Disusun Oleh:
Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd
1
BAB I
HAKIKAT IPS
Pada bab ini akan diuraikan secara ringkas tentang Pokok Bahasan Hakikat IPS yang
meliputi; Rasional, Sejarah, Definisi, dan Tujuan mempelajari IPS serta Sub PB Konsep-
konsep Dasar IPS, Ilmu-ilmu Sosial dan Bidang Studi lain, dalam hubungannya dengan IPS.
Namun sebelumnya akan di perjelas istilah kata hakikat IPS. Hakikat IPS dapat diartikan
sebagai kebenaran, kenyataan yang sebenarnya (Poerwadarminta, 1985). Jadi IPS adalah
suatu kebenaran IPS, atau kenyataan IPS, dan apa sebenarnya IPS itu.
A. Hakekat IPS itu adalah:
1. Perwujudan dari satu pendekatan Interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial.
2. Integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial seperti: Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik dan Psykologi sosial.
3. Menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.
4. IPS bukan Ilmu Sosial walaupun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik
antara manusia (human relation ship).
5. IPS hanya terdapat pada program pengajaran di sekolah.
6. IPS merupakan penyederhanaan Ilmu sosial untuk pengajaran.
2
konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan baru yang sesuai dengan keadaan dan
zaman. Maka melihat jenis dan susunan konsep/topik dalam IPS sungguh sangat banyak
bervariasi dari berbagai ilmu sosial serta dari tuntutan-tuntutan persoalan kehidupan
praktis.
C. Pengertian istilah Social studies dan IPS
Oleh karena itu, untuk memudahkan pemahaman terhadap IPS perlu dikemukakan
terlebih dahulu Pengertian Social Studies (IPS) dari beberapa ilmuan Negara-negara
maju seperti berikut:
1. Arthur G. Binning and David H.Binning (1982) mengemukakan bahwa: Studi Sosial
adalah mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan
organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial.
2. Edgar B. Wesley (1980), mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah Ilmu-ilmu
Sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah.
3. Willian B. Ragam (1982), menyatakan bahwa: Program Studi Sosial mencerminkan
bahan-bahan dari berbagai ilmu Sosial, tetapi ia juga mempergunakan bahan-bahan
dari masyarakat setempat.
4. John Jarolimek (1967) menyatakan bahwa: Studi Sosial merupakan bagian dari
kurikulum pendidikan dasar yang materi pelajarannya terdiri dari ilmu-ilmu social
seperti; Sejarah, Geografi, Ekonimi, Antropologi, Soiologi, Politik, Psykologis Sosial
bahkan termasuk Ilmu Filsafat.
Studi Sosial dapat pula dikatakan sebagai bagian-bagian dari ilmu sosial yang
diseleksi atau dipilih untuk tujuan pengajaran.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram Jarolemek sebagai berikut:
GEOGRAPHY SOCIOLOGY
HISTORY ANTROPOLOGY
SOCIAL STUDIES
SOCIAL
PSYCHOLOGY POLITICAL
SIENCE
PHILOSOPHY
ECONOMIC
Selanjutnya akan dikemukakan pula pengertian IPS menurut para pakar Ilmuan
1. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social Studies (1952) mengartikan Studi
Sosial “those portions or aspect of social sciences that heve been selected and adapted
for used in the school or in other instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu
3
sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi
pengajaran lain).
2. Paul Mathias dalam buku The Teacher’s Handbook for Social Studies memberikan
penjelasan bahwa Studi Sosial merupakan pelajaran tentang manusia dalam masyarakat
pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Karena itu Studi Sosial membahas ciri
kemasyarakatan yang mendasar dari manusia, meliputi studi banding tentang perbedaan-
perbedaan rasial dan lingkungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dan
memerlukan penelitian rinci terhadap berbagai pernyataan (perilaku) mengenai adaptasi
manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta hubungan antara manusia yang satu
dengan lainnya.
3. John Jarolimek menulis Pengetahuan Sosial adalah bagian dari kurikulum sekolah
dasar yang mengambil subject matter content dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, politik, psikologi, philosofi, antropologi, dan ekonomi.
4. Leonard S. Kenworthy mengatakan Pengetahuan Sosial adalah studi tentang manusia
untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun orang lain, di dalam suatu masyarakat
yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat atau waktu sebagai individu
maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya melalui berbagai institusi seperti
halnya manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat yang baik.
5. Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998) menjelaskan hakikat pendidikan IPS
adalah berbagai konsep dan prinsip yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial, misalnya
tentang kependudukan, kriminalitas, korupsi dan kolusi dan sebagainya yang dikemas
untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya pencapaian tujuan di berbagai jenjang
pendidikan. Berbagai realitas tersebut dijelaskan melalui pendekatan multi dimensi arah
dalam melakukan berbagai prinsip dan generalisasi yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial
seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, geografi dan ilmu politik.
6. Nu’man Sumantri (2001) mengaskan bahwa IPS adalah suatu synthetic discipline yang
berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Makna synthetic discipline, bahwa
IPS bukan sekedar mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu
pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
7. Nasution.D,Prof,Dr M.A (1975) merumuskan bahwa IPS adalah suatu program
Pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya yang
bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti: geografi, sejarah, ekonomi,
antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial. Dapat juga dikatakan bahwa IPS
pelajaran yang merupakan fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran Ilmu-ilmu
sosial. Atau IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu
dari ilmu-ilmu sosial.
