Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Herpes zoster dan herpes genital dapat muncul disepanjang tahun karena tidak
dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan
herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari
varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif
kembali jika daya tahan tubuh menurun.
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa
biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2
dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui
hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1
biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi
tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit
dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka dalam rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah virologi
dan untuk mengkaji lebih lanjut tentang virus herpes.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberi informasi mengenai virus terutama
virus herpes baik dari defenisi, ciri-ciri, pengklasifikasiannya serta penyebab-penyebab
penyakitnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Herpes Zoster
1. Defenisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus, terutama terjadi pada
orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang
terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf
sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi
endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.
2. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid tersusun dari 162
subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya
berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus
varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus
kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang
immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke
akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar
dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
3. Manifestasi klinik
 Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local (nyeri
otot tulang, gatal, pegal).
 Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok,
vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
 Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu
unilateral.
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a. Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
b. Herpes zorter servikali : menyerang pundak dan lengan
c. Herpes zorter torakalis : menyerang dada dan perut
d. Herpes zorter lumbalis: menyerang bokong dan paha.
e. Herpes zorter sakralis: menyerang sekitar anus dan getalia
f. Herpes zorter atikum: menyerang telinga.

4. Klasifikasi Herpes Zoster


a. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan
wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1
sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.
b. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
c. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
d. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

5. Faktor Resiko Herpes Zoster


a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia.
Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
6. Potofisiologi
Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi varisela, VZV
meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian
secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus
memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun
tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus. Virus
mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf
serta menjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai nevralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini
berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk
erupsi horpes zoster.
a. Neurologi pasca herfetike
Rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat berlangsung
berbulan-bulan sampai beberapa tahun.
b. Infeksi sekunder
Oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas
sebagai sikatritis.
c. Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga
menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2 minggu setelah timbul
erupsi.
7. Komplikasi herves zoster
a. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan
tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena
setelah erupsi.
b. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah
timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1–6
bulan
c. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
d. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis,
korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
e. Herpes zoster diseminata / generalisata
f. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik,
progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai
hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
8. Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes
virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VV
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
9. Penatalaksanaan Herpes zoster
a. Pengobatan
a) Pengobatan topical
 Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah
vesikel pecah
 Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau
kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin
) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
b) Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya.
Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan
nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari
pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap
postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus
intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi
dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan
dan menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin
diberikan untuk menyembuhkan priritus.
 Penderita dengan keluhan mata
 Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat
diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
 Neuralgia Pasca Herpes zoster
 Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
 Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
 Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.
Herpes Genitalis
1. Defenisi
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2
dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui
hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1
biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
2. Penyebab herpes genitalis
Penyebab dari penyakit herpes genitalis adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi
mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya
(misalnya permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa
penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual
(misalnya sifilis atau cangkroid).
Kejadian penyakit ini sangat cepat akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas
dan sering kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan persalinan.
Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.
 Tipe 1 : keganasan rendah, menyerang terutama sekitar mulut
 Tipe 2 : ganas, menyerang alat kelamin
 Penyebab : virus Herpes Simpleks
 Perantara : manusia, bahan yang tercemar virus
 Tempat virus keluar : penis, vagina, anus, mulut
 Cara penularan : kontak langsung
 Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
3. Gejala penyakit herpes genitalis
Pada wanita penyakit ini biasanya tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan
hampir selalu terjadi melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah
kemaluan timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila pecah
meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri. Penyakit sembuh dalam 2-
3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari
gejala infeksi pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik
dan stress mental, atau infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan
banyak pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena.
Komplikasi pada wanita hamil dapat ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat
menyebabkan keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula
menyebabkan kanker serviks.
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan
yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan
bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri
dan membentuk keropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka
akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah
bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama
dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak
enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada
penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim.
Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk
di sekitar anus atau di dalam rektum.

Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa
sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih
dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena
virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan
kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua
virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus
akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua
tidak terlalu berat
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus.
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan
dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut :
 Nyeri dan disuria
 Uretral dan vaginal discharge
 Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
 Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
 Nyeri pada rektum, tenesmus

Tanda -tanda
 Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat
infeksi.
 Limfadenopati inguinal
 Faringitis
 Cervisitis

4. Macam-macam Herpes genital


a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau
anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus
tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan
salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang
menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering
pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.
b. Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus,
virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada
saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala
tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam,
gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar
diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan
outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus
terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan
dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks
5. Komplikasi herpes genitalis
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi
tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit
dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV
lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya
infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan
oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes
simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan
ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.
Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas
yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan
esofagus. Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya
kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa
dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti
malaise, demam, dan nyeri otot
.
Komplikasinya jug adapt dilihat seperti berikut:
a. Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang
dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi
outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang
dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes
okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan
HSV
b. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan. Wanita hamil yang
menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal
atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital,
hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi
fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai
angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada
mata.
6. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan
giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas
pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai
berikut.

a. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada
dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang
terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.
b. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
a) ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
b) Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
c. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur
pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil
dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada
bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi
negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus,
perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses
sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-
48 jam.
7. Diagnosis
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar
eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat
ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan melalui pengambilan
contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi
HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus
kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur
dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka
yang dicurigai sebagai herpes.
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas
lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan
kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan.
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine,
meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat
menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin
terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis,
makrosefali dan keratokonjungtivitis.
Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan
sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari
kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital
episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.
8. Pengobatan
 Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa
memperpendek lamanya serangan.
 Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis
rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah
timbulnyagejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim
untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
 Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko
penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini
pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
 Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
a. Menjaga kebersihan local
b. menghindari trauma atau faktor pencetus.
c. e. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai
40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki
beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit
dapat juga terjadi.
d. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan
meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya
outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual.

Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :


a) Asiklovir (Zovirus)
b) Famsiklovir
c) Valasiklovir (Valtres)
Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf
propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh
karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama
dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali
sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan
HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase
menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir..
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di
metabolisme dengan baik.
 Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan.
Pada penelitian in vitro serta penelitian in vivo, povidone iodine terbukti merupakan agen
efektif melawan virus tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone
iodine dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital.
 CDC (Center For Disease Control and Prevention), merekomendasikan penanganan supresif
bagi herpes genital untuk orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.
 Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat
melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum
ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu
hamil tidak dianjurkan.
 Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggaris
bawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis.
9. Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak
tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9
menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan
melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Upaya pencegahannya adalah sebagai berikut :
 Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
 Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS
lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
 Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
 Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
 Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam
pencegahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti
DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks.
B. Saran
Setelah membaca ini sebaiknya kita lebih berhati-hati dengan virus herpes yang dapat menyerang
kapan saja terutama berhati-hati terhadap herpes genitalis.Untuk pencegahan di perlukan dari
segi agama yang kuat dan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC


Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Noc.
Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC:
Jakarta
Corey L, Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease, Holmes K.K, Mardh PA,
Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed) Third edition 2000. New York:McGraw-
Hill, p 285-305.

Anda mungkin juga menyukai