mual. maculopapular rash.
2. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, 2. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan
muntah, kadang demam dengan suhu yang tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
tinggi, jarang disertai batuk, dan seringkali hiperemis dan terdapat eksudat di
permukaannya. Beberapa hari kemudian
terdapat pembesaran KGB leher.
timbul bercak petechiaepada palatum dan
3. Faringitis fungal:terutama nyeri tenggorok faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa
dan nyeri menelan. leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
4. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula pada penekanan.
tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk 3. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak
yang berdahak. plak putih di orofaring dan pangkal lidah,
5. Faringitis kronik atrofi: umumnya sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
tenggorokan kering dan tebal serta mulut 4. Faringitis kronik hiperplastik, pada
berbau. pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah
6. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat mukosa faring dan hiperplasia lateral band.
Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding adenovirus juga menimbulkan gejala
posterior tidak rata dan bergranular (cobble konjungtivitis terutama pada anak.
stone). b. Faringitis Bakterial
5. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan Infeksi grup A stereptokokus beta
tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir hemolitikus merupakan penyebab
yang kental dan bila diangkat tampak faringitis akut pada orang dewasa (15%)
mukosa kering. dan pada anak (30%).
6. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan Faringitis akibat infeksi bakteri
tampak granuloma perkejuan pada mukosa streptokokkus group A dapat
faring dan laring diperkirakan dengan menggunakan
7. Faringitis luetika tergantung stadium Centor criteria, yaitu :
penyakit: • Demam
a. Stadium primer • Anterior Cervical lymphadenopathy
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan • Eksudat tonsil
dinding posterior faring berbentuk • Tidak ada batuk
bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri
timbul ulkus pada daerah faring seperti skor 1. Bila skor 0-1 maka pasien tidak
ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri. mengalami faringitis akibat infeksi
Juga didapatkan pembesaran kelenjar streptokokkus group A, bila skor 1-3
mandibula maka pasien memiliki kemungkian
b. Stadium sekunder 40% terinfeksi streptokokkus group A
Stadium ini jarang ditemukan. Pada dan bila skor 4 pasien memiliki
dinding faring terdapat eritema yang kemungkinan 50% terinfeksi
menjalar ke arah laring. streptokokkus group A.
c. Stadium tersier c. Faringitis Fungal
Terdapat guma. Predileksi pada tonsil Candida dapat tumbuh di mukosa
dan palatum. rongga mulut dan faring.
d. Faringitis Gonorea
Pemeriksaan Penunjang Hanya terdapat pada pasien yang
1. Pemeriksaan darah lengkap. melakukan kontak orogenital
2. Pemeriksaan mikroskopik dengan 2. Faringitis Kronik
pewarnaan Gram. a. Faringitis Kronik Hiperplastik
3. Pada dugaan adanya infeksi jamur, dapat Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik perubahan mukosa dinding posterior
swab mukosa faring dengan pewarnaan faring.
KOH. b. Faringitis Kronik Atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul
Penegakan Diagnostik (Assessment) bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada
rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak
Diagnosis Klinis
diatur suhu serta kelembapannya
sehingga menimbulkan rangsangan
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
serta infeksi pada faring.
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
3. Faringitis Spesifik
bila diperlukan.
a. Faringitis Tuberkulosis
Klasifikasi faringitis Merupakan proses sekunder dari
tuberkulosis paru.
1. Faringitis Akut b. Faringitis Luetika
a. Faringitis Viral Treponema palidum dapat menimbulkan
Dapat disebabkan oleh rinovirus, infeksi di daerah faring, seperti juga penyakit
adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), lues di organ lain. Gambaran klinik
virus influenza, coxsachievirus, tergantung stadium penyakitnya.
cytomegalovirus, dan lain-lain. Pada

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Komplikasi hari.
Tonsilitis,Abses peritonsilar,Abses retrofaringeal, Konseling dan Edukasi
Gangguan fungsi tuba Eustachius, Otitis media
akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis, Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, 1. Menjaga daya tahan tubuh dengan
Septikemia mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) teratur.
2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga
Penatalaksanaan yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat
1. Istirahat cukup mengiritasi tenggorok.
2. Minum air putih yang cukup 4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
3. Berkumur dengan air yang hangat dan
berkumur dengan obat kumur antiseptik Kriteria Rujukan
untuk menjaga kebersihan mulut. Pada 1. Faringitis luetika
faringitis fungal diberikan Nistatin 100.000- 2. Bila terjadi komplikasi
400.000 IU, 2 x/hari. Untuk faringitis
kronik hiperplastik terapi lokal dengan Prognosis
melakukan kaustik faring dengan memakai
1. Ad vitam : Bonam
zat kimia larutan Nitras Argentin 25%
2. Ad functionam : Bonam
4. Untuk infeksi virus, dapat diberikan anti
virus Isoprinosine dengan dosis 60-100 3. Ad sanationam : Bonam
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/hari pada orang Peralatan
dewasa dan pada anak <5 tahun diberikan
50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x/ hari 1. Lampu kepala
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila 2. Spatula lidah
diduga penyebabnyaStreptococcus group A, 3. Lidi kapas
diberikan antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB
Referensi
dosis dibagi 3 x/hari selama 10 hari dan pada
dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau 1. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler. Boies.Buku Ajar
Eritromisin 4x500 mg/hari. Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
6. Pada faringitis gonorea, dapat diberikan (Adam dan Boies, 1997)
Sefalosporin generasi ke-3, seperti 2. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and
Seftriakson 2 gr IV/IM single dose. Neck Surgery. Ed. Ke-8.McGraw-Hill. 2003.
7. Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit (Lee, 2003)
hidung dan sinus paranasal harus diobati. 3. Rusmarjono. Soepardi, E.A.Faringitis,
Pada faringitis kronik atrofi pengobatan Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid dalam
ditujukan pada rhinitis atrofi. Sedangkan, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan Tenggorok, KepaladanLeher. Ed. ke-6.Jakarta:
kaustik 1 x/hari selama 3-5 hari. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk 2007(Hafil, et al., 2007)
antitusif atau ekspektoran.
9. Analgetik-antipiretik
10. Selain antibiotik, Kortikosteroid juga
diberikan untuk menekan reaksi inflamasi
sehingga mempercepat perbaikan klinis.
Steroid yang diberikan dapat berupa
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa
selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/
kgBB/hari dibagi dalam 3 x/hari selama 3

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
2. ARTRITIS, OSTEOARTRITIS

No. ICPC-2 : L91 Osteoarthrosis other


No. ICD-10 : M19.9 Osteoarthrosis other
Tingkat Kemampuan 3A

Penegakan Diagnosis (Assessment)


Masalah Kesehatan
Diagnosis Klinis
Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Pasien sering
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran
datang berobat pada saat sudah ada deformitas
klinis dan radiografi.
sendi yang bersifat permanen.
Diagnosis Banding
Hasil Anamnesis (Subjective)
Artritis Gout, Rhematoid Artritis
Keluhan
Komplikasi
1. Nyeri sendi Deformitas permanen
2. Hambatan gerakan sendi
3. Kaku pagi Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
4. Krepitasi Penatalaksanaan
5. Pembesaran sendi
6. Perubahan gaya berjalan
1. Pengelolaan OA berdasarkan atas
Faktor Risiko distribusinya (sendi mana yang terkena) dan
1. Usia > 60 tahun berat ringannya sendi yang terkena.
2. Wanita, usia >50 tahun atau menopouse 2. Pengobatan bertujuan untuk mencegah
3. Kegemukan/ obesitas progresifitas dan meringankan gejala yang
4. Pekerja berat dengen penggunaan satu dikeluhkan.
sendi terus menerus 3. Modifikasi gaya hidup, dengan cara:
a. Menurunkan berat badan
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang b. Melatih pasien untuk tetap
sederhana (Objective) menggunakan sendinya dan melindungi
sendi yang sakit
Pemeriksaan Fisik
4. Pengobatan Non Medikamentosa
Rehabilitasi Medik /Fisioterapi
Tanda Patognomonis
5. Pengobatan Medikamentosa
1. Hambatan gerak a. Analgesik topikal
2. Krepitasi b. NSAID (oral):
3. Pembengkakan sendi yang seringkali • non selective: COX1 (Diklofenak,
asimetris Ibuprofen, Piroksikam, Mefenamat,
4. Tanda-tanda peradangan sendi Metampiron)
5. Deformitas sendi yang permanen • selective: COX2 (Meloksikam)
6. Perubahan gaya berjalan Pemeriksaan
Kriteria Rujukan
Penunjang Radiografi
1. Bila ada komplikasi, termasuk komplikasi
terapi COX 1
2. Bila ada komorbiditas