8. Nu’man Sumantri dan kawan-kawan (1973) merumuskan bahwa, IPS sebagai bahan
pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat SD,
SLP, dan SLA.
9. IPS adalah suatu bidang studi yang merupakan paduan sejumlah mata pelajaran Sosial
(Departmen P dan K R.I)
10. Kosasi Djahiri (1983) merumuskan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan
yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta
4
kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Berdasarkan pada uraian tentang pengertian IPS, maka guru IPS diharapkan selain
memahami orientasi dan pendekatan kurikulum, juga memahami konsep-konsep dan
generalisasi yang terdapat dalam kurikulum maupun dari buku paket dan buku teks lainnya
yang dianggap tepat untuk diajarkan. Upaya itu dimaksudkan agar konsep dan generalisasi
dapat diajarkan sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan yang beranggapan bahwa
pengajaran fakta selama ini sudah tidak memadai lagi.
Edwin Fenton (1976) bahwa: fakta semata tidaklah berarti apa-apa untuk dirinya
sendiri. Fakta akan memiliki arti dalam fikiran orang yang mempelajarinya. Suatu fakta yang
sama akan mempunyai arti yang berbeda terhadap dua orang yang pandangannya berbeda.
Dapat juga dikatakan bahwa pelajaran IPS ini diharapkan bukan hanya penanaman,
pembinaan pengetahuan konsepsional belaka, melainkan ialah pembinaan pengerian sikap
terhadap nilai-nilai praktis (operasional) dari pada konsep tersebut serta kemahiran
penerapannya sebagai insan sosial. Oleh karena pengajaran IPS bukan sekadar
menyedorkan serentetan konsep-konsep saja, melainkan kemampuan guru dan siswa menarik
nilai/arti yang terkandung dalam konsep, serta bagaimana cara menerapkannya.
Kardiyono Mertodihardjo (1984) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan
gambaran tentang, fakta, konsep generalisasi dan teori, maka secara jelas akan diuraikan
dan berurutan melalui Hirarki Konsep seperti pada bagang berikut :
1. Persepsi adalah pengamatan melalui indra, penafsiran terhadap suatu persepsi
dipengaruhi pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki seluruhnya oleh seseorang.
Persepsi ini merupakan proses penyaringan berdasarkan pengalaman-pengalaman.
Persepsi merupakan produk mental dari hasil pengalaman ia merupakan bahan mental
untuk berfikir melalui daya persepsi dan daya mengingat, seseorang mengumpulkan
informasi tentang kejadian (fakta) di sekelilingnya.
2. Fakta adalah kejadian, obyek atau gejala-gejala yang sudah atau dapat dibenarkan oleh
indera. Fakta yang diperoleh berdasarkan observasi tidak mempunyai arti sendiri, ia
sekedar alat. Ilmu dibentuk dari fakta, sebagaimana halnya batu bata sebagai alat
pembentuk gedung. Kumpulan fakta bukan gedung, kumpulan fakta bukan ilmu. Fakta
merupakan data mentah bagi pembentukan konsep. Sebagai contoh: Bumi beredar
mengelilingi matahari, Kuala Lumpur Ibu Kota Negara Malaysia dan sebagainya.
3. Konsep adalah suatu abstraksi (hanya dalam ingatan dan pikiran) dari fakta dan persepsi.
Merupakan gambaran dikepala (inpresi, visualisasi, representasi gejala-gejala) konsep
memberikan arti keteraturan dan pengalaman. Konsepsi merupakan
pembedaan/pemilikan secara sadar dari pengalaman persepsi yang pernah dieroleh.
5
Konsep tidak dapat dipelajari tanpa pengalaman yang relevan dengan gejala/kejadian
yang akan di”konsep”kan. Salah konsep ( misconception) terjadi karena adanya
penghilangan atau penambahan dari apa yang esensil ada didalam konsep. Akibatnya:
kekeliruan dalam penyamaan terhadap gejala-gejala lain, ini dinamakan “ over
generalization”. Jenis konsep yang dikembangkan oleh anak didik terbatas pada
pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya, konsep berguna untuk
menggolong-golongkan benda, ide, kejadian, konsep harus dapat di abstraksikan, ini
sangat esensiil. Perlu diberikan catatan penting bahwa, Stereotipe ialah konsep tentang
orang/obyek, tempat, kejadian yang belum terwujud berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang cukup. Sedangkan fungsi konsep disini adalah (1) sebagai unsur
respon terhadap sesuatu kejadian atau maksud, (2) sebagai perantara kejadian dan
perbuatan dan perbuatan/kelakuan, (3) membantu kita untuk membedakan,
menggolongkan, memperhitungkan fakta-fakta di sekeliling kita. Oleh karena itu setiap
disiplin ilmu sosial memiliki dan mengembangkan konsep-konsep masing-masing yang
dilakukan oleh para ahlinya seperti jenis-jenis konsep yang perlu dikembangakan oleh
para guru IPS adalah (a) konsep konjungtif, (b) konsep disjungtif, (c) konsep relasional, (d)
kosep infret, dan (e) konsep ideal.
