Anda di halaman 1dari 6

KOMBINATORIKA

D Uraian Materi

1. Binomial
Pada bagian awal, dibahas tentang materi yang terkait dengan konsep binomial, yaitu
tentang segitiga pascal dan sifat-sifat yang terkait.
Beberapa sifat penting yang terkait dengan segitiga pascal sebagai berikut:

1. Sifat simetri, yaitu: 𝐶(𝑛, 𝑟) = 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑟).


2. 𝑃(𝑛, 𝑟) = 𝑛. 𝑃(𝑛 − 1, 𝑟 − 1).

Segitiga Pascal dapat digunakan untuk menentukan koefisien dari ekspansi bentuk
𝑛 𝑛+1
binomial. Jika nilai ( ) diketahui untuk semua 𝑟, maka nilai ( ) dapat dihitung untuk semua
𝑟 𝑟
𝑟(0 < 𝑟 ≤ 𝑛) (Siang, 2002). Identitas Pascal disajikan pada teorema berikut ini.

Teorema 1. Jika 𝑛 dan 𝑟 bilangan bulat positif dengan 𝑛 ≥ 𝑟, maka


𝑛+1 𝑛 𝑛
( )=( ) + ( ).
𝑟 𝑟−1 𝑟

Bukti. Diketahui 𝑇 himpunan dengan 𝑛 + 1 elemen dan 𝑎 ∈ 𝑇. Dimisalkan 𝑆 = 𝑇 − {𝑎}.


Himpunan 𝑆 terdiri dari 𝑛 elemen. Diperhatikan bahwa himpunan bagian dari 𝑇 yang terdiri dari
𝑛+1
𝑟 elemen terdapat sebanyak ( ). Akan tetapi, suatu himpunan bagian dari 𝑇 dengan 𝑟 elemen
𝑟
dapat memuat 𝑎 dan memuat (𝑟 − 1) elemen dari 𝑆 atau memuat 𝑟 elemen dari 𝑆 tanpa memuat
elemen 𝑎. Dengan demikian,
𝑛+1 𝑛 𝑛
( )=( ) + ( ).
𝑟 𝑟 − 1 𝑟
Sebagai ilustrasi, diperhatikan contoh berikut ini.
2 1 1 3 2 2
( ) = ( ) + ( ) dan ( ) = ( ) + ( ).
1 0 1 1 0 1

Berdasarkan Teorema Identitas Pascal, secara geometri Segitiga Pascal dapat digambarkan
sebagai berikut:
𝐶(0,0)

𝐶(1,0) C(1,1)

𝐶(2,0) 𝐶(2,1) 𝐶(2,2)

𝐶(3,0) 𝐶(3,1) 𝐶(3,2) 𝐶(3,3)

𝐶(4,0) 𝐶(4,1) 𝐶(4,2) 𝐶(4,3) 𝐶(4,4)


Terdapat beberapa sifat penting dalam Segitiga Pascal sebagai berikut:
1. Nilai-nilai di bagian ujung kiri maupun ujung kanan selalu 1. Karena pada baris ke-𝑛,
nilai ujung kiri adalah 𝐶(𝑛, 0) dan nilai ujung kanan adalah 𝐶(𝑛, 𝑛).
2. Nilai Segitiga Pascal pada baris ke-𝑛 di kolom kedua dan kolom kedua sebelum terakhir
selalu sama dengan 𝑛. Karena pada baris ke-𝑛 nilai di kolom kedua adalah 𝐶(𝑛, 1) dan
nilai kolom kedua sebelum terakhir adalah 𝐶(𝑛, 𝑛 − 1) yang keduanya sama dengan 𝑛.
3. Nilai-nilai Segitiga Pascal pada setiap baris selalu simetri, yaitu 𝐶(𝑛, 𝑘) = 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘).
4. Penjumlahan baris
𝐶(𝑛, 0) + 𝐶(𝑛, 1) + ⋯ + 𝐶(𝑛, 𝑛) = 2𝑛 .
Bukti. Pembuktian sifat ini secara kombinatorika yaitu dengan menentukan banyaknya
cara menempatkan n orang pada dua tempat yang berbeda. Langkah pembuktian dapat
dilihat dari dua tinjauan. Tinjauan ertama, menentukan banyaknya cara menempatkan n
orang sebagai berikut:
a. Menempatkan 0 orang pada tempat I (atau terdapat n orang pada tempat II), yang dapat
𝑛
dilakukan dalam ( ).
0
b. Menempatkan 1 orang pada tempat I (atau terdapat 𝑛 − 1 orang pada tempat II), yang
𝑛
dapat dilakukan dalam ( ).
1
c. Menempatkan 2 orang pada tempat I (atau terdapat 𝑛 − 2 orang pada tempat II), yang
𝑛
dapat dilakukan dalam ( ), dan seterusnya proses dilanjutkan sampai semua orang
2
ditempatkan pada tempat pertama.
d. Menempatkan n orang pada tempat I (atau terdapat 0 orang pada tempat II), yang dapat
𝑛
dilakukan dalam ( ).
𝑛
𝑛 𝑛 𝑛
Jadi, pekerjaan menempatkan n orang dapat dilakukan dalam ( ) + ( ) + ( ) + ⋯ +
0 1 2
𝑛
( ) cara
𝑛
Tinjauan kedua, menentukan banyaknya cara tiap orang memilih tempat. Tiap orang dapat
memilih tempat dalam 2 cara. Dengan demikian, banyaknya cara tiap orang memilih
2.2.2.2 ⋯ 2 = 2𝑛 . Jadi banyaknya cara menempatkan n orang
tempat adalah ⏟
𝑛 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑛 𝑛 𝑛 𝑛
( ) + ( ) + ( ) + ⋯ + ( ) = 2𝑛
0 1 2 𝑛
(𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖)
5. Penjumlahan kolom
𝐶(𝑟, 𝑟) + 𝐶(𝑟 + 1, 𝑟) + ⋯ + 𝐶(𝑛, 𝑟) = 𝐶(𝑛 + 1, 𝑟 + 1).

