Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsure kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan
prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
bagi pembangunan nasional.1

Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatarbelakangi


dengan kecenderungan semakin meningkat nya prevalensi PTM dalam masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun
dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat
industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan
pola struktur masyarakat , khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang
sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang
menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit
dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat
industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, social
ekonomi yang pada giliran nya dapat memacu semakin meningkat nya PTM.

Menurut riskesdas angka kejadian PTM khususnya hipertensi diperkiraan


prevalensi untuk tekanan darah tinggi pada umur 25 tahun di Asia Tenggara
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat keempat. Sedangkan peringkat
pertama Bangladesh kemudian diikuti Bhutan dan Korea.

1
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang telah didiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 9,4% dan Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada umur tidak biasa adalah atau lebih 18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%)
dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Nusa Tenggara Barat yaitu
(24,3%).2

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan cakupan


pelayanan kesehatan usia produktif, antara lain dari faktor tenaga kesehatan baik
kualitas maupun kuantitasnya, faktor sarana dan prasarana pelayanan kesehatan,
faktor ketersediaan dana, faktor manajemen yang meliputi perencanaan, pembinaan,
kerjasama, penilaian. Banyak hal yang mempengaruhi suatu tujuan yang sudah
dirancang sedemikian rupa, dan yang paling disebut adalah faktor sumber daya
manusia (tenagakerja).3
Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di puskesmas
taliwang Tahun 2018 untuk pelayanan kesehatan pada usia produktif sebesar 20%.
Tetapi dalam 3 bulan terakhir tidak tercapainya target Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yaitu 12,5% sehinggal hal ini membuat peneliti ingin menganalis pelaksanaan
program pelayanan kesehatan usia produktif untuk menemukan apa masalah yang
terjadi yang mengakibatkan tidak tercapainya target SPM.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apa faktor masalah yang
menyebabkan tidak tercapainya target SPM dalam pelaksanaan program pelayanan
kesehatan usia produktif.

Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

2
Tujuan umum dalam penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan program
pelayanan kesehatan usia produktif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis ketersediaan “Man/Women” dalam pencapaian target SPM
dalam pelayanan kesehatan usia produktif.
2. Menganalisis ketersediaan “Money” dalam pencapaian target SPM dalam
pelayanan kesehatan usia produktif.
3. Menganalisis ketersediaan “Machine” dalam pencapaian target SPM
dalam pelayanan kesehatan usia produktif.
4. Menganalisis ketersediaan “Material” dalam pencapaian target SPM
dalam pelayanan kesehatan usia produktif.
5. Mencari dan menemukan solusi “Methode” dalam pencapaian target SPM
dalam pelayanan kesehatan usia produktif.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Dinkes Sumbawa Barat

Sebagai bahan masukan dalam upaya pelaksanaan pelayanan


kesehatan usia lanjut sehingga mencapai keberhasilan/target sesuai dengan
yang diharapkan, khususnya pelayanan usia produktif guna mendukung
pengembangan pelayanan kesehatan yang direncanakan.

1.3.2 Bagi Puskesmas Taliwang

Sebagai masukan dan motivasi dalam melaksanakan tugas dalam


pelayanan kesehatan usia lanjut khususnya screening kesehatan pada usia
produktif.
1.3.3 Bagi Peneliti
Sebagai bahan referensi, bahan kajian dan masukan bagi peneliti
selanjutnya terkait analisis pelaksanaan program.

3
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

2.1.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat


pengembangIan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok.4

Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 Puskesmas adalah Unit Pelaksana


Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Yang dimaksud dengan :

1. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)


Yakni suatu unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang melakukan tugas teknis operasional dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Pengertian
pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan kesehatan.
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

5
sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara Nasional, standar wilayah Puskesmas adalah satu Kecamatan. Tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut
secara operasional bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dari uraian di atas, jelas bahwa Puskesmas adalah satu satuan organisasi yang
diberikan kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan tugas – tugas operasional pembangunan kesehatan di wilayah
Kecamatan.
Adapun pengertian batasan Puskesmas dengan kewenangan kemandirian yang
dimaksud disini adalah Puskesmas yang mempunyai kewenangan sebagai berikut :
 Kewenangan menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan sesuai dengan situasi dan kondisi,
kultur budaya dan potensi setempat.
 Kewenangan mencari, menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang berasal
dari pemerintah, masyarakat, swasta dan sumber lain dengan sepengetahuan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang kemudian dipertanggungjawabkan untuk
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
 Kewenangan untuk mengangkat tenaga institusi/honorer, pemindahan tenaga, dan
pendayagunaan tenaga kesehatan di wilayah kerjanya dengan sepengetahuan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Kewenangan untuk melengkapi sarana dan prasarana termasuk peralatan medis
yang dibutuhkan.
2.1.2 Tujuan Puskesmas

6
Tujuan Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka menwujudkan Indonesia Sehat.

2.1.3.Fungsi Puskesmas

1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.


Puskesmas selalu berupaya menyelenggarakan dan memantau
penyelenggaraanpembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. Di samping itu, Puskesmas aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengakibatkan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluargadan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas meliputi :

7
a. Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(Private Goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit.Pelayanan perorangan tersebut adalah
rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat umum atau
Public Goods dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, memberantas penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.

2.2. Visi dan Misi Puskesmas

2.2.1. Visi Puskesmas

Visi Puskesmas adalah Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan Dalam
menentukan keberhasilan mewujudkan visi tersebut, perlu ditetapkan indikator
kacamatan sehat, antara lain sebagai berikut:

 Indikator lingkungan sehat


 Indikator perilaku sehat
 Indikator Pelayanan Kesehatan yang bermutu
 Indikator derajat kesehatan yang optimal
Indikator yang ditetapkan hendaknya mempertimbangkan kaedah sederhana,
mudah diperoleh, mudah diolah, mudah diinterpretasikan, sensitif dan spesifik.

8
2.2.2. Misi Puskesmas

Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Membina pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,


puskesmasakan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain kesehatan yaitu
pembangunan dampak positif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungan dan perilaku masyarakat semakin sehat.
2. Mendorong kemandirian bagi keluarga masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, semakin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang di selenggarakan.Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang
memuaskan masyarakat dan mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar yang
memuaskan masyarakat dan mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dan sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.Puskesmas akan selalu berupaya memelihara mengkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorongan, keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemauan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan mencakup pula aspek lingkungan di
wilayah kerjanya

2.3. Azas dan Upaya Penyelenggara Puskesmas

9
2.3.1. Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggara Upaya-Kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan
harus menetapkan azas penyelenggara Puskesmas secara terpadu.Azas penyelenggara
puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas.Dasar pemikirannya
adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam,
menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggara puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas harus bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, dengan kegiatan antara
lain :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diseleggarakkan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas Pemberdayaan Masyarakat


Puskesmas wajib memperdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas dengan kegiatan
antara lain :
a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita.
(BKB).
b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD).

10
c. Upaya Perbaikan Gizi : Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI).
d. Upaya Kesehatan Sekolah : Dokter Kecil, Penyertaan Guru dan Orangtua/wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren).
e. Upaya Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda.
g. Upaya Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).
h. Upaya Kesehatan Jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM).
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional : Taman Obat Keluarga (TOGA)
j. Upaya Pembiayaan Jaminan Kesehatan (Inovatif) : Dana Sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), Mobilisasi Dana Keagamaan
3. Azas Keterpaduan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, bermitra dengan BPKM
1 BPP dan organisasi masyarakat lainnya, berkoordinasi denganlintas sektoral dan
lintas program, agar terjadi perpaduan kegiatan di lapangan sehingga lebih berhasil
guna dan berdaya guna.
4. Azas Rujukan
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama, yang bila tidak
mampu mengatasi masalah karena berbagai keterbatasan, bisa melakukan rujukan
baik secara vertikal ke tingkat yang lebih tinggi, atau secara horizontal ke Puskesmas
lainnya. Ada dua macam rujukan di Puskesmas
a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan.
b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat.

11
2.3.2. Upaya Penyelenggaraan Puskesmas
Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehat 2015, Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan .menjadi dua yakni :
1. Upaya Kesehatan Esensial.

Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan


komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daysa ungkit tinggiuntuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap
Puskesmas :

1) Upaya Promosi Kesehatan.