4. Generalisasi adalah merupakan paduan dari dua atau lebih dari konsep-konsep: dapat
sederhana (kian besar keluarga, kian besar biaya), dan dapat kompleks (setiap
masyarakat memiliki kebuadayaan masing-masing). Kumpulan dari generalisasi atau
biasanya berupa prinsip, dalil, hukum, pernyataan dapat membentuk teori. Generalisasi
berfungsi dalam pengajaran IPS antara lain adalah (1) membantu dalam pemilihan bahan
pelajaran, (2) sebagai tujuan umum IPS, (3) mengorganisasi kegiatan belajar mengajar,
(4) membantu dalam membangun hubungan pengertian atau artikulasi bahan-bahan
pengajaran dalam kurikulum IPS. Selain hal tersebut juga generalisasi memiliki beberapa
ciri-ciri, antara lain (a) generalisasi menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih, (b)
generalisasi lebih bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan pada
keseluruhan dan bukan bagian atau contoh, (c) generalisasi adalah tingkat abstraksi yang
lebih tinggi dan bukan sekedar konsep, (d) generalisasi didasarkan pada proses.
Generalsasi dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan
pengamatan semata (e) generalisasi berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan
kebenarannya, (f) generalisasi bukanlah sekedar pernyataan yang diverbalkan atau
penegasan pernyataan akan tetapi satu kesatuan pengertian.
5. Teori adalah bentuk pengetahuan dalam tingkat tertinggi, merupakan salah satu dari
tujuan pokok didalam perkembangan setiap disiplin/ilmu.Terdiri dari suatu proposisi
(generalisasi) yaitu: prinsip, dalil, hukum, dan sebagainya yang saling berhubungan yang
dapat diuji kebenarannya.
Bahan pelajaran IPS pada konsep-konsep dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial
seperti: sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik psikologi sosial dan ekologi.
Disamping lingkungan alam dan masyarakat sekeliling juga memberikan bahan berupa fakta-
fakta (M. Abduh, 1990). Oleh karena itu guru IPS wajib mengetahui konsep dasar dari ilmu-
ilmu sosial dan fakta-fakta sekitar dengan baik. Ruang lingkup IPS ialah keseluruhan lapangan
ilmu sosial. Dalam pengajaran IPS baik konsep maupun generalisasi diupayakan agar
ditemukan sendiri oleh siswa melalui pendekatan induktif. Namun untuk kepentingan
pengajaran ada baiknya bila guru sendiri telah memiliki konsep-konsep dan generalisasi, yang
6
dapat digunakan untuk menguji konsep-konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa. Tidak
berarti bahwa rumusan konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa harus sama persis
dengan konsep dan generalisasi temuan guru.
Setiap cabang ilmu sosial mempunyai titik berat perhatian yang berbeda-beda,
misalnya: Sejarah sangat memperhatikan aspek waktu, Geografi sangat memperhatikan
aspek keruangan, Ekonomi sangat memperhatikan aspek kelangkakaan sumber kebutuhan
hidup, Sosiologi aspek masyarakat dan seterusnya. Adanya titik berat perhatian yang berbeda-
beda itu, maka setiap cabang ilmu sosial mengembangkan konsep dan generalisasi masing-
masing sesuai dengan titik berat perhatiannya. Setiap siswa perlu menguasai pengertian
tentang konsep dasar dan generalisasi berbagai cabang ilmu sosial yang dapat dipergunakan
untuk mempelajari persoalan kemasyarakatan, mencoba menyelami prosesnya dan mencoba
ikut memecahkannya. Mempelajari konsep dan generalisasi IPS sangat penting karena: (a)
siswa mudah memahami proses-proses yang terjadi dalam masyarakat, (b) konsep dan
generalisasi tidak mudah dilupakan, Karena diperoleh melalui pemahaman dan bukan melalui
hafalan. (c) konsep dan generalisasi yang dipahami membuat sesuatu peristiwa menjadi lebih
jelas kaitannya satu dengan yang lainnya.
Pengajaran IPS sifat menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami, karena IPS
menangani bahan pelajaran dalam hubungan tali temali, kait berkait atau “Integrated” atau
“Interdisipliner”. Program IPS harus mengembangkan; pengertian, sikap, dan keterampilan.
Pengertian; menyangkut perkembangan fakta, konsep dan generalisasi yang merupakan isi
dasar IPS. Hal ini dapat diambil dari ilmu-ilmu sosial dan dari pengalaman dalam masyarakat
sendiri. Sikap; menyangkut nilai, apresiasi, dan ide-ide yang diperoleh anak didik melalui
program IPS. Sedangkan keterampilan; menyangkut kemampuan tehnis dan fisik. Ketiga
aspek tersebut saling berkaitan dan perlu dikembangkan pada setiap program IPS sesuai
dengan tujuan IPS. Setiap program IPS hendaknya berorientasi kepada Negara, bangsa dan
masyarakat Indonesia sendiri.