6. Jumlah diagonal
𝐶(𝑛, 0) + 𝐶(𝑛 + 1,1) + 𝐶(𝑛 + 2,2) … + 𝐶(𝑛 + 𝑟, 𝑟) = 𝐶(𝑛 + 𝑟 + 1, 𝑟).

Segitiga Pascal dapat digunakan untuk menentukan koefisien-koefisien dalam ekspansi


bentuk (𝑥 + 𝑦)𝑛 , seperti dijelaskan pada teorema berikut ini.

Teorema 2. Jika 𝑥 dan 𝑦 bilangan-bilangan real dan 𝑛 bilangan bulat positif, maka (𝑥 + 𝑦)𝑛 =
∑𝑛𝑘=0 𝐶(𝑛, 𝑘)𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 .
Bukti. Menghitung banyaknya 𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 , 𝑘 = 0,1,2, … , 𝑛, sama dengan memilih (𝑛 − 𝑘) buah
elemen 𝑥 dari 𝑛 jumlah (sehingga 𝑘 buah bentuk lainnya dalam perkalian adalah 𝑦). Jadi koefisien
𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 adalah 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘).

Sebagai ilustrasi, diperhatikan contoh berikut ini.


Contoh 1.
1. Buktikan bahwa ∑𝑛𝑘=0 (−1)𝑘 𝐶(𝑛, 𝑘) = 0.
Bukti. Diperhatikan Teorema Binomial. Pilih 𝑥 = 1 dan 𝑦 = −1. Jelas bahwa ruas kiri dalam
Teorema Binomial sama dengan 0 dan ruas kanannya sama dengan ∑𝑛𝑘=0 (−1)k 𝐶(𝑛, 𝑘). Jadi
terbukti bahwa ∑𝑛𝑘=0 (−1)𝑘 𝐶(𝑛, 𝑘) = 0.

2. Buktikan bahwa ∑𝑛𝑘=0 𝐶(𝑛, 𝑘) = 2𝑛 .


Bukti. Diperhatikan Teorema Binomial. Pilih 𝑥 = 1 dan 𝑦 = 1. Jelas bahwa ruas kiri dalam
Teorema Binomial sama dengan 2𝑛 dan ruas kanannya sama dengan ∑𝑛𝑘=0 𝐶(𝑛, 𝑘). Jadi terbukti
bahwa ∑𝑛𝑘=0 𝐶(𝑛, 𝑘) = 2𝑛 .

Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang koefisien binomial yang berlaku untuk
bilangan bulat positif. Berikutnya, dibahas tentang perluasan dari teorema binomial, yaitu teorema
binomial newton. Sebelumnya, dikaji terlebih dahulu tentang koefisien binomial yang diperluas.
Misal 𝑢 bilangan real dan 𝑘 bilangan bulat tak negatif. Koefisien binomial yang diperluas
didefinisikan sebagai berikut:
𝑢(𝑢−1)...(𝑢−𝑘+1)
, 𝑘 > 0,
(𝑢 )={ 𝑘! (1)
𝑘 1, 𝑘 = 0.

Sebagai ilustrasi perhitungan koefisien binomial yang diperluas, diperhatikan contoh


berikut ini. Berikut contoh perhitungan menggunakan koefisien binomial yang diperluas.
−2 −2(−3). . . (−4)
( )= = −4
3 3!

