Anda di halaman 1dari 33

MODUL

KONSEP PEMBELAJARAN IPS

Disusun Oleh:
Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN IPS


FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEPENDIDIKAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

1
BAB I
HAKIKAT IPS

Pada bab ini akan diuraikan secara ringkas tentang Pokok Bahasan Hakikat IPS yang
meliputi; Rasional, Sejarah, Definisi, dan Tujuan mempelajari IPS serta Sub PB Konsep-
konsep Dasar IPS, Ilmu-ilmu Sosial dan Bidang Studi lain, dalam hubungannya dengan IPS.
Namun sebelumnya akan di perjelas istilah kata hakikat IPS. Hakikat IPS dapat diartikan
sebagai kebenaran, kenyataan yang sebenarnya (Poerwadarminta, 1985). Jadi IPS adalah
suatu kebenaran IPS, atau kenyataan IPS, dan apa sebenarnya IPS itu.
A. Hakekat IPS itu adalah:
1. Perwujudan dari satu pendekatan Interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial.
2. Integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial seperti: Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Sosiologi, Antropologi, Ilmu Politik dan Psykologi sosial.
3. Menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat sekeliling.
4. IPS bukan Ilmu Sosial walaupun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik
antara manusia (human relation ship).
5. IPS hanya terdapat pada program pengajaran di sekolah.
6. IPS merupakan penyederhanaan Ilmu sosial untuk pengajaran.

B. Sejarah lahirnya IPS di Indonesia


IPS merupakan terjemahan dari studi sosial ( social studies) yang mulai diterapkan
dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat sejak tahun 1915 setelah
perang dunia pertama. Para ahli pendidikan di Amerika Serikat pada waktu itu
berkesimpulan bahwa pengajaran Ilmu-ilmu sosial yang diajarkan secara sendiri-sendiri
dalam bentuk disiplin ilmu, seperti: Sejarah, geografi, ekonomi, dan lain-lain tidak akan
mampu membekali para subyek didik untuk dapat mengenal dan mengerti masalah sosial
yang ada disekitarnya. Dengan demikian diintroduksikannya social studies yang
diharapkan dapat mengatasi kekurangan.
Kelahiran Bidang Studi IPS dalam Kurikulum sekolah di Indonesia, banyak-banyak di
ilhami oleh pengajaran social studies di Amerika Serikat. Bahkan istilah Ilmu pengetahuan
sosial (IPS), adalah terjemahan dari apa yang dinamakan Social studies dalam dunia
pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat (N. Daljuni 1981). Pengajaran IPS di
Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pakar IPS pada tahun 1969 yaitu oleh Ibu Prof
Dr. Soepartina Pakasi pada SD PPSP IKIP Malang. Pada tahun 1971 IPS dimasukkan
dalam buku induk Depdikbud. Pada tahun 1972 sudah ramai diperbincangkan dalam
rencana pembaharuan Kurikulum sekolah di Indonesia. Bidang studi IPS resmi di
cantumkan dalam kurikulum pada tahun 1974. Pada tahun 1975 nama bidang studi IPS
sudah tercantum dalam kurikulim SD, SMP, SMU. Pelaksanaannya dilaksanakan secara
bertahap dimulai pada tahun 1976. Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Indonesia
kelahirannya bersamaan dengan lahirnya kurikulum tahun 1975.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, dimana dunia pengajaran
sekolah pada umumnya selalu tertinggal, maka IPS diperlukan sebagai wadah
pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan kehidupan dalam
dunia pengajaran sekolah. Sebab IPS mampu melakukan lompatan-lompatan ilmu secara

2
konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan baru yang sesuai dengan keadaan dan
zaman. Maka melihat jenis dan susunan konsep/topik dalam IPS sungguh sangat banyak
bervariasi dari berbagai ilmu sosial serta dari tuntutan-tuntutan persoalan kehidupan
praktis.
C. Pengertian istilah Social studies dan IPS
Oleh karena itu, untuk memudahkan pemahaman terhadap IPS perlu dikemukakan
terlebih dahulu Pengertian Social Studies (IPS) dari beberapa ilmuan Negara-negara
maju seperti berikut:
1. Arthur G. Binning and David H.Binning (1982) mengemukakan bahwa: Studi Sosial
adalah mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan
organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial.
2. Edgar B. Wesley (1980), mengemukakan bahwa: Studi Sosial adalah Ilmu-ilmu
Sosial yang disederhanakan untuk tujuan pengajaran di sekolah.
3. Willian B. Ragam (1982), menyatakan bahwa: Program Studi Sosial mencerminkan
bahan-bahan dari berbagai ilmu Sosial, tetapi ia juga mempergunakan bahan-bahan
dari masyarakat setempat.
4. John Jarolimek (1967) menyatakan bahwa: Studi Sosial merupakan bagian dari
kurikulum pendidikan dasar yang materi pelajarannya terdiri dari ilmu-ilmu social
seperti; Sejarah, Geografi, Ekonimi, Antropologi, Soiologi, Politik, Psykologis Sosial
bahkan termasuk Ilmu Filsafat.

Studi Sosial dapat pula dikatakan sebagai bagian-bagian dari ilmu sosial yang
diseleksi atau dipilih untuk tujuan pengajaran.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram Jarolemek sebagai berikut:

GEOGRAPHY SOCIOLOGY

HISTORY ANTROPOLOGY
SOCIAL STUDIES
SOCIAL
PSYCHOLOGY POLITICAL
SIENCE

PHILOSOPHY
ECONOMIC

Selanjutnya akan dikemukakan pula pengertian IPS menurut para pakar Ilmuan

Sosial di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social Studies (1952) mengartikan Studi
Sosial “those portions or aspect of social sciences that heve been selected and adapted
for used in the school or in other instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu

3
sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi
pengajaran lain).
2. Paul Mathias dalam buku The Teacher’s Handbook for Social Studies memberikan
penjelasan bahwa Studi Sosial merupakan pelajaran tentang manusia dalam masyarakat
pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Karena itu Studi Sosial membahas ciri
kemasyarakatan yang mendasar dari manusia, meliputi studi banding tentang perbedaan-
perbedaan rasial dan lingkungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dan
memerlukan penelitian rinci terhadap berbagai pernyataan (perilaku) mengenai adaptasi
manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta hubungan antara manusia yang satu
dengan lainnya.
3. John Jarolimek menulis Pengetahuan Sosial adalah bagian dari kurikulum sekolah
dasar yang mengambil subject matter content dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, politik, psikologi, philosofi, antropologi, dan ekonomi.
4. Leonard S. Kenworthy mengatakan Pengetahuan Sosial adalah studi tentang manusia
untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun orang lain, di dalam suatu masyarakat
yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat atau waktu sebagai individu
maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya melalui berbagai institusi seperti
halnya manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat yang baik.
5. Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998) menjelaskan hakikat pendidikan IPS
adalah berbagai konsep dan prinsip yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial, misalnya
tentang kependudukan, kriminalitas, korupsi dan kolusi dan sebagainya yang dikemas
untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya pencapaian tujuan di berbagai jenjang
pendidikan. Berbagai realitas tersebut dijelaskan melalui pendekatan multi dimensi arah
dalam melakukan berbagai prinsip dan generalisasi yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial
seperti sejarah, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, geografi dan ilmu politik.
6. Nu’man Sumantri (2001) mengaskan bahwa IPS adalah suatu synthetic discipline yang
berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan substansi ilmu-ilmu sosial
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Makna synthetic discipline, bahwa
IPS bukan sekedar mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu
pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
7. Nasution.D,Prof,Dr M.A (1975) merumuskan bahwa IPS adalah suatu program
Pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya yang
bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti: geografi, sejarah, ekonomi,
antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial. Dapat juga dikatakan bahwa IPS
pelajaran yang merupakan fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran Ilmu-ilmu
sosial. Atau IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu
dari ilmu-ilmu sosial.
8. Nu’man Sumantri dan kawan-kawan (1973) merumuskan bahwa, IPS sebagai bahan
pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat SD,
SLP, dan SLA.
9. IPS adalah suatu bidang studi yang merupakan paduan sejumlah mata pelajaran Sosial
(Departmen P dan K R.I)
10. Kosasi Djahiri (1983) merumuskan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan
yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta

4
kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih


relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah terjemahan dari social studies dalam
konteks kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Amerika Serikat. Dengan demikian IPS
adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari
kegiatan hidup manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat dengan menggunakan
berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan
sebagainya.

Berdasarkan pada uraian tentang pengertian IPS, maka guru IPS diharapkan selain
memahami orientasi dan pendekatan kurikulum, juga memahami konsep-konsep dan
generalisasi yang terdapat dalam kurikulum maupun dari buku paket dan buku teks lainnya
yang dianggap tepat untuk diajarkan. Upaya itu dimaksudkan agar konsep dan generalisasi
dapat diajarkan sebagai jawaban terhadap tuntutan kebutuhan yang beranggapan bahwa
pengajaran fakta selama ini sudah tidak memadai lagi.