Mulyono Tj (1982) mengemukakan bahwa pengajaran IPS perlu pula
memperhatikan bagaimana cara memilih dan menyusun konsep, agar pelaksanaan dan
pengembangan materi pelajaran tidak bermasalah, artinya tidak terjadi kesalahan dalam
memilih konsep atau salah konsep maka perlu diperhatikan cara memilih konsep hendaknya
dipilih berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut yaitu: (a) perinsip keperluan, (b) perinsip
ketepatan, (c) perinsip mudah dipahami, dan (d) perinsip kegunaan. Sedangkan cara
menyusun konsep adalah: Konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan fakta yang memiliki
ciri-ciri yang sama. Konsep itu terwujud dari bentuk konkrit ke bentuk abstrak. Proses ini
dilakukan oleh anak-anak didik berdasarkan latar belakang pengalamannya.
D. Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan pengajaran IPS ada 3 tujuan utamanya menurut Edwin fenton (1986)
yaitu :
(a) mempersiapkan anak didik menjadi warga Negara yang baik,
(b) mengajar anak didik berkemampuan berpikir
(c) agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Sedangkan menurut L.H. Clark (1983) mengemukakan bahwa titik berat studi sosial
adalah perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, serta manusia
7
dengan kegiatan intraksi antar mereka, dan anak didik diinginkan agar dapat menjadi anggota
yang produktif dan dapat memberikan andilnya dalam masayarakat.
Dalam buku Teaching Social studies (1962) dari Departemen of Instructions Fairfax
Country Schools Virginia, mengemukakan bahwa program studi sosial hendaknya menyajikan
kesempatan yang banyak setra beraneka ragam untuk membentuk warga Negara yang efektif,
termasuk kesadaran bahwa hak selalu disertai oleh kewajiban.
Tujuan pengajaran IPS di Indonesia, M. Abduh (1990) bertujuan seperti tersebut di
atas yang merupakan tujuan yang bersifat universal yang dapat berlaku bagi anak didik di
negara manapun di dunia ini. Selain tujuan yang umum itu, maka pada setiap Negara
mempunyai tujuan khusus yang khas, berdasarkan filsafat, sejarah, watak, dan keadaan
geografis yang berbeda-beda. IPS di Indonesia merupakan wahana pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Yang harus dimiliki oleh anak didik yaitu: (a) Taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) cerdas dan terampil, (c) berbudi pekerti yang luhur, (d) memiliki keperibadian
yang kuat, dan (e) memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang tebal. Bagi bangsa
Indonesia, karakteristik warganegara yang baik tentu saja harus mengacu kepada dasar
Negara yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
8
masyarakat. Berikut akan diuraikan satu persatu tentang konsep-konsep dasar dari berbagai
ilmu-ilmu sosial menurut Mulyono Tj (1982) adalah seperti berikut:
Konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial adalah (a) sejarah, (b) geografi, (c) ekonomi, (d)
sosiologi, (e) antropologi, (f) politik,dan (g) psykologi sosial. Berikut akan diuraikan lebih rinci
tentang pengertian dan bagian-bagiannya, beserta contoh konsep masing-masing ilmu-ilmu
sosial.
1. Konsep Sejarah.
Sejarah adalah: ilmu yang mengkaji kisah perbuatan-perbuatan manusia pada masa
lampau dan masa sekarang. Unsur pokoknya adalah: manusia, ruang dan waktu. Sifat
obyek adalah: perbuatan/peristiwa-peristiwa terpilih yang mempunyai arti bagi manusia.
Sedangkan sumber bahan adalah bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Konsep pokok
atau main Concepts seperti: perubahan, kontinuitas, waktu, dan lain-lain. Bahan kajiannya
adalah kejadian peristiwa manusiawi yang mempunyai impact terhadap manusia, bangsa
dalam gerak perkembangan atau sejarahnya seperti: (1) usaha/perjuangan usaha
manusia mengatasi tantangan alam, (2) kehidupan bernegara, (3) kegiatan beragama dan
berkebudayaan dengan pasang surutnya, (4) ide-ide dan paham-paham: feodalisme,
imperialisme, kapitalisme, nasionalisme, Internasionalisme dan sebagainya. Semuanya
dipertautkan dengan konsep-konsep, karakteristik sejarah dan disiplin-disiplin yang lain.
Sifat-sifat karakteristik yang perlu diperhatikan dalam sejarah antara lain adalah (1)
kejadian / data itu bersifat hanya sekali saja terjadi dan tak mungkin terjadi lagi, (2)
perkembangan peristiwa/ kejadian histories itu bersifat kausal, (3) subyektivitas dalam
penilaian dan Interpretasi data.
2. Konsep Geografi
Geografi adalah suatu studi tentang hubungan keruangan, meliputi aspek-aspek fisik,
biotic, dan sosial, tetapi dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu lain karena geografi
memusatkan perhatiannya/studinya pada penyebaran atau distribusi, gejala/penomena
serta hubungan dengan gejala-gejala dengan tempat atau ruang. Contoh konsep-kosep
geografi antara lain: distribusi, ruang, lokasi, wilayah, bentangan alam, sumber alam,
lingkungan hidup, globalisasi, penduduk, sungai, laut, gunung dan lain sebagainya.
Konsep-konsep tersebut dapat terbagi-bagi lagi kepada konsep yang lebih khusus.