1 1 1
( − 1) 1
(2 ) = 2 2 =−
2! 8
2

Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa 𝐶(−𝑛, 𝑘) = (−1)𝑘 𝐶(𝑛 + 𝑘 − 1, 𝑘) seperti


disajikan pada lemma berikut ini.
Diketahui 𝑟 dan 𝑛 bilangan bulat positif.
−𝑛(−𝑛 − 1). . . (−𝑛 − 𝑟 + 1)
(−𝑛) =
𝑟 𝑟!
(−1)𝑟 𝑛(𝑛 + 1). . . (𝑛 + 𝑟 − 1) (−1)𝑟 (𝑛 + 𝑟 − 1)(𝑛 + 𝑟 − 2) … 𝑛
= =
𝑟! 𝑟!
𝑟
(−1) (𝑛 + 𝑟 − 1)!
= = (−1)𝑟 𝐶(𝑛 + 𝑟 − 1, 𝑟)
𝑟! (𝑛 − 1)!

Koefisien binomial yang diperluas dapat digunakan untuk menentukan koefisien dalam
ekspansi (𝑥 + 𝑦)𝑢 dengan 𝑢 bilangan real.
Teorema 3. Jika 𝑥 bilangan real dengan |𝑥| < 1 dan 𝑢 bilangan real, maka (𝑥 + 𝑦)𝑢 =
𝑥 𝑥
∑∞ 𝑘 𝑛−𝑘
𝑘=0 𝐶(𝑢, 𝑘)𝑥 𝑦 . Misal 𝑧 = 𝑦. Maka (𝑥 + 𝑦)𝑢 = (𝑦 + 1)𝑢 = (𝑧 + 1)𝑢 .

Untuk suatu 𝑧 dengan |𝑧| < 1,


(𝑧 + 1)𝑢 = ∑∞ 𝑘
𝑘=0 𝐶(𝑢, 𝑘)𝑧 . (2)

Khususnya, jika 𝑢 bilangan bulat negatif sebut 𝑢 = −𝑛, maka



−𝑛
(𝑧 + 1) = ∑ (−1)𝑘 𝐶(𝑛 + 𝑘 − 1, 𝑘)𝑧 𝑘 .
𝑘=0

Teorema 3 disebut juga Teorema Binomial Newton.

Contoh 2. Diperhatikan contoh-contoh berikut ini untuk memahami Teorema Binomial Newton.
1. Ekspansikan (1 + 𝑥)−1 dan (1 − 𝑥)−1,.
Penyelesaian:
∞ ∞

(1 + 𝑥)−1 = ∑ 𝐶(−1, 𝑘)𝑥 𝑘 = ∑ (−1)𝑘 𝐶(1 + 𝑘 − 1, 𝑘)𝑥 𝑘


𝑘=0 𝑘=0

= 1 − 𝑥 + 𝑥 − 𝑥3 + 𝑥4 − ⋯
2

Dengan mensubstitusi 𝑥 dengan −𝑥 diperoleh


(1 − 𝑥)−1 = ∑ 𝐶(1 + 𝑘 − 1, 𝑘)𝑥 𝑘 = 1 + 𝑥 + 𝑥 2 + 𝑥 3 + 𝑥 4 + ⋯.


𝑘=0

2. Ekspansikan (1 + 𝑥)−2.
Penyelesaian:
∞ ∞
−2
(1 + 𝑥) = ∑ 𝐶(−2, 𝑘)𝑥 = ∑ (−1)𝑘 𝐶(2 + 𝑘 − 1, 𝑘)𝑥 𝑘
𝑘

𝑘=0 𝑘=0

= 1 − 2𝑥 + 3𝑥 2 − 4𝑥 3 + 5𝑥 4 − ⋯

3. Ekspansikan (1 − 𝑥)−2.
Penyelesaian:

(1 − 𝑥)−2 = ∑ 𝐶(𝑘 + 1, 𝑘)𝑥 𝑘 = 1 + 2𝑥 + 3𝑥 2 + 4𝑥 3 + 5𝑥 4 + ⋯.


𝑘=0

4. Ekspansikan (1 + 2𝑥)−1 dan (1 − 2𝑥)−1 ,.


Penyelesaian:
∞ ∞
−1
(1 + 2𝑥) = ∑ 𝐶(−1, 𝑘)(2𝑥) = ∑ (−1)𝑘 𝐶(1 + 𝑘 − 1, 𝑘)(2𝑥)𝑘
𝑘

𝑘=0 𝑘=0

= 1 − 2𝑥 + (2𝑥)2 − (2x) + (2𝑥)4 − ⋯


Dengan mensubstitusi 𝑥 dengan −𝑥 diperoleh

−1
(1 − 2𝑥) = ∑ 𝐶(1 + 𝑘 − 1, 𝑘)𝑥 𝑘 = 1 + 2𝑥 + (2𝑥)2 + (2𝑥)3 + (2𝑥)4 + ⋯.
𝑘=0

Anda mungkin juga menyukai