Edwin Fenton (1976) bahwa: fakta semata tidaklah berarti apa-apa untuk dirinya
sendiri. Fakta akan memiliki arti dalam fikiran orang yang mempelajarinya. Suatu fakta yang
sama akan mempunyai arti yang berbeda terhadap dua orang yang pandangannya berbeda.
Dapat juga dikatakan bahwa pelajaran IPS ini diharapkan bukan hanya penanaman,
pembinaan pengetahuan konsepsional belaka, melainkan ialah pembinaan pengerian sikap
terhadap nilai-nilai praktis (operasional) dari pada konsep tersebut serta kemahiran
penerapannya sebagai insan sosial. Oleh karena pengajaran IPS bukan sekadar
menyedorkan serentetan konsep-konsep saja, melainkan kemampuan guru dan siswa menarik
nilai/arti yang terkandung dalam konsep, serta bagaimana cara menerapkannya.
Kardiyono Mertodihardjo (1984) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan
gambaran tentang, fakta, konsep generalisasi dan teori, maka secara jelas akan diuraikan
dan berurutan melalui Hirarki Konsep seperti pada bagang berikut :
1. Persepsi adalah pengamatan melalui indra, penafsiran terhadap suatu persepsi
dipengaruhi pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki seluruhnya oleh seseorang.
Persepsi ini merupakan proses penyaringan berdasarkan pengalaman-pengalaman.
Persepsi merupakan produk mental dari hasil pengalaman ia merupakan bahan mental
untuk berfikir melalui daya persepsi dan daya mengingat, seseorang mengumpulkan
informasi tentang kejadian (fakta) di sekelilingnya.
2. Fakta adalah kejadian, obyek atau gejala-gejala yang sudah atau dapat dibenarkan oleh
indera. Fakta yang diperoleh berdasarkan observasi tidak mempunyai arti sendiri, ia
sekedar alat. Ilmu dibentuk dari fakta, sebagaimana halnya batu bata sebagai alat
pembentuk gedung. Kumpulan fakta bukan gedung, kumpulan fakta bukan ilmu. Fakta
merupakan data mentah bagi pembentukan konsep. Sebagai contoh: Bumi beredar
mengelilingi matahari, Kuala Lumpur Ibu Kota Negara Malaysia dan sebagainya.
3. Konsep adalah suatu abstraksi (hanya dalam ingatan dan pikiran) dari fakta dan persepsi.
Merupakan gambaran dikepala (inpresi, visualisasi, representasi gejala-gejala) konsep
memberikan arti keteraturan dan pengalaman. Konsepsi merupakan
pembedaan/pemilikan secara sadar dari pengalaman persepsi yang pernah dieroleh.

5
Konsep tidak dapat dipelajari tanpa pengalaman yang relevan dengan gejala/kejadian
yang akan di”konsep”kan. Salah konsep ( misconception) terjadi karena adanya
penghilangan atau penambahan dari apa yang esensil ada didalam konsep. Akibatnya:
kekeliruan dalam penyamaan terhadap gejala-gejala lain, ini dinamakan “ over
generalization”. Jenis konsep yang dikembangkan oleh anak didik terbatas pada
pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya, konsep berguna untuk
menggolong-golongkan benda, ide, kejadian, konsep harus dapat di abstraksikan, ini
sangat esensiil. Perlu diberikan catatan penting bahwa, Stereotipe ialah konsep tentang
orang/obyek, tempat, kejadian yang belum terwujud berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang cukup. Sedangkan fungsi konsep disini adalah (1) sebagai unsur
respon terhadap sesuatu kejadian atau maksud, (2) sebagai perantara kejadian dan
perbuatan dan perbuatan/kelakuan, (3) membantu kita untuk membedakan,
menggolongkan, memperhitungkan fakta-fakta di sekeliling kita. Oleh karena itu setiap
disiplin ilmu sosial memiliki dan mengembangkan konsep-konsep masing-masing yang
dilakukan oleh para ahlinya seperti jenis-jenis konsep yang perlu dikembangakan oleh
para guru IPS adalah (a) konsep konjungtif, (b) konsep disjungtif, (c) konsep relasional, (d)
kosep infret, dan (e) konsep ideal.
4. Generalisasi adalah merupakan paduan dari dua atau lebih dari konsep-konsep: dapat
sederhana (kian besar keluarga, kian besar biaya), dan dapat kompleks (setiap
masyarakat memiliki kebuadayaan masing-masing). Kumpulan dari generalisasi atau
biasanya berupa prinsip, dalil, hukum, pernyataan dapat membentuk teori. Generalisasi
berfungsi dalam pengajaran IPS antara lain adalah (1) membantu dalam pemilihan bahan
pelajaran, (2) sebagai tujuan umum IPS, (3) mengorganisasi kegiatan belajar mengajar,
(4) membantu dalam membangun hubungan pengertian atau artikulasi bahan-bahan
pengajaran dalam kurikulum IPS. Selain hal tersebut juga generalisasi memiliki beberapa
ciri-ciri, antara lain (a) generalisasi menunjukkan hubungan dua konsep atau lebih, (b)
generalisasi lebih bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukkan pada
keseluruhan dan bukan bagian atau contoh, (c) generalisasi adalah tingkat abstraksi yang
lebih tinggi dan bukan sekedar konsep, (d) generalisasi didasarkan pada proses.
Generalsasi dikembangkan atas dasar penalaran dan bukan hanya berdasarkan
pengamatan semata (e) generalisasi berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan
kebenarannya, (f) generalisasi bukanlah sekedar pernyataan yang diverbalkan atau
penegasan pernyataan akan tetapi satu kesatuan pengertian.
5. Teori adalah bentuk pengetahuan dalam tingkat tertinggi, merupakan salah satu dari
tujuan pokok didalam perkembangan setiap disiplin/ilmu.Terdiri dari suatu proposisi
(generalisasi) yaitu: prinsip, dalil, hukum, dan sebagainya yang saling berhubungan yang
dapat diuji kebenarannya.

Bahan pelajaran IPS pada konsep-konsep dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial
seperti: sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik psikologi sosial dan ekologi.
Disamping lingkungan alam dan masyarakat sekeliling juga memberikan bahan berupa fakta-
fakta (M. Abduh, 1990). Oleh karena itu guru IPS wajib mengetahui konsep dasar dari ilmu-
ilmu sosial dan fakta-fakta sekitar dengan baik. Ruang lingkup IPS ialah keseluruhan lapangan
ilmu sosial. Dalam pengajaran IPS baik konsep maupun generalisasi diupayakan agar
ditemukan sendiri oleh siswa melalui pendekatan induktif. Namun untuk kepentingan
pengajaran ada baiknya bila guru sendiri telah memiliki konsep-konsep dan generalisasi, yang

6
dapat digunakan untuk menguji konsep-konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa. Tidak
berarti bahwa rumusan konsep dan generalisasi yang ditemukan siswa harus sama persis
dengan konsep dan generalisasi temuan guru.
Setiap cabang ilmu sosial mempunyai titik berat perhatian yang berbeda-beda,
misalnya: Sejarah sangat memperhatikan aspek waktu, Geografi sangat memperhatikan
aspek keruangan, Ekonomi sangat memperhatikan aspek kelangkakaan sumber kebutuhan
hidup, Sosiologi aspek masyarakat dan seterusnya. Adanya titik berat perhatian yang berbeda-
beda itu, maka setiap cabang ilmu sosial mengembangkan konsep dan generalisasi masing-
masing sesuai dengan titik berat perhatiannya. Setiap siswa perlu menguasai pengertian
tentang konsep dasar dan generalisasi berbagai cabang ilmu sosial yang dapat dipergunakan
untuk mempelajari persoalan kemasyarakatan, mencoba menyelami prosesnya dan mencoba
ikut memecahkannya. Mempelajari konsep dan generalisasi IPS sangat penting karena: (a)
siswa mudah memahami proses-proses yang terjadi dalam masyarakat, (b) konsep dan
generalisasi tidak mudah dilupakan, Karena diperoleh melalui pemahaman dan bukan melalui
hafalan. (c) konsep dan generalisasi yang dipahami membuat sesuatu peristiwa menjadi lebih
jelas kaitannya satu dengan yang lainnya.
Pengajaran IPS sifat menyeluruh penting untuk diketahui dan dipahami, karena IPS
menangani bahan pelajaran dalam hubungan tali temali, kait berkait atau “Integrated” atau
“Interdisipliner”. Program IPS harus mengembangkan; pengertian, sikap, dan keterampilan.
Pengertian; menyangkut perkembangan fakta, konsep dan generalisasi yang merupakan isi
dasar IPS. Hal ini dapat diambil dari ilmu-ilmu sosial dan dari pengalaman dalam masyarakat
sendiri. Sikap; menyangkut nilai, apresiasi, dan ide-ide yang diperoleh anak didik melalui
program IPS. Sedangkan keterampilan; menyangkut kemampuan tehnis dan fisik. Ketiga
aspek tersebut saling berkaitan dan perlu dikembangkan pada setiap program IPS sesuai
dengan tujuan IPS. Setiap program IPS hendaknya berorientasi kepada Negara, bangsa dan
masyarakat Indonesia sendiri.
Mulyono Tj (1982) mengemukakan bahwa pengajaran IPS perlu pula
memperhatikan bagaimana cara memilih dan menyusun konsep, agar pelaksanaan dan
pengembangan materi pelajaran tidak bermasalah, artinya tidak terjadi kesalahan dalam
memilih konsep atau salah konsep maka perlu diperhatikan cara memilih konsep hendaknya
dipilih berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut yaitu: (a) perinsip keperluan, (b) perinsip
ketepatan, (c) perinsip mudah dipahami, dan (d) perinsip kegunaan. Sedangkan cara
menyusun konsep adalah: Konsep merupakan abstraksi dari sekumpulan fakta yang memiliki
ciri-ciri yang sama. Konsep itu terwujud dari bentuk konkrit ke bentuk abstrak. Proses ini
dilakukan oleh anak-anak didik berdasarkan latar belakang pengalamannya.
D. Tujuan Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Tujuan pengajaran IPS ada 3 tujuan utamanya menurut Edwin fenton (1986)
yaitu :
(a) mempersiapkan anak didik menjadi warga Negara yang baik,
(b) mengajar anak didik berkemampuan berpikir
(c) agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.