Misalnya: bentangan alam dapat berupa konsep tentang gunung, lembah, sungai dan
seterusnya. Pengorganisasiannya dapat diperjelas seperti berikut:
a. Distribusi keruangan (spatial distribution). Untuk dapat melihat distribusi keruangan
diperlukan ,fakta yang cukup banyak. Fakta tersebut memiliki tiga unsur yang
bersamaan ialah waktu, lokasi, dan kesamaan ciri-ciri.
b. Wilayah atau region adalah suatu daerah yang ditandai dengan adanya keseragaman
atas satu atau lebih fenomena/kenampakan. Wilayah dapat dibedakan atas: 1)
Wilayah Formal, ialah yang ditandai dengan adanya asosiasi areal, yang dapat berupa
biotik atau physik, 2) Wilayah Fungsional yang ditandai dengan adanya interaksi ruang
misalnya kota sebagai pusat dengan kota-kota satelit yang mengitarinya yang
dihubungkan oleh adanya alat komunikasi.
c. Asosiasi areal adalah suatu areal yang memungkinkan terjadi suatu wilayah Formal,
misalnya adanya dataran rendah didaerah pantai, mungkin dapat menjadi daerah
rawa.
9
d. Intraksi keruangan yaitu adanya hubungan antara fakta dengan fakta lain di dalam satu
ruang antar ruang dapat berwujud intraksi. Dengan adanya intraksi biasanya akan
timbul fakta baru. Misalnya: karena adanya intraksi antara manusia dengan
lingkungannya terjadilah disuatu tempat, sawah, sedang ditempat lain terwujud
perkebunan.
10
perkoperasian di Indonesia, perlu diperhatikan antara lain adalah; Sumber bahan dan
pendekatan yang digunakan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah;
1. Sumber bahan yaitu:
- peraturan-peraturan pemerintah dan pembangunan.
- masalah-masalah ekonomi dan keuangan
- lembaga-lembaga ekonomi dalam masyarakat.
- bulletin-bulletin ekonomi
2. Pendekatan yang digunakan yaitu :
- pendekatan secara makro ekonomi.
- pendekatan secara mikro ekonomi.
- pendekatan problema
- pendekatan kemasyarakatan.
11
kewajiban, cita-cita dan aspirasi, kesadaran, nasionalisme, moral pancasila, etika,
agama, tanggung jawab, politik, hukum, pemerintahan dan lain sebagainya.
5. Konsep Sosiologi.
Sosiologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama manusia
dengan sesamanya, yaitu kehidupan sosial atau pergaulan hidup. (Selo S. dkk 1984).
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial (Sulaeman Soemardi, 1984), Sedangkan (P.J.Boeuman)
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam hubungan kelompok.
Adapun konsep intinya antara lain; role, norma, values, status, society, community,
sanotion, interdependence dan lain-lain.
Sosiologi terdiri dari suatu sistem konsep-konsep, generalisasi-generalisasi dan teori-
teori yang dapat menolong siswa SD, SMP dan SMA, untuk membuat keputusan
berhubungan dengan masalah sosial, walaupun hanya untuk sebagian teori yang ada
dalam sosiologi. Teori-teori ini terdiri dari banyak dari konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi yang dapat membuat siswa-siswa mengerti variabel-variabel yang membentuk
tingkah laku manusia. Sosiologi memusatkan perhatiannya pada tingkah laku kelompok
yang mempengaruhi tingkah laku individu, serta relasi antara kelomok yang berbeda-beda.
Untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang sehat terhadap isu-isu sosial, maka
siswa harus mengerti tentang struktur kelompok manusia dan intraksi diantaranya. Ia juga
harus mengenal dengan baik cara-cara yang membentuk tingkah laku mereka sendiri
dalam kelompk dimana mereka bersosialosasi.
6. Konsep Antropologi.
Antropologi adalah The study of mankind (Hoebel, 1976). Maka sesungguhnya
manusia dapat dilihat dari dua sudut yaitu sebagai mahluk manusia dan sebagai mahluk
budaya. Kedua aspek tersebut yang dikemukakan diatas maka antropologi dapat dibagi
menjadi dua yaitu: (1) antropologi fisik, dan (2) antropologi budaya, Maksud keduanya
adalah :
a. Antropologi fisik adalah mempelajari sifat-sifat karakteristik biologis dari manusia yang
tertua mendiami bumi ini sampai kepada yang termuda. Dapat pula dikatakan bahwa
antropologi fisik adalah suatu pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna
makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, seperti warna kulit, bentuk
rambut, entex tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan
frekuensi golongan darah.
b. Antropologi budaya adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat karakteristik tingkah laku
manusia itu sendiri sebagai hasil budi dan dayanya atau kebudayaannya, baik masa
lampau, sekarang dan masa akan datang. (Hoebel 1976) Antropologi budaya dibagi
atas sub bagian yaitu arkeologi, etnografi, etnologi, antropologi sosial dan linguistik
Contoh konsep antropologi antara lain adalah: culture, diffusion, acculturation, tradition,
culture area. Cultural relativism, cultural universalism, dan lain-ain sebagainya. Wesley
memberikan tekanan dan membedakan ilmu-ilmu sosial (IIS) dengan ilmu pengetahuan
sosial (IPS) ialah bahwa IPS itu adalah bagian-bagian dari ilmu sosial yang dipilih untuk
tujuan pendidikan. Di samping dipilih, juga disederhanakan sesuai dengan tingkat
12
kematangan siswa, hingga siswa dapat memahami tingkah laku sosial manusia.