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
3. Bila nyeri tidak dapat diatasi dengan obat- Prognosis
obatan Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa,
4. Bila curiga terdapat efusi sendi namun fungsi sering terganggu dan sering
Peralatan mengalami kekambuhan.
Referensi
Tidak terdapat peralatan khusus yang
digunakan mendiagnosis penyakit arthritis 1. Braunwald. Fauci. Hauser. Eds. Harrison’s
Principals of Internal Medicine. 17thEd. USA:
McGraw-Hill. 2008.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
: K86 Hypertension uncomplicated

: I10 Essential (primary) hypertension

Masalah Kesehatan 3. Jantung berdebar-debar


4. Pusing
Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang 5. Leher kaku
tidak diketahui penyababnya. Hipertensi menjadi 6. Penglihatan kabur
masalah karena meningkatnya prevalensi, masih 7. Rasa sakit di dada
banyak pasien yang belum mendapat
pengobatan, maupun yang telah mendapat Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman
terapi tetapi target tekanan darah belum kepala, mudah lelah dan impotensi.
tercapai serta adanya penyakit penyerta dan
Faktor Risiko
komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
Hasil Anamnesis (Subjective) 1. Umur
2. Jenis kelamin
Keluhan
3. Riwayat hipertensi dan penyakit
kardiovaskular dalam keluarga.
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan
bergejala. Keluhan hipertensi antara lain: Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

1. Sakit atau nyeri kepala 1. Riwayat pola makan (konsumsi garam


2. Gelisah berlebihan)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
2. Konsumsi alkohol berlebihan Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
3. Aktivitas fisik kurang
4. Kebiasaan merokok Penatalaksanaan
5. Obesitas Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol
6. Dislipidemia dengan perubahan gaya hidup dan terapi
7. Diabetus Melitus farmakologis.
8. Psikososial dan stres
Tabel 6.2 Modifikasi gaya hidup untuk
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang hipertensi
Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik

1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit


ringan-berat bila terjadi komplikasi
hipertensi ke organ lain.
2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria
JNC VII.
3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib
diperiksa status neurologis dan pemeriksaan
fisik jantung (tekanan vena jugular, batas
jantung, dan ronki).
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Urinalisis (proteinuria), tes Gambar 6.1 Algoritme tata laksana hipertensi
gula darah, profil lipid, ureum, kreatinin
2. X raythoraks
3. EKG
4. Funduskopi
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis


dan pemeriksaan fisik.
Tabel 6.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan
Joint National Committee VII (JNC VII)
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg

Pre-Hipertenal 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertenal stage-1 140-159 mmHg 80-99 mmHg

Hipertenal stage-2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg

Diagnosis Banding

White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan


intraserebral, Ensefalitis
240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
1. Hipertensi tanpa compelling indication c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada
a. Hipertensi stage1: dapat diberikan tidaknya kontraindikasi dari masing-
diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau masing antihipertensi diatas. Sebaiknya
pemberian penghambat ACE (captopril pilih obat hipertensi yang diminum
3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin long sekali sehari atau maksimum 2 kali
acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi. sehari.
b. Hipertensi stage2: Bila target terapi Bila target tidak tercapai maka dilakukan
tidak tercapai setelah observasi selama optimalisasi dosis atau ditambahkan obat
2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 lain sampai target tekanan darah tercapai
obat, biasanya golongan diuretik, tiazid
dan penghambat ACE atau penyekat Tabel 6.3 Obat yang direkomendasikan untuk
reseptor beta atau penghambat kalsium. hipertensi

2. Kondisi khusus lain


Komplikasi
a. Lanjut Usia
i. Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 1. Hipertrofi ventrikel kiri
12,5 mg/hari. 2. Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal
ii. Obat hipertensi lain 3. Aterosklerosis pembuluh darah
mempertimbangkan penyakit 4. Retinopati
penyerta. 5. Stroke atau TIA
b. Kehamilan 6. Gangguan jantung, misalnya infark miokard,
i Golongan metildopa, penyekat angina pektoris, serta gagal jantung
reseptor ß, antagonis kalsium,
vasodilator. Konseling dan Edukasi
ii. Penghambat ACE dan antagonis 1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah,
reseptor AII tidak boleh digunakan perbedaan antara obat-obatan yang harus
selama kehamilan. diminum untuk jangka panjang (misalnya
untuk mengontrol tekanan darah) dan
pemakaian jangka pendek untuk
menghilangkan gejala (misalnya untuk

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat,
dosis yang digunakan untuk tiap obat dan
berapa kali minum sehari.
2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan
pengobatan jangka panjang. Kontrol
pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau
1 bulan untuk mengoptimalkan hasil
pengobatan.
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang
pentingnya menjaga kecukupan pasokan
obat-obatan dan minum obat teratur seperti
yang disarankan meskipun tak ada gejala.
4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan
juga agar melakukan pengukuran kadar gula
darah, tekanan darah dan periksa urin secara
teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi
dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1
tahun sekali.
Kriteria Rujukan
1. Hipertensi dengan komplikasi
2. Resistensi hipertensi
3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan
tekanan darah sistole >180)
Peralatan
1. Laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
urinalisis dan glukosa
2. EKG
3. Radiologi (X ray thoraks)
Prognosis
Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol.
Referensi
1. Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku
Pedoman Pengendalian Hipertensi. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2013)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
: D07 Dyspepsia/indigestion

: K29.7 Gastritis, unspecified

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Masalah Kesehatan Sederhana (Objective)

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan Pemeriksaan Fisik Patognomonis


mukosa dan submukosa lambung sebagai
mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat 1. Nyeri tekan epigastrium dan bising usus
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses meningkat.
inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau 2. Bila terjadi proses inflamasi berat, dapat
lokal. ditemukan pendarahan saluran cerna berupa
Hasil Anamnesis (Subjective) hematemesis dan melena.

Keluhan 3. Biasanya pada pasien dengan gastritis


kronis, konjungtiva tampak anemis.
Pasien datang ke dokter karena rasa nyeri dan Pemeriksaan Penunjang
panas seperti terbakar pada perut bagian atas.
Tidak diperlukan, kecuali pada gastritis kronis
Keluhan mereda atau memburuk bila diikuti
dengan melakukan pemeriksaan:
dengan makan, mual, muntah dan kembung.
1. Darah rutin.
Faktor Risiko
2. Untuk mengetahui infeksi Helicobacter
1. Pola makan yang tidak baik: waktu makan
pylori: pemeriksaan Ureabreath test dan
terlambat, jenis makanan pedas, porsi
feses. Rontgen dengan barium enema
makan yang besar
2. Sering minum kopi dan teh 3. Endoskopi
3. Infeksi bakteri atau parasit
Penegakan Diagnosis (Assessment)
4. Pengunaan obat analgetik dan steroid
5. Usia lanjut Diagnosis Klinis
6. Alkoholisme
7. Stress Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
8. Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluks dan pemeriksaan fisik. Untuk diagnosis definitif
empedu, penyakit autoimun, HIV/AIDS, dilakukan pemeriksaan penunjang.
Chron disease

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Diagnosis Banding Konseling dan Edukasi
1. Kolesistitis Menginformasikan kepada pasien untuk
2. Kolelitiasis menghindari pemicu terjadinya keluhan, antara
3. Chron disease lain dengan makan tepat waktu, makan sering
4. Kanker lambung dengan porsi kecil dan hindari dari makanan yang
5. Gastroenteritis meningkatkan asam lambung atau perut kembung
6. Limfoma seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.
7. Ulkus peptikum Kriteria rujukan
8. Sarkoidosis
9. GERD 1. Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
2. Terjadi komplikasi.
Komplikasi 3. terdapat alarm symptoms
1. Pendarahan saluran cerna bagian atas Peralatan
2. Ulkus peptikum -
3. Perforasi lambung
4. Anemia Prognosis

Penatalaksanaan komprehensif (Plan) Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien


saat datang, komplikasi, dan pengobatannya.
Penatalaksanaan Umumnya prognosis gastritis adalah bonam,
namun dapat terjadi berulang bila pola hidup
Terapi diberikan per oral dengan obat, antara tidak berubah.
lain: H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/ kali,
Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 Referensi
mg/kali), PPI 2x/hari (Omeprazol 20 mg/kali, 1. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata,
Lansoprazol 30 mg/kali), serta Antasida dosis 3 x M.Setiati,S. eds. Buku ajar ilmu penyakit
500-1000 mg/hari. dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
(Sudoyo, et al., 2006)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
5. PIODERMA

No. ICPC-2 : S84 Impetigo


S76 Skin infection other
No. ICD-10 : L01 Impetigo
L02 Cutaneous abscess, furuncle and carbuncle L08.0
Pyoderma
Tingkat Kemampuan : Folikulitis superfisialis 4A, Furunkel, Furunkulosis dan Karbunkel 4A
Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) dan Impetigo bulosa 4A, Ektima
(impetigo ulseratif) 4A