Sedangkan menurut L.H. Clark (1983) mengemukakan bahwa titik berat studi sosial
adalah perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, serta manusia

7
dengan kegiatan intraksi antar mereka, dan anak didik diinginkan agar dapat menjadi anggota
yang produktif dan dapat memberikan andilnya dalam masayarakat.
Dalam buku Teaching Social studies (1962) dari Departemen of Instructions Fairfax
Country Schools Virginia, mengemukakan bahwa program studi sosial hendaknya menyajikan
kesempatan yang banyak setra beraneka ragam untuk membentuk warga Negara yang efektif,
termasuk kesadaran bahwa hak selalu disertai oleh kewajiban.
Tujuan pengajaran IPS di Indonesia, M. Abduh (1990) bertujuan seperti tersebut di
atas yang merupakan tujuan yang bersifat universal yang dapat berlaku bagi anak didik di
negara manapun di dunia ini. Selain tujuan yang umum itu, maka pada setiap Negara
mempunyai tujuan khusus yang khas, berdasarkan filsafat, sejarah, watak, dan keadaan
geografis yang berbeda-beda. IPS di Indonesia merupakan wahana pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Yang harus dimiliki oleh anak didik yaitu: (a) Taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) cerdas dan terampil, (c) berbudi pekerti yang luhur, (d) memiliki keperibadian
yang kuat, dan (e) memiliki semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang tebal. Bagi bangsa
Indonesia, karakteristik warganegara yang baik tentu saja harus mengacu kepada dasar
Negara yaitu Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Secara khusus tujuan pengajaran IPS di sekolah dapat dikelompokkan menjadi


empat komponen seperti berikut:
1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa datang.
2. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah
informasi.
3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap (values) demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam
kehidupan sosial.
Keempat tujuan tersebut tidak terpisahkan atau berdiri sendiri, melainkan merupakan
kesatuan dan saling berhubungan. Keempat tujuan tersebut sesuai dengan perkembangan
pendidikan IPS sampai pada saat sekarang. Chaping, J.R dan Messick, R.G (1992:5).
E. Konsep-konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial.
Bahan pelajaran IPS bersumber dari masyarakat dan alam sekeliling kita. Bahan
tersebut disusun dalam topik-topik yang berisikan konsep-konsep dan generalisasi yang harus
disajikan kepada siswa-siswa sesuai dengan perumusan arti IPS. Konsep dan generalisasi
berasal dari berbagai cabang ilmu sosial Kadiyono Mertodihardjo (1984).
Lingkungan sosial dan alam siswa perlu pula digunakan sebagai pedoman dalam
penyusunan bahan sehingga apa yang akan disajikan ada kaitannya dengan masyarakat
tempat tinggalnya. Namun perkembangan penduduk yang amat cepat mengakibatkan
pertumbuhan kehidupan masyarakat yang amat kompleks. Perkembangan teknologi dan ilmu
membawa timbulnya beraneka ragam peralatan sehingga pemilihan dan penyajian bahan
peralatan yang tepat merupakan masalah pula. Jelas sekali bahwa kini makin banyak
pengertian yang harus diketahui oleh siswa. Hal ini tidak akan terlaksana melalui proses
tradisional dengan menghafal dan mengingat meluluh. Proses penguasaan bahan harus
dirombak dengan cara penguasaan konsep dan generalisasi, karena dengan penguasaan
konsep dan generalisasi amat penting dan dapat memudahkan pemahaman siswa tentang

8
masyarakat. Berikut akan diuraikan satu persatu tentang konsep-konsep dasar dari berbagai
ilmu-ilmu sosial menurut Mulyono Tj (1982) adalah seperti berikut:
Konsep dasar dari ilmu-ilmu sosial adalah (a) sejarah, (b) geografi, (c) ekonomi, (d)
sosiologi, (e) antropologi, (f) politik,dan (g) psykologi sosial. Berikut akan diuraikan lebih rinci
tentang pengertian dan bagian-bagiannya, beserta contoh konsep masing-masing ilmu-ilmu
sosial.
1. Konsep Sejarah.
Sejarah adalah: ilmu yang mengkaji kisah perbuatan-perbuatan manusia pada masa
lampau dan masa sekarang. Unsur pokoknya adalah: manusia, ruang dan waktu. Sifat
obyek adalah: perbuatan/peristiwa-peristiwa terpilih yang mempunyai arti bagi manusia.
Sedangkan sumber bahan adalah bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Konsep pokok
atau main Concepts seperti: perubahan, kontinuitas, waktu, dan lain-lain. Bahan kajiannya
adalah kejadian peristiwa manusiawi yang mempunyai impact terhadap manusia, bangsa
dalam gerak perkembangan atau sejarahnya seperti: (1) usaha/perjuangan usaha
manusia mengatasi tantangan alam, (2) kehidupan bernegara, (3) kegiatan beragama dan
berkebudayaan dengan pasang surutnya, (4) ide-ide dan paham-paham: feodalisme,
imperialisme, kapitalisme, nasionalisme, Internasionalisme dan sebagainya. Semuanya
dipertautkan dengan konsep-konsep, karakteristik sejarah dan disiplin-disiplin yang lain.
Sifat-sifat karakteristik yang perlu diperhatikan dalam sejarah antara lain adalah (1)
kejadian / data itu bersifat hanya sekali saja terjadi dan tak mungkin terjadi lagi, (2)
perkembangan peristiwa/ kejadian histories itu bersifat kausal, (3) subyektivitas dalam
penilaian dan Interpretasi data.

2. Konsep Geografi
Geografi adalah suatu studi tentang hubungan keruangan, meliputi aspek-aspek fisik,
biotic, dan sosial, tetapi dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu lain karena geografi
memusatkan perhatiannya/studinya pada penyebaran atau distribusi, gejala/penomena
serta hubungan dengan gejala-gejala dengan tempat atau ruang. Contoh konsep-kosep
geografi antara lain: distribusi, ruang, lokasi, wilayah, bentangan alam, sumber alam,
lingkungan hidup, globalisasi, penduduk, sungai, laut, gunung dan lain sebagainya.
Konsep-konsep tersebut dapat terbagi-bagi lagi kepada konsep yang lebih khusus.
Misalnya: bentangan alam dapat berupa konsep tentang gunung, lembah, sungai dan
seterusnya. Pengorganisasiannya dapat diperjelas seperti berikut:
a. Distribusi keruangan (spatial distribution). Untuk dapat melihat distribusi keruangan
diperlukan ,fakta yang cukup banyak. Fakta tersebut memiliki tiga unsur yang
bersamaan ialah waktu, lokasi, dan kesamaan ciri-ciri.
b. Wilayah atau region adalah suatu daerah yang ditandai dengan adanya keseragaman
atas satu atau lebih fenomena/kenampakan. Wilayah dapat dibedakan atas: 1)
Wilayah Formal, ialah yang ditandai dengan adanya asosiasi areal, yang dapat berupa
biotik atau physik, 2) Wilayah Fungsional yang ditandai dengan adanya interaksi ruang
misalnya kota sebagai pusat dengan kota-kota satelit yang mengitarinya yang
dihubungkan oleh adanya alat komunikasi.
c. Asosiasi areal adalah suatu areal yang memungkinkan terjadi suatu wilayah Formal,
misalnya adanya dataran rendah didaerah pantai, mungkin dapat menjadi daerah
rawa.