Adapun pokok-pkok materi yang diambil dari antropologi untuk pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah seperti berikut: Kebudayaan, Aspek-aspek
kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan, Dinamika kebudayaan, Ethnocentrism,
Akulturasi, Asimilasi, Nilai budaya, Norma, Sikap modernisasi, Pembentukan
kebudayaan dan perubahan kebudayaan, Aneka ragam budaya, peranan kebudayaan
bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Pembelajaran IPS disekolah bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai
warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikaf dan nilai yang dapat
13
digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau sosial serta mampu
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan sehingga
ia sadar akan tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan
negara.
Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat.
Masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita
pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi, atau politik
bersumber dari masyarakat. Oleh karena itu, tugas seorang pembelajar adalah
membelajarkan peserta didik dalam rangka meningkatkan kompetensi yang telah para peserta
didik miliki, hal ini mengandung arti bahwa peserta didik telah memiliki pengetahuan masing-
masing sesuai dengan pengalaman dan penghayatannya selama mereka tinggal di
masyarakat. Dalam upaya memanusiakan manusia (peserta didik) proses pembelajaran
pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan
dan tingkat usia peserta didik masing-masing.
Ada 3 aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
yaitu :
1. Memberikan berbagai pengertian yang mendasar ( Kognitif )
2. Melatih berbagai keterampilan ( Psikomotor )
3. Mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan ( Apektif )
Ilmu Pengetahuan Sosial yang selanjutnya dapat disingkat sebagai IPS merupakan
suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan
ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial ( sosial science),
14
maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Sosial Scence Education Council (SSEC)
dan National Council for sosial Studies (NCSS) , menyebut IPS sebagai “ Sosial Science
Education” dan “sosial Studies”.
Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul bersamaan
dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini, maka
IPS sebagai bidang studi masih “baru“. Disebut demikian karena cara pandang yang
dianutnya memang dianggap baru, walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru.
Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi,
sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut
memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia. Dalam bidang pengetahuan sosial,
kita mengenal banyak istilah yang kadang-kadang dapat mengacaukan pemahaman. Istilah
tersebut meliputi : Ilmu Sosial ( sosial Sciences), Studi Sosial (sosial Studies) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
C. Ilmu-Ilmu Sosial
Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis
dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah (Achmad
Sanusi dalam Saidihardjo,1996. h.2). Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia
sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk (Gross
(Kosasih Djahiri,1981.h.1))
Ilmu Sosial (S ocial Sciences ) adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok (Nursid
Sumaatmaja). Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Tingkah laku manusia dalam
masyarakat itu banyak sekali aspeknya seperti aspek ekonomi, aspek sikap, aspek mental,
aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan sebagainya. Studi khusus tentang aspek-aspek
tingkah laku manusia inilah yang menghasilkan Ilmu Sosial seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu
politik, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
Studi Sosial ( Social Studies) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah
sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan bidang-bidang
keilmuan yang termasuk Ilmu Sosial. Achmad Sanusi (1971:18) mengatakan bahwa studi
sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran
bagi siswa sejak pendidikan dasar. Studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar bagi
lanjutan atau jenjang berikutnya kepada disiplin Ilmu Sosial.
Tugas Studi Sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga masyarakat yang mampu
menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial serta mampu
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Jadi materi dan metode
penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
Istilah IPS telah digunakan dalam kurikulum 1975. Nama lain dari studi sosial adalah
ilmu-ilmu social yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan sosial atau IPS dan pada akhirnya
pada tahun 1976 menjadi bahasa baku.
Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika
Serikat adalah “Sosial Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah komite yaitu “Committee of sosial Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan
dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada
kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai
minat sama. Nama komite itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum yang
mereka hasilkan. Meskipun demikian nama “sosial Studies” menjadi semakin terkenal pada
tahun l960-an, ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum
tersebut.
F. Definisi IPS
16
“sosial studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic
competence. Whitin the school program, sosial studies provides coordinated, systematic study
drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law,
philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content
from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of sosial studies
is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the
public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”
IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS
merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang
ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi,
sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. Dalam
kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan pendekatan “broadfielt”.
Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi sintesis antara
beberapa disiplin ilmu. Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu
Sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori,
konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan
untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial
yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
Ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
baik secara perorangan maupun secara kelompok. Ada bermacam-macam aspek tingkah laku
manusia itu di dalam masyarakat, misalnya aspek ekonomi, aspek budaya, aspek mental,
aspek hubungan manusia, dan sebagainya. Sedangkan IPS adalah hasil integrasi atau
perpaduan dari ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan, dimodifikasi, dan disesuaikan dengan
jenjang pendididkan.
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang
di negara asalnya disebut sosial Studies. Pertama kali sosial Studies dimasukkan dalam
kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad
17
setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi Industri membawa perubahan yaitu mendatangkan
kemakmuran bagi sebagian masyarakat Inggris. Di sisi lain Revolusi Industri menimbulkan
faham kapitalisme dan dehumanisasi yaitu manusia tidak dihargai sebagai manusia atau tidak
memanusiakan manusia, karena para industrialis lebih menghargai faktor produksi, modal,
dan uang dari pada tenaga manusia. Setelah memperhatikan situasi tersebut maka Thomas
Arnold bermaksud menanggulangi proses dehumanisasi, dengan cara memasukkan social
studies ke dalam kuriklum di sekolahnya. Dengan tujuan agar siswa mempelajari masalah
interaksi manusia serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat, (Poerwito.