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Masalah Kesehatan Sederhana (Objective)

Pioderma adalah infeksi kulit (epidermis, dermis Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang
dan subkutis) yang disebabkan oleh bakteri gram ditandai dengan papul eritema perifolikuler dan
positif dari golongan Stafilokokus dan rasa gatal atau perih.
Streptokokus. Pioderma merupakan penyakit
yang sering dijumpai. Di Bagian Ilmu Penyakit Furunkel adalah peradangan folikel rambut dan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran jaringan sekitarnya berupa papul, vesikel atau
Universitas Indonesia, insidennya menduduki pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya
peringkat ketiga, dan berhubungan erat dengan dan disertai rasa nyeri.
keadaaan sosial ekonomi. Penularannya melalui Furunkulosis adalah beberapa furunkel yang
kontak langsung dengan agen penyebab. tersebar.
Hasil Anamnesis (Subjective) Karbunkel adalah kumpulan dari beberapa
Keluhan furunkel, ditandai dengan beberapa furunkel
yang berkonfluensi membentuk nodus
Pasien datang mengeluh adanya koreng atau bersupurasi di beberapa puncak.
luka di kulit
Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah
1. Awalnya berbentuk seperti bintil kecil yang peradangan yang memberikan gambaran vesikel
gatal, dapat berisi cairan atau nanah dengan yang dengan cepat berubah menjadi pustul dan
dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan. pecah sehingga menjadi krusta kering
Keluhan ini dapat meluas menjadi bengkak kekuningan seperti madu. Predileksi spesifik lesi
disertai dengan rasa nyeri. terdapat di sekitar lubang hidung, mulut, telinga
atau anus.
2. Bintil kemudian pecah dan menjadi
keropeng/koreng yang mengering, keras dan Impetigo bulosa adalah peradangan yang
sangat lengket. memberikan gambaran vesikobulosa dengan lesi
bula hipopion (bula berisi pus).
Faktor risiko:
Ektima adalah peradangan yang menimbulkan
1. Higiene yang kurang baik
kehilangan jaringan dermis bagian atas (ulkus
2. Defisiensi gizi dangkal).
3. Imunodefisiensi (CD4 dan CD8 yang rendah)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Gambar 11.14 Furunkel tinggi, sakit kepala, mual muntah, dan nyeri
sendi. Pada pemeriksaan darah rutin dapat
dijumpai leukositosis 20.000/mm3 atau
lebih.
2. Selulitis adalah peradangan supuratif yang
menyerang subkutis, ditandai dengan
peradangan lokal, infiltrate eritema berbatas
tidak tegas, disertai dengan rasa nyeri tekan
dan gejala prodromal tersebut di atas.
3. Ulkus
4. Limfangitis
5. Limfadenitis supuratif
Gambar 11.15 Ektima 6. Bakteremia (sepsis)
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
1. Terapi suportif dengan menjaga higiene,
nutrisi TKTP dan stamina tubuh.
2. Farmakoterapi dilakukan dengan:
a. Topikal:
Bila banyak pus/krusta, dilakukan
kompres terbuka dengan permanganas
kalikus (PK) 1/5.000 atau yodium
Pemeriksaan Penunjang povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali.
Bila tidak tertutup pus atau krusta,
1. Pemeriksaan dari apusan cairan sekret dari diberikan salep atau krim asam fusidat
dasar lesi dengan pewarnaan Gram 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali
2. Pemeriksaan darah rutin kadang-kadang sehari selama 7-10 hari.
ditemukan leukositosis. b. Antibiotik oral dapat diberikan dari
Penegakan diagnostik (Assessment) salah satu golongan di bawah ini:
Penisilin yang resisten terhadap
Diagnosis Klinis penisilinase, seperti:
1. Folikulitis kloksasilin. Dosis dewasa: 3 x 250-
2. Furunkel 500 mg/hari, selama 5-7 hari, selama 5-
3. Furunkulosis 7 hari. Dosis anak: 50 mg/kgBB/hari
4. Karbunkel terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.
5. Impetigo bulosa dan krustosa Amoksisilin dengan asam klavulanat.
6. Ektima Dosis dewasa: 3 x 250-500 mg Dosis
anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3
Komplikasi
dosis, selama 5-7 hari
1. Erisipelas adalah peradangan epidermis dan Klindamisin 4 x 150 mg per hari, pada
dermis yang ditandai dengan infiltrat infeksi berat dosisnya 4 x 300- 450 mg
eritema, edema, berbatas tegas, dan disertai per hari.
dengan rasa panas dan nyeri. Onset
Eritromisin: dosis dewasa: 4 x 250-500
penyakit ini sering didahului dengan gejala
prodromal berupa menggigil, panas

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
mg/hari, anak: 20-50 mg/kgBB/hari Peralatan
terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari.
Peralatan laboratorium untuk pemeriksaan
Sefalosporin, misalnya sefadroksil darah rutin dan pemeriksaan Gram
dengan dosis 2 x 500 mg atau 2 x 1000
mg per hari. Prognosis
c. Insisi untuk karbunkel yang menjadi Apabila penyakit tanpa disertai komplikasi,
abses untuk membersihkan eksudat dan prognosis umumnya bonam, bila dengan
jaringan nekrotik. komplikasi, prognosis umumnya dubia ad bonam.
Konseling dan Edukasi Referensi
Edukasi pasien dan keluarga untuk pencegahan 1. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2013. Ilmu
penyakit dengan menjaga kebersihan diri dan Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam.
stamina tubuh. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Kriteria Rujukan Universitas Indonesia.

Pasien dirujuk apabila terjadi: 2. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2000.
Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical
1. Komplikasi mulai dari selulitis. Dermatology. 10th Ed. Canada. Saunders
2. Tidak sembuh dengan pengobatan selama Elsevier.
5-7 hari.
3. Terdapat penyakit sistemik (gangguan 3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
metabolik endokrin dan imunodefisiensi). Kelamin.2011.Pedoman Pelayanan Medik.
Jakarta

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
6. GASTROENTERITIS (KOLERA DAN GIARDIASIS)

No. ICPC-2 : D73 Gastroenteritis presumed infection


No. ICD-10 : A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infection origin
Tingkat Kemampuan 4A

Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan


Masalah Kesehatan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau
volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa diare disertai demam maka diduga erat terjadi
lambung dan usus halus yang ditandai dengan infeksi.
diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
waktu 24 jam. Apabila diare > 30 hari disebut Bila terjadinya diare didahului oleh makan atau
kronis. WHO (World Health Organization) minum dari sumber yang kurang higienenya, GE
mendefinisikan diare akut sebagai diare yang dapat disebabkan oleh infeksi. Riwayat
biasanya berlangsung selama 3-7 hari tetapi bepergian ke daerah dengan wabah diare,
dapat pula berlangsung sampai 14 hari. Diare riwayat intoleransi laktosa (terutama pada bayi),
persisten adalah episode diare yang diperkirakan konsumsi makanan iritatif, minum jamu, diet
penyebabnya adalah infeksi dan mulainya cola, atau makan obat-obatan seperti laksatif,
sebagai diare akut tetapi berakhir lebih dari 14 magnesium hidroklorida, magnesium sitrat, obat
hari, serta kondisi ini menyebabkan malnutrisi jantung quinidine, obat gout (kolkisin), diuretika
dan berisiko tinggi menyebabkan kematian (furosemid, tiazid), toksin (arsenik, organofosfat),
insektisida, kafein, metil xantine, agen endokrin
Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak- (preparat pengantian tiroid), misoprostol,
anak karena daya tahan tubuh yang belum mesalamin, antikolinesterase dan obat-obat diet
optimal. Diare merupakan salah satu penyebab perlu diketahui.
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
pada anak di bawah umur lima tahun di seluruh Selain itu, kondisi imunokompromais (HIV/AIDS)
dunia, yaitu mencapai 1 milyar kesakitan dan dan demam tifoid perlu diidentifikasi.
3 juta kematian per tahun. Penyebab Pada pasien anak ditanyakan secara jelas gejala
gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, diare:
keracunan atau alergi makanan dan psikologis
penderita. 1. Perjalanan penyakit diare yaitu lamanya
diare berlangsung, kapan diare muncul (saat
Infeksi yang menyebabkan GE akibat Entamoeba neonatus, bayi, atau anak-anak) untuk
histolytica disebut disentri, bila disebabkan oleh mengetahui, apakah termasuk diare
Giardia lamblia disebut giardiasis, sedangkan bila kongenital atau didapat, frekuensi BAB,
disebabkan oleh Vibrio cholera disebut kolera. konsistensi dari feses, ada tidaknya darah
Hasil Anamnesis (Subjective) dalam tinja
2. Mencari faktor-faktor risiko penyebab diare
Keluhan 3. Gejala penyerta: sakit perut, kembung,
banyak gas, gagal tumbuh.
Pasien datang ke dokter karena buang air besar 4. Riwayat bepergian, tinggal di tempat
(BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah penitipan anak merupakan risiko untukdiare
atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih infeksi.
dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak
nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan
muntah serta tenesmus.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Faktor Risiko lainnya: ubun- ubun besar cekung atau tidak,
mata: cekung atau tidak, ada atau tidaknya
1. Higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kurang. kering atau basah.
2. Riwayat intoleransi laktosa, riwayat alergi 3. Pernapasan yang cepat indikasi adanya
obat.
asidosis metabolik.
3. Infeksi HIV atau infeksi menular seksual. 4. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang terdapat hipokalemia.
sederhana (Objective) 5. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan
Pemeriksaan Fisik derajat dehidrasi yang terjadi.
6. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi
1. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu
badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dengan membandingkan berat badan
dan pernapasan serta tekanan darah. sebelum dan selama diare. Subyektif dengan
2. Mencari tanda-tanda utama dehidrasi: menggunakan kriteria. Pada anak
kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit menggunakan kriteria WHO 1995.
abdomen dan tanda-tanda tambahan