9
d. Intraksi keruangan yaitu adanya hubungan antara fakta dengan fakta lain di dalam satu
ruang antar ruang dapat berwujud intraksi. Dengan adanya intraksi biasanya akan
timbul fakta baru. Misalnya: karena adanya intraksi antara manusia dengan
lingkungannya terjadilah disuatu tempat, sawah, sedang ditempat lain terwujud
perkebunan.

3. Konsep Ekonomi dan Koperasi


Ekonomi adalah suatu pelajaran tentang bagaimana orang dan masyarakat memilih
tanpa uang mempekerjakan sumber-sumber produksi yang langkah, untuk menghasilkan
bermacam-macam barang sepanjang waktu dan mendistribusikannya untuk komsumsi,
sekarang dan yang akan datang, diantara berbagai macam orang dan golongan
masyarakat. (Paul Samuelson). Sedangkan menurut Robert, L, Heilbooner: ekonomi
adalah mempelajari bagaimana orang memecahkan tantangan dalam memenuhi
kebutuhannya. Berikut akan di jelaskan tentang konsep pokok dari Imu ekonomi menurut
Prof, Lawrence Senesh mengemukakan 5 (lima) konsep dasar dari ekonomi seperti
berikut:
a. Konsep dasar yang sentral dari ilmu ekonomi adalah konsep kelangkaan (Scarcity),
bahwa setiap masyarakat dihadapkan pada masalah tentang kebutuhan yang tak
terbatas dengan sumber-sumber produksi yang terbatas. Masalah ini dialami oleh
masyarakat dengan sisten ekonomi apapun yang dianut. Seperti ekonomi kapitalisme,
sosialisme, liberalisme dan komunisme.
b. Dari konsep kelangkaan timbullah sekelompok konsep/ide yang baru. Karena
kelangkaan sumber-sumber produksi, orang harus mencoba mengembangkan
metode-metode produksi baru, untuk menghasilkan lebih banyak dengan waktu yang
lebih sedikit, atau lebih banyak hasil yang dihasilkan dengan lebih sedikit bahan dalam
waktu yang lebih pendek. Macam-macam spesialisasi diungkapkan agar supaya kita
dapat mengatasi pertentangan antara kebutuhan tak terbatas dengan sumber-sumber
yang terbatas.
c. Adanya spesialisasi kita saling tergantung atau interdependen. Hal tersebut kita
membutuhkan suatu sistem monoter dan sistem transportasi.
d. Kita harus menemukan suatu mekanisme alokasi hasil-hasil produksi dan sumber-
sumber produksi, dan mekanismenya adalah pasar. Harga akan menentukan pada
produksi, metode produksi, pembagian pendapatan dan tingkat pengeluaran,
komsumsi dan tabungan. Sebaliknya akan menentukan tingkat aktivitas ekonomi
secara aggregatif.
e. Kebijakan pemerintah atau politik guna mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat,
yang pada pokoknya mempunyai tujuan adalah; (1) pertumbuhan ekonomi yang tepat
tanpa iflasi, (2) ketentraman ekonomi, (3) kestabilan ekonomi yang diinginkan, (4)
kebebasan ekonomi, (5) menciptakan keadilan ekonomi.

Contoh-contoh konsep ekonomi antara lain adalah: biaya produksi, bentuk-bentuk


pasar, kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, komsumsi, tabungan, investasi uang
dan sebagainya. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah (a) prinsip adanya
kelangkaan dari sumber-sumber, (b) kebutuhan manusia yang tidak terbatas, (c) perlu
adanya pemilihan alternatif penggunaan sumber-sumber produksi, (d) prinsip ekonomi
yang menjadi pedoman bagi manusia untuk menentukan perbuatannya. Sedangkan

10
perkoperasian di Indonesia, perlu diperhatikan antara lain adalah; Sumber bahan dan
pendekatan yang digunakan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah;
1. Sumber bahan yaitu:
- peraturan-peraturan pemerintah dan pembangunan.
- masalah-masalah ekonomi dan keuangan
- lembaga-lembaga ekonomi dalam masyarakat.
- bulletin-bulletin ekonomi
2. Pendekatan yang digunakan yaitu :
- pendekatan secara makro ekonomi.
- pendekatan secara mikro ekonomi.
- pendekatan problema
- pendekatan kemasyarakatan.

4. Konsep Politik atau Pemerintahan


Isi dan ruang lingkupnya adalah pendidikan kewargaan Negara dan sebagian
mengambil bagian dari ilmu politik yaitu bagian demokrasi politiknya. Secara terperinci
konsep demokrasi politik itu dapat disusun sebagai berikut :
1. Kontek ide Demokrasi adalah teori-teori tentang demokrasi politik, teori mayority,
minority rights, konsep-konsep demikian dalam masyarakat teori demokrasi dalam
pemerintahan.
2. Konstitusi Negara adalah sejarah legal status masalah pokok dalam konstitusi Negara,
rangkaian krisis dalam nation building, identity, integration, penetration, participation
dan distribution.
3. Inputs dari sistem politik adalah studi tentang political behavior kebutuhan pokok
manusia, tradisi rumah, status sosial, athniegroups, komunikasi, pengaruh rumah,
sahabat, dan teman sepekerjaan.
4. Partai politik dan pressure group adalah sistem kepartaian, fungsi partai politik,
peranan ressure group, dan public relation.
5. Pemilihan umum maksudnya adalah pemilu dalam distribusi kekuasaan, sistem pemilu
6. Persiden sebagai kepala Negara/administrasi Negara, kedudukan persiden; konstitusi,
control lembaga legislative terhadap persiden dan birokrasi pemerintahan,
pemerintahan dibawah konsititusi, jasa-jasa pemerintah, organisasi dan management
pemerintah.
7. Lembaga yudikatif: sistim peradilan dan administrasi peradilan, dan proses peradilan
berhubungan dengan badan legislatif, ekskutif dan yudikatif.
8. Out put dari demokrasi politik adalah hak individu dan kemerdekaan individu dalam
konstitusi, kebebasan berbicara, pers dan mass media, kebebasan akademis,
perlindungan yang sama, cara penduduk Negara memperoleh dan kehilangan
kewarganegaraannya.
9. Kemakmuran umum dan pertahanan Negara; tugas Negara dan warga Negara dalam
mencapai kemerdekaan umum, hak-hak memiliki kekayaan, politik, pajak untuk
kemakmuran umum, politik luar negeri dan keselamatan nasional serta hubungan
internasional.
10. Perubahan sosial dan demokrasi politik: demokrasi politik dan pembangunan masa
sekarang, dan bagaimana mengefektifkan dan mengisi demokrasi politik (Marlin .D.
Irish).Yang termasuk dalam obyek studi tersebut antara lain adalah: Hak dan

11
kewajiban, cita-cita dan aspirasi, kesadaran, nasionalisme, moral pancasila, etika,
agama, tanggung jawab, politik, hukum, pemerintahan dan lain sebagainya.

5. Konsep Sosiologi.
Sosiologi adalah: ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan bersama manusia
dengan sesamanya, yaitu kehidupan sosial atau pergaulan hidup. (Selo S. dkk 1984).
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial (Sulaeman Soemardi, 1984), Sedangkan (P.J.Boeuman)
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam hubungan kelompok.
Adapun konsep intinya antara lain; role, norma, values, status, society, community,
sanotion, interdependence dan lain-lain.
Sosiologi terdiri dari suatu sistem konsep-konsep, generalisasi-generalisasi dan teori-
teori yang dapat menolong siswa SD, SMP dan SMA, untuk membuat keputusan
berhubungan dengan masalah sosial, walaupun hanya untuk sebagian teori yang ada
dalam sosiologi. Teori-teori ini terdiri dari banyak dari konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi yang dapat membuat siswa-siswa mengerti variabel-variabel yang membentuk
tingkah laku manusia. Sosiologi memusatkan perhatiannya pada tingkah laku kelompok
yang mempengaruhi tingkah laku individu, serta relasi antara kelomok yang berbeda-beda.
Untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang sehat terhadap isu-isu sosial, maka
siswa harus mengerti tentang struktur kelompok manusia dan intraksi diantaranya. Ia juga
harus mengenal dengan baik cara-cara yang membentuk tingkah laku mereka sendiri
dalam kelompk dimana mereka bersosialosasi.