1991/1992:7).
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan sosial studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian,
maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Education Association
memberikan rekomendasi tentang perlunya sosial studies dimasukkan ke dalam kurikulum
semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies
ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics. Di
samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika
Serikat, pemasukan sosial Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh
keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan
sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti
mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat
secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-
ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran
IPS di sekolah dasar dan menengah. Pertimbangan lain dimasukkannya sosial studies ke
dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan
pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah
dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan
nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi,
teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
18
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan
pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Gerakan The New Social Studies yang menjadi pilar dari perkembangan Social Studies pada
tahun 1960-an bertolak dari kesimpulan bahwa “Social Studies” sebelumnya dinilai sangat tidak efektif
dalam mengajarkan substansi dan mempengaruhi perubahan siswa. Oleh karena itu, sejarawan dan
ahli-ahli ilmu sosial bersatu padu untuk bergerak meningkatkan Social Studies kepada taraf higher level
of Intellectual Pursuit yakni mempelajari ilmu sosial secara mendasar. Dengan orientasi tersebut maka
dimulailah era modus pembelajaran Social Studies Education. Dari berbagai pandangan mendorong
timbulnya upaya Mentransformasikan “Social Studies” ke dalam “Social Science” dan
mengajarkan sebagai disiplin Akademik yang terpisah.
Gerakan inilai yang mendorong berdirinya The Social Science Education Concortium
(SSEC) yang kemudian menerbitkan bukunya yang pertama “Concept and Structure in The New
Social Studies Curriculum.”
Pada akhir 1960-an adanya perubahan dari orientasi pada disiplin akademik yang terpisah-
pisah ke suatu upaya untuk mencari hubungan interdisipliner. Definisi “Social Studies” dan
pengidentifikasian “Social Studies” atas tiga tradisi pedagogis dianggap sebagai pilar utama dari
“Social Studies” pada tahun 1970-an. Dalam definisi tersebut tersirat dan tersurat beberapa hal yaitu
pertama Social Studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu, kedua misi utama Social
Studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang demokratis, ketiga sumber
utama kontek Social Studies adalah social sciences dan humanities, keempat dalam upaya penyiapan
warga negara yang demokratis (Barr dkk, 1978) pada tahun 1980-1990-an pemikiran mengenal Social
Studies yang sebelumnya dilanda masalah, secara konseptual telah dapat diatasi.
Dilihat dari karakteristik dan tujuannya, Social Studies Education atau Social Studies yang
dipikirkan untuk abad ke-21 masih tetap menempatkan pendidikan kewarganegaraan yaitu
pengembangan “Civic Responsibility and Active Civic Participation” sebagai salah satu
esensinya. Pada tahun 1992, The Board of Directors of The National Council fot The Social
Studies mengadopsi visi terbaru mengenai Social Studies yang kemudian diterbitkan dalam dokumen
resmi NCSS pada tahun 1994 dengan judul “Expectations of Excellence; Curricullum Standars
for Social Studies .”
19
6. Motor Activities
antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksimodel, mereparasi, beternak,
berkebun
7. Mental Activities
menanggapi, mengingat, memecahkan soal
8. Emotional Activities
seperti merasa bosan, berani, tenang, gugu
Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar Bahan Ajar IPS dapat dikelompokan
menjadi beberapa kategori :
1. Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
2. Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
3. Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara
sumber .
4. Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau
lebihmedia yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau
perilaku alami dari suatu presentasi
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu:
1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa dalam
berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. Udin S.
Winataputra (1996) mengemukakan bahwa dimensi intelektual merujuk pada ranah
kognitif terutama yang berkenaan dengan proses berpikir atau pembelajaran yang
menyangkut proses kognitif bertaraf tinggi dari mulai kemampuan pemahaman sampai
evaluasi. S. Hamid Hasan (1998) menambahkan bahwa pada proses berpikir mencakup
pula kemampuan dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan
temuan.
2. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu
tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif. Franz Von
Magnis (1985) menyatakan bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang
moral, ialah bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik
dan yang buruk.
3. Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam pembelajaran IPS adalah mengembangkan tanggung jawab
dan partisipasi sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga
negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.
20
1. Pendidikan Moral Pancasila menggantikan pendidikan kewarganegaraan yang mewadahi
tradisi “Citizenship transmission”
2. Pendidikan IPS terpadu untuk SD
3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP
4. Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi
untuk SMA
Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
pendidikan IPS terpilah dalam dua arah yaitu :
1. PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu
sosial dan humaniora yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan
persekolahan
2. PIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang merupakan penyeleksian secara ilmiah
dan meta psiko pedagogis dari ilmu sosial humaniora dan disiplin lain yang relevan untuk tujuan
pendidikan profesional guru IPS.