2) Upaya Kesehatan Lingkungan.

3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana.

4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.

5) Upaya Pencegahan danPemberantasan Penyakit Menular.


Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya kesehatan
masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau
bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas.

2.4. Kedudukan, Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas

2.4.1. Kedudukan Puskesmas

Kedudukkan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem


Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah :

12
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota


Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem Pemerintah Daerah


Kedudukkan Puskesmas dalam sistem Pemerintahan Daerah adalah sebagai unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit
struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.

4. Antara Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama


Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan
strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek
dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan
masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas
terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan-kesehatan berbasis dan
bersumber daya masyarakat seperti: Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos
UKK. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat adalah sebagai pembina.

2.4.2. Organisasi Puskesmas


1. Struktur Organisasi

13
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas masing-masing
Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu Kabupaten/Kota
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangakan penetapannya
dilakukan dengan Peraturan Daerah.

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmassebagai


berikut :

a) Kepala Puskesmas
b) Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam pengelolaan:
 Data dan Informasi
 Perencanaan dan Penilaian
 Keuangan
 Umum dan Kepegawaian
c) Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas :
 Upaya Kesehatan Perorangan ( UKP)
 Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
d) Jaringan Pelayanan Perorangan :
 Unit Puskesmas Pembantu
 Unit Puskesmas Keliling
 Unit Bidan di Desa/Komunitas
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disusuaikan
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus
untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang
sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup
kesehatan masyarakat.

3. Eselon Kepala Puskesmas

14
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di
tingkat Kecamatan.Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya
peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas adalah jabatan struktural
Eselon IV.

Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat
jabatan Eselon IV ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria
Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup di bidang kesehatan masyarakat, dengan
kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.4.3 Tata Kerja Puskesmas


1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor
kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat
kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakkan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal
pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh Puskesmas,
koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitas.

2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dengan demikian secara teknis dari administratif, Puskesmas bertanggung
jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan
administratif dan teknis kepada Puskesmas.

3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

15
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerja sama termasuk
penyelenggara rujukan dan membantu kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan
sesuai kebutuhan.

4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan


Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai
pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan
kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan
kesehatan perorangan seperti Rumah Sakit (Kabupaten/Kota) dan Balai
Kesehatan Masyarakat (Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru, Balai
Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan Kerja Masyarakat, Balai Kesehatan
Olahraga Masyarakat, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Balai Kesehatan
Indra Masyarakat).

Untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan


dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai
Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat.
Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang
menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

5. Dengan Lintas Sektor


Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Untuk hasil optimal, penyelenggaraan

16
pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan
berbagai lintas sektor terkait di tingkat Kecamatan.

6. Dengan masyarakat
Sebagai penganggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
sebagai objek dan subjek pembangunan.Dukungan aktif tersebut
diwujudkanmelalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang
menghimpun berbagai potensi masyarakat serta dunia usaha.BPP tersebut
berperan sebagai mitra Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan

2.5 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas bisa satu kecamatan atau sebagian dari wilayah
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik, dan keadaan
infrastruktur lain yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja puskesmas (Depkes RI, 2006).
Luas wilayah kerja yang masih efektif bagi semua puskesmas di daerah
pedesaan adalah suatu area dengan jari-jari 5 km, sedangkan luas wilayah kerja yang
dipandang optimal adalah area dengan jari-jari 3 km (Depkes RI, 2006).
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas di tetapkan oleh Bupati/Walikota mendengar
saran teknis dari Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya/Kepala Dinas
Kesehatan Dati II yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Provinsi (Depkes RI, 2006).

2.6 Pendekatan Sistem

Teori sistem adalah suatu pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa


organiasi dapat divisualisasikan sebagai suatu sistem yang terdiri atas komponen-

17
komponen atau bagian-bagian yang berkaitan dalam mencapai tujuan bersama
(Satrianegara dan Saleha, 2009)

2.6.1 Pengertian Sistem


Pengertian sistem banyak macamnya, berikut ini beberapa pengertian sistem
yang dipandang cukup penting.4
1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh
suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi
dalam menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri atas fungsi-fungsi yang
saling berhubungan serta bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai
keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
3. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen
yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.6.2 Ciri-ciri Sistem


Sesuatu disebut sistem apabila ia memiliki beberapa cirri pokok sistem. Ciri-
ciri pokok yang dimaksud banyak macamnya, yang apabila disederhanakan dapat
diuraikan sebagai berikut:
Ciri-ciri sistem menurut Elias M.Awad
Sistem bukanlah sesuatu yang berada di ruang hampa, melainkan selalu
berinteraksi dengan lingkungan. Bergantung pada pengaruh interaksi dengan
lingkungan tersebut, sistem dapat dibedakan atas dua macam.
1. Sistem bersifat terbuka
Dikatakan terbuka apabila sistem tersebut berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Pada sistem yang bersifat terbuka berbagai pengaruh yang diterima dari
lingkungan dapat dimanfaatkan oleh sistem. Pemanfaatan seperti ini memang
memungkinkan, karena di dalam sistem terdapat mekanisme penyesuaian diri yang

18
antara lain karena adanya unsur umpan balik (feedback).
2. Sistem bersifat tertutup
Dikatakan tertutup apabila sistem tersebut dalam berinteraksi dengan
lingkungannya tidak mempengaruhi.
Ciri-ciri sistem menurut Shode dan Dan Voich Jr :
1. Sistem mempunyai tujuan karena semua perilaku yang ada dalam sistem paa
dasarnya ingin mencapai tujuan tersebut (purposive behavior).
2. Sistem sekalipun terdiri atas berbagai bagian atau elemen, tetapi secara
keseluruhan merupakan suatu yang bulat dan utuh (holism) jauh melebihi
kumpulan bagian atau elemen tersebut.
3. Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling terkait,
berhubungan, serta berinteraksi.
4. Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih
luas, yang biasanya disebut dengan lingkungan.
5. Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu mengubah sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Dengan perkataan lain, sistem mampu mengubah
masukan menjadi keluaran.
6. Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka menyatukan
berbagai bagian atau elemen, atau dalam rangka mengubah masukan menjadi
keluaran.
Dari dua pendapat ahli tersebut tentang ciri-ciri sistem, pada dasarnya tidak
banyak berbeda sehingga dapat mudah dipahami. Secara sederhana ciri-ciri tersebut
dapat dibedakan atas empat macam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu dengan elemen yang
lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk
satu kesatuan. Dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang
sama yang telah ditetapkan.
2. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang

19
membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah maukan
menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara bebas
namun terkait. Dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang
mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah
direncanakan.

4. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti


tertutup terhadap lingkungan.
2.6.3 Unsur-unsur Sistem
Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yan saling berhubungan dan
mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah
sesuatu yang mutlak harus ditemukan. Jika tidak demikian, maka tidak ada yang
disebut dengan sistem. Adapun unsure-unsur sistem saling berhubungan dan
mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan berikut: (Mubarak
dkk,2009)

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran Dampak

Umpan Balik

Gambar 2.1. Bagan Unsur-unsur Sistem 4

Keterangan :

1. Masukan (input)
Merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

20
Aliran sistem dimulai oleh input dari beberapa jenis sumber daya. Di dalam
area kerja, jenis input yang biasa dijumpai adalah data, informasi, dan material yang
diperoleh baik dari dalam maupun luar organisasi. Tentunya kelancaran aliran input
ini akan ditunjang oleh keterampilan dan pengetahuan karyawan, serta peralatan
kantor yang memadai guna menjalankan metode dan prosedur dalam sistem. Dalam
beberapa instansi, output dari satu sistem menjadi input untuk sistem yang lain.6
Terdapat 6 elemen dalam unsur masukan, yang kemudian disebut dengan 6
M, yaitu:
1) Man
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang- orang yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan. Maksudnya, bahwa dalam pencapaian tujuan tersebut
menekankan faktor manusia sebagai faktor utama yang melakukan kegiatan dan
aktifitas.
2) Money (Uang)
Money (Uang) merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat ukur dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang
yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan,
dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3) Materials (Materi)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu

21
sarana. Materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai
hasil yang dikehendaki. Bahan apa saja yang digunakan untuk menunjang manajerial
harus cukup tersedia baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya.
4) Machines (Mesin)
Machines (Mesin) digunakan untuk member kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja. Maksudnya bahan
bahan tersebut disesuaikan dengan apa cara mengelolanya (sesuai dengan teknologi),
sehingga benar-benar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin (optimal) untuk
mencapai tujuan.
5) Method (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara
kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan
bergai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia
dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak
mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian,
peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6) Market (Pasar)
Memasarkan produk merupakan hal yang sangat penting. Jika barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Oleh sebab itu,
penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor yang
sangat menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
Market atau pasar merupakan faktor yang selalu berubah-ubah sesuai
permintaan pasar dan bukan merupakan kebijakan dari manajemen. Demikian pula
dengan Method atau tata kerja yang merupakan pola cara-cara bagaimana kegiatan
dari kerja sama tersebut harus dilaksanakan sehingga tujuan dari organisasi dapat

22
tercapai secara efektif dan efisien. Maka dapat disimpulkan bahwa Method hanyalah
cara yang dipergunakan sedangkan Market adalah wahana untuk memperluas sasaran
dari kegiatan tersebut. Berarti dalam pengertian luas menunjuk kemana hasil tersebut
akan dipasarkan atau dikonsumsikan.
2. Proses (process)
Merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Di dalam proses terdapat
penerapan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen.5
Perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat
pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya aktifitas
ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversikan, menganalisis, serta
memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan.6
3. Keluaran (output)
Merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Setelah melalui pemrosesan, input akan menjadi output, berupa informasi
pada sebuah kertas atau dokumen yang tersimpan secara elektronik. Output ini akan
didistribusikan kepada bagian atau pegawai yang membutuhkan. Untuk itu, kualitas
output mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja bagian yang berkaitan,
karena bisa jadi output pada suatu subsistem (departemen atau bagian) tertentu
merupakan input dari sistem (departemen atau bagian) yang lain.6
4. Umpan balik (feedback)
Merupakan kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal itu
akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada
sekarang menjadi lebih baik lagi. Sebagai contoh, jika unit biaya melebihi standar
yang ditentukan, maka pengendalian masing-masing proses perlu untuk ditingkatkan.
Umpan balik akan membuat sistem dapat mengevaluasi efektivitas output yang

23
dihasilkan agar lebih bernilai tambah bagi organisasi. Tentunya kuantitas maupun
kualitas umpan balik yang dibutuhkan berbeda dari satu sistem (departemen atau
bagian) ke sistem (departemen atau bagian) yang lain. Semakin vital keberadaan
sistem (departemen atau bagian) tersebut bagi organisasi, semakin penting pula
umpan balik tersebut diperlukan.6
5. Dampak (impact)
Yang dimaksud dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
suatu sistem.
6. Lingkungan (environment)
Yang dimaksud lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang
tidak dikelola oleh sistem, tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

2.7 Manajemen
2.7.1 Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata ”to manage” yang berarti mengatur, mengurus,
atau mengelola. Dengan begitu, secara substantif manajemen mengandung arti
kegiatan yang bersifat pengelolaan. Cakupan pengelolaan yang dimaksud meliputi
apa yang dikelola, bagaimana mengelolanya, untuk apa dikelola, dan siapa yang
bertindak sebagai pengelola.7
Manajemen merupakan suatu rangkaian atau proses untuk mengelola masalah
untuk dipecahkan bersama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Farich,
2012:44). Menurut John D.Millet dalam manajemen adalah proses memimpin dan
melancarkan pekerjaan dari orang yang terorganisir secara formal untuk mencapai
tujuan.8 Haiman dalam Alamsyah menyebutkan bahwa manajemen adalah fungsi
untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan Mary Parker Follet dalam mendefinisikan manajemen sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti

24
bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan-
pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan,
atau berarti tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri.8
Secara klasik manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.8
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
penggunaan sumber daya organisasi melalui orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
2.7.2 Fungsi- fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi di
dalam manajemen perusahaan, yaitu : 7
1. Fungsi perencanaan (Planning)
2. Fungsi pengorganisasian (Organizing)
3. Fungsi pelaksanaan (Actuating)
4. Fungsi pengawasan (Controlling)

5. Fungsi evaluasi (Evaluating)


a. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan
program yang di dalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan,
penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur dan metode
yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam perencanaan terdapat
penentuan-penentuan sebagai berikut: 7
1. Bentuk atau jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
2. Prosedur pelaksanaan kegiatan;
3. Kebijakan yang dijadikan landasan kegiatan;
4. Arah dan tujuan yang hendak dicapai;
5. Personal yang melaksanakan rencana;

25
6. Waktu pelaksanaan rencana;
7. Anggaran biaya yang dibutuhkan.
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen, karena fungsi
ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Untuk itu, fungsi
perencanaan merupakan landasan dasar pengembangan proses manajemen secara
keseluruhan. Jika perencanaan tidak dirumuskan dan ditulis dengan jelas, proses
manajemen tidak berjalan secara berurutan dan teratur. Perencanaan merupakan
tuntunan proses untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 9
Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah
perencanaan, yaitu: 8

1. Analisa situasi.
2. Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
3. Menentukan tujuan program.
4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program.
5. Menyusun rencana kerja operasional.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh pimpinan dan staf jika organisasi
memiliki perencanaan yang baik. Mereka akan mengetahui : 9
1. Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya.
2. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.
3. Jumlah dan jenis staf yang diinginkan, termasuk uraian tugasnya.
4. Bentuk kepemimpinan yang efektif.
5. Bentuk dan standar pengawasan yang diperlukan.

Adapun lima unsur penting perencanaan kesehatan yang perlu dipahami yaitu:
1. Unsur tujuan
Tujuan perencanaan harus jelas dirumuskan sesuai dengan hirarkinya.
Tujuan operasional harus mengikuti kaidah penyusunan sebuah tujuan.

26
2. Unsur kebijakan
Kebijakan dalam perencanaan harus tercermin di dalam strategi yang
disusun oleh pimpinan (manajer) untuk mencapai tujuan program.
3. Unsur prosedur

Dalam konsep perencanaan harus jelas standard operating procedure (SOP)


setiap kegiatan. Standar untuk kerja (standard of performance) harus juga
disusun sebagai pedoman kerja staf di lapangan. Pembagian tugas dan
hubungan kerja antar staf tercermin dalam unsur perencanaan ini.
4. Unsur kemajuan / progress
Di dalam perencanaan harus ditulis dengan jelas target atau standar
keberhasilan program. Unsur ini dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan
setiap kegiatan program.
5. Unsur program
Program harus disusun berdasarkan prioritas masalah dan prioritas alternatif
kegiatan untuk mencapai tujuan perencanaan.
Perencanaan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain: 10
1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
a. Rencana jangka pendek (Long term planning), yang berlaku antara 10-
25 tahun.
b. Rencana jangka menengah (Medium range planning), yang berlaku
antara 5-7 tahun.
c. Rencana jangka pendek (Short range planning), umumnya berlaku
hanya untuk 1 tahun.

2. Dilihat dari tingkatannya


a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan
organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan
mempunyai ruang lingkup yang luas.
b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan

27
pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
c. Rencana harian (Day to day planning) yaitu rencana harian yang
bersifat rutin.
3. Ditinjau dari ruang lingkupnya
a. Rencana strategis (strategi planning), berisikan uraian tentang
kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama.
Model rencana ini sulit untuk diubah.
b. Rencana taktis (tactical planning) yaitu rencana yang berisi uraian yang
bersifat jangka pendek, mudah menyesuaika kegiatan-kegiatannya,
asalkan tujuan tidak berubah.
c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning) yaitu rencana yang
mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.
d. Rencana terintegrasi (integrated planning) yaitu rencana yang
mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan
program lain di luar kesehatan.
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi pengorganisasian dalam manajemen kesehatan adalah salah satu fungsi
manajemen kesehatan yang juga mepunyai peran penting seperti fungsi perencanaan.
Dengan adanya fungsi pengorganisasian maka seluruh sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 8
Pengorganisasian adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan suatu institusi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain pengorganisasian adalah kegiatan mengatur personel atau staf yang ada dalam
institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana tersebut
dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai.
Pengorganisasian mencakup beberapa unsur pokok, antara lain : 10
1. Hal yang diorganisasikan ada 2 macam, yakni :

28
a. Pengorganisasian kegiatan ialah pengaturan berbagai kegiatan yang ada
di dalam rencana sehingga membentuk satu kesatuan yang terpadu
untuk mencapai tujuan.
b. Pengorganisasian tenaga pelaksana ialah mencakup pengaturan hak dan
wewenang setiap tenaga pelaksana sehingga setiap kegiatan mempunyai
penanggung jawabnya.
2. Proses pengorganisasian ialah langkah-langkah yang harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga semua kegiatan dan tenaga pelaksana dapat
berjalan sebaik-baiknya.
3. Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau sering disebut
struktur organisasi yag merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga
pelaksana.