6. Konsep Antropologi.
Antropologi adalah The study of mankind (Hoebel, 1976). Maka sesungguhnya
manusia dapat dilihat dari dua sudut yaitu sebagai mahluk manusia dan sebagai mahluk
budaya. Kedua aspek tersebut yang dikemukakan diatas maka antropologi dapat dibagi
menjadi dua yaitu: (1) antropologi fisik, dan (2) antropologi budaya, Maksud keduanya
adalah :
a. Antropologi fisik adalah mempelajari sifat-sifat karakteristik biologis dari manusia yang
tertua mendiami bumi ini sampai kepada yang termuda. Dapat pula dikatakan bahwa
antropologi fisik adalah suatu pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna
makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, seperti warna kulit, bentuk
rambut, entex tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan
frekuensi golongan darah.
b. Antropologi budaya adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat karakteristik tingkah laku
manusia itu sendiri sebagai hasil budi dan dayanya atau kebudayaannya, baik masa
lampau, sekarang dan masa akan datang. (Hoebel 1976) Antropologi budaya dibagi
atas sub bagian yaitu arkeologi, etnografi, etnologi, antropologi sosial dan linguistik
Contoh konsep antropologi antara lain adalah: culture, diffusion, acculturation, tradition,
culture area. Cultural relativism, cultural universalism, dan lain-ain sebagainya. Wesley
memberikan tekanan dan membedakan ilmu-ilmu sosial (IIS) dengan ilmu pengetahuan
sosial (IPS) ialah bahwa IPS itu adalah bagian-bagian dari ilmu sosial yang dipilih untuk
tujuan pendidikan. Di samping dipilih, juga disederhanakan sesuai dengan tingkat

12
kematangan siswa, hingga siswa dapat memahami tingkah laku sosial manusia.
Adapun pokok-pkok materi yang diambil dari antropologi untuk pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah seperti berikut: Kebudayaan, Aspek-aspek
kebudayaan, Unsur-unsur kebudayaan, Dinamika kebudayaan, Ethnocentrism,
Akulturasi, Asimilasi, Nilai budaya, Norma, Sikap modernisasi, Pembentukan
kebudayaan dan perubahan kebudayaan, Aneka ragam budaya, peranan kebudayaan
bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Menurut Howard Gardner (1999:83), terdapat 9 (Sembilan ) kecerdasan


majemuk ( multiple intelligences ) yang tersimpan dalam otak manusia yakni:
a. Visual/spatial (Cerdas Gambar/ Picture Smart )
Anak belajar secara visual dan mengumpulkan ide-ide. Mereka lebih berpikir secara
konsep (holistik) untuk memahami sesuatu. Kemampuan untuk melihat ‘sesuatu’ di dalam
kepalanya itu mampu membuat dirinya pandai memecahkan masalah atau berkreasi.
b. Verbal/Linguistic (Cerdas Kata/ Word Smart)
Anak belajar lewat kata-kata yang terucap atau tertulis. Kecerdasan ini selalu mendapat
tempat (unggul) dalam lingkungan belajar di kelas dan tes-tes gaya lama.
c. Mathematical/Logic (CerdasLogika-Mateamatik/ Logic Smart )
Anak senang belajar melalui cara argumentasi dan penyelesaian masalah. Kecerdasan
ini juga pas ditampilkan di dalam kelas.
d. Bodily/Kinesthetic (Cerdas Tubuh/ Body Smart )
Anak belajar melalui interaksi dengan satu lingkungan tertentu. Kecerdasan ini tak
sepenuhnya bisa dianggap sebagai cerminan dari anak yang terlihat ‘sangat aktif’.
Kecerdasan ini lebih senang berada di lingkungan dimana ia bisa memahamisesuatu
lewat pengalaman nyata.
e. Musical/Rhithmic (Cerdas Musik/ Music Smart )
Anak senang dengan pola-pola, ritmik, dan tentunya musik. Termasuk, bukan hanya pola
belajar auditori tapi juga mempelajari sesuatu lewat indetifikasi menggunakan panca
indera.
f. Intrapersonal (Cerdas Diri/ Self Smart)
Anak belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap.
g. Interpersonal (Cerdas Bergaul/ People Smart )
Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain. Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi
dan kerjasama dengan orang lain.
h. Naturalist (Cerdas Alam/ Nature Smart )
Anak senang belajar dengan cara pengklasifikasian, pengkategorian, dan urutan. Bukan
hanya menyenangi sesuatu yang natural, tapi juga senang menyenangi hal-hal yang
rumit.
i. Existential (Cerdas Makna/ Existence Smart )
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk
apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”.
Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk
belajar.

Pembelajaran IPS disekolah bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai
warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikaf dan nilai yang dapat

13
digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau sosial serta mampu
mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan sehingga
ia sadar akan tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa, dan
negara.

Karakteristik Konsep Dasar IPS


Tujuan utama setiap pembelajaran Ilmu Sosial adalah membentuk warga negara yang
baik (god citizenship), demikian pula IPS memiliki tujuan yang sama, namun dalam proses
penyajiannya IPS memiliki karakteristik tersendiri, dalam arti tidak sama dengan karakteristik
Ilmu-ilmu sosial.walaupun demikian keberadaan ilmu-ilmu sosial tidak dapat dipisahkan dari
IPS karena konsep-konsep Ilmu Sosial merupakan sumber utama bagi pengembangan materi
pembelajaran IPS.

Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat.
Masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita
pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi, atau politik
bersumber dari masyarakat. Oleh karena itu, tugas seorang pembelajar adalah
membelajarkan peserta didik dalam rangka meningkatkan kompetensi yang telah para peserta
didik miliki, hal ini mengandung arti bahwa peserta didik telah memiliki pengetahuan masing-
masing sesuai dengan pengalaman dan penghayatannya selama mereka tinggal di
masyarakat. Dalam upaya memanusiakan manusia (peserta didik) proses pembelajaran
pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan
dan tingkat usia peserta didik masing-masing.

Ada 3 aspek yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
yaitu :
1. Memberikan berbagai pengertian yang mendasar ( Kognitif )
2. Melatih berbagai keterampilan ( Psikomotor )
3. Mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan ( Apektif )

Karakteristik IPS diantaranya :


1. Integrated ( terpadu )
2. Interdisipliner
3. Multidimensional
4. Psiko pedagogis
5. Cross disipliner
6. Social learning
7. Social education
8. Synthetic discipline
9. Scientific boundary line
10. Kajian sistematik

Ilmu Pengetahuan Sosial yang selanjutnya dapat disingkat sebagai IPS merupakan
suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan
ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial ( sosial science),

14
maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Sosial Scence Education Council (SSEC)
dan National Council for sosial Studies (NCSS) , menyebut IPS sebagai “ Sosial Science
Education” dan “sosial Studies”.

Nama IPS dalam Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia muncul bersamaan
dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dilihat dari sisi ini, maka
IPS sebagai bidang studi masih “baru“. Disebut demikian karena cara pandang yang
dianutnya memang dianggap baru, walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru.
Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi,
sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut
memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia. Dalam bidang pengetahuan sosial,
kita mengenal banyak istilah yang kadang-kadang dapat mengacaukan pemahaman. Istilah
tersebut meliputi : Ilmu Sosial ( sosial Sciences), Studi Sosial (sosial Studies) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).

C. Ilmu-Ilmu Sosial

Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis
dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah (Achmad
Sanusi dalam Saidihardjo,1996. h.2). Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia
sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk (Gross
(Kosasih Djahiri,1981.h.1))

Ilmu Sosial (S ocial Sciences ) adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok (Nursid
Sumaatmaja). Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Tingkah laku manusia dalam
masyarakat itu banyak sekali aspeknya seperti aspek ekonomi, aspek sikap, aspek mental,
aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan sebagainya. Studi khusus tentang aspek-aspek
tingkah laku manusia inilah yang menghasilkan Ilmu Sosial seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu
politik, psikologi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.

D. Ilmu Pengetahuan Sosial

Studi Sosial ( Social Studies) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah
sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan bidang-bidang
keilmuan yang termasuk Ilmu Sosial. Achmad Sanusi (1971:18) mengatakan bahwa studi
sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran
bagi siswa sejak pendidikan dasar. Studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar bagi
lanjutan atau jenjang berikutnya kepada disiplin Ilmu Sosial.

Studi Sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu


berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari
15
logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Kerangka kerja Studi Sosial
dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat tidak menekankan
pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis, tidak terlalu bersifat akademis-
teoritis, melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan


berbagai bidang keilmuan. Hal tersebut mengandung arti bahwa Studi Sosial dalam meninjau
suatu gejala sosial atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi (sudut, segi, aspek)
kehidupan. Sedangkan Ilmu Sosial pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya
masing-masing. Jadi dapat dikatakan bahwa Studi Sosial itu lebih memperlihatkan bentuknya
sebagai gabungan Ilmu Sosial.

Tugas Studi Sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga masyarakat yang mampu
menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial serta mampu
memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Jadi materi dan metode
penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.

E. Sejarah Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah IPS telah digunakan dalam kurikulum 1975. Nama lain dari studi sosial adalah
ilmu-ilmu social yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan sosial atau IPS dan pada akhirnya
pada tahun 1976 menjadi bahasa baku.

Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika
Serikat adalah “Sosial Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah komite yaitu “Committee of sosial Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan
dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada
kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai
minat sama. Nama komite itulah yang kemudian digunakan sebagai nama kurikulum yang
mereka hasilkan. Meskipun demikian nama “sosial Studies” menjadi semakin terkenal pada
tahun l960-an, ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum
tersebut.

Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya


tidaklah persis sama dengan sosial studies yang ada di Amerika Serikat. Harus diingat bahwa
kondisi masyarakat Indonesia berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika Serikat. Ini
mengisyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini sangat
baik, karena setiap ide yang datang dari luar, dapat kita terima bila sesuai dengan kondisi
masyarakat kita.

F. Definisi IPS

IPS dapat didefinisikan sebagai berikut.

16
“sosial studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic
competence. Whitin the school program, sosial studies provides coordinated, systematic study
drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law,
philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content
from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of sosial studies
is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the
public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world”

National Council for sosial Studies (NCSS)

IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary Approach) dari


pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial,
seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik,
dan sebagainya (Mulyono Tj. (1980:8)). IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian
atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik (Saidiharjo (1996:4)). Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang
sama, sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS
merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang
ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi,
sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu. Dalam
kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan pendekatan “broadfielt”.
Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi sintesis antara
beberapa disiplin ilmu. Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu
Sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori,
konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan
untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial
yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.

G. Perbedaan Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Sosial

Ilmu sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
baik secara perorangan maupun secara kelompok. Ada bermacam-macam aspek tingkah laku
manusia itu di dalam masyarakat, misalnya aspek ekonomi, aspek budaya, aspek mental,
aspek hubungan manusia, dan sebagainya. Sedangkan IPS adalah hasil integrasi atau
perpaduan dari ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan, dimodifikasi, dan disesuaikan dengan
jenjang pendididkan.

H. Sejarah IPS di Dunia

Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang
di negara asalnya disebut sosial Studies. Pertama kali sosial Studies dimasukkan dalam
kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad
17
setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi Industri membawa perubahan yaitu mendatangkan
kemakmuran bagi sebagian masyarakat Inggris. Di sisi lain Revolusi Industri menimbulkan
faham kapitalisme dan dehumanisasi yaitu manusia tidak dihargai sebagai manusia atau tidak
memanusiakan manusia, karena para industrialis lebih menghargai faktor produksi, modal,
dan uang dari pada tenaga manusia. Setelah memperhatikan situasi tersebut maka Thomas
Arnold bermaksud menanggulangi proses dehumanisasi, dengan cara memasukkan social
studies ke dalam kuriklum di sekolahnya. Dengan tujuan agar siswa mempelajari masalah
interaksi manusia serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat, (Poerwito.
1991/1992:7).

Latar belakang dimasukkannya sosial studies dalam kurikulum sekolah di Amerika


Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga
berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian
yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang
didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut. Pada
awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru
setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan
Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap
untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi
ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya perbedaan
sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha
keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu
bangsa Amerika.

Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan sosial studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian,
maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Education Association
memberikan rekomendasi tentang perlunya sosial studies dimasukkan ke dalam kurikulum
semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies
ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics. Di
samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika
Serikat, pemasukan sosial Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh
keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan
sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti
mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat
secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-
ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran
IPS di sekolah dasar dan menengah. Pertimbangan lain dimasukkannya sosial studies ke
dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan
pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah
dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan
nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi,
teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
18
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan
pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.

Gerakan The New Social Studies yang menjadi pilar dari perkembangan Social Studies pada
tahun 1960-an bertolak dari kesimpulan bahwa “Social Studies” sebelumnya dinilai sangat tidak efektif
dalam mengajarkan substansi dan mempengaruhi perubahan siswa. Oleh karena itu, sejarawan dan
ahli-ahli ilmu sosial bersatu padu untuk bergerak meningkatkan Social Studies kepada taraf higher level
of Intellectual Pursuit yakni mempelajari ilmu sosial secara mendasar. Dengan orientasi tersebut maka
dimulailah era modus pembelajaran Social Studies Education. Dari berbagai pandangan mendorong
timbulnya upaya Mentransformasikan “Social Studies” ke dalam “Social Science” dan
mengajarkan sebagai disiplin Akademik yang terpisah.
Gerakan inilai yang mendorong berdirinya The Social Science Education Concortium
(SSEC) yang kemudian menerbitkan bukunya yang pertama “Concept and Structure in The New
Social Studies Curriculum.”
Pada akhir 1960-an adanya perubahan dari orientasi pada disiplin akademik yang terpisah-
pisah ke suatu upaya untuk mencari hubungan interdisipliner. Definisi “Social Studies” dan
pengidentifikasian “Social Studies” atas tiga tradisi pedagogis dianggap sebagai pilar utama dari
“Social Studies” pada tahun 1970-an. Dalam definisi tersebut tersirat dan tersurat beberapa hal yaitu
pertama Social Studies merupakan suatu sistem pengetahuan terpadu, kedua misi utama Social
Studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat yang demokratis, ketiga sumber
utama kontek Social Studies adalah social sciences dan humanities, keempat dalam upaya penyiapan
warga negara yang demokratis (Barr dkk, 1978) pada tahun 1980-1990-an pemikiran mengenal Social
Studies yang sebelumnya dilanda masalah, secara konseptual telah dapat diatasi.
Dilihat dari karakteristik dan tujuannya, Social Studies Education atau Social Studies yang
dipikirkan untuk abad ke-21 masih tetap menempatkan pendidikan kewarganegaraan yaitu
pengembangan “Civic Responsibility and Active Civic Participation” sebagai salah satu
esensinya. Pada tahun 1992, The Board of Directors of The National Council fot The Social
Studies mengadopsi visi terbaru mengenai Social Studies yang kemudian diterbitkan dalam dokumen
resmi NCSS pada tahun 1994 dengan judul “Expectations of Excellence; Curricullum Standars
for Social Studies .”

Sifat Bahan Ajar IPS


Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingindilakukan siswa.
Tugas - tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari parasiswanya.Banyak jenis
aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut
aktivitas siswa. Ada delapan aktivitas belajar siswa disekolah di antaranya :
1. Visual Activities
yang termasuk di dalamnya adalah membaca,memperhatikan demonstrasi, percobaan
dan pekerjaan orang lain
2. Oral Activities,
seperti menyatakan, bertanya, member saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi
3. Listening Activities,
sebagai contoh mendengarkan uraian, diskusi
4. Writing Activities,
seperti menulis poin ± poin yang penting di dengarnya,menulis karangan
5. Drawing Activities,
seperti menggambar, membuat grafik, peta

19
6. Motor Activities
antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksimodel, mereparasi, beternak,
berkebun
7. Mental Activities
menanggapi, mengingat, memecahkan soal
8. Emotional Activities
seperti merasa bosan, berani, tenang, gugu

Bahan Ajar IPS disusun untuk :


1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar Bahan Ajar IPS dapat dikelompokan
menjadi beberapa kategori :
1. Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
2. Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
3. Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara
sumber .
4. Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau
lebihmedia yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau
perilaku alami dari suatu presentasi

Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu:
1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa dalam
berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. Udin S.
Winataputra (1996) mengemukakan bahwa dimensi intelektual merujuk pada ranah
kognitif terutama yang berkenaan dengan proses berpikir atau pembelajaran yang
menyangkut proses kognitif bertaraf tinggi dari mulai kemampuan pemahaman sampai
evaluasi. S. Hamid Hasan (1998) menambahkan bahwa pada proses berpikir mencakup
pula kemampuan dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan
temuan.
2. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu
tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif. Franz Von
Magnis (1985) menyatakan bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang
moral, ialah bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik
dan yang buruk.
3. Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam pembelajaran IPS adalah mengembangkan tanggung jawab
dan partisipasi sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga
negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bermasyarakat.

Dalam kurikulum 1975 Pendidikan IPS menampilkan empat profil yaitu :

20
1. Pendidikan Moral Pancasila menggantikan pendidikan kewarganegaraan yang mewadahi
tradisi “Citizenship transmission”
2. Pendidikan IPS terpadu untuk SD
3. Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP
4. Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi
untuk SMA

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
pendidikan IPS terpilah dalam dua arah yaitu :
1. PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu
sosial dan humaniora yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan
persekolahan
2. PIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang merupakan penyeleksian secara ilmiah
dan meta psiko pedagogis dari ilmu sosial humaniora dan disiplin lain yang relevan untuk tujuan
pendidikan profesional guru IPS.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan


anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget
(1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan
kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka
pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka
pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat
abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata
angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau
kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan
kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep
abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk “Jembatan
Bailey” untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan :
1. Enactive :
2. Iconic :
3. Symbolic : melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik,
lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa.

Pendekatan Pembelajaran IPS


Pola pendekatan pembelajaran IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak
dengan mengikuti Pola Pendekatan Lingkungan Yang Semakin Meluas (Expanding
Environment Approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada
yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya
: dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/ kabupaten-kecamatan- kelurahan/ desa,
RT/RW, tetangga-keluarga.
Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk Synthetic Science , karena basis dari
disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi,
dan temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau
diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti
menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri

21
terhadap fenomena secara sistematik.Agar diterima,hasil temuan dan prosedur inkuiri harus
diakui secara publik. (Supriatna, 2007)

Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan,
nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara konseptual Fontana (1981), mengartikan belajar
adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Pada dasarnya pendidikan adalah proses transformasi atau proses perubahan
tingkah laku (change of behavior) peserta didik.