21
terhadap fenomena secara sistematik.Agar diterima,hasil temuan dan prosedur inkuiri harus
diakui secara publik. (Supriatna, 2007)
Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan,
nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara konseptual Fontana (1981), mengartikan belajar
adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Pada dasarnya pendidikan adalah proses transformasi atau proses perubahan
tingkah laku (change of behavior) peserta didik.
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajarannya (Hamalik, 1985 : 23). Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan
diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam
proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan
masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi dan film; radio
recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran IPS; grafik,
bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet dan karikatur;
perpustakaan, learning resources, laboratorium IPS; serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan,
dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12).
22
2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
3. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku
Pembelajaran menurut Dengeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara inplisit
dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan, serta didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada,
kegiatan ini merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Menurut Uno bahwa pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan
dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau
mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah
dikuasai atau belum.
23
Fungsi perencanaan pembelajaran IPS
Perencanaan pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
a. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan
umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan
dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami
jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan
diprogram secara utuh.
c. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih
efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan
pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang
terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan
masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap
orang baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang
akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun.
Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang
akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam
pelajaran efektif.
g. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang
utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam
sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat
ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami,
sehingga akan dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program
pembelajaran selanjutnya.
24
Karakteristik Perencanaan Pembelajaran IPS
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan
aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan karakteristik
perencanaan pengajaran adalah :
1. Merupakan Proses Rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-
konsepnya dirancang oleh banyak orang.
2. Merupakan Konsep Dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi
yang masuk mengharapkan demikian.
3. Serangkaian Aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan
menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
4. Pemilihan Sumber Dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan,
duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.
25
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yangterlibat dalam
kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik untuk guru maupun unsur murid
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahuiketepatan dan
kelambatan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya
26
Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa
berbagai komponen perencanaan pengajaran berjalan dan dikembangkan secara efektif
dengan berbagai variasi.
27
bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang
pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c. Kesamaan ( similarity );
bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek
yang saling memiliki.
d. Arah bersama ( common direction );
bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung
akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan ( simplicity) ;
bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana,
penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan
susunan simetris dan keteraturan; dan
f. Ketertutupan ( closure )
bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan
yang tidak lengkap.
28
f. Penekanan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan
kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum ( generalisasi ).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
29
1. Tujuan Pembelajaran
2. Materi Ajar
3. Metode Pembelajaran
4. Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
5. Penilaian Hasil Belajar
Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar Bahan Ajar dapat dikelompokan
menjadi beberapa kategori :
1. Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
2. Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
3. Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara sumber
4. Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau lebihmedia
yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau perilaku alami dari
suatu presentasi
30
Fungsi & Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh - pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran padatahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keeftifan proses belajar mengajar.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi Atensi
b. Fungsi Afektif
c. Fungsi Kognitif
d. Fungsi Kompensatori
1. Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatiansiswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yangditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu oleh mereka sehingga mereka tidak
memperhatikan.Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead
projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran
yang akanmereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaransemakin besar.
2. Fungsi afektif
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca)
teks yang bergambar. Gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dansikap
siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras
3. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan ± temuan penelitian yangmengungkapkan bahwa
lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris
media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa mediavisual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalammembaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengankata lain,
media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambatmenerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.
31
Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget :
1. Sensorimotor inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca
indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun
perkembangan kognitif telah dapat diamati
2. Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang
pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun
perkembangan kognitif telah dapat diamati
3. Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis
untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang,
kausalitas
4. Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak
perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang
hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme,
bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan
berpikir abstrak dalam/melalui bahasa
DAFTAR PUSTAKA
1. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
2. Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi . Bandung:
Yrama Widya
3. Hornby, A S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Sixth
Edition. New York: Oxford University Press
4. Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 2008, Kencana
Prenada Media Group. Jakarta
5. Scriven, M., The methodology of evaluation, 1967. In R. W. Tyler, R. M.
6. Gagné, & M. Scriven (Eds.), Perspectives of curriculum evaluation, 39-83.
Chicago, IL: Rand McNally.
7. Seels, B. B., & Richey, R. C., Instructional Technology: the definition and domains of
the field, 1994, Association for Educational Communications and Technology,
Bloomington, IN.
8. Seels, Barbara & Glasgow, Exercise in Instructional Design, 1990, Merii Publishing
Company
9. Tyler, R.W., Basic Principles of Curriculum and Instruction , 1949, University of Chicago
Press, Chicago.
10. Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, 2006, Bumi Aksara PT, Jakarta
32
Tugas I .
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini jelas dan benar.
1. Jelaskan pengerian masing-masing dari konsep-konsep dasar IPS.
2. Tuliskan Fokus perhatian dari konsep-konsep dasar IPS.
3. Jelaskan tentang Hirarkis konsep dan hubungannya dengan generalisasi.
4. Jelaskan pengertian tentang konsep Konjungtif, disjungtif, Relasional, dan Ideal.
5. Berikan Contoh-contoh konsep tersebut pada butir 4.
6. Jelaskan pengertian IPS menurut :
a. John Jarolimek,
b. Edgar B. Wesley,
c. S. Nasution,
d. Kosasi Djahiri,
e. Numan Sumantri.
f. Muliyono Tj., dan
g. Departemen P & K.
7. Jelaskan secara singkat tentang sejarah lahirnya IPS di Indonesia, dan bagaimana
perkembangannya sampai sekarang.
33