Tabel 3.3 Pemeriksaan derajat dehidrasi

Derajat Dehidrasi Ringan


Minimal (<3% dari berat Berat (>9% dari berat
Gejala sampai sedang (3-9%
badan) badan)
dari berat badan)
Status mental Baik, sadar penuh Normal, lemas, atau Apatis, letargi, tidak sadar
gelisah, iritabel
Rasa haus Minum normal, mungkin Sangat haus, sangat ingin Tidak dapat minum
menolak minum minum
Denyut jantung Normal Normal sampai Takikardi, pada kasus
meningkat berat bradikardi
Kualitas denyut Normal Normal sampai menurun Lemah atau tidak teraba
nadi
Pernapasan Normal Normal cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Pecah-pecah
Turgor kulit Baik <2 detik >2 detik
Isian Kapiler Normal Memanjang memanjang, minimal
Ekstrimitas Hangat Dingin Dingin
Output urin Normal sampai menurun Dingin menurun Minimal

Metode Pierce
Dehidrasi ringan= 5% x Berat badan (kg)
Dehidrasi sedang= 8% x Berat badan (kg)
Dehidrasi berat= 10% x Berat badan (kg)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Tabel 3.4 Skor penilaian klinis dehidrasi

Klinis
Rasa baqusl muntah
Tekanan Darah sistolik 60 -90 mmHg
T ekanan darah sistolik <60 mm}-lg
Frekuensi nadi > 120 x/mcnit
Kesadaran apati
Kesadaran somnolen, spoor atau koma.
Frekuensi napas > 30x/ menit
Facics Cholerica
Vox Cholerica
Turgor lculjt menurun
Washer woman’s hand
Ekstremitas dingin
Sianosis
Umur 50 - 60 tahun
Umur > 60 lahun

Tabel 3.5. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Penilaian A B C

Lihat :

Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai, atau tidak
sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, *Haus, ingin minum *Malas minum atau tidak
tidak haus banyak bisa minum

Periksa turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang

Bila ada 1 tanda (8) Bila ada 1 tanda (8)


ditambah 1 atau lebih ditambah 1 atau lebih tanda
tanda lain lain

Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Penegakan Diagnosis (Assessment) Obat antidiare, antara lain:
Diagnosis Klinis 1. Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur
opium.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis 2. Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada
(BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan pasien dengan disentri yang disertai demam,
pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda dan penggunaannya harus dihentikan
hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). apabila diare semakin berat walaupun
Untuk diagnosis defenitif dilakukan pemeriksaan diberikan terapi.
penunjang. 3. Bismut subsalisilat, hati-hati pada pasien
immunokompromais, seperti HIV, karena
Diagnosis Banding dapat meningkatkan risiko terjadinya
bismuth encephalopathy.
Demam tifoid, Kriptosporidia (pada penderita
4. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4x2
HIV), Kolitis pseudomembran
tablet/ hari atau
Komplikasi 5. smectite 3x1 sachet diberikan tiap BAB encer
sampai diare stop.
Syok hipovolemik 6. Obat antisekretorik atau anti enkefalinase:
Penatalaksanaan komprehensif (Plan) Racecadotril 3x1

Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa Antimikroba, antara lain:

Pada umumnya diare akut bersifat ringan dan 1. Golongan kuinolonyaitu Siprofloksasin 2 x
sembuh cepat dengan sendirinya melalui 500 mg/hari selama 5-7 hari, atau
rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang 2. Trimetroprim/Sulfametoksazol 160 / 800 2x
diperlukan evaluasi lebih lanjut. 1 tablet/hari.
Terapi dapat diberikan dengan 3. Apabila diare diduga disebabkan oleh
1. Memberikan cairan dan diet adekuat Giardia, Metronidazol dapat digunakan
a. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan dengan dosis 3x500 mg/ hari selama 7 hari.
cairan yang adekuat untuk rehidrasi.
4. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi
b. Hindari susu sapi karena terdapat
disesuaikan dengan etiologi.
defisiensi laktase transien.
c. Hindari juga minuman yang Apabila terjadi dehidrasi, setelah ditentukan
mengandung alkohol atau kafein, karena derajat dehidrasinya, pasien ditangani dengan
dapat meningkatkan motilitas dan langkah sebagai berikut:
sekresi usus.
d. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya 1. Menentukan jenis cairan yang akan
yang tidak mengandung gas, dan mudah digunakan
dicerna. Pada diare akut awal yang ringan, tersedia
2. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat cairan oralit yang hipotonik dengan
diberikan obat antidiare untuk mengurangi komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 gr
gejala dan antimikroba untuk terapi definitif. Natrium bikarbonat dan 1,5 KCl setiap liter.
Pemberian terapi antimikroba empirik Cairan ini diberikan secara oral atau lewat
diindikasikan pada pasien yang diduga selang nasogastrik. Cairan lain adalah cairan
mengalami infeksi bakteri invasif, traveller’s ringer laktat dan NaCl 0,9% yang diberikan
diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba: secara intravena.
pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik 2. Menentukan jumlah cairan yang akan
atau antiparasit, atau antijamur tergantung diberikan
penyebabnya.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Prinsip dalam menentukan jumlah cairan 5. Tidak ada infus set serta cairan infus di
inisial yang dibutuhkan adalah: BJ plasma fasilitas pelayanan
dengan rumus:
Penatalaksanaan pada Pasien Anak
3. Menentukan jadwal pemberian cairan:
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana
inisial): jumlah total kebutuhan cairan diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima
menurut BJ plasma atau skor Daldiyono Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh
diberikan langsung dalam 2 jam ini agar Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
tercapai rehidrasi optimal secepat rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-
mungkin. satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap ke- memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
2) pemberian diberikan berdasarkan penyembuhan/menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
kehilangan selama 2 jam pemberian
menjadi cara untuk mengobati diare.
cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila
tidak ada syok atauskor Daldiyono Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
kurang dari 3 dapat diganti cairan per
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas
oral.
rendah
c. Jam berikutnya pemberian cairan
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat
diberikan berdasarkan kehilangan cairan dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
melalui tinja dan insensible water loss. memberikan oralit osmolaritas rendah, dan
Kondisi yang memerlukan evaluasi lebih bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti larutan air garam. Oralit saat
lanjut pada diare akut apabila ditemukan:
ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
1. Diare memburuk atau menetap setelah 7 baru dengan osmolaritas yang rendah, yang
hari, feses harus dianalisa lebih lanjut dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
2. Pasien dengan tanda-tanda toksik (dehidrasi, Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi
disentri, demam ≥ 38,5oC, nyeri abdomen penderita diare untuk mengganti cairan yang
yang berat pada pasien usia di atas 50 tahun hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
3. Pasien usia lanjut mendapat pertolongan cairan melalui infus.
4. Muntah yang persisten Pemberian oralit didasarkan pada derajat
5. Perubahan status mental seperti lethargi, dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
apatis, irritable a. Diare tanpa dehidrasi
6. Terjadinya outbreak pada komunitas • Umur < 1 tahun: ¼-½ gelas setiap
7. Pada pasien yang immunokompromais. kali anak mencret (50–100 ml)
• Umur 1-4 tahun: ½-1 gelas setiap kali
Konseling dan Edukasi
anak mencret (100–200 ml)
Pada kondisi yang ringan, diberikan edukasi • Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas
kepada keluarga untuk membantu asupan setiap kali anak mencret (200– 300
cairan. Edukasi juga diberikan untuk mencegah ml)
terjadinya GE dan mencegah penularannya. b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam
Kriteria Rujukan pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit
1. Tanda dehidrasi berat seperti diare tanpa dehidrasi.
2. Terjadi penurunan kesadaran c. Diare dengan dehidrasi berat
3. Nyeri perut yang signifikan
Penderita diare yang tidak dapat minum
4. Pasien tidak dapat minum oralit
harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk
diinfus.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Tabel 3.6 Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