Ada enam langkah penting dalam menyusun fungsi pengorganisasian:


(Herlambang, 2012)
1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf.
Tujuan organisasi sudah disusun pada saat fungsi perencanaan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban tugas pokok organisasi sesuai
dengan visi dan misi organisasi. Untuk itu, ia membagi tugas pokoknya
kepada staf yang ada. Dari sini akan muncul gagasan departementalisasi,
pengembangan bidang-bidang, seksi-seksi dan sebagainya sesuai dengan
kegiatan pokok.
3. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan kegiatan yang praktis
Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminkan
apa yang harus dikerjakan oleh staf.
4. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan

29
tugasnya. Misalnya, pengaturan ruangan dan alat-alat kerja.
5. Penugasan personal yang terampil yaitu memilih dan menempatkan staf
yang dipandang mampu melaksanakan tugas. Bagian ini penting dipahami
oleh pimpinan personalia saat mengangkat atau memilih staf pejabat atau
yang akan melaksanakan tugas tertentu.
6. Mendelegasikan wewenang.

Tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan wewenang dalam sebuah


organisasi akan dapat diketahui melalui struktur organisasi.
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat
mengetahui: 9
1. Pembagian tugas untuk staf perorangan atau kelompok.
Tugas pokok staf dan prosedur kerja merupakan dokumen fungsi
pengorganisasian, dan panduan kerja staf.
2. Hubungan organisatoris antar manusia dan orgaisasi.
Hubungan ini akan terlihat pada struktur organisasi
3. Pendelegasian wewenang.
Manajer atau pimpinan organisasi akan melimpahkan wewenang kepada
staf sesuai dengan tugas-tugas pokok yang diberikan kepada mereka.
4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
Tugas staf dan pemanfaatan fasilitas fisik harus diatur dan diarahkan
semaksimal mungkin untuk membantu staf baik secara individu maupun
kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi pelaksanaan berperan membuat seluruh anggota kelompok mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Sumber daya manusia yang
telah diorganisasi tersebut selanjutnya perlu diarahkan aktivitasnya agar
menghasilkan pencapaian tujuan perusahaan.11

30
d. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus
pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan
jika terjadi penyimpangan. Pelaksanaan fungsi manajemen ini memerlukan
perumusan standar kinerja (standard performance). 12
Seorang manajer, dalam melaksanakan dan mengembangkan fungsi
pengawasan manajerial hendaknya memerhatikan prinsip-prinsip pengawasan seperti
yang dijelaskan berikut ini: 9
1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf.
Hasilnya juga harus bisa diukur. Misalnya, waktu yang digunakan dan
tugas- tugas pokok staf harus dapat dipantau oleh pimpinan agar kegiatan
bisa dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan tepat waktu.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk
meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi terlaksana dengan baik.
Tanpa pengawaasan, atau jika pengawasan yang dilaksanakan lemah,
berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.
3. Standar untuk kerja (standard of performance) harus dijelaskan kepada
semua staf pelaksana. Kinerja staf terus dinilai oleh pimpinan sebagai
bahan pertimbangan pemberian reward kepada mereka yang mampu
bekerja profesional. Jika hal ini berhasil diterapkan, staf akan lebih
meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan
program. Dalam hal ini, pengawasan berjalan lebih objektif.

Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik sekurang-kurangnya 3 hal yang


harus diperhatikan, yakni : 10
1. Objek Pengawasan
Yaitu hal-hal yang harus diawasi dalam pelaksanaan suatu rencana.
Objek pengawasan ini banyak macamnya, tergantung dari program atau
kegiatan yang dilaksanakan. Secara garis besar objek pengawasan dapat

31
dikelompokkan menjadi empat, yakni :
a. Kuantitas dan kualitas program
Yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau program
tersebut. Untuk program kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang
diberikan oleh unit kerja tersebut.
b. Biaya program, dengan menggunakan 3 macam standar
Yakni modal yang dipakai, pendapatan yang diperoleh, dan harga
program. Dalam bidang kesehatan yang dijadikan ukuran pengawasan
adalah pembiayaan kegiatan atau pelayanan, hasil yang diperoleh dari
pelayanan, dan keuntungan kegiatan atau pelayanan.
c. Pelaksanaan (implementasi) program
Yaitu pengawasan terhadap waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan,
dan proses pelaksanaan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
d. Hal-hal yang bersifat khusus
Yaitu pengawasan yang ditujukan kepada hal-hal khusus yag ditetapkan
oleh pimpinan atau manajer.

2. Metode Pengawasan
Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari kesalahan, namun yang lebih
utama adalah mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya memberikan
pengarahan dan perbaikan-perbaikan apabila kegiatan tidak berjalan dengan
semestinya. Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :
1) Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek yang diawasi.
2) Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang masuk.
3) Melalui pengumpulan data atau informasi yang khusus
ditujukan terhadap objek-objek pengawasan.
4) Melalui tugas dan tanggung jawab para petugas khususnya para pimpinan.
3. Proses Pengawasan

32
Pengawasan adalah suatu proses, hal ini berarti suatu pengawasan itu terdiri
atas beberapa langkah:
1) Menyusun rencana pengawasan. Sebelum melakukan pengawasan terlebih
dahulu harus disusun rencana pengawsan yang antara lain mencakup :
tujuan pengawasan, objek pengawasan, cara pengawasan, dan sebagainya.
2) Pelaksanaan pengawasan: melakukan kegiatan pengawasan sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
3) Menginterpretasi dan menganalisis hasil-hasil pengawasan. Hasil-hasil
pengawasan yang antara lain berupa catatan-catatan dan dokumen-
dokumen, foto-foto, hasil-hasil rekaman dan sebagainya diolah,
diinterpretasi, dan dianalisis.

4) Menarik kesimpulan dan tindak lanjut. Dari hasil analisis tersebut


kemudian disimpulkan, dan menyusun saran atau rekomendasi untuk
tindak lanjut pengawasan tersebut.
Fungsi pengawasan dalam sebuah organisasi jika diterapkan dengan tepat akan
bermanfaat bagi organisasi tersebut, yaitu:9
1. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf
dalam kurun waktu tertentu, apakah sesuai dengan standar, prosedur atau
rencana kerja, dan sumber daya (staf, sarana, dana, dan sebagainya) yang
sudah digunakan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan bermanfaat untuk
meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
melaksanakan tugas-tugasnya. Bila hal ini diketahui oleh pimpinan
organisasi, ia akan memberikan pelatihan khusus bagi staf yang
melaksanakan tugas-tugas tersebut. Latihan staf digunakan untuk
mengatasi kesenjangan pengetahuan dan keterampilan staf melaksanakan
tugas- tugasnya.
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah

33
digunakan dengan tepat dan efisien.
4. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan.
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward), yang
akan dipromosikan untuk jabatan yang lebih menantang, atau diberikan
pelatihan lanjutan.