Media Pendidikan dan Sumber Pembelajaran IPS


Pada dasarnya siswa memiliki minat ( sense of interest ) dan dorongan ingin melihat
kenyataan ( sense of reality ). Mengingat materi pembelajaran IPS lebih banyak memuat
informasi maka upaya mengembangkan kedua potensi siswa tersebut, guru dituntut memiliki
kreativitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk mengidentifikasi,
menyeleksi dan menentukan sumber pembelajaran yang menunjang kegiatan belajar
mengajar. guru berperan sebagai pengelola kelas ( learning manager) hendaknya memiliki
kemampuan untuk mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi
siswa.
Lingkungan sebagai sumber belajar menuntut kreativitas guru untuk
memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan monoton.
Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu:
masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir
logis, sisitematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik
dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan ke dalam kelas
dan atau membawa siswa ke luar kelas. (Winataputra U. S., 2008)

Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajarannya (Hamalik, 1985 : 23). Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan
diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam
proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan
masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi dan film; radio
recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran IPS; grafik,
bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet dan karikatur;
perpustakaan, learning resources, laboratorium IPS; serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan,
dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12).

Perencanaan Pembelajaran IPS


Hakikat belajar menurut Hilgard dan Brower dalam Oemar Hamalik adalah
perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Adapun menurut
Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Beberapa
ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:
1. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.

22
2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
3. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku

Pembelajaran menurut Dengeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara inplisit
dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pengajaran yang diinginkan, serta didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada,
kegiatan ini merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Menurut Uno bahwa pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Komponen utama dari desain pembelajaran IPS adalah:

1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik
mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan
dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau
mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah
dikuasai atau belum.

Manfaat perencanaan pembelajaran IPS


Ada beberapa manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya adalah:
1. Dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan dapat diprediksi seberapa besar
keberhasilan yang akan dicapai.
2. Oleh karena itu akan terhindar dari keberhasilan yang sifatnya untung-untungan
sebab segala kemungkinan kegagalan sudah dapat diantisipasi oleh guru. Dalam
perencanaan, guru harus paham tujuan apa yang akan dicapai, strategi apa yang
tepat dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan dari mana sumber
belajar yang dapat digunakan.
3. Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
4. Dengan perencanaan yang matang, maka segala kemungkinan dan masalah yang
akan timbul dapat diantisipasi sehingga dapat diprediksi pula jalan penyelesaiannya.
5. Dengan perencanaan yang tepat, maka guru dapat menentukan sumber-sumber
belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran sebab saat
ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan baik melalui media cetak maupun
elektronik.
6. Perencanaan akan membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis.
7. Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan berlangsung
seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat memanfaatkan waktu
seefektif mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.

23
Fungsi perencanaan pembelajaran IPS
Perencanaan pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:
a. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan
umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan
dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami
jika kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan
diprogram secara utuh.
c. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih
efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan
pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang
terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan
masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap
orang baik mengenai tujuan dan hasil yang hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang
akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun.
Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang
akan terjadi, dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh.
f. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam
pelajaran efektif.
g. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang
utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam
sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat
ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami,
sehingga akan dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program
pembelajaran selanjutnya.

24
Karakteristik Perencanaan Pembelajaran IPS
Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan
aktivitas perencanaan yang mungkin dalam system pendidikan, yang merupakan karakteristik
perencanaan pengajaran adalah :
1. Merupakan Proses Rasional, sebab berkaitan dengan tujuan social dan konsep-
konsepnya dirancang oleh banyak orang.
2. Merupakan Konsep Dinamik, sehingga dapat dan perlu dimodifikasi jika informasi
yang masuk mengharapkan demikian.
3. Serangkaian Aktivitas, aktivitas itu banyak ragamnya namun dapat dikategorikan
menjadi prosedur-prosedur dan pengarahan.
4. Pemilihan Sumber Dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan,
duplikasi, salah penggunaan dan salah manajemennya.

Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran IPS


1. Signifikansi, artinya kebermaknaan, bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya
bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
2. Relevan , artinya sesuai, bahwa perencanaan pembelajaran yang kita susun memiliki
kesesuaian baik internal maupun eksternal.
3. Kepastian , artinya sesuatu yang dijadikan pedoman dalam perencanaan pembelajaran
bersifat pasti, tidak lagi memuat lalternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi
langkah-langkah pasti sehingga dapat meminimalisir persoalan yang timbul secara tak
terduga.
4. Adaptabilitas, artinya bersifat lentur atau tidak kaku, bahwa perencanaan pembelajaran
disusun untuk diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi.
5. Kesederhanaan ,artinya perencanaan pembelajaran mudah diterjemahkan dan mudah
diimplementasikan.
6. Prediktif, artinya perencanaan pembelajaran memiliki daya ramal yang sangat kuat.

Prosedur perencanaan pembelajaran


Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, langkah-langkah yang harus
ditempuh adalah sebagai berikut :
 Merumuskan tujuan Pembelajaran, adapun rumusan tujuan pembelajaran, harus
meliputi pengembangan aspek domain kognitif, afektif, dan domain psikomotorik.
 Pengalaman belajar
 Kegiatan belajar mengajar
 Orang-orang yang terlibat
 Bahan dan alat
 Fasilitas fisik
 Perencanaan Evaluasi dan pengembangan
Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan
pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan

25
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yangterlibat dalam
kegiatan
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik untuk guru maupun unsur murid
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahuiketepatan dan
kelambatan kerja
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat dan biaya

Karakteristik perencanaan pengajaran IPS


Menurut Banghart dan Trull dalam Harjanto ada beberapa karakteristik perencanaan
pengajaran IPS yaitu :
a. Merupakan proses rasional.
b. Merupakan konsep dinamik.
c. Terdiri dari beberapa aktivitas.
d. Berkaitan dengan pemilihan sumberdana, sehingga mampu mengurangi pemborosan,
duplikasi, salah pengunaan dan salah dalam manajemennya.

Dimensi-dimensi perencanaan pengajaran IPS


Merupakan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam
perencanaan pengajaran. Dimensi perencanaan pengajaran meliputi :
a. Signifikansi
Merupakan tingkat kekuatan atau pengaruh serta ketergantungan antara tujuan
pendidikan yang diajukan dengan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses
perencanaan.
b. Feasibilitas
Bahwa dalam perencanaan pengajaran harus disusun dengan pertimbangan
realitas dengan sumber-sumber pembiayaan serta pertimbangan-pertimbangan lainnya
yang bersifat realisitik untuk dicapai.
c. Relevansi
Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran
memungkinkan penyelesaian masalah-masalah secara lebih spesifik dan mendetail serta
tercapai tujuan spesifik secara optimal sesuai waktu yang telah ditetapkan.
d. Kepastian
Konsep kepastian mengarahkan agar dalam perencanaan pengajaran perlu
mempertimbangkan serta memilih hal-hal yang sifatnya pasti dan dapat dilaksanakan.
e. Ketelitian
Yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pengajaran disusun dalam
bentuk yang sederhana dengan mempertimbangkan pengambilan keputusan dari
alternatif yang terbaik dan efektif serta efisien untuk dilaksanakan.
f. Adaptabilitas
Karena dunia pendidikan dan pengajaran bersifat dinamis, sehingga perlu
senantiasa mencari informasi yang terbaru sebagai umpan balik
g. Waktu
Faktor yang berkaitan dengan waktu harus diperhatikan, baik untuk prediksi
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
h. Monitoring

26
Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa
berbagai komponen perencanaan pengajaran berjalan dan dikembangkan secara efektif
dengan berbagai variasi.

Kedudukan Perencanaan Pembelajaran IPS


Robert H. Davis mengidentifikasi lima tipe permasalahan pembelajaran, sehingga oleh
karenanya memerlukan perencanaan pembelajaran yang matang, yaitu:
a. Direction ; yang dimaksud adalah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang harus
dicapai oleh siswa.
b. Content and sequence ; yaitu bahwa untuk mencapai setiap unsure tujuan dari
masing-masing kawasan yang menjadi sasaran pembelajaran, tentu saja diperlukan
adanya materi pembelajaran.
c. Methods ; yaitu untuk mengkomunikasikan materi kepada siswa agar mencapai tujuan
sangat ditentukan pula oleh ketepatan memilih dan menggunakan metode pembelajaran
d. Constrains ; yaitu batasan yang jelas sumber-sumber pembelajaran yang akan
digunakan dan mendukung terhadap proses pembelajaran. Robert H. Davis
mengklasifikasikan sumber-sumber kedalam tiga bidang besar yaitu: sumber-sumber
manusia (human), sumber kelembagaan (institusional), dan sumber pembelajaran
(instructional).
e. Evaluation ; yaitu penilaian sebagai salah satu cara untuk memberikan harga atau
nilai terhadap objek yaitu siswa.