Jumlah oralit yang diberikan tiap


Umur Jumlah oralit yang disediakan di rumah
BAB
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

Untuk anak dibawah umur 2 tahun


cairan harus diberikan dengan sendok terutama pada anak agar tetap kuat dan
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
menit. Pemberian dengan botol tidak badan. Anak yang masih minum ASI harus
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar lebih sering diberi ASI. Anak yang minum
dapat minum langsung dari gelas. Bila susu formula juga diberikan lebih sering dari
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 biasanya. Anak usia
menit kemudian mulai lagi perlahan- 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 mendapatkan makanan padat harus
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan diberikan makanan yang mudah dicerna dan
sampai dengan diare berhenti. diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut sering. Setelah diare berhenti, pemberian
Pemberian zinc selama diare terbukti makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
mampu mengurangi lama dan tingkat untuk membantu pemulihan beratbadan
keparahan diare, mengurangi frekuensi
buang air besar, mengurangi volume tinja, 4. Antibiotik Selektif
serta menurunkan kekambuhan kejadian Antibiotika tidak boleh digunakan secara
diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan rutin karena kecilnya kejadian diare pada
bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc balita yang disebabkan oleh bakteri.
segera saat anak mengalami diare. Antibiotika hanya bermanfaat pada
Dosis pemberian Zinc pada balita: penderita diare dengan darah (sebagian
besar karena Shigellosis) dan suspek kolera
• Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
selama 10 hari. Obat-obatan anti diare juga tidak boleh
• Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari diberikan pada anak yang menderita diare
selama 10 hari. karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti
muntah tidak dianjurkan kecuali muntah
Zinc tetap diberikan selama 10 hari berat. Obat-obatan ini tidak mencegah
walaupun diare sudah berhenti. dehidrasi ataupun meningkatkan
status gizi anak, bahkan sebagian besar
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet
menimbulkan efek samping yang berbahaya
dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
sesudah larut berikan pada anak diare.
digunakan bila terbukti diare disebabkan
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan oleh parasit (amuba, giardia).
Pemberian makanan selama diare bertujuan 5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
untuk memberikan gizi pada penderita
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
dengan balita harus diberi nasehat tentang: Referensi
a. Cara memberikan cairan dan obat di 1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman
rumah pemberantasan penyakit diare. Jakarta:
Ditjen PPM dan PL. (Kementerian Kesehatan
b. Kapan harus membawa kembali balita Republik Indonesia, 2009)
ke petugas kesehatan bila :
2. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan
• Diare lebih sering sosialisasi tatalaksana diare pada balita.
• Muntah berulang Jakarta: Ditjen PP dan PL (Kementerian
• Sangat haus Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
• Makan/minum sedikit 3. Simadibrata, M. D. Diare akut. In: Sudoyo,
• Timbul demam A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M.D.
• Tinja berdarah Setiati, S. Eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
• Tidak membaik dalam 3 hari. 5th Ed. Vol. I. Jakarta: Pusat Penerbitan
Konseling dan Edukasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana 2009: p. 548-556.
Diare Departemen 4. Makmun, D. Simadibrata, M.D. Abdullah,
M. Syam, A.F. Fauzi, A. Konsensus
Kesehatan RI (2006) adalah sebagai berikut: Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di
1. Pemberian ASI Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
2. Pemberian makanan pendamping ASI Gastroenterologi Indonesia. 2009.
3. Menggunakan air bersih yang cukup 5. Setiawan, B. Diare akut karena Infeksi. In:
4. Mencuci tangan Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I.
5. Menggunakan jamban Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku ajar ilmu
6. Membuang tinja bayi dengan benar penyakit dalam. 4thEd. Vol. III. Jakarta: Pusat
7. Pemberian imunisasi campak Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. 2006: p. 1794-1798.
Kriteria Rujukan 6. Sansonetti, P. Bergounioux, J. Shigellosis. In:
Kasper. Braunwald. Fauci. et al. Harrison’s
1. Anak diare dengan dehidrasi berat dan tidak
Principles of Internal Medicine.Vol II. 17thEd.
ada fasilitas rawat inap dan pemasangan
McGraw-Hill. 2009: p. 962-964. (Braunwald,
intravena.
et al., 2009)
2. Jika rehidrasi tidak dapat dilakukan atau
7. Reed, S.L. Amoebiasis dan Infection with
tercapai dalam 3 jam pertama penanganan.
Free Living Amoebas. In: Kasper. Braunwald.
3. Anak dengan diare persisten Fauci. et al. Harrison’s Principles of Internal
4. Anak dengan syok hipovolemik Medicine.Vol I. 17thEd. McGraw-Hill. 2009: p.
Peralatan 1275-1280.

Infus set, cairan intravena, peralatan


laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin,
feses dan WIDAL
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien
saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan
pengobatannya, sehingga umumnya prognosis
adalah dubia ad bonam. Bila kondisi saat datang
dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi
dubia ad malam.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
7. MIGREN

: N89 Migraine

: G43.9 Migraine, unspecified

Masalah Kesehatan
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Migren adalah suatu istilah yang digunakan 5. Mual dengan atau tanpa muntah.
untuk nyeri kepala primer dengan kualitas 6. Fotofobia atau fonofobia.
vaskular (berdenyut), diawali unilateral yang 7. Sakit kepalanya mereda secara bertahap
diikuti oleh mual, fotofobia, fonofobia, gangguan pada siang hari dan setelah bangun tidur,
tidur dan depresi. Serangan seringkali berulang kebanyakan pasien melaporkan merasa
dan cenderung tidak akan bertambah parah lelah dan lemah setelah serangan.
setelah bertahun-tahun. Migren bila tidak 8. Sekitar 60 % penderita melaporkan gejala
diterapi akan berlangsung antara 4-72 jam dan prodormal, seringkali terjadi beberapa jam
yang klasik terdiri atas 4 fase yaitu fase atau beberapa hari sebelum onset dimulai.
prodromal (kurang lebih 25 % kasus), fase aura Pasien melaporkan perubahan mood dan
(kurang lebih 15% kasus), fase nyeri kepala dan tingkah laku dan bisa juga gejala psikologis,
fase postdromal. neurologis atau otonom.

Pada wanita migren lebih banyak ditemukan Faktor Predisposisi


dibanding pria dengan skala 2:1. Wanita hamil
1. Menstruasi biasa pada hari pertama
tidak luput dari serangan migren, pada umumnya
menstruasi atau sebelumnya/ perubahan
serangan muncul pada kehamilan trimester I.
hormonal.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti 2. Puasa dan terlambat makan
faktor penyebab migren, diduga sebagai 3. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju
gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas dan buah-buahan.
sistem saraf dan avikasi sistem trigeminal- 4. Cahaya kilat atau berkelip.
vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri 5. Banyak tidur atau kurang tidur
kepala primer. 6. Faktor herediter
7. Faktor kepribadian
Hasil Anamnesis (Subjective)
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang
Keluhan sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Suatu serangan migren dapat menyebabkan
sebagian atau seluruh tanda dan gejala, sebagai Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal,
berikut: pemeriksaan neurologis normal. Temuan-
1. Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan temuan yang abnormal menunjukkan sebab-
penderita migren merasakan nyeri hanya sebab sekunder, yang memerlukan pendekatan
pada satu sisi kepala, namun sebagian diagnostik dan terapi yang berbeda.
merasakan nyeri pada kedua sisi kepala. Pemeriksaan Penunjang
2. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-
tusuk. 1. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan,
3. Rasa nyerinya semakin parah dengan pemeriksaan ini dilakukan jika ditemukan
aktivitas fisik. hal-hal, sebagai berikut:
4. Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga a. Kelainan-kelainan struktural, metabolik