Proses pengawasan manajerial dilakukan oleh manajer melalui tiga langkah


penting, yaitu: 9
1. Mengukur hasil/prestasi kerja staf/organisasi.
2. Membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tolok ukur (standar) yang
telah ditetapkan sebelumnya. Tolok ukur yang dipakai adalah rencana
kerja operasional, rencana anggaran belanja, tugas dan wewenang staf,
mekanisme kerja sama, petunjuk atau peraturan pelaksanaan, dan target
kegiatan program.
3. Memperbaiki penyimpangan yang terjadi setelah dilakukan identifikasi
faktor-aktor penyebab penyimpangan. Bila dikaji penyimpangannya,
pimpinan harus berusaha lebih dahulu mencari faktor-faktor penyebabnya,
dan menggunakan faktor ini untuk menetapkan langkah-langkah intervensi.
e. Fungsi Evaluasi

Azwar dalam Alamsyah menyebutkan evaluasi adalah suatu proses untuk


menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis
dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-
saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program.12

Evaluasi adalah membandingkan antara antara hasil yang telah dicapai oleh
suatu program dengan tujuan yang direncanakan. Menurut kamus istilah manajemen

34
evaluasi adalah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri
pekerjaan di dalam suatu organisasi atau pekerjaan.10

Sedangkan menurut Perhimpunan Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika,


evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan
usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup
kegiatan-kegiatan: memformulasikan tujuan, identifikasi kriteria yang tepat untuk
digunakan mengukur keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat
keberhasilan, dan rekomendasi untuk kelanjutan aktivitas program. Dari batasan-
batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses atau kegiatan, dan dalam kegiatan
evaluasi tersebut mencakup langkah-langkah:10
1) Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa
yang akan dievaluasi terhadap program yag dievaluasi.
2) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
program yang akan dievaluasi.
3) Menetapkan cara atau metode evaluasi yakan digunakan.
4) Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau
hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.
5) Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan tersebut, serta memberikan penjelasan-
penjelasannya.
6) Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap
program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Ada tiga jenis evaluasi yang dibedakan berdasarkan sasaran dan waktu
pelaksanaanya, yaitu: 9

1. Evaluasi input
Evaluasi dilaksanakan sebelum kegiatan program dimulai untuk mengetahui
ketepatan jumlah, mutu sumber daya, metode, standar prosedur pelaksanaan
disesuaikan dengan sumber daya yang dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan

35
kegiatan program. Evaluasi ini bersifat pencegahan (preventive evaluation) karena
kegiatan evaluasi ini mengkaji persiapan kegiatan sehingga dapat mencegah
terjadinya penyimpangan sedini mungkin.
2. Evaluasi proses
Evaluasi dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Tujuannya
untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan kegiatan program atau metode yang
digunakan, meningkatkan motivasi staf, dan memperbaiki komunikasi diantara staf,
dan sebagainya. Evaluasi ini disebut dengan formative evaluation.
3. Evaluasi output
Kegiatan evaluasi ini disebut summative evaluation atau impact evaluation.
Dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk mengetahui ketepatan waktu
pelaksanaan kegiatan. Evaluasi ini untuk mengetahui pengaruh kegiatan program
terhadap sikap dan perilaku masyarakat atau dampak program pada penurunan
kejadian sakit atau kematian. Evaluasi ini juga ditujukan untuk mengetahui mutu
pelayanan kesehatan dibandingkan dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pada
saat penyusunan perencanaan.

36
2.8 Standart pelayanan minimal

2.8.1 Definisi Standart pelayanan minimal

SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara
secara minimal. Setiap warga negara sesuai dengan kodratnya berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan memanfaatkan seluruh potensi
manusiawi yang dimilikinya. Sebaliknya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban menjamin agar setiap warga negara dapat menggunakan haknya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa hambatan atau halangan dari pihak manapun.
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam penetapan
indikator SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian agar
melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus
tertentu.13

SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam penetapan
indikator SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian agar
melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus
tertentu. 13
SPM merupakan salah satu program strategis nasional. Pada Pasal 68 UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala
Daerah yang tidak melaksanakan program strategis nasional akan dikenai sanksi yaitu
sanksi administratif, diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan, sampai dengan
diberhentikan sebagai kepala daerah. 13

37
2.8.2 Jenis Layanan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
DI JENIS MUTU PENERIMA PERNYATAAN STANDAR
KABUPATEN/K LAYANAN LAYANAN LAYANAN
OTA NO DASAR DASAR DASAR
1 Pelayanan Sesuai standar Ibu hamil. Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan
kesehatan ibu pelayanan antenatal sesuai standar.
hamil antenatal.
2 Pelayanan Sesuai standar Ibu bersalin. Setiap ibu bersalin mendapatkan
kesehatan ibu pelayanan pelayanan persalinan sesuai standar.
bersalin persalinan.
3 Pelayanan Sesuai standar Bayi baru lahir. Setiap bayi baru lahir mendapatkan
kesehatan bayi pelayanan pelayanan kesehatan sesuai standar.
baru lahir kesehatan bayi
baru lahir.
4 Pelayanan Sesuai standar Balita. Setiap balita mendapatkan pelayanan
kesehatan balita pelayanan kesehatan sesuai standar.
kesehatan balita.
5 Pelayanan Sesuai standar Anak pada usia Setiap anak pada usia pendidikan dasar
kesehatan pada skrining pendidikan dasar. mendapatkan skrining kesehatan sesuai

38
usia pendidikan kesehatan usia standar.
dasar pendidikan dasar.
6 Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga negara Indonesia usia 15
kesehatan pada skrining Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan skrining
usia produktif kesehatan usia s.d. 59 tahun. kesehatan sesuai standar.
produktif.
7 Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga negara Indonesia usia 60
kesehatan pada skrining Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
usia lanjut kesehatan usia tahun ke atas. kesehatan sesuai standar.
lanjut.
8 Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita hipertensi mendapatkan
kesehatan pelayanan hipertensi. pelayanan kesehatan sesuai standar.
penderita kesehatan
hipertensi penderita
hipertensi.
9 Pelayanan Sesuai standar Penderita Setiap penderita Diabetes Melitus
kesehatan pelayanan Diabetes Melitus. mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
penderita kesehatan standar.
Diabetes Melitus penderita

39
Diabetes Melitus.

10 Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang dengan gangguan jiwa
Kesehatan orang pelayanan gangguan jiwa (ODGJ) berat mendapatkan pelayanan
dengan gangguan kesehatan jiwa. (ODGJ) berat. kesehatan sesuai standar.
jiwa berat
11 Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang dengan TB mendapatkan
kesehatan orang pelayanan TB. pelayanan TB sesuai standar.
dengan TB kesehatan TB.
12 Pelayanan Sesuai standar Orang berisiko Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu
kesehatan orang mendapatkan terinfeksi HIV hamil, pasien TB, pasien IMS,
dengan risiko pemeriksaan (ibu hamil, pasien waria/transgender, pengguna napza, dan
terinfeksi HIV HIV. TB, pasien IMS, warga binaan lembaga pemasyarakatan)
waria/transgender mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai
, pengguna napza, standar.
dan warga binaan
lembaga
pemasyarakatan).

40
Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif

a. Pernyataan Standar
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan sesuai
standar pada warga negara usia 15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun. 13

b. Pengertian

1) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar adalah:

a) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai kewenanganya


oleh:

(1) Dokter;

(2) Bidan;

(3) Perawat;
(4) Nutrisionis/Tenaga Gizi.

(5) Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih

b) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di Puskesmas dan


jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja
sama dengan pemerintah daerah.

c) Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal dilakukan satu tahun


sekali.

d) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi :

(1) Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan dan
berat badan serta lingkar perut.

(2) Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer.

41
(3) Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes cepat gula darah.

(4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku.

(5) Pemeriksaan ketajaman penglihatan

(6) Pemeriksaan ketajaman pendengaran

(7) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan
pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun.

2) Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke


fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.