Perencanaan pembelajaran IPS meliputi beberapa aspek sebagi berikut:


1. Tujuan pembelajaran, mencakup unsur-unsur tujuan yang luas yaitu meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan termasuk setiap unsur yang ada di dalamnya.
2. Materi pembelajaran, yaitu meliputi cakupan atau ruang lingkup dan urutannya, harus
direncanakan secara akurat dan terkontrol sesuai dengan unsur-unsur tujuan yang
ditetapkan sebelumnya.
3. Metode dan sumber pembelajaran, sudah diidentifikasi dengan jelas, dan dipilih serta
ditetapkan metode dan sumber pembelajaran apa selain terkait dengan tujuan dan
materi, juga yang dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar.
4. Penilaian, yaitu jenis, bentuk atau model penilaian yang akan digunakan harus
direncanakan secara akurat sehingga dari penilaian yang memenuhi persyaratan dapat
memberikan informasi yang akurat pula terhadap proses maupun hasil pembelajaran.

Teori Belajar Gestalt


Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk
atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler,
ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
a. Hubungan bentuk dan latar ( figure and gound relationship );
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure
(bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna
dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat
samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b. Kedekatan ( proxmity) ;

27
bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang
pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c. Kesamaan ( similarity );
bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek
yang saling memiliki.
d. Arah bersama ( common direction );
bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung
akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
e. Kesederhanaan ( simplicity) ;
bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana,
penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan
susunan simetris dan keteraturan; dan
f. Ketertutupan ( closure )
bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan
yang tidak lengkap.

Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu


proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan
merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan
yang diterima. Esensi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan ( insight );
bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses
pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan
mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna ( meaningful learning );
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-
hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan ( pusposive behavior );
bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup ( life space );
bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh
karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar ( Transfer Knowledge )
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.
Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.

28
f. Penekanan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan
kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum ( generalisasi ).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.

Prinsip - prinsip Pengembangan Silabus


Ada beberapa prinsip yang harus diperhatkan para pengembang silabus, yakni:a.
1. Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatandalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggung jawabkan secarakeilmuan.
2. Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembanganfisik, intelektual, social, emosional,
dan spiritual peserta didik..
3. Sistematis, yakni komponen - komponen silabus saling berhubungansecara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4. Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asa) antara kompetensi
5. Memadai, maksudnya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar
6. Aktual dan kontekstual, yakni cakupan indikator , materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatkan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel, maksudnya keseluruhan komponen silabus dapatmengakomodasi variasi
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan
masyarakat.
8. Menyeluruh, maksudnya komponen mencakup keseluruhan ranahkompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotorik)

Komponen dan Format Silabus


Komponen Silabus memuat sekurang - kurangnya komponen - komponen berikut ini :
a. Identifikasi
b. Standar Kompetensi
c. Materi Pokok
d. Pengalaman Belajar
e. Indikator
f. Penilaian
g. Alokasi Waktu
h. Media (sumber/bahan/alat)

Komponen dan Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Setelah silabus tersusun, langkah berikutnya adalah penyusunan RencanaPelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP merupakan penjabaran dari silabus.RPP disusun untuk setiap kali
pertemuan oleh guru. Di dalam RPP tercerminkegiatan yang dilakukan guru dan peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. RPP minimal memuat komponen ±
komponen sebagaimana berikut :

29
1. Tujuan Pembelajaran
2. Materi Ajar
3. Metode Pembelajaran
4. Sumber Belajar (Media Pembelajaran)
5. Penilaian Hasil Belajar

Sifat Bahan Ajar IPS


Isi pelajaran atau bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingindilakukan siswa.
Tugas - tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari parasiswanya.Banyak jenis
aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Isi bahan ajar tidak cukup hanya menuntut
aktivitas siswa. Ada delapan aktivitas belajar siswa disekolah di antaranya :
1. Visual Activities
yang termasuk di dalamnya adalah membaca,memperhatikan demonstrasi, percobaan
dan pekerjaan orang lain
2. Oral Activities,
seperti menyatakan, bertanya, member saran,mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi
3. Listening Activities,
sebagai contoh mendengarkan uraian, diskusi
4. Writing Activities,
seperti menulis poin ± poin yang penting di dengarnya,menulis karangan
5. Drawing Activities,
seperti menggambar, membuat grafik, peta
6. Motor Activities
antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksimodel, mereparasi, beternak,
berkebun
7. Mental Activities
menanggapi, mengingat, memecahkan soal
8. Emotional Activities
seperti merasa bosan, berani, tenang, gugu

Bahan Ajar IPS disusun untuk :


1. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.
2. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
3. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik

Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar Bahan Ajar dapat dikelompokan
menjadi beberapa kategori :
1. Bahan Ajar cetak (Printed) yang meliputi : handout, buku, modul, lembar kerja siswa.
2. Bahan Ajar gambar (Audio) mencakup : kaset / piringan hitam.
3. Bahan Ajar pandang dengar (Audio Visual) yang meliputi : video, film, orang /nara sumber
4. Bahan Ajar interaktif yaitu multimedianya merupakan kombinasi dari dua atau lebihmedia
yang penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah atau perilaku alami dari
suatu presentasi

30
Fungsi & Manfaat Media Pembelajaran
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh - pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran padatahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keeftifan proses belajar mengajar.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu :
a. Fungsi Atensi
b. Fungsi Afektif
c. Fungsi Kognitif
d. Fungsi Kompensatori

1. Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatiansiswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yangditampilkan
atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu oleh mereka sehingga mereka tidak
memperhatikan.Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead
projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran
yang akanmereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaransemakin besar.
2. Fungsi afektif
media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca)
teks yang bergambar. Gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dansikap
siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras
3. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari temuan ± temuan penelitian yangmengungkapkan bahwa
lambing visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris
media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa mediavisual yang memberikan
konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalammembaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengankata lain,
media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan
lambatmenerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.

Ciri - Ciri Media Pembelajaran IPS :


a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
b. Ciri Manipulatif (Manipulatif Property)
c. Ciri Distributif (Distributif Property)

31
Tahapan perkembangan belajar menurut Piaget :
1. Sensorimotor inteligence (lahir s.d usia 2 tahun): perilaku terikat pada panca
indera dan gerak motorik. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun
perkembangan kognitif telah dapat diamati
2. Preoperation thought (2-7 tahun): tampak kemampuan berbahasa, berkembang
pesat penguasaan konsep. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun
perkembangan kognitif telah dapat diamati
3. Concrete Operation (7-11 tahun): berkembang daya mampu anak berpikir logis
untuk memecahkan masalah konkrit. Konsep dasar benda, jumlah waktu, ruang,
kausalitas
4. Formal Operations (11-15 tahun): kecakapan kognitif mencapai puncak
perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang
hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme,
bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan
berpikir abstrak dalam/melalui bahasa

DAFTAR PUSTAKA

1. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
2. Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi . Bandung:
Yrama Widya
3. Hornby, A S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Sixth
Edition. New York: Oxford University Press
4. Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 2008, Kencana
Prenada Media Group. Jakarta
5. Scriven, M., The methodology of evaluation, 1967. In R. W. Tyler, R. M.
6. Gagné, & M. Scriven (Eds.), Perspectives of curriculum evaluation, 39-83.
Chicago, IL: Rand McNally.
7. Seels, B. B., & Richey, R. C., Instructional Technology: the definition and domains of
the field, 1994, Association for Educational Communications and Technology,
Bloomington, IN.
8. Seels, Barbara & Glasgow, Exercise in Instructional Design, 1990, Merii Publishing
Company
9. Tyler, R.W., Basic Principles of Curriculum and Instruction , 1949, University of Chicago
Press, Chicago.
10. Uno, Hamzah B., Perencanaan Pembelajaran, 2006, Bumi Aksara PT, Jakarta

32
Tugas I .
Kerjakanlah soal-soal dibawah ini jelas dan benar.
1. Jelaskan pengerian masing-masing dari konsep-konsep dasar IPS.
2. Tuliskan Fokus perhatian dari konsep-konsep dasar IPS.
3. Jelaskan tentang Hirarkis konsep dan hubungannya dengan generalisasi.
4. Jelaskan pengertian tentang konsep Konjungtif, disjungtif, Relasional, dan Ideal.
5. Berikan Contoh-contoh konsep tersebut pada butir 4.
6. Jelaskan pengertian IPS menurut :
a. John Jarolimek,
b. Edgar B. Wesley,
c. S. Nasution,
d. Kosasi Djahiri,
e. Numan Sumantri.
f. Muliyono Tj., dan
g. Departemen P & K.
7. Jelaskan secara singkat tentang sejarah lahirnya IPS di Indonesia, dan bagaimana
perkembangannya sampai sekarang.

33

Anda mungkin juga menyukai