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
dan penyebab lain yang dapat menyerupai Cluster- type hedache (nyeri kepala kluster)
gejala migren.
b. Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit Komplikasi
penyerta yang dapat menyebabkan 1. Stroke iskemik dapat terjadi sebagai
komplikasi. komplikasi yang jarang namun sangat serius
c. Menentukan dasar pengobatan dan untuk dari migren. Hal ini dipengaruhi oleh faktor
menyingkirkan kontraindikasi obat-obatan risiko seperti aura, jenis kelamin wanita,
yang diberikan. merokok, penggunaan hormon estrogen.
2. Pencitraan (dilakukan di rumah sakit 2. Pada migren komplikata dapat menyebabkan
rujukan). hemiparesis.
3. Neuroimaging diindikasikan pada hal-hal,
sebagai berikut: Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
a. Sakit kepala yang pertama atau yang Penatalaksanaan
terparah seumur hidup penderita.
b. Perubahan pada frekuensi keparahan atau 1. Pada saat serangan pasien dianjurkan untuk
gambaran klinis pada migren. menghindari stimulasi sensoris berlebihan.
c. Pemeriksaan neurologis yang abnormal. 2. Bila memungkinkan beristirahat di tempat
d. Sakit kepala yang progresif atau persisten. gelap dan tenang dengan dikompres dingin.
e. Gejala-gejala neurologis yang tidak a. Perubahan pola hidup dapat mengurangi
memenuhi kriteria migren dengan aura atau jumlah dan tingkat keparahan migren,
hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan baik pada pasien yang menggunakan
lebih lanjut. obat- obat preventif atau tidak.
f. Defisit neurologis yang persisten. b. Menghindari pemicu, jika makanan
g. Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama tertentu menyebabkan sakit kepala,
dan berkaitan dengan gejala-gejala hindarilah dan makan makanan yang
neurologis yang kontralateral. lain. Jika ada aroma tertentu yang dapat
h. Respon yang tidak adekuat terhadap terapi memicu maka harus dihindari. Secara
rutin. umum pola tidur yang reguler dan pola
i. Gejala klinis yang tidak biasa. makan yang reguler dapat cukup
membantu.
Penegakan Diagnostik (Assessment) c. Berolahraga secara teratur, olahraga
Diagnosis Klinis aerobik secara teratur mengurangi
tekanan dan dapat mencegah migren.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, d. Mengurangi efek estrogen, pada wanita
gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan dengan migren dimana estrogen
neurologis. menjadi pemicunya atau menyebabkan
Kriteria Migren : gejala menjadi lebih parah, atau orang
dengan riwayat keluarga memiliki
Nyeri kepala episodik dalam waktu 4-72 jam tekanan darah tinggi atau stroke
dengan gejala dua dari nyeri kepala unilateral, sebaiknya mengurangi obat- obatan
berdenyut, bertambah berat dengan gerakan, yang mengandung estrogen.
intensitas sedang sampai berat ditambah satu e. Berhenti merokok, merokok dapat
dari mual atau muntah, fonofobia atau fotofobia. memicu sakit kepala atau membuat sakit
kepala menjadi lebih parah (dimasukkan
Diagnosis Banding
di konseling).
Arteriovenous Malformations, Atypical Facial f. Penggunaan headache diary untuk
Pain, Cerebral Aneurysms, Childhood Migraine mencatat frekuensi sakit kepala.
Variants, Chronic Paroxysmal Hemicrania,

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
g. Pendekatan terapi untuk migren antiemetik dapat diberikan saat serangan
melibatkan pengobatan akut nyeri kepala atau bahkan lebih awal yaitu
h. (abortif) dan preventif (profilaksis). pada saat fase prodromal.
3. Pengobatan Abortif: Melihat kembali
rujukan yang ada . 4. Pengobatan preventif:
a. Analgesik spesifik adalah analgesik yang Pengobatan preventif harus selalu diminum
hanya bekerja sebagai analgesik nyeri tanpa melihat adanya serangan atau tidak.
kepala. Lebih bermanfaat untuk kasus Pengobatan dapat diberikan dalam jangka
yang berat atau respon buruk dengan waktu episodik, jangka pendek (subakut),
NSAID. Contoh: Ergotamin, atau jangka panjang (kronis). Pada serangan
Dihydroergotamin, dan golongan Triptan episodik diberikan bila faktor pencetus
yang merupakan agonis selektif reseptor dikenal dengan baik, sehingga dapat
serotonin pada 5-HT1. diberikan analgesik sebelumnya. Terapi
b. Ergotamin dan DHE diberikan pada preventif jangka pendek diberikan apabila
migren sedang sampai berat apabila pasien akan terkena faktor risiko yang telah
analgesik non spesifik kurang terlihat dikenal dalam jangka waktu tertentu,
hasilnya atau memberi efek samping. misalnya migren menstrual. Terapi preventif
Kombinasi ergotamin dengan kafein kronis diberikan dalam beberapa bulan
bertujuan untuk menambah absorpsi bahkan tahun tergantung respon pasien.
ergotamin sebagai analgesik. Hindari
pada kehamilan, hipertensi tidak Farmakoterapi pencegahan migren
terkendali, penyakit serebrovaskuler
Tabel 8.3. Farmakoterapi pencegah migren
serta gagal ginjal.
c. Sumatriptan dapat meredakan nyeri,
mual, fotobia dan fonofobia. Obat ini
diberikan pada migren berat atau yang
tidak memberikan respon terhadap
analgesik non spesifik. Dosis awal 50
mg dengan dosis maksimal 200 mg
dalam 24 jam.
d. Analgesik non spesifik yaitu analgesik
yang dapat diberikan pada nyeri lain
selain nyeri kepala, dapat menolong
pada migren intensitas nyeri ringan
sampai sedang.
Komplikasi
Tabel 8.2. Regimen analgesik untuk migren
1. Obat-obat NSAID seperti Ibuprofen dan
Aspirin dapat menyebabkan efek samping
seperti nyeri abdominal, perdarahan dan
ulkus, terutama jika digunakan dalam dosis
besar dan jangka waktu yang lama.
2. Penggunaan obat-obatan abortif lebih dari
dua atau tiga kali seminggu dengan jumlah
Respon terapi dalam 2 jam (nyeri kepala
yang besar, dapat menyebabkan komplikasi
residual ringan atau hilang dalam 2 jam)
serius yang dinamakan rebound.
Domperidon atau Metoklopropamid sebagai

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Konseling dan Edukasi Prognosis
1. Pasien dan keluarga dapat berusaha Prognosis pada umumnya bonam, namun quo ad
mengontrol serangan. sanationam adalah dubia karena sering terjadi
berulang.
2. Keluarga menasehati pasien untuk
beristirahat dan menghindari pemicu, serta Referensi
berolahraga secara teratur.
1. Sadeli H. A. Penatalaksanaan Terkini Nyeri
3. Keluarga menasehati pasien jika merokok Kepala Migrain. Dalam Kumpulan Makalah
untuk berhenti merokok karena merokok Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan
dapat memicu sakit kepala atau membuat Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga
sakit kepala menjadi lebih parah. University Press. Surabaya.2006.
2. Purnomo H. Migrainous Vertigo. Dalam
Kriteria Rujukan Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah
Pasien perlu dirujuk jika migren terus berlanjut Nasional II Perhimpunan Dokter Spesialis
dan tidak hilang dengan pengobatan analgesik Saraf Indonesia. Airlangga University Press.
non-spesifik. Pasien dirujuk ke layanan sekunder Surabaya.2006. (Purnomo,2006)
(dokter spesialis saraf). 3. Migraine Available at: www.mayoclinic/
disease&condition/topic/migraine.htm
Peralatan
1. Alat pemeriksaan neurologis
2. Obat antimigren

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
: T90 Diabetes non-insulin dependent

: E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus

1. Polifagia
2. Poliuri
Masalah Kesehatan 3. Polidipsi
4. Penurunan berat badan yang tidak jelas
Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American
sebabnya
Diabetes Association (ADA) adalah kumulan
gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat Keluhan tidak khas
defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau kedua-duanya. Berdasarkan 1. Lemah
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, 2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung
terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi ekstremitas)
2,1% (2013). Proporsi penduduk ≥15 tahun 3. Gatal
dengan diabetes mellitus (DM) adalah 6,9%. 4. Mata kabur
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang 5. Disfungsi ereksi pada pria
DM tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 6. Pruritus vulvae pada wanita
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 7. Luka yang sulit sembuh
Senada dengan WHO, International Diabetes Faktor risiko
Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta 1. Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/
pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun m2)
2030. Meskipun terdapat perbedaan angka 2. Riwayat penyakit DM di keluarga
prevalensi, laporan keduanya menunjukkan 3. Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg
adanya peningkatan jumlah penyandang DM atau sedang dalam terapi hipertensi)
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. 4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000
gram atau pernah didiagnosis DM
Hasil Anamnesis (Subjective) Gestasional Perempuan dengan riwayat
Keluhan PCOS (polycistic ovary syndrome)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
5. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa 2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan
Terganggu)/TGT (Toleransi Glukosa TTGO kadar glukosa plasma 140–199 mg/dl
Terganggu) pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
6. Aktifitas jasmani yang kurang (7,8 -11,1 mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang
sederhana (Objective) Komplikasi
1. Akut: Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar
Pemeriksaan Fisik
non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik: Makroangiopati, Pembuluh darah
1. Penilaian berat badan
jantung, Pembuluh darah perifer, Pembuluh
2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
darah otak
3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan
3. Mikroangiopati: Pembuluh darah kapiler
mikrofilamen
retina, pembuluh darah kapiler renal
Pemeriksaan Penunjang 4. Neuropati
1. Gula Darah Puasa 5. Gabungan: Kardiomiopati, rentan infeksi,
2. Gula Darah 2 jam Post Prandial kaki diabetik, disfungsi ereksi
3. Urinalisis Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
Penegakan Diagnosis (Assessment) Penatalaksanaan
Diagnosis Klinis
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi modifikasi gaya hidup dan pengobatan
glukosa: (algoritma pengelolaan DM tipe 2)
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, Gambar 12.1 Algoritme Diagnosis Diabetes
polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 Mellitus Tipe 2
mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma
puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien
tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya
8 jam ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes
toleransi glukosa oral (TTGO)> 200 mg/ dL
(11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa
anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi
kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan
ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT)
tergantung dari hasil yang diperoleh
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara
100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Gambar 12.2 Algoritma pengelolaan Diabetes Rencana Tindak Lanjut
Melitus tipe 2 tanpa komplikasi
Tindak lanjut adalah untuk pengendalian
kasus DM berdasarkan parameter berikut:
Table 12.2 Kriteria pengendalian DM
(berdasarkan konsensusDM)

Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral


(OHO) dan insulin bersifat individual tergantung Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil
kondisi pasien dan sebaiknya mengkombinasi pemeriksaan plasma vena.
obat dengan cara kerja yang berbeda.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari
Dosis OHO darah kapiler darah utuh dan plasma vena

Cara Pemberian OHO, terdiri dari: Konseling dan Edukasi


1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan Edukasi meliputi pemahaman tentang:
ditingkatkan secara bertahap sesuai respon
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh
kadar glukosa darah, dapat diberikansampai
tetapi dapat dikontrol
dosis optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan. 2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah penderita misalnya olahraga, menghindari
makan. rokok, dan menjaga pola makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose):
bersama makan suapanpertama. 3. Pemberian obat jangka panjang dengan
kontrol teratur setiap 2 minggu
Penunjang Penunjang
Perencanaan Makan
1. Urinalisis
2. Funduskopi Standar yang dianjurkan adalah makanan
3. Pemeriksaan fungsi ginjal dengan komposisi:
4. EKG 1. Karbohidrat 45 – 65 %
5. Xray thoraks 2. Protein 15 – 20 %

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
3. Lemak 20 – 25 % sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan
kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun,
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < harus tetap dilakukan.
300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Kriteria Rujukan
Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA
(Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi
jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, berikut:
diutamakan serat larut. 1. DM tipe 2 dengan komplikasi
Jumlah kalori basal per hari: 2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
1. Laki-laki: 30 kal/kg BB idaman
2. Wanita: 25 kal/kg BB idaman Peralatan

Rumus Broca:* 1. Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah,


darah rutin, urin rutin, ureum, kreatinin
Berat badan idaman = ( TB – 100 ) – 10 % 2. Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak
serta dewasa
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak
3. Monofilamen test
dikurangi 10 % lagi.
Prognosis
BB kurang : < 90 % BB idaman
BB normal : 90 – 110 % BB idaman Prognosis umumnya adalah dubia. Karena
BB lebih : 110 – 120 % BB idaman penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad vitam
Gemuk : >120 % BB idaman umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo
Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari): ad fungsionam dan sanationamnya adalah dubia
ad malam.
1. Status gizi:
Referensi
a. BB gemuk - 20 %

b. BB lebih - 10 % 1. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I.


c. BB kurang + 20 % Simadibrata, M. Setiati, S.Eds.Buku ajar ilmu

2. Umur > 40 tahun : -5% penyakit dalam. Ed 4. Vol. III. Jakarta:


Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
3. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): Dalam FKUI; 2006.
+ (10 s/d 30 %)
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
4. Aktifitas: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
a. Ringan + 10 % Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.
b. Sedang + 20 % (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
c. Berat + 30 % 2006)

5. Hamil: 3. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas


FKUI dan Persadia. Penatalaksanaan
a. trimester I, II + 300 kal Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2,
b. trimester III / laktasi + 500 kal 2012. (Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas Indonesia FKUI,2012)
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur
(3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30-60
menit minimal 150 menit/minggu intensitas

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
9. DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE

No. ICPC-2 : A77 Viral disease other/NOS No. ICD-10


: A90 Dengue fever
A91 Dengue haemorrhagic fever
Tingkat Kemampuan 4A

atau di bawah tulang iga)


Masalah Kesehatan 5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal,
seperti: nyeri menelan, batuk, pilek.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih 6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah,
menjadi salah satu masalah kesehatan gelisah, atau mengalami penurunan
masyarakat di Indonesia. Tingkat insiden kesadaran.
penyakit DBD Indonesia merupakan yang 7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat
tertinggi diantara negara-negara Asia Tenggara. menimbulkan kejang.
Sepanjang tahun 2013, Kementerian Kesehatan
mencatat terdapat 103.649 penderita dengan Faktor Risiko
angka kematian mencapai 754 orang. 1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
Keterlibatan dokter di fasilitas pelayanan misalnya: timbunan sampah, timbunan
kesehatan tingkat pertama sangat dibutuhkan barang bekas, genangan air yang seringkali
untuk menekan tingkat kejadian maupun disertai di tempat tinggal pasien sehari-hari.
mortalitas DBD. 2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada
Hasil Anamnesis (Subjective) genangan air di tempat tinggal pasien sehari-
hari.
Keluhan 3. Adanya penderita demam berdarah dengue
(DBD) di sekitar pasien.
1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang
selama 2 – 7 hari. sederhana (Objective)
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-
bintik merah di kulit, mimisan, gusi Pemeriksaan Fisik
berdarah, muntah berdarah, atau buang air
besar berdarah. Tanda patognomonik untuk demam dengue
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri 1. Suhu > 37,5 derajat celcius
retroorbital. 2. Ptekie, ekimosis, purpura
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual,
muntah, nyeri perut (biasanya di ulu hati

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
3. Perdarahan mukosa 5. Leukopenia < 4.000/mm3
4. Rumple Leed (+) 6. Trombositopenia < 100.000/mm3
Tanda Patognomonis untuk demam berdarah Apabila ditemukan gejala demam ditambah
dengue dengan adanya dua atau lebih tanda dan gejala
lain, diagnosis klinis demam dengue dapat
1. Suhu > 37,5 derajat celcius ditegakkan.
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali 1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak,
6. Splenomegali tinggi, terus-menerus (kontinua)
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran 2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang
plasma, diperiksa tanda- tanda efusi pleura spontan seperti petekie, purpura, ekimosis,
dan asites. epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis
8. Hematemesis atau melena dan atau melena; maupun berupa uji
Tourniquette yang positif
Pemeriksaan Penunjang : 3. Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri
1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan: retroorbital
a. Trombositopenia (≤ 100.000/µL). 4. Adanya kasus demam berdarah dengue baik
b. Kebocoran plasma yang ditandai di lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar
dengan: rumah
• peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% a. Hepatomegali
dari nilai standar data b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai
• populasi menurut umur dengan salah satu:
• Ditemukan adanya efusi pleura, • Peningkatan nilai hematokrit, >20%
asites dari pemeriksaan awal atau dari
• Hipoalbuminemia, hipoproteinemia data populasi menurut umur
c. Leukopenia < 4000/μL. • Ditemukan adanya efusi pleura,
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti- asites
Dengue, yang titernya dapat terdeteksi • Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
setelah hari ke-5 demam. c. Trombositopenia <100.000/mm3

Penegakan Diagnosis (Assessment) Adanya demam seperti di atas disertai dengan


2 atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti
Diagnosis Klinis perembesan plasma dan trombositopenia cukup
untuk menegakkan diagnosis Demam Berdarah
Diagnosis Klinis Demam Dengue Dengue.
Tanda bahaya (warning signs) untuk
1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok
tinggi, terus-menerus, bifasik. pada penderita Demam Berdarah Dengue.
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang
spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, Klinis
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis
dan atau melena; maupun berupa uji 1. Demam turun tetapi keadaan anak
tourniquet positif. memburuk
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri 2. Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
retroorbital. 3. Muntah persisten Letargi, gelisah
Perdarahaan mukosa Pembesaran hati
4. Adanya kasus DBD baik di lingkungan
sekolah, rumah atau di sekitar rumah. Akumulasi cairan Oliguria