42
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional Pada Variabel Dependen
No Variable Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala Ukur
Ukur
1. Capaian Suatu indikator untuk Presentase SPM = Alat Persen Nominal
Jumlah
Program menunjukkan berhasil atau Record
pengunjung/Jumlah
pelayanan tidaknya suatu program warga wilayah dan
kerja dalam 1
kesehatan Kertas
tahun
Produktif

Tabel 3.2 Definisi Operasional Pada Variabel Independen


No Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala Ukur
1. Man / Women Semua pegawai yang terlibat Wawancara Alat 1. Mencukupi Ordinal
dalam bagian program dan FGD Record 2. Belum
puskesmas (Forum Group dan Kertas Mencukupi
Discussion)

43
2. Money Ketersedian pendanaan dalam Wawancara Alat 1. Tersedia Ordinal
menjalan program yang ada dan FGD Record 2. Kurang
dipuskesmas (Forum Group dan Kertas Tersedia
Discussion)
3. Material Waktu dan Pengetahuan materi Wawancara Alat 1. Baik Ordinal
pegawai program tentang dan FGD Record 2. Kurang
screening usia produktif (Forum Group dan Kertas
Discussion)
4. Machine Ketersedian Alat yang Wawancara Lembar 1. Tersedia Ordinal
dibutuhkan melaksanakan dan FGD Kuisioner 2. Kurang
program puskesmas (Forum Group Tersedia
Discussion)
5. Metode Ketersediaan masyarakat atau Wawancara Alat 1. Tersedia Ordinal
tempat dalam melaksanakan dan FGD Record 2. Kurang
program puskesmas (Forum Group dan Kertas Tersedia
Discussion)

44
3.2 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati.14

Metode kualitatiif ini digunakan dengan beberapa pertimbangan. Pertama,


lebih mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan lapangan (adaptif).
Kedua, metode kualitatif berhubungan secara langsung dengan khalayak sasaran,
sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Ketiga, metode kualitatif lebih
peka atau sensitif dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaurh
bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 14

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada tanggal 01 Februari 2019 di


puskesmas Taliwang Sumbawa Barat

3.3 Sumber Informasi

Sumber informasi penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,


selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lainnnya. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang selanjutnya
diolah menjadi informasi sesuai dengan yang dibutuhkan.

3.3.1 Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh melalui kegiatan yang
dilakukan dalam penelitian (lapangan) melalui Wawancara dan FGD (Forum Group
Discussion). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil Wawancara
dengan pegawai program puskesmas taliwang yang terlibat dalam program
pelayanan kesehatan usia produktif.

45
3.4 Instrumen Penelitian

Dalam proses pengumpulan data kualitatif, manusia berfungsi sebagai


instrumen utama penelitian. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya peneliti
dibantu oleh pedoman Wawancara dan FGD (Forum Group Discussion). dalam
penelitian ini, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui masalah dalam
pelaksanaan program pelayanan kesehatan usia produktif.

3.5 Cara Analisis Data

Semua data direkam dan di tulis dalam status penelitian, ditranskripkan dalam
teks.

3.6 Teknik Sampling


Teknik sampling disini adalah cara untuk mengambil sampel penelitian yaitu
menentukan informan yang dianggap mampu menjawab dan memecahkan
permasalahan yang peneliti ajukan yaitu semua pegawai yang terlibat dalam bagian
program pelayanan kesehatan usia produktif di puskesmas
Menurut Lincoln dan Gaba penentuan sampel dalam penelitian kualitatif
tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk
mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. 15

46
3.6 Cara Kerja Penelitian

Sampel

Menyetujui informed concent

Wawancara dan direkam

Transkrip kedalam teks

Deskripsi dan

interpretasi hasil penelitian

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPTD. Puskesmas Taliwang merupakan salah satu dari 9 Puskesmas yang ada
di Kabupaten Sumbawa Barat. UPTD. Puskesmas Taliwang merupakan Puskesmas
wilayah perkotaan yang beralamat di Jl. Undru No.06 Kelurahan Kuang Kecamatan
Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat. UPTD. Puskesmas Taliwang dengan wilayah
kerja meliputi 7 (tujuh) Kelurahan, dan 8 (delapan) desa, serta memiliki 16 (Enam
Belas ) POSKESDES dan 5 (Lima) PUSTU. Wilayah Puskesmas Taliwang beriklim
tropis yang ditandai dengan 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Secara administratif batas wilayah kerja Puskesmas Taliwang adalah :


 Sebelah Utara : Kecamatan Seteluk
 Sebelah Selatan : Kecamatan Brang Ene
 Sebelah Timur : Kecamatan Brang Rea
 Sebelah Barat : Laut

SELOTO

KERTASARI TEMEKAN

BANJAR SAMPIR
BATU PUTIH
DALAM

BUGIS MENALA
KUANG
LALAR LIANG
TELAGA BERTONG

LAB. LALAR
48
4.1.1 Keadaan Demografis

Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan, dan juga


merupakan beban dalam pebangunan, karenanya pembangunan diarahkan kepada
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Taliwang adalah sebanyak 54.081 jiwa
dan 12.843 kepala keluarga. Sedangkan yang termasuk dalam keanggotaan BPJS
sebanyak 41.075 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Menala
dengan jumlah penduduk 7.295 jiwa dan terendah adalah Desa Tamekan sebanyak
1.082 jiwa.
Adapun untuk sex rasio yaitu suatu angka yang menunjukkan perbandingan
jenis kelamin, yang merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki
dan perempuan, bahwa jumlah penduduk laki-laki di wilayah Puskesmas Taliwang
lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan dengan sex rasio 103.

4.1.2 Data Jumlah Sumber Daya Manusia Puskesmas Taliwang


UNIT ORGANISASI JUMLAH PEGAWAI
. Terisi
NO NON
2a 2b 3a 3b (Ya/Tidak) PNS JUMLAH
PNS
4a 4b
1 2 4 5 12 13
1 Kepala puskesmas YA 1
2 Kepala Tata Usaha YA 1
3 Bendahara YA 1
4 Dokter Umum YA 4
5 Dokter Gigi YA 1

6 Apoteker YA 1

7 Perawat YA 26 39 65

49
Asisten Perawat YA 1 1
8 Perawat Gigi YA 1 1 2
9 Bidan YA 13 53 66
10 Sanitarian YA 4 3 7
11 Asisten Apoteker YA 1 1 2
12 Pranata Lab. Kesehatan YA 1 2 3
13 Nutrisionis YA 1 3 4
14 Perekam Medis TIDAK 0 1 1
15 Fisioterapis TIDAK 0 0
16 Administrasi Kesehatan TIDAK 0 0
17 Administrasi Umum YA 2 4 6
18 Sopir YA 1 1
19 Clening Service TIDAK 0 4 4

20 Securiti YA 0 3 3

21 Tukang Kebun TIDAK 0 2 2


JUMLAH 59 109 178

4.2 Gambaran Pelaksanaan Penelitian


Untuk dapat menganalisis penelitian kualitatif yaitu mengenai pelaksanaan
program Pelayanan Kesehatan Usia Produktif diperlukan wawancara mendalam
dengan beberapa informan. Tempat dan waktu pelaksanaan wawancara ditentukan
berdasarkan hasil kesepakatan antara peneliti dengan informan. Wawancara
mendalam dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Taliwang. Untuk waktu
pelaksanaannya menyesuaikan dengan responden utama, yaitu setelah pelayanan di
Puskesmas selesai. Wawancara mendalam dilakukan dalam waktu kurang lebih 30
menit dengan menggunakan pedoman FGD (Forum Grup Discussion) dan
wawancara yang sifatnya terbuka dan disesuaikan dengan kondisi saat di lapangan.
Pada saat wawancara dibantu dengan alat perekam.

50
4.3 Gambaran Karakteristik Informan
No Kode Informan Umur Pendidikan Jabatan Masa Kerja
1 IN 1 36 tahun D3 Perawat 10 tahun
Keperawatan Penyelia
2 IN 2 33 Tahun D3 Perawat 6 tahun
Keperawatan Mahir
3 IN 3 35 tahun D3 Perawat 8 tahun
Keperawatan Penyelia
4 IN 4 27 tahun D4 kebidanan Bidan/
program
5 IN 5 25 tahun D3 PTT 1 tahun
Kebidanan kegiatan
6 IN 6 35 tahun D3 Perawat/ 8 tahun
keperawatan program
7 IN 7 29 tahun S1 Perawat 1 tahun
keperawatan

Berdasarkan tabel diatas, terdapat 4 orang informan yang berusia diantara 30


– 40 tahun, sedangkan 3 orang informan berusia diantara 20 – 29 tahun. Dan untuk
tingkat pendidikan terdapat 2 orang informan yang berpendidikan D4/S1 sedangkan 5
orang informan yang lain berpendidikan D3.

51
4.4 Analisis Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan Usia Produktif Pada
Puskesmas Taliwang

4.4.1 Sumber Daya Manusia (Men)

1. Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam program pelayanan kesehatan usia
Produktif dapat dinilai dari kualitas dan kuantitasnya. Dari hasil wawancara, semua
informan menyatakan bahwa dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan usia
Produktif untuk SDM nya masih kurang. Berikut cuplikan jawaban informan:

“untuk tahun 2018 masih terhitung kurang” (IN 1)

2. Kendala

Kendala yang terjadi pada program pelayanan kesehatan usia Produktif untuk
variable sumber daya manusia terletak pada pada kurangnya sumber daya manusia
yang ada untuk menangani program tersebut. Jumlah tenaga kerja di bagian program
hanya 7 orang, dimana 7 orang tersebut harus mengcover 33,376 jiwa

“ ya masih kurang Karna kemaren itu kita cuma berjalan ada 4 orang, tp 2
orang itupun ikut kegiatan pospindu, jadi benar – benar maksimal di program
screening hanya 2 orang untuk mencover 16 desa dengan jumlah sasaran 33,376
jiwa” (IN 3)

4.4.2 Dana (Money)

1. Sumber Dana

Dana atau pembiayaan yang dimaksud adalah uang yang dibutuhkan atau
digunakan dalam memenuhi segala aktivitas yang berkaitan dengan program
pelayanan kesehatan usia Produktif di wilayah kerja Puskesmas taliwang.
Berdasarkan hasil wawancara, berikut cuplikan jawaban informan:

52
“hanya dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) saja”(IN 2)

2. Ketersediaan Dana

Pada dasarnya tidak ada dana khusus untuk pelaksanaan program pelayanan
kesehatan usia Produktif. Berdasarkan hasil wawancara, informan menyebutkan
bahwa ketersediaan dana untuk program pelayanan kesehatan usia produktif cukup
akan tetapi mekanisme pencairan uang yang selalu terlambat membuat pelayanan
terhambat. Berikut cuplikan jawaban informan:

“proses penyediaannya dok seperti bulan pertama ini ya kek pencairan dana itu
belum bisa karna dia tidak masuk ke kas kita dok dia masuknya ke kas daerah jadi
harus ikut mekanisme daerah yang disesuaikan dan jelas kami akan tersendat di
logistic seperti itu dok” (IN 2)

3. Pemanfaatan Dana
Dana yang ada di program pelayanan kesehatan usia Produktif dipergunakan
di dalam kegiatan yang berbasis masyarakat, seperti untuk keperluan transport,
sosialisasi. Berikut cuplikan jawaban informan:

“pendanaan yang sudah direncanakan itu ya kita gunakan untuk sosialisi terus
transportasi petugas” (IN 1)

4. Kendala

Kendala pada variabel dana dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan usia


Produktif terletak pada tidak tersedianya dana yang akan digunakan untuk keperluan
kunjungan screening diabetes mellitus.

“kalo kami tinggal menunggu pengadaan kalo ada kita jalan kalo gada kita gak jalan
yaa kalo menggunakan dana pribadi yaaaa kalo belum ada pencairan ya palingan

53
kita melakukan screening dalam gedung” ( untuk dalam gedung kan kita bisa pake
reagen dok ) jadi bulan bulan awal kita lebih banyak sosialiasi jadi harapannya
sebelum kami datang mereka sudah teredukasi” (IN 2)

4.4.3 Sarana Dan Prasarana (Machine)


Sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Taliwang di dalam mendukung
program pelayanan kesehatan usia Produktif sudah memenuhi standar yang
dibutuhkan di dalam pemeriksaan. Untuk sarana prasarana nya sudah sesuai standar
untuk pemeriksaan, meliputi : tensimeter, timbangan berat badan, alat cek gula darah,
alat cek kolestrol, pita ukur, snellen chart, garpu tala. Tetapi yang menjadi kendala
yaitu kurangnya ketersediaan stik gula darah maupun kolestrol sehingga menghambat
proses screening dimasyarakat.
1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana di Puskesmas taliwang untuk program
pelayanan kesehatan usia Produktif dinilai masih kurang. Dari hasil wawancara,
informan menyebut bahwa untuk sarana prasarana di Puskesmas yang mendukung
program pelayanan kesehatan usia Produktif, untuk ketersediaannya pengusulan.
Sarana prasarana tersebut dinilai masih kurang. Berikut cuplikan jawaban informan:

“Pertama keterbatasan stik gula terus tensi meter juga kami terkendala kami
menggunakan tensi meter pribadi dok terus lingkar perut cuman ada kemarin dari
pengadaan dari dinas cuman banyak yang rusak dok jadi yang bisa dimanfaatkan
cuman 2” (IN 3)

2. Kelayakan

Sarana dan prasarana di dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan usia


Produktif di Puskesmas Taliwang masih layak untuk digunakan. Untuk kelayakan
sarana prasarana, Informan menyebut bahwa sarana prasarana sudah sesuai dengan
standar yang digunakan di dalam pemeriksaan pelayanan kesehatan usia Produktif.

54
Sarana prasarana tersebut meliputi : tensimeter, timbangan berat badan, alat cek gula
darah, alat cek kolestrol, pita ukur, snellen chart dan garpu tala. Akan tetapi kurang
efisien dari segi waktu. Berikut jawaban informan:
“Ada dikasih 3 kit dari pengadaan dinas tp cuman 1 aja lengkap yang terakhir itu”

“Layak sih dok, cuman untuk digital2 itu agak lama dalam proses kegiatan karna
harus nunggu dulu dalam menitan jadi kami tidak menggunakan alat tersebut” (IN 2)

3. Kendala

Terkait dengan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program pelayanan


kesehatan usia Produktif di Puskesmas Taliwang, kendala yang ada adalah kurangnya
jumlah sarana dan prasaran, yaitu pengadaan stik gula dan kolestrol. Berikut cuplikan
jawaban informan

“kendala alat digital dan pengadaan stik” (IN 2)

4.4.4 Pelatihan (Material)

Pelatihan terkait dengan pelaksanaan program pelayanan kesehatan usia


Produktif di Puskesmas Taliwang tidak pernah dilakukan sehingga menghambat
dalam proses screening pelayanan kesehatan usia produktif. Berikut cuplikan jawaban
informan :

“untuk sampai saat ini belum ada pelatihan” (IN 2)

“ndak ada selama ini belom pernah ada hanya yang mengacu di spm aja” (IN 2)

“terus terang belum ada pelatihan jadi sesuai dengan ilmu yang kita tahu
sebelumnya dan nonton video video pelatihan” (IN 2)

4.4.5 Metode (Method)

55
Metode terkait dengan pelaksanaan program pelayanan kesehatan usia
Produktif di Puskesmas Taliwang untuk saat ini menggunakan sosialiasi dikarenakan
kekurangan sarana dan prasarana dan untuk mengantisipasi kekurangan tersebut
digunakan metode screening dalam gedung. Berikut cuplikan jawaban informan.

“karna keterbatasan stik gula, kami lebih banyak sosialisi dok” (IN 2)

“metode yang dgunakan sosialiasi, screening dalam gedung. sama ya merencanakan


ks tapi terkendala lagi di sarana prasarana” (IN 1)

“sosialiasi dok cuman banyak yang dating uspro kalo lansia itu susah kali mau
dijangkau dok” (IN 2)

“masyarakat mendapat informasi terkait screening dok, jadi mereka banyak dating
dok waktu kami pemeriksaan” (IN 1)

“karna banyak yang kurang mensosialiasikannya dok, diharapkan masyarakat yang


sudah dapat informasi menyampaikan ke masyarakat lainnya”(IN 3)

4.5 Pembahasan

4.5.1 Sumber Daya Manusia (Men)

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia


yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang
yang bekerjasama untuk mencapai tujuan. Maksudnya, bahwa dalam pencapaian
tujuan tersebut menekankan faktor manusia sebagai faktor utama yang melakukan
kegiatan dan aktifitas (Sukoco, 2007).
Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam program pelayanan kesehatan usia
Produktif dapat dinilai dari kualitas dan kuantitasnya. Dari hasil penelitian, kuantitas
SDM dapat dilihat dari jumlah petugas program pelayanan kesehatan usia Produktif

56
yang bertugas di Puskesmas Taliwang. Jumlah petugas yang bertugas berjumlah 7
orang. Jumlah ini dinilai sangat kurang mengingat bahwa jumlah sasaran usia
produktif berjumlah 33,376 orang. Selain itu, petugas juga harus melakukan
pelayanan di luar tugas utama tersebut. Jika dilihat dari kualitasnya, kedua bidan
sudah memenuhi kualitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dari program
pelayanan kesehatan usia lansia. Kualifikasi dari kedua bidan tersebut adalah D3-S1.
Pembagian tugas di dalam UKM adalah wewenang Kepala Puskesmas. Untuk
pembagiannya yaitu dibagi berdasarkan program, bukan wilayah cakupan. Tidak ada
kendala di dalam pembagian tugas ini. Kendala yang ada adalah pada kurangnya
sumber daya manusia yang bertugas pada petugas program pelayanan kesehatan usia
produktif.