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Laboratorium Gambar 1.7, Alur penanganan pasien dengan
demam dengue/demam berdarah
1. Peningkatan kadar hematokrit bersamaan
dengan penurunan cepat jumlah trombosit
2. Hematokrit awal tinggi
Kriteria Diagnosis Laboratoris
Kriteria Diagnosis Laboratoris diperlukan
untuk survailans epidemiologi, terdiri atas:
Probable Dengue, apabila diagnosis klinis
diperkuat oleh hasil pemeriksaan serologi
antidengue.
Confirmed Dengue, apabila diagnosis klinis
diperkuat dengan deteksi genome virus Dengue
dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen dengue
pada pemeriksaan NS1, atau apabila didapatkan
serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari
negatif menjadi positif) pada pemeriksaan
serologi berpasangan.
Isolasi virus Dengue memberi nilai yang sangat
kuat dalam konfirmasi diagnosis klinis, namun Konseling dan Edukasi
karena memerlukan teknologi yang canggih dan
prosedur yang rumit pemeriksaan ini bukan 1. Pinsip konseling pada demam berdarah
merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan. dengue adalah memberikan pengertian
kepada pasien dan keluarganya tentang
Diagnosis Banding perjalanan penyakit dan tata laksananya,
sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak
1. Demam karena infeksi virus (influenza, ada obat/medika mentosa untuk
chikungunya, dan lain- lain) penanganan DBD, terapi hanya bersifat
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura suportif dan mencegah perburukan penyakit.
3. Demam tifoid Penyakit akan sembuh sesuai dengan
perjalanan alamiah penyakit.
Komplikasi 2. Modifikasi gaya hidup
Dengue Shock Syndrome (DSS), ensefalopati, a. Melakukan kegiatan 3M: menguras,
gagal ginjal, gagal hati mengubur, menutup.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan
Penatalaksanaan komprehensif (Plan) mengkonsumsi makanan bergizi dan
melakukan olahraga secara rutin.
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa
Kriteria Rujukan
1. Terapi simptomatik dengan analgetik 1. Terjadi perdarahan masif (hematemesis,
antipiretik (Parasetamol 3x500-1000 mg). melena).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi 2. Dengan pemberian cairan kristaloid sampai
dosis 15 ml/kg/jam kondisi belum membaik.
- Alur penanganan pasien dengan demam
dengue/demam berdarah dengue, yaitu: 3. Terjadi komplikasi atau keadaan klinis yang
tidak lazim, seperti kejang, penurunan
pemeriksaan penunjang Lanjutan
kesadaran, dan lainnya.
- Pemeriksaan Kadar Trombosit dan
Hematokrit secara serial

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Penatalaksanaan pada Pasien Anak menit.
e. Jika setelah pemberian cairan inisial
Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok tidak terjadi perbaikan klinis, ulangi
1. Bila anak dapat minum pemberian infus larutan kristaloid 20
a. Berikan anak banyak minum ml/kgBB secepatnya (maksimal 30
• Dosis larutan per oral: 1-2 liter/hari menit) atau pertimbangkan pemberian
atau 1 sendok makan tiap 5 menit. larutan koloid 10-20 ml/kgBB/jam
• Jenis larutan per oral: air putih, teh (maksimal 30 ml/kgBB/24 jam).
manis, oralit, jus buah, air sirup, atau f. Jika nilai Ht dan Hb menurun namun
susu. tidak terjadi perbaikan klinis,
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai pertimbangkan terjadinya perdarahan
dengan kebutuhan untuk dehidrasi tersembunyi. Berikan transfusi darah
sedang. Berikan hanya larutan kristaloid bila fasilitas tersedia dan larutan koloid.
isotonik, seperti Ringer Laktat (RL) atau Segera rujuk.
Ringer Asetat (RA), dengan dosis sesuai g. Jika terdapat perbaikan klinis, kurangi
berat badan sebagai berikut: jumlah cairan hingga 10 ml/kgBB/ jam
• Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam. Secara bertahap
• Berat badan 15-40 kg: 5 ml/kgBB/jam diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi
• Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam klinis dan laboratorium.
2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan h. Dalam banyak kasus, cairan intravena
infus kristaloid isotonik sesuai kebutuhan dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis Hindari pemberian cairan secara
yang telah dijelaskan di atas. berlebihan.
3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan 3. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
diuresis setiap jam, laboratorium (DPL) per Rencana Tindak Lanjut
4-6 jam. Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
a. Bila terjadi penurunan hematokrit dan
perbaikan klinis, turunkan jumlah cairan 1. Pemantauan klinis (tanda vital, perfusi
secara bertahap sampai keadaan klinis perifer, diuresis) dilakukan setiap satu jam.
stabil. 2. Pemantauan laboratorium (Ht, Hb, trombosit)
b. Bila terjadi perburukan klinis, lakukan dilakukan setiap 4-6 jam, minimal 1 kali
penatalaksanaan DBD dengan syok. setiap hari.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik 3. Pemantauan cairan yang masuk dan keluar.
(Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali) per oral. Demam berdarah dengue (DBD) dengan
Hindari Ibuprofen dan Asetosal. syok
5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok pertama merujuk pasien ke RS jika kondisi pasien
stabil.
1. Kondisi ini merupakan gawat darurat dan
mengharuskan rujukan segera ke RS. Persyaratan perawatan di rumah
2. Penatalaksanaan awal:
a. Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui 1. Persyaratan untuk pasien dan keluarga
kanul hidung atau sungkup muka. a. DBD non-syok (tanpa kegagalan
b. Pasang akses intravena sambil sirkulasi).
melakukan pungsi vena untuk b. Bila anak dapat minum dengan adekuat.
pemeriksaan DPL. c. Bila keluarga mampu melakukan
c. Berikan infus larutan kristaloid (RL atau perawatan di rumah dengan adekuat.
RA) 20 ml/kg secepatnya. 2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
d. Lakukan pemantauan klinis (tanda vital, a. Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang
perfusi perifer, dan diuresis) setiap 30 bertanggung jawab penuh terhadap
tatalaksana pasien.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
b. Semua kegiatan tatalaksana dapat 5) Tidak menggantung baju, menghindari
dilaksanakan dengan baik di rumah. gigitan nyamuk, membubuhkan bubuk
c. Dokter dan/atau perawat mem-follow abate, dan memelihara ikan.
up pasien setiap 6-8 jam dan setiap hari,
sesuai kondisi klinis. Peralatan
d. Dokter dan/atau perawat dapat 1. Poliklinik set (termometer, tensimeter, senter)
berkomunikasi seara lancar dengan 2. Infus set
keluarga pasien sepanjang masa 3. Cairan kristaloid (RL/RA) dan koloid
tatalaksana. 4. Lembar observasi / follow up
Kriteria Rujukan 5. Laboratorium untuk pemeriksaan darah
rutin
1. DBD dengan syok (terdapat kegagalan
sirkulasi). Prognosis
2. Bila anak tidak dapat minum dengan Prognosis jika tanpa komplikasi umumnya dubia
adekuat, asupan sulit, walaupun tidak ada ad bonam, karena hal ini tergantung dari derajat
kegagalan sirkulasi. beratnya penyakit.
3. Bila keluarga tidak mampu melakukan
perawatan di rumah dengan adekuat, Referensi
walaupun DBD tanpa syok.
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Konseling dan Edukasi 2006. Pedoman Tata laksana Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian
a. Penjelasan mengenai diagnosis, komplikasi, Kesehatan Republik Indonesia.
prognosis, dan rencana tata laksana.
b. penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya 2. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis dan
(warning signs) yang perlu diwaspadai dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah
kapan harus segera ke layanan kesehatan. Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009: Vol 22;
c. Penjelasan mengenai jumlah cairan yang p.3-7.
dibutuhkan oleh anak.
d. Penjelasan mengenai diet nutrisi yang perlu 3. WHO. Dengue Haemorrhagic Fever:
diberikan. diagnosis, treatment, prevention and control.
2nd Edition. Geneva. 1997
e. Penjelasan mengenai cara minum obat.
f. Penjelasan mengenai faktor risiko dan cara- 4. Tim Adaptasi Indonesia, 2009. Pelayanan
cara pencegahan yang berkaitan dengan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman
perbaikan higiene personal, perbaikan bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
sanitasi lingkungan, terutama metode 4M Kabupaten/Kota. 1 ed. Jakarta: World Health
plus seminggu sekali, yang terdiri atas: Organization Country Office for Indonesia.
1) Menguras wadah air, seperti bak mandi,
tempayan, ember, vas bunga, tempat 5. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter
minum burung, dan penampung air Anak Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
kulkas agar telur dan jentik Aedes tata laksana infeksi virus dengue pada anak,
aegypti mati. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,
2) Menutup rapat semua wadah air agar 2014
nyamuk Aedes aegypti tidak dapat
masuk dan bertelur.
3) Mengubur atau memusnahkan semua
barang bekas yang dapat menampung
air hujan agar tidak menjadi sarang dan
tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.
4) Memantau semua wadah air yang dapat
menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti
berkembang biak.

240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
240 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Anda mungkin juga menyukai