4.5.2 Dana (Money)


Money (Uang) merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat ukur dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. (Sukoco, 2007)
Dari hasil penelitian, didapatkan informasi bahwa dana yang digunakan dalam
pelaksanaan program pelayanan kesehatan usia Produktif berasal dari BOK.
Pemanfaatan dana yang ada digunakan untuk aplikasi ke masyarakat, artinya untuk
memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan Upaya Kesehatan Masyarakat
terlebih dahulu dibandingkan dengan Upaya Kesehatan Perseorangan.

4.5.3 Sarana dan Prasarana


Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai
salah satu sarana. Materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
tercapai hasil yang dikehendaki. Bahan apa saja yang digunakan untuk menunjang

57
manajerial harus cukup tersedia baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya.
(Sukoco,2007)
Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas
Taliwang tersedia, tetapi dinilai masih kurang jika melihat dari tuntutan SOP yang
semakin tinggi. Untuk kelayakannya, dinilai layak untuk digunakan tetapi tidak ada
standarisasi ulang untuk alat-alat tersebut. Kendala yang ada adalah jumlah yang
masih kurang dan masih ada beberapa alat yang masih belum sesuai dengan
Kepmenkes No.75 tahun 2014.

4.5.4 Material (Pelatihan)


Berdasarkan Pusdiklat SDM Kesehatan-Departemen Kesehatan RI terdapat
ruang lingkup Develop personal skill (mengembangkan keterampilan individu).Agar
masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif mengenai kesehatannya,
masyarkat perlu informasi,pendidikan/pelatihan dan berbagai keterampilan. Tugas
promosi kesehatan adalah memberdayakan masyarakatagar dapat mengambil
keputusan dan alih tanggungjawabkesehatan berdasarkan pengetahuan dan
keterampilanyang dimiliki, mengembangkan keterampilan individu akanlebih efektif
bila dilakukan melalui tetatan-tatanan rumahtangga, sekolah, tempat kerja, dan tatan
lain yang sudahada di masyarakat. Pada hasil penelitian didapatkan petugas belum
mendapatkan atau pernah mengikuti pelatihan terkait program skreening penyakit tak
menular.

4.5.5 Method (Metode)


Dalam hasil penelitian metode yang digunakan dalam menjalankan program
pelayanan kesehatan usia produktif yaitu dengan menggunakan metode program
sosialiasi. Program sosialiasi yang dilakukan oleh petugas program pelayanan
kesehatan usia produktif sudah baik namun kurang optimal dikarenakan kurangnya
alat skreening untuk membantu dalam tercapainya target SPM (standart pelayanan
minimal).

58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan/tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan program pelayanan kesehatan usia produktif dilihat dari jumlahnya
masih kurang, yakni berjumlah 7 orang. Hal ini belum sesuai dengan
Permenkes No.75 tahun 2014. Namun jika dilihat dari segi kualitas sudah
memenuhi kualifikasi.
2. Sumber dana dari program pelayanan kesehatan usia produktif yaitu hanya
BOK, dimana apabila pencairan dana BOK terlambat maka program akan
terhambat
3. Sarana dan prasarana di puskesmas taliwang tersedia namun kurangnya
efektivitas alat tersebut membuat petugas menggunakan alat sendiri. Dan
masalah utama dalam sarana dan prasarana adalah kurangnya ketersediaan
stik gula darah dan stik kolestrol,
4. Pelatihan pada petugas program pelayanan kesehatan usia produktif tidak
pernah dilakukan, padahal pelatihan sangat penting dalam terjalankannya
suatu proram.
5. Metode dalam program pelayanan kesehatan usia produktif yaitu sosialiasi

5.2 Saran
1. Menambah jumlah SDM agar bisa mencakup 33,376 penduduk
2. Menyiapkan dana cadangan bisa berupa kas
3. Menambahkan sarana dan prasarana yang diperlukan dan efektif
4. Menyiapkan pelatihan terkait program yang ada di puskesmas taliwang

59
DAFTAR REFERENSI

1. Undang-Undang RI. No. 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan. 2009 Oct.


2. Penelitian B. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Lap. Nas. 2013:1-384.
3. Pranandari LL, Arso SP, Fatmasari EY. Analisis Implementasi Program Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) di Kecamatan
Banguntapan Kabupaten Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2017
Nov 27;5(4):76-84.
4. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. 2014.
5. Mubarak WI, Chayatin N. Ilmu kesehatan masyarakat: teori dan aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika. 2009;393.
6. Sukoco BM. Manajemen administrasi perkantoran modern. Jakarta: Erlangga.
2007;5.
7. Athoillah, Anton.2010.Dasar-dasar Manajemen.Bandung: CV.Pustaka Setia.
8. Herlambang S, Murwani A. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2012:3-28.
9. Muninjaya, Gde.2013.Manajemen Kesehatan Edisi 3.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC
10. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
11. Solihin, Ismail.2009.Pengantar Manajemen.Jakarta:Erlangga.
12. Alamsyah,Dedi.2012.Manajemen Pelayanan Kesehatan.Yogyakarta:Nuha
Medika.
13. Indonesia KK. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2016 tentang
Standart Pelayanan Minimal.
14. Moleong LJ, Surjaman T. Metodologi penelitian kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya; 1991.
15. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan.

60
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA

a. Man (Kualitas dan Kuantitas SDM)


- Bagaimana dengan ketersediaan SDM dalam tim program screening PTM pada
Pelayanan Kesehatan Usia Produktif?
- Apakah SDM tersebut memenuhi persyaratan dilihat dari tingkat pendidikan?
- Bagaimana kebijakan pembagian tugas agar tidak terjadi tumpang tindih?
- Apa sajakah tugas pokok dan fungsi tersebut?
- Adakah kendala dengan pembagian pekerjaan? Bagaimana cara mengatasinya?

b. Money (dana)
- Dari manakah sumber dana untuk program screening PTM pada Pelayanan
Kesehatan Usia Produktif?
- Apakah ada kendala terkait dengan sumber dana yang digunakan? Bagaimana
cara mengatasinya?
- Apakah sudah tersedia dana yang cukup untuk pencapaian program screening PTM
pada Pelayanan Kesehatan Usia Produktif?
- Bagaimanakah pemanfaatan dana untuk menjalankan tugas-tugas manajemen
dalam mencapai target cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Produktif?
- Apakah ada kendala terkait dana dalam program screening PTM pada Pelayanan
Kesehatan Usia Produktif?

c. Material

- Apakah sudah pernah ada pelatihan mengenai pelayanan screening PTM pada
Pelayanan Kesehatan Usia Produktif? Dimana? Kapan?

d. Machine (Sarana/Prasarana)
- Bagaiamana ketersediaan sarana/prasarana untuk mendukung program Pelayanan
Kesehatan Usia Produktif?

61
- Apa saja sarana/prasarana untuk mendukung program Pelayanan Kesehatan Usia
Produktif?? Apakah tersedia : Tensimeter, stetoskop, pita centimeter, timbangan berat
badan, otoskop, snellen chart, Alat cek GDS, alat IVA test?
- Apakah sarana/prasarana tersebut layak dalam mendukung program Pelayanan
Kesehatan Usia Produktif?care?
- Apakah ada kendala terkait dengan ketersediaan sarana/prasarana dalam
mendukung program Pelayanan Kesehatan Usia Produktif??

e. Metode
- apa saja metode yang pernah dilakukan dalam melaksanakan program screening
PTM pada Pelayanan Kesehatan Usia Produktif?
- apa metode yang digunakan saat ini untuk melaksanakan program screening PTM
pada Pelayanan Kesehatan Usia Produktif?
- apa kekurangan dan kelebihan metode saat ini?

62

Anda mungkin juga